Anda di halaman 1dari 15

1.Modernisme Vs.

Postmodernisme

Modernisme dimulai pada tahun 1890 dan berlangsung sampai sekitar tahun 1945.
Postmodernisme dimulai setelah Perang Dunia II terutama setelah tahun 1968.

Modernisme didasarkan pada penggunaan akal dan pikiran logis untuk memperoleh
pengetahuan.

Di sisi lain, postmodernisme menentang penggunaan pemikiran logis.

Pemikiran selama era postmodernisme didasarkan pada dasar yang tidak ilmiah dan proses
berpikir irasional sebagai reaksi terhadap modernisme.

Sifat hirarkis dan terorganisir serta determinasi iptek menandai modernisme. Sebaliknya,
postmodernisme didasarkan pada anarkisme, non-totaliter, dan ketidakpastian.

Pendekatan modernisme bersifat obyektif, teoritis, dan analitis; sedangkan pendekatan


postmodernisme didasarkan pada subjektivitas.

Perbedaan mendasar lain antara modernisme dan postmodernisme adalah bahwa pemikiran
modernisme berkisar tentang pencarian kebenaran abstrak dalam hidup, sementara pemikir
postmodernisme percaya bahwa tidak ada kebenaran universal.

Modernisme mencoba membangun sebuah pandangan dunia yang koheren sedangkan


postmodernisme berusaha menghapus perbedaan status tinggi rendah.

Pemikiran modernisme percaya pada belajar dari pengalaman masa lalu dan mempercayai
teks yang menceritakan masa lalu.

Di sisi lain, pemikiran postmodernisme menentang setiap kebenaran dalam teks yang
menceritakan masa lalu dan menjadikan itu tidak ada gunanya pada masa kini.

Cendekiawan modernisme mempelajari suatu subjek secara mendalam untuk kemudian


menganalisanya.

Hal ini tidak terjadi dengan pemikir postmodernisme. Mereka percaya akan penampilan luar
dan bermain di permukaan serta tidak peduli dengan kedalaman subjek.

Modernisme menganggap karya asli sebagai otentik sementara pemikir postmodernisme


mendasarkan pandangan pada hiper-realitas, mereka bisa sangat dipengaruhi oleh hal-hal
yang disebarkan melalui media.

Selama era modernisme, seni dan karya sastra karya dianggap sebagai kreasi unik dari
seniman. Orang-orang serius dalam memproduksi seni dan karya sastra.

Selama era postmodernisme, seiring berkembangnya komputer dan media, karya seni dan
sastra mulai disalin dalam bentuk digital.

Orang tidak lagi percaya seni dan karya sastra memiliki satu makna unik. Mereka lebih
percaya untuk memberikan makna sendiri terhadap karya sastra dan seni.[]
Modernisme VS Postmodernisme Linguistik Terapan: Sebuah Jalan Tengah

Laporan Membaca Artikel Albert Weidenmann The Redifinition of Applied Linguistics:


Modernism and Postmodernism Views)

Oleh Hendra Nugraha

Postmodernisme hadir didalam khasanah pemikiran filsafat sebagai reaksi atas positivisme
yang berusaha mempositifkan semua bidang keilmuan. Kecurigaan atas segala sesuatu
yang bersifat mapan dalam filsafat telah dimulai sejak nietzsche memaklumatkan kematian
tuhan sebagai simbol supremasi absolutisme. Bersamaan dengan pembunuhan tuhan ini
nietsche juga memalu (sesuai dengan slogannya befilsafat dengan palu) pemikiran-
pemikuran filsafat yang dianggap mutlak, valid dan tidak perlu lagi diperdebatkan. Adalah
Habermas yang menekuni skeptisisime Nierzschean dan menggabungkkanya dengan
kritisisme Marx.

Dalam pandangan Habermas, ilmu pengetahuan didalam positivisme bersigat mutlak, anti-
kritik, dan mengecilkan kemanusiaan (dehumanisasi). Modernisme yang sekiranya mampu
memberi ruang bagi kemanusiaan nyatanya justru memojokkan manusia sebagai objek.
Sekiranya metode positivisme diterapkan dalam ilmu-ilmu alam (naturweisenscaften)
mungkin lebih tepat sasasran akan tetapi menggunakan positivisme untuk bidang-bidang
humaniora (geistweisenscaften) memang bukan hal yang bijak. Klaim modernisme (yang
terwakili oleh positivisme) atas ke-bebas-nilai-an ilmu pengetahuan juga mengindikasikan
adanya kepentingan-kepentingan yang bermain sehingga menjadikan ilmu pengetahuan
sebagai kesadaran palsu dan metafisika baru yang anti kritik.

Sekiranya hal demikianlah yang menjadi perhatian Weidenmann didalam tulisannya The
Redifinition of Applied Linguistics: Modernism and Postmodernism Views. Weidenmann
berusaha untuk memetakan perkembangan linguistik terapan baik secara filosofis maupun
secara teknis berdasarkan hasil-hasil tulisan sebelumnya mengenai linguistik terapan dan
pengajaran bahasa. Dia (weidenmann), memulai dengan prasangka adanya hal yang luput
dari cara pandang modernisme dalam bidang linguistik terapan. Dia juga membagi
perkembangan linguistik terapan menjadi 6 tradisi: linguist/behavioris, model paradigma
linguistik yang diperluas, model multi disiplin, penelitian pemerolehan bahasa kedua,
konstruktivisme, dan post-modernisme. Berikut penjabarannya atas tradisi/model tadi.

Awalnya, penelitian linguistik menggunakan metode linguistik yang disebut audio-lingual.


Salah satu ciri dari model ini dalam penajaran bahasa adalah pengujian bahasa dan penilaian.
Metde ini menganjurkan adanya penerapan langsung deskripsi teori bahasa kedalam
pengajaran bahasa. Weidenmann mengutip beberapa penulis lain yang mengisyratkan bahwa
model ini, yang juga disebut sebagai generasi pertama linguistik terapan, memisahkan antara
bahan ajar (bahasa) dengan peserta didik, dan dengan demikian, model ini hanya mengacu
pada teori bahasanya saja. Penerimaan tanpa kritik ini tentu saja membawa pengajaran terlalu
kaku dan, seperti klaim para postmodernis, menjadikan manusia sebahai objek pasif semata.
Lalu weidenmann melanjutkan dengan model yang kedua yang merupakan mediasi atau
kelanjutan dari tradis yang pertama. Tradisi yang kedua ini disebut sebagai model paradigma
linguistik yang diperluas (extended linguistics paradigm model). Model ini mengisyaratkan
adanya penerjemahan atas teori-teori linguistik kedalam teknis pengajaran bahasa. Ha ini
disebut sebagai mediasi antara teori dan praktik (tema khas modernisme dan
postmodernisme). Generasi kedua linguistik terapan ini menganggap bahasa bahsa
merupakan fenomena sosial yang dapat diterjemahkan sehingga dapat dipahami oleh
pembelajar bahasa. Walaupun terdengar humanistik, model ini sebenarnya hanya
mengamini apa yang telah tertuang didalam teori-teori linguistik.

Model yang kedua diatas telah mengilhami hadirnya model ketiga yaitu model multi-disiplin
yang berusaha menjembatani beberapa bidang studi untuk memecahkan permsalahan bahasa
dan pengajaran bahasa. Didalamnya terdapat bidang ilmu sosial, psikologi dan juga ilmu
kependidikan (pedagogy). Berangkat dari model yang kedua ini, muncullah tradisi ke-4 yaitu
penelitian pemerolehan bahasa kedua. Tradisi ini menganjurkan agar dibuat design yang
memungkinkan pengajar-bahasa asing-sebagai- bahasa-kedua menyampaikan bahan ajar
denganm lebih komunikatif. Pandangan ini beranggapan bahwa dibutuhkan berbahai
pendekatan maupun teori-teori linguistik untuk menjadikan pengajaran bahasa menempatkan
kompetensi komunikasi sebahai kemampuan berbahasa. Cara pandang ini juga hadir sebagai
reaksi dari keterputusannya bahasa dari konteks sosial dan rendahnya tingkat kompetensi
komunikasi didalam tradisi linguistik tradisional, struktural, mupun transformasional
grammar-nya Chomskyan.

Model/tradisi/generasi ketiga dari linguistik terapan adalah konstruktivisme. Konstruktivisme


memandang bahasa merupakan pengethuan yang disusun secara interaktif. Tradisi yang
terakhir dari linguistik terapan adalah postmodernisme. Tradisi ini memberi perhatian lebih
atas relasi politik dalam pengajaran dan kemjemukan yang beragam. Nampaknya
weidenmann membrik ruang yang lebih banyak menganai hal ini didalam tulisannya. Dia,
pada beberapa hal, banyak mengutip karya Penny cook yang bertopik linguistik terapan kritis
(critical applied linguistrics). Linguistik terapan kritis (LTK) turut memasukkan analisis
wacan, kekuasaan, dan politik didalam pengajaran kebahasaan. Hal ini didasari bahwa tidak
ada sesuatupu ynag bebas nilai, semua hal didorong oleh relasi kuasa dan pengetahuan.
Penny cook sendiri telah menggariskan pemikirannya mengenai bahasa inggris yang menjadi
perangkat kolonialisme diberbagai tempat dibelahan bumi. Pennycook juga menyarankan
multiperspektif dalam pengaharan bahasa. Kedua hal tadi bertujuan agar identitas pembelahar
bahasa tidak ikut masuk melesap seiring terserapnya bahan ajar bahasa asing. Dengan
demikian, LTK mengisyaratkan adanya patahan (diskontinuitas) didalam linguistik terapan
dan pengajaran bahasa dimana definisi-definisi linguistik terapan didalam modernisme telah
gagal dalam memberikan makna keilmiahan yang rasional.

Konsep LTK yang memberikan ruang bagi kemajemukan dipandang sebagai relativitas yang
sangat diharamkan oleh para modernis. Kedua kubu ini, seperti yang terjadi diberbagai
bidang ilmu yang, sangat bertolak belakang. Modernisme menghendaki adanya ilmu
pentetahuan yang mutlak, terukur, valid, dan universal. Disisi lain, postmodernisme
menghendaki adanya pluraritas, ke-lokal-an, dan relatif. Bagaimanapun, weidenmann
melanjutkan analsisnya pada penerapan yang ia sebut sebagai post-method yaitu penyusunan
atas metode pengajaran bahasa secara independen oleh guru bahasa. Hal ini tentu saja
menarik karena sebagian besar pengajaran bahasa menggunakan buku teks yang diproduksi
secara massal dan belum tentu bahan ajar tersebut sesuai dengan kondisi lokal dari peserta
ajar.
Sebagai penutup, weidenmann mengarahkan apda proses perancangan dasar pengajaran
bahasa yang mampu untuk menutupi kekurangan dari cara pandang linguistik terapan modern
dan postmodern. Desain dari pengajaran bahasa harus dapat merangkum totalitas
aspek/fungsi/fimensi/mode pengalaman: kinematik, fisik, bahasa, sosial, ekonomi, estetika,
hukum, dan etika. Keselurahan dari aspek/fungsi/fimensi/mode pengalaman tersebut
bertujuan untuk menciptakan desain yang akuntable, terukur, valid dan juga mencakup situasi
spesifik dari peserta ajar. Baik cara pandang modernisme maupun postmodernism
memberikan kontribusi yang setara bagi perkembangan linguistik terapan dan juga
pengajaran bahasa.

POST MODERN

Istilah post modern pertama kali digunakan oleh ahli sejarah Toynbee di tahun 1875.
Toynbee memunculkan istilah post modern untuk menjelaskan berakhirnya dominasi barat,
dan berkembangnya budaya non barat. Secara sederhana, definisi dari post modern adalah
sebuah pemikiran yang mengkritik pandangan modernisme melalui cara pandang yang
cenderung pada keanekaragaman, bukan homogenitas, pada kejenakaan bukan serius,
cenderung pada berantakan daripada bersih, cenderung pada penggambaran walaupun
terkadang juga memiliki keteraturan geometris.

Ketidakpercayaan pada modernisme berangkat dari kekecewaan akibat berbagai bencana


(perang dunia, perang vietnam, dll) dan ketimpangan sosial ekonomi dan budaya
internasional. Rasionalisme sebagai dasar utama dari modernisme dianggap tak mampu
selesaikan berbagai permasalahan. Oleh karena itu muncul upaya menemukan alternatif
pemikiran spiritual dan menghidupkan kembali nilai-nilai agama (revitalisasi) maupun
kepercayaan yang bersifat positif maupun negatif.

Ketidapercayaan pada modernisme kemudian menyatu dengan perkembangan teknologi


informasi yang semakin pesat. Keanekaragaman visual dan budaya dunia yang kompleks
dipadukan dengan teknologi komputer dan elektronik menghasilkan era desain grafis yang
majemuk dan gegap gempita-terjadi sebuah diskursus (wacana) global dalam desain.
Mengecilnya dunia inilah yang disebut Marshall Mcluhan sebagai global village (kampung
dunia). Charles Jencks menjelaskan post modern sebagai gaya percampuran yang berkaitan
dengan:

ingatan kesejarahan (terutama dalam arsitektur)


permasalahan setempat / lokal
metafora dan ambiguitas

Beberapa konsep

Ciri-ciri seni post modern:

1. Post modern adalah gerakan budaya:

dimulai oleh seniman dan arsitektur di NY, USA tahun 1960an


kemudian menjalar ke Eropa tahun 1970, diawali oleh pemikir-pemikir Perancis.

2. Hilangnya batas antara seni dan kehidupan sehari-hari, karena seni tidak lagi bercerita,
melainkan mengeksplorasi hakekat realitas.

a. membuat karya-karya eksperimental

b. percaya pada keterpecahan jiwa manusia

c. musik dianggap bergerak dalam waktu

d. waktu dianggap bersifat dinamis

e. ruang dianggap bersifat statis

f. tradisi-tradisi lama dimunculkan kembali

3. Kebudayaan dan kesenian elit dihilangkan jaraknya dengan kebudayaan dan kesenian
populer.

4. Semua yang dibicarakan oleh post modern adalah non seni, tetapi kemudian bisa
diterapkan pada seni, karena tidak ada batas-batas antara seni dan non seni.

5. Karya seni dianggap daur ulang saja yang sifatnya eklektis (campuran) antara barat dan
timur.

6. Kedalaman pemikiran tidak dipentingkan lagi, cukup pemikiran dangkal saja.

7. Realitas bisa dipindahkan ke image, jadi yang penting adalah image / kesan.

8. Bentuk dan gaya lebih penting daripada isi / kualitas seni.

secara terminologi, menurut tokoh dari postmodern, Pauline Rosenau (1992) mendefinisikan
Postmodern secara gamblang dalam istilah yang berlawanan antara lain: Pertama,
postmodernisme merupakan kritik atas masyarakat modern dan kegagalannya memenuhi
janji-janjinya. Juga postmodern cenderung mengkritik segala sesuatu yang diasosiasikan
dengan modernitas.Yaitu pada akumulasi pengalaman peradaban Barat adalah industrialisasi,
urbanisasi, kemajuan teknologi, negara bangsa, kehidupan dalam jalur cepat. Namun mereka
meragukan prioritas-prioritas modern seperti karier, jabatan, tanggung jawab personal,
birokrasi, demokrasi liberal, toleransi, humanisme, egalitarianisme, penelitian objektif,
kriteria evaluasi, prosedur netral, peraturan impersonal dan rasionalitas. Kedua, teoritisi
postmodern cenderung menolak apa yang biasanya dikenal dengan pandangan dunia (world
view), metanarasi, totalitas, dan sebagainya.
Postmodernisme bersifat relatif. Kebenaran adalah relatif, kenyataan (realitas) adalah relatif,
dan keduanya menjadi konstruk yang tidak bersambungan satu sama lain. Hal tersebut jelas
mempunyai implikasi dalam bagaimana kita melihat diri dan mengkonstruk identitas diri.
Hal ini senada dengan definisi dari Friedrich Wilhelm Nietzsche sche (1844-1900) dikenal
sebagai nabi dari postmedernisme. Dia adalah suara pionir yang menentang rasionalitas,
moralitas tradisional, objektivitas, dan pemikiran-pemikiran Kristen pada umumnya.
Nietzsche sche berkata, Ada banyak macam mata. Bahkan Sphinx juga memiliki mata; dan
oleh sebab itu ada banyak macam kebenaran, dan oleh sebab itu tidak ada kebenaran.
Menurut Romo Tom Jacob, kata postmodern setidaknya memiliki dua arti: (1) dapat
menjadi nama untuk reaksi terhadap modernisme, yang dipandang kurang human, dan mau
kembali kepada situasi pra-modernisme dan sering ditemukan dalam fundamentalisme; (2)
suatu perlawanan terhadap yang lampau yang harus diganti dengan sesuatu yang serba baru
dan tidak jarang menjurus ke arah sekularisme.

Perkembangan Sejarah dan Tokoh-tokoh Postmodern


Pada awalnya, kata postmodern tidak muncul dalam filsafat ataupun sosiologi.
Wacana postmodern ini pada awalnya muncul dalam arsitektur dan kemudian juga dalam
sastra. Arsitektur dan sastra postmodern lebih bernafaskan kritik terhadap arsitektur dan
sastra modern yang dipandang sebagai arsitektur totaliter, mekanis dan kurang human.
Akhirnya, kritik terhadap seni arsitektur dan sastra modern ini menjadi kritik terhadap
kebudayaan modern pada umumnya yang dikenal sebagai era postmodern.
Benih posmo pada awalnya tumbuh di lingkungan arsitektur. Charles Jencks dengan bukunya
The Language of Postmodern Architecture (1975) menyebut post modern sebagai upaya
mencari pluralisme gaya arsitekture setelah ratusan terkukung satu gaya. Postmodernisme
lahir di St. Louis, Missouri, 15 Juli 1972, pukul 3:32 sore. Ketika pertama kali didirikan,
proyek rumah Pruitt-Igoe di St. Louis di anggap sebagai lambang arsitektur modern. Yang
lebih penting, ia berdiri sebagai gambaran modernisme, yang menggunakan teknologi untuk
menciptakan masyarakat utopia demi kesejahteraan manusia. Tetapi para penghuninya
menghancurkan bangunan itu dengan sengaja. Pemerintah mencurahkan banyak dana untuk
merenovasi bangunan tsb. Akhirnya, setelah menghabiskan jutaan dollar, pemerintah
menyerah. Pada sore hari di bulan Juli 1972, bangunan itu diledakkan dengan dinamit.
Menurut Charles Jencks, yang dianggap sebagai arsitek postmodern yang paling
berpengaruh, peristiwa peledakan ini menandai kematian modernisme dan menandakan
kelahiran postmodernisme
Akhirnya, pemikiran postmodern ini mulai mempengaruhi berbagai bidang kehidupan,
termasuk dalam bidang filsafat, ilmu pengetahuan, dan sosiologi. Postmodern akhirnya
menjadi kritik kebudayaan atas modernitas. Apa yang dibanggakan oleh pikiran modern,
sekarang dikutuk, dan apa yang dahulu dipandang rendah, sekarang justru dihargai.

Postmodern sebagai Filsafat


Filsafat postmodern pertama kali muncul di Perancis pada sekitar tahun 1970-an, terlebih
ketika Jean Francois Lyotard menulis pemikirannya tentang kondisi legitimasi era
postmodern, dimana narasi-narasi besar dunia modern (seperti rasionalisme, kapitalisme, dan
komunisme) tidak dapat dipertahankan lagi.
Seperti yang telah diterangkan diatas, pada awalnya lahir dari kritik terhadap arsitektur
modern, dan harus kita akui kata postmodern itu sendiri muncul sebagai bagian dari
modernitas. Ketika postmodern mulai memasuki ranah filsafat, post dalam postmodern tidak
dimaksudkan sebagai sebuah periode atau waktu, tetapi lebih merupakan sebuah konsep yang
hendak melampaui segala hal modern. Konsep postmodernitas yang sering disingkat sebagai
postmodern ini merupakan sebuah kritik atas realitas modernitas yang dianggap telah gagal
dalam melanjutkan proyek pencerahannya.
2. yang Berkelanjutan
27
arsitektur
.net
2007 vol. 1 no. 1
Diawali dari kebutuhan manusia akan naungan dan perlindungan diri dari ke
-
adaan alam yang tidak bersahabat dengan manusia. Awalnya, manusia mencari
gua-gua untuk berlindung, membuat naungan berupa tenda berbentuk kerucut
atau setengah bola sampai rumah panggung dan lain-lain, dari tenda yang ber
-
bentuk kerucut hingga rumah yang merupakan kesatuan dari bentuk prisma dan
balok.
/DOX PDQXVLD PXODL
PHPLNLUNDQ VHJL
NHLQGDKDQ DWDX
HVWHWLND SDGD
WHPSDW EHU
-
tinggalnya (mengingat adanya kebutuhan manusia). Sehingga timbulah gaya
bangunan-bangunan yang memiliki ornamen-ornamen yang memiliki makna-
makna kebudayaan pada saat itu. Pada saat ini manusia terus mengembang
-
kan konsep-konsep geometri untuk membuat komposisi proporsi yang baik yang
dapat dikatakan indah, seperti teori the golden section, penataan klasik, teori-
teori renaissance, modular, ken, antropometri, dan skala (Ching).
Seiring berkembangnya jaman, muncul pemikiran lebih lanjut bahwa penggu
-
naan ornamen yang berlebihan merupakan arsitektur yang tidak jujur. Pada ja
-
PDQ LQL RUDQJ
OHELK PHQJXWDPDNDQ
HVLHQVL GDQ
HIHNWLWDV VHVXDL
GHQJDQ IXQJVL

pada rancangannya. Arsitektur modern menolak penggunaan material, struktur,


elemen-elemen pembentuk ruang yang dipakai hanya sekedar untuk pemanis
dan sebagainya. Melainkan percaya bahwa keindahan pada arsitektur terbentuk
ketika fungsi menjadi prioritas utama dalam perancangannya tanpa meninggal
-
kan aturan komposisi yang dianggap baik. Sehingga tidak mengherankan ben
-
tuk geometri yang dihasilkan terlihat sederhana dan minimalis atau seperlunya
tapi masih memiliki komposisi dan proporsi yang ideal secara visual. Namun,
pemahaman modernis ini dipandang sebagai sesuatu yang terlalu kaku, ter
-
lalu komunis, karena menyama-ratakan semua rancangan di setiap tapak yang
memiliki karakter yang berbeda-beda. Arsitektur modern dengan segala macam
aturannya bisa diterapkan di semua tempat di dunia ini, membuatnya tidak lagi
kontekstual terutama terhadap alamnya (manusia dan lingkungan hidupnya).
Perkembangan geometri dalam arsitektur pun terus berlangsung, ditandai
dengan sebuah gerakan yang dinamakan oleh Robert Venturi sebagai post-
modernisme. Suatu pemahaman baru yang cukup berlawanan dengan gerakan
arsitektur terdahulunya. Post-modernisme secara umum memiliki pemahaman
bahwa arsitektur merupakan bahasa yang digunakan untuk mengkomunikasikan
berbagai macam hal. Bahasa tersebut berpengaruh pada hasil akhirnya, yakni
bentuk-bentuk geometri yang beragam dengan mempertimbangkan berbagai
macam konteks.
Selain perkembangan metode di atas, masih banyak lagi metode perancagan
yang lain, yang membuka banyak kemungkinan hasil rancangan arsitektur, sep
-
HUWL WRSRORJL \DQJ
EHUPDLQ GDODP
EHEHUDSD DWXUDQ
NRQHNWLWDV NHWDUKXEX
QJDQ
inside-outsideness, orientasi atau vektor, dan kekompakan. Topologi sangat
memperhatikan pengalaman ruang dan waktu yang akan dihasilkan dari rumu
-
san geometri yang terjadi karena kaidah dasar topologi tersebut.
Demikian pemahaman akan geometri sangat beragam dan terus berkembang
sesuai dengan perkembangan pemikiran manusia. Perkembangan geometri
pada arsitektur merupakan sebuah proses ketika satu fase memicu tahapan
fase yang berikutnya dan seterusnya. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa
keberadaan geometri sebagai bagian dari proses perancangan arsitektur tidak
membatasi melainkan membebaskan. Dengan geometri, ide yang tak terhing
-
ga yang masih ada dalam pikiran manusia bisa menjadi ada di dunia nyata. Di
sinilah pemahaman akan geometri yang seakan-akan membatasi, menjadi pe
-
mikiran yang terus berkembang sampai kapan pun, membebaskan ruang yang
WHUGHQLVL VHLULQJ GHQJ
DQ EHUMDODQQ\D ZDNWX
28
arsitektur
.net
2007 vol. 1 no. 1
Di sini geometri menjadi sebuah perjalanan proses yang terdiri dari berbagai ma
-
cam fase yang memiliki aturan dan hasil yang berbeda-beda. Namun demikian,
ternyata fase yang satu merupakan perantara ke fase selanjutnya, dan terus
berlanjut sampai set erusnya.
How needful and necessary the most secret art of geometry is without it the
DUFKLWHFW LV QR
PRUH WKDQ
D VWRQH
GHVSRLOHU
(Evans, 1995: xxvi). Geometri men
-
jadi suatu hal yang sangat penting dalam perancangan arsitektur sebagai alat
XQWXN PHQGHQLVLNDQ UX
DQJ 6HSHUWL \DQJ
NLWD NHWDKXL
JHRPHWUL PHUXSDNDQ
VH
-
EXDK RUGHU \DQJ
PHPLPSLQ SHUDQFDQJ
GDODP SURVHVQ\D
VHFDUD HVLHQ
PHQFD
-
pai sesuatu yang diinginkan menjadi indah. Aturan-aturan yang ada tersebut
kelihatannya mengikat dan mengarahkan suatu perancangan ke satu tujuan ter
-
tentu. Tetapi, sesuai pernyataan di atas, tanpa adanya aturan tertentu arsitek
hanya akan menjadi sebatas tukang batu yang menyusun batu-batu sehingga
menjadi hasil yang tanpa makna. Sebaliknya, ketika perancang memutuskan
untuk memegang satu aturan tertentu yang cocok dengan jiwanya dan tentu
saja jiwa lingkungannya (genius loci), kreativitas perancang tersebut akan terus
tersimulasi menghasilkan sesuatu yang lebih dan lebih lagi. Aturan ini menjadi
seperti trigger atau pemicu untuk mengembangkan ide-ide sedehana yang mun
-
cul di awal. Aturan ini menjadi isu yang merupakan tantangan dan tekanan bagi
perancang untuk semakin berkembang sebebas-bebasnya.
PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI ARSITEKTUR MODERN
Arsitektur modern memiliki ornament yang sangat minim. Pada arsitektur modern fungsi
lebih diutamakan dalam menentukan bentuk, ukuran dan bahan. Di Indonesia rumah-
rumah dengan gaya arsitektur modern mulai banyak diterapkan pada awalt tahun 70-an.
Di masa sekarang pun banyak rumah-rumah baru yang dibangun dengan gaya arsitektur
modern dengan penyesuain terhadap bahan bangunan dengan teknologi terkini,
perkembangan budaya dan wawasan serta gaya hidup penghuninya.
Eksterior rumah dengan gaya arsitektur modern didominasi dengan jendela yang
berukuran lebar dan atau tinggi, list plang beton memanjang dan kanopi yang
menjeorok ke depan. Dengan kolom yang simple atau bahkan tanpa kolom. Bentuk
masa rumah modern di dekorasi dengan ornament garis vertical, horizontal, dan
diagonal yang sederhana pada dinding eksterior yang luas
Interior rumah modern ditata dengan ornament yang sederhana, plafond bertingkat dan
void di ruang-ruang public yang meberikan kesan luas.
Ruang pada rumah dengan gaya Arsitektur Modern umunya transparan, menerus,
ruang-ruang saling terhubung dengan ruang-ruang perantara dibatasi oleh dekorasi
interior yang tidak masiv.
Bahan bangunan berupa stainless steel finishing polished, aluminum anodized, kaca
berwarna / tinted glass, marupakan bahan dengan jenis finishing mencirikan rumah
modern dimasa-masa awal berkembangnya di Indonesia. Disaat sekarang ini banyak
bahan engunan dengan teknologi modern yang menjadi komponen penting seperti
galvanized metal, granitile, grc, perforated metal dll.
Beberapa ciri arsitektur modern sebagai berikut:
Modern :
1. Suatu gaya Internasional atau tanpa gaya.
2. berupa khayalan
3. bentuk tertentu, fungsional
4. Zeitgeit
5. Seniman sebagai nabi
6. Elitis untuk setiap manusia
7. Bersifat menyeluruh, luas meliputi banyak hal
8. Arsitek sebagai juru selamat
Late Modern :
1. Gaya yang disengaja
2. pragmatis
3. Longgar
4. Late Kapitalis
5. Seniman yang tertekan
6. Elitis Profesional
7. Bersifat menyeluruh
8. Arsitek memberikan pelayanan.
Post Modern :
1. Gaya dengan dua makna
2. bersifat umum, bebeda-beda
3. bentuk semiotic
4. Tradisi dan pilihan
5. Elitis dan partisipatif
6. Satu per Saturday
7. Arsitek sebagai wakil dan aktifis
STYLISTIC :
Modern :
1. Bersifat lurus kearah depan
2. Sederhana
3. Ruang isotropic typical(Chicago Frame, Domino)
4. Bentuk Abstrak
5. mempertahankan kemurnian
6. Bentuk kotak yang tidak jelas
7. Estetika mesin, logika, sirkulasi, mekanikal, teknologi, struktur
8. Anti ornamen
9. Anti penggambaran
10. Anti histories
11. Anti humor
12. Anti symbol
Late Modern :
1. Super sensual, teknologi yang cekatan, teknologi tinggi
2. Kesederhanaan yang kompleks, mereferensikan 2 arti
3. Ruang isotropic ekstrim, berlebihan, mutlak
4. Bentuk2 pahatan,ukiran, hiper-bola, bentuk membingungkan
5. pengulangan yang ekstrim, mempertahankan kemurnian
6. Artikulasi Ekstrim
7. Estetika mesin kedua, logika ekstrim, sirkulasi, mekanikal, teknologi dan struktur
8. Struktur dan konstruksi sebagai ornamen
9. menampilkan logika, sirkulasi, mekanikal, teknologi dan struktur, pergerakan yang dibekukan
10. Anti methapor
11. Anti histories
12. Tiddak bermaksud humor, penggunaan yang tidak tepat
13. tidak bermaksud simbolik
Post-Modern :
1. Ekspresi campuran
2. Kerumitan
3. Ruang yang berubah-ubah dengan kejutan
4. Konvensional dan bentuk abstrak
5. Pencampuran dari berbagai sumber
6. Articulasi semiotic
7. Bermacam-macam estetika yang berubah-ubah, berdasarkan keadaan, pengungkapan isi dan
kelayakan semantic terhadap fungsi
8. Pro organic, pemakaian ornamen
9. Pro penggambaran
10. Pro methapor
11. Pro referensi histories
12. Pro humor
13. Simbolik
DESIGN IDEAS :
Modern :
1. Kota ditaman
2. Pemisahan fungsi
3. Kulit dan Tulang
4. Volume bukan massa
5. Papan ujung balok
6. Transparan
7. Asimetri, bersifat tetap
8. penggabungan yang harmonis
Late Modern :
1. Monumen ditaman
2. Fungsi di dalam bangsal
3. kulit licin, terlihat basah, distorsi
4. Pengurangan, grid-grid elips, irasional grid
5. Volume tertutup kulit, peniadaan massa, bentuk umum
6. Street building, linear
7. sifat tembus yang harafiah
8. Cenderung simetris dan rotasi formal, pencerminan, berkelanjutan
9. Keselarasan terbungkus, kekuatan yang seimbang
Post Modern :
1. Keadaan kota dan perbaikan
2. pencampuran fungsi
3. Arti yang langsung dimengerti
4. Ruang yang tidak simetris, dan perluasan
5. Street building
6. ke-dwiarti-an
7. cenderung asimetris/simetris
8. Penampilan / Bentrokan

Post modern space


Ciri-ciri ruang dari aliran Post Modern :
1. Pelapisan ruang.
2. Peniadaan atau penghilangan ruang
3. Penuh dengan kejutan
4. Grid miring dan diagonal
5. Keambiguan akibat keterbalikan antara ruang-ruang positif dan negatif
Aliran post modem ini berusaha untuk lepas dan ciri-ciri yang melekat pada aliran
modem, tetapi dalam kenyataannya aliran mi tetap memasukkan ciri-ciri dan unsur modern.
Post modem mi difokuskan pada rancangan spatial interpenetration, dimana dua atau
lebih ruang yang berlainan dapat digabung secara overlap dan saling bertemu, sehingga
menghasilkan aljran ruang yang menerus. Pendukung aliran mi mencoba untuk mendefinisikan
ruang lebih besar dan sekedar ruang abstrak dan menghasilkan arti ganda, keanakaragaman dan
kejutan.
Dengan interpretasi dan pelapisan ruang, akan menghasilkan ruang yang misterius,
kompleks dan penuh dengan kejutan. Kerumitan yang formal dan symbolic collage adalah
karakteristik dan ruang Post Modem.
Explosive Arsitektur merupakan salah satu bagian dan arsitektur Late-Modem. Aliran Late-
Modern sendiri dibagi menjadi 2, yaitu :
~ Aliran tahun 60-an dekade dengan grid diagonal
~ Aliran tahun 70-an dekade dan grid miring
Kedua aliran mi melahirkan bentuk-bentuk yang eksotik dan berani.
Tokoh-tokoh pada aliran ini antara lain:

1. Sigfried Giedion
2. Frank OGehry
3. Theo Van Doesburg
4. Robert Venturi
5. Robert Stem
6. Thomas Gordon Smith
7. Richard Meier
8. Ron Davis
9. Eugene Kupper
10. Michael Graves
11. GunnarAsplund
12. Charles Moore
13. William Turn Bull
14. Fredericd Fisher

Fransesco Goromini, Guanino Guanini,Balthasar Newmann :


1. Fokusnya pada titik spasial
2. Terdapat overlap dan dua atau lebih volume massa
Robert Ventuni,Robert Stern,Edwin Lutyens :
1. Pergeseran aksis barisan dan pelapisan ruang
2. Penggunaan bentuk-bentuk yang tidak utuh
3. Pengolahan ruang atau zoning yang membingungkan
4. Terdapat banyak penghilangan bentuk (faade,dinding-dinding kurva,atap yang berbeda)
Frank 0 Gehri, Kuper, Ron Davis :

- Penggunaan liminal elemen secara tidak tepat


- Perencanaan ruang yang demi-form
- Masih menggunakn elemen-elemen modem
- Batas-batas antar ruang tidak jelas atau semua
- Adanya pembatasan dan peniadaan elemen-elemen yang ada sebelumnya
- Sirkulasi dalam ruang tidak jelas
- Tidak tertarik penggunaan elemen semantik dan simbolik
- Desainnya mengikuti kata hatinya
- Menggunakan grid miring,perspektifmundur.banvak kesan ambigu yang timbul
dalanlesainnva
Charles Moore,William Turn Bull :

1. Pelapisan ruang
2. Penggunaan ruang-ruang yang miring
3. Mempunyai kesan misterius
4. Terdapat penghilangan baik formal maupun non formal
5. Menggunakan elernen-elemen yang mengejutkan dan menimbulkan kesan
monumental

Thomas Gordon Smith :

~ Sealiran dengan Robert Venturi


Mengutamakan kebebasan lengkung-lengkung brok dan modern sepanjang ruang
~ Antara titik yang satu dengan yang lainnya beradu, saling memotong kadang-
kadang bergabung
Michael Graves :
~ Mengambil pembalikan-pembalikan positif negatif sampai suatu titik dimana
topiary itu sendiri menjadi bentuk bangunan dan struktur arsitektural dipecah dan
diledakkan terpisah menjadi ruangruang seperti ruang parkir, publik front, ceremonial
garden dan sebagainya dengan bentuk-bentuk demiform.

Anda mungkin juga menyukai