Anda di halaman 1dari 6

Judul jurnal 1

HUBUNGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM MENJALANKAN


SOP PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS

a. Identifikasi masalah

Pasien yang dirawat di rumah sakit selalu diberikan perawatan


berupa pemasangan infus atau terapi intravena. Pasien diberi terapi infus
atau intravena ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi pasien dengan
mempertahankan keseimbangan cairan, mengganti elektrolit tubuh dan zat
makanan yang hilang dan juga sebagai pemberian obat dan vitamin. Salah
satu komplikasi pemberian terapi intravena adalah phlebitis. Phlebitis
merupakan inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia atau
mekanik. Tanda terjadinya phlebitis adalah dengan adanya daerah yang
merah, nyeri, dan pembengkakan di daerah penusukan atau spanjang vena.

Dari data pasien rawat inap di Indonesia pada tahun 2010 dan
RSUD Tugurejo Semarang pada tahun 2012 dapat diketahui bahwa pasien
yang dirawat inap di rumah sakit masih banyak yang mengalami phlebitis.
Untuk mencegah terjadinya phlebitis diperlukan kepatuhan perawat dalam
melakukan pemasangan infus yang sesuai dengan Standar Operasional
Procedure (SOP). Dengan mematuhi dan menerapkan SOP merupakan
upaya yang dilakukan untuk menjaga keselamatan pasien. Penerapan SOP
pada prinsipnya adalah bagian dari kinerja dan perilaku individu dalam
bekerja sesuai dengan tugasnya dalam organisasi. Berdasarkan latar
belakang tentang hubungan kepatuhan perawat dalam menjalankan SOP
pemasangan infus dengan kejadian phlebitis maka dilakukan peneilitian di
ruang rawat inap RSUD Tugurejo Semarang.

b. Analisis hasil penelitian jurnal

Dari hasil penelitan di RSUD Tugurejo Semarang tahun 2013 dari


74 responden dapat dilihat perawat yang lebih patuh dalam menggunakan
SOP. Menurut usia, perawat yang mempunyai umur 21 40 tahun masih
banyak yang tidak patuh pada SOP pemasangan infus dibandingkan
dengan perawat yang lebih tua. Menurut lama pengalaman bekerja perawat,
perawat yang sudah bekerja selama 1 5 tahun masih belum banyak
pengetahuan-pengetahuan dan pengalaman sehingga banyak perawat yang
meremehkan dan bekerja tanpa menggunnaka SOP yang sudah ditetapkan
oleh rumah sakit. Dari 74 responden juga diperoleh hasil bahwa perawat
wanita lebih teliti dan patuh saat melakukan tindakan dibandingkan
dengan perawat pria.

Jika dilihat dari latar pendidikan perawat di RSUD Tugurejo


Semarang, perawat yang merupakan lulusan D3 keperawatan bekerja lebih
baik dibandingan perawat yang lulusan S1 keperawatan. Semakin tinggi
pendidikan, sehaurusnya semakin banyak informasi yang akan diterima.
Dari hal ini dapat diketahui bahwa semakin tinggi pendidikan belum tetntu
dapat dikaitakan dengan kepatuhan perawat yang melakukan pemasangan
infus yang sesuai dengan SOP.

Hasil peneliatian secara kesuluruhan menunjukkan bahwa


responden yang patuh dalam menjalankan pemasangan infus di RSUD
Tugurejo Semarang tahun 2013 adalah 52 responden. Dari 52 responden
ini sebanyak 47 (90,4%) tidak terjadi phlebitis dan yang mengalami
phlebitis ada 5 pasien. Pada responden yang tidak patuh dalam
menjalankan SOP pemasangan infus sebanyak 22 responden, 14
diantaranya mengalami kejadian phlebitis. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan antara tingkat kepatuhan perawat dalam menjalankan
SOP pemasangan infus dengan kejadian phlebitis. Hal ini terjadi karena
yang berkontribusi dalam kejadian phlebitis salah satunya adalah teknik
aseptik (cuci tangan dan memakain sarung tangan) dan ini telah diatur
dalam SOP pemasangan infus.

c. Saran

Sumber daftar pustaka seharusnya minimal 5 tahun dari saat jurnal


penelitian tersebut agar lebih valid kebeanarannya.
d. Aplikasi dalam asuhan keperawatan

Sebagai perawat sebaiknya harus benar-benar memperhatikan dan


menerapkan SOP pemasangan infus dengan benar. Karena perawat yang
akan selalu memberikan perawatan infus kepada pasien yang menjalani
rawat inap di rumah sakit karena suatu penyakit jadi sebagai perawat harus
menghindari resiko infeksi nesokomial.

Judul jurnal 2

HUBUNGAN PERAWATAN INFUS DENGAN TERJADINYA


FLEBITIS PADA PASIEN YANG TERPASANG INFUS DI
PUSKESMAS KRIAN SIDOARJO

a. Identifikasi masalah

Perawatan infus intravena yang sedang terpasang merupakan tugas


perawat yang membutuhkan pengetahuan perawat dan keterampilan
tentang pemasangan dan perawatan infus, prinsip-prinsip aliran, selain itu
pasien harus dikaji dengan teliti baik komplikasi lokal maupun sistemik.
Jika flebitis terjadi maka masukan terapi cairan intravena akan tersumbat
dan tidak dapat terpenuhi, untuk itu selama pemberian terapi cairan
intravena pasien harus mendapat pengawasan dan observasi yang benar

b. Analisis hasil penelitian jurnal

Dari seluruh hasil penelitian ditunjukkan bahwa pasien yang mengalami


flebitis di Puskesmas Krian Sidoarjo hanya 30% dari 20 pasien. Perawatan
terapi intravena adalah suatu upaya atau cara untuk mencegah masuknya
mikroorganisme pada vaskuler sehingga tidak menimbulkan terjadinya
infeksi saat terpasang infus dengan cara yang benar sesuai prosedur.

c. Saran

Topik yang dibahas masih terlalu luas, seharusnya lebih spesifik lagi.
Pembahasan terlalu banyak tapi hasil penelitian terlalu sedikit. Penelitian
juga sebaiknya dilakukan spesifik misalnya pada pasien pada usia tertentu,
lama pasien dirawat inap dan sebagainya.

d. Aplikasi dalam asuhan keperawatan

Perawat harus selalu melakukan tindakan sesuai prosedur yang ada.


Karena dapat mengurangi resiko flebitis atau komplikasi lain pada pasien
di rumah sakit. Perawat juga harus membuat pasien senyaman mungkin
selama berada di rumah sakit dan menjalani terapi intravena.

Judul jurnal 3

HUBUNGAN LAMANYA PEMASANGAN INFUS (INTRAVENA)


DENGAN KEJADIAN FLEBITIS PADA PASIENDI IRINA F BLU
RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO

a. Identifikasi masalah

Pemasangan infus atau terapi intravena merupakan tindakan life saving


seperti pada kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi, dan syok.
Keberhasilan terapi diperlukan pen getahuan dasat tentang keseimbangan
cairan dan elektrolit serta asam basa. Terapi intravena biasanya didasarkan
oleh tujuan dan lamanya terapi. Perawat harus bisa mengatur dan
mmpertahankan sistem selama perawatan terapi intravena. Kesalahan
dalam terapi intravena dapat menimbulkan komplikasi seperti terjadinya
flebitis. Flebitis merupakan slah satu infeksi nosokomial. Berdasarkan
sebuh penelitian, lama waktu pemberian cairan intravena dapat
menilbilkan flebitis.

b. Analisis hasil penelitian jurnal

Dari 58 responden dalam penelitian ini, ada 37 (63,8%) responden


yang terapasang infus dengan rentang waktu 48-72 jam dan 21 (36,2%)
responden terpasang infus dengan rentang waktu lebih dari 72 jam. Dari 58
responden ini juga diketahui pasien yang mengalami flebitis sebanyak 20
dan yang tidak menngalami flebitis sebanyak 38 responden. Dari 21
responden yang terpasang infus lebih dari 72 jam, 16 diantaranya
mengalami flebitis dan sisanya tidak mengalami. Sedangkan pada 37
responden yang terpasang infus kurang dari 72 jam hanya 4 responden
yang mengalami flebitis. Hal ini terjadi karena pemasangan kanula yang
terlalu lama sehingga memberi kontribusi flebitis bakterial.

c. Saran

Obyek penelitian sebaiknya tidak terlalu banyak cukup beberapa kategori


namun langsung ke pokok tujuan. Refrensi yang dipakai juga banyak yang
sudah melewati batas 5 tahun.

d. Aplikasi dalam asuhan keparawatan

Sebagai perawat sebaiknya haru selalu memperhatikan keadaan pasien


teerutama pasien rawat inap di rumah sakit. Penggatian infus juga harus
dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditemtukan sehingga dapat
menghindari resiko nosokomial.pastikan juga perawat selalu mencuci
tangan sebelum melakukan tindakan kepada pasien agar pasien atau saat
perawatan infus tidak ada bakteri yang terbawa sehingga terhindar dari
kontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA

Triwidyawati ,Dinna, dkk. 2013. HUBUNGAN KEPATUHAN PERAWAT


DALAM MENJALANKAN SOP PEMASANGAN INFUS DENGAN
KEJADIAN PHLEBITIS

http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/ejournal/index.php/ilmukeperawatan/article/v
iewFile/114/140 diakses pada tanggal 17 Maret 2014 pukul 17.15

Aprillin ,Heti, S.Kep, Ns. 2011. HUBUNGAN PERAWATAN INFUS DENGAN


TERJADINYA FLEBITIS PADA PASIEN YANG TERPASANG INFUS DI
PUSKESMAS KRIAN SIDOARJO.

www.dianhusada.ac.id/jurnalimg/jurper1-2-het.pdf diakses pada tanggal 18 Maret


pukul 19.30

Komaling, Christian M., Lucky Kumaat, Franly Onibala. 2014. HUBUNGAN


LAMANYA PEMASANGAN INFUS (INTRAVENA) DENGAN KEJADIAN
FLEBITIS PADA PASIENDI IRINA F BLU RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU
MANADO.

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/download/4051/3567 diakses
pada tanggal 18 Maret pada pukul 19.45

Anda mungkin juga menyukai