Anda di halaman 1dari 23

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

III.1 Proses Pembuatan Semen

Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu kapur/gamping
sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil
akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang
mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Bila semen dicampurkan dengan
air, maka terbentuklah beton. Beton nama asingnya, concrete-diambil dari gabungan
prefiks bahasa Latin com, yang artinya bersama-sama, dan crescere (tumbuh), yang
maksudnya kekuatan yang tumbuh karena adanya campuran zat tertentu.
Proses pembuatan semen pada dasarnya melalui beberapa tahapan, yaitu: proses
penyiapan bahan baku, proses penghancuran (crushing), penyimpanan dan pengumpanan
bahan baku, penggilingan dan pengeringan bahan baku, pencampuran(blending) dan
homogenasi, pemanasan awal (pre-heating) proses pembakaran (firring), pendinginan,
proses penggilingan akhir, proses pengisian.

III.2 Proses Penyiapan Bahan baku

III.2.1 Bahan baku Utama pembuatan semen

1. Batu Kapur
Susunan batu-batuan yang mengandung 50 % CaCO3 atau lebih sering disebut batu
kapur (gamping) atau dengan istilah Limestone. Dibedakan atas kandungan CaCO 3
nya:

a. Batu Kapu kadar tinggi (High Grade), kandungan CaCO3 nya tinggi,
yaitu: Lebih dari 97 99 %, MgO bersifat menyababkan ekspansi.
b. Batu Kapur kadar menengah (middle grade), kadar CaCOnya 88 -
90 %
c. Batu Kapur mutu rendah (Low Grade),kadar CaCO3nya rendah yaitu
berkisar 85 87 %.

Sifat Fisis:
Bab III Tinjauan Pustaka 37

Fase : Padat
Warna : Putih Kekuningan
Kadar Air : 7-10 H2O
Bulk Dencity : 1,3 ton/m3
Specific Gravity : 2,4 gram/cm3
Kandungan CaCO3 : 85-93%
Kandungan CaO
Low Lime :40-44%
High Lime : 51-53%

Kuat Tekan : 31,6 N/mm2


Silica Ratio : 2,6
Alumina Ratio :2,57
Sifat Kimia :

Mengalami Kalsinasi

CaCO3 CaO + CO2

Warna Batu Kapur adalah putih dan akan berubah menjadi agak kecoklatan
jika terkontaminasi tanah liat atau senyawa besi. Komponen terbanyakpada
batu kapur adalah:

CaCO3, Al2O3, Fe2O3, SiO2 dan mineral lain dengan konsentrasi kecil.

2. Tanah Liat atau Clay

Tanah Liat mempunyai rumus senyawa kimia 2SiO3.2H2O (kaolinite) yang pada
umumnya dikenal masyarakat sebagai lempung atau clay. Untuk semen yang
diperlukan adalah kadar Al2 O3 sehingga apabila jumlah SiO3 lebih banyak dari
Al2O3 maka tanah liat itu tergolong tanah liat yang kurang baik untuk digunakan.
Di alam, tanah liat yang baik biasanya mengandung SiO 3 sebesar 46.5 %. Deposit
tanah liat terjadi dari hasil leburan batu-batuan silika yang kaya mineral. Clay pada
dasarnya terdiri atas berbagai variasi komposisi, yang pada umumnya merupakan

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia (persero) Tbk, Pabrik Tuban
Periode 1 Juli 2013 31 Juli 2013
Bab III Tinjauan Pustaka 38

senyawa alumina silika dengan kadar H2O max 25% dan kadar Al2O3 minimal
14%.

III.2.2 Bahan Baku koreksi

Bahan baku ini dipakai apabila ada kekurangan pada salah satu komponen oksida
mineral pada pencampuran bahan baku utama. Bahan ini antara lain :

1. Pasir Besi (Fe2O3)


Pasir Besi dengan Fe2O3 (Ferri Oksida) sebagai komposisi tertinggi (70-80%)
terdapat pada pantai laut selatan pulau jawa. Pasir Besi selalu bercampur dengan
SiO2 ataupun Titan yang membahayakan produk semen. Pasir Besi berfungsi
juga sebagai penghantar panas dalam pembentukan luluhan terak semen. Pasir
Besi yang depositnya terdapat disepanjang pantai dan berkadar Fe2O3 15% dan
berwarna hitam. Sejak tahun 1998 sebagai pengganti pesir Besi digunakan
Copper slage. Bahan ini berasal dari limbah yang dihasilkan pabrik peleburan
tembaga PT. SMELTEHING Co,Gresik. Kandungan Fe2O3nya sekitar 52-
64%. Bentuk fisiknya berupa granular dan berwarna merah kehitaman.

2. Pasir Silika (SiO2)


Pasir Silika disebut juga Silica Sand mempunyai kandungan SiO2 yang tinggi
90-95%. Depositnya berbentuk gunung-gunung pasir silika dan berkadar SiO2
sekitar 90%. Semakin murni pasir silika, maka akan semakin putih warnanya
dan biasanya disebut pasir kuarsa yang berkadar SiO2 100%. Ini dipakai terus
sebagai bahan tambahan pada pembuatan semen apabila kadar SiO2nya masih
rendah.

3. Limestone High Grade (CaCO3)

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia (persero) Tbk, Pabrik Tuban
Periode 1 Juli 2013 31 Juli 2013
Bab III Tinjauan Pustaka 39

Jika dalam proses pembuatan semen diindikasikan kadar CaOnya kurang maka
dapat digunakan Limestone High Grade atau (kadar CaO > 90%) sebagai bahan
koreksi.

III.2.3 Bahan baku tambahan


1. Gypsum
Gypsum adalah bahan tambahan pembuatan semen yang akan dicampur dengan
clinker pada penggilingan akhir. Gypsum yang dapat digunakan adalah gypsum
alami dan gypsum sintetic. Gypsum yang dipakai pada semen gresik adalah
gypsum sintetic. Kebutuhan Gypsum diperoleh dari Petrokimia Gresik. Dari
Petrokimia Gresik, gypsum diangkut dengan truck ke pabrik berupa kerikil.
Gypsum ini digunakan untuk bahan tambahan pembuatan semen type I atau
semen OPC.

Spesifikasi Gypsum:

Fase : padat
Warna : putih kotor
Kadar air : 10 % H2O
Bulk density : 1,4 ton/m3
Ukuran material : 0-30 mm

2. Trass
PT SG menggunakan trass untuk memproduksi semen PPC (Portland Pozzoland
Cement) yang dikonsumsi dari beberapa daerah Rembang dengan transportasi
truck.

III.3 Proses Pembuatan Semen

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia (persero) Tbk, Pabrik Tuban
Periode 1 Juli 2013 31 Juli 2013
Bab III Tinjauan Pustaka 40

1. Poses basah
Pada prosess ini, bahan baku dipecah kemudian dengan menambahkan air dalam
jumlah tertentu serta dicampurkan dengan tanah liat. Bubur halus dengan kadar air
25-40% (slurry) dikasinasikan dalam tungku panjang(long rotary kiln)
Keuntungan :
Umpan lebuh homogen, semen yang diperoleh lebih baik
Efisiensi penggilingan lebih tinggi dan tidak memerlukan suatu unit
homoginizer
Debu yang timbul relatif sedikit
Kerugian:

Bahan bakar yang digunakan lebih banyak,butuh air yang cukup banyak.
Tanur yang digunakan terlalu panjang karena memerlukan zone dehidrasi
yang lebih panjang untuk mengendalikankadar air.
Biaya produksi lebih mahal.
2. Proses Kering
Pada proses ini bahan baku diolah (dihancurkan) di dslsm Raw Mill dalam keadaan
kering dan halus dan hasil penggilingan (tepung baku) dengan kadar air 0,5-1 %
diklasinasikan dalam rotary kiln.Proses ini menggunakan panas sekitar 1500-1900
kcal/kg kliner
Keuntungan :
Tanur yang digunakan relatif pendek
Panas yang dibutuhkan rendah, sehingga bahan bakar yang dipakai relatif
sedikit, dan membutuhkan air yang telatif sedikit pula.
Kapasitas produksi besar.
Kerugian :

Kadar air sangat mengganggu proses, karena material menempel pada alat.
Campuran umpan kurang homogen.
Banyak debu yang dihasilkan sehingga dibutuhkan alat penangkap debu.
Proses yang digunakan PT Semen Indonesia diPabrik Tuban adalah proses kering.

a) Porses penghancuran (crushing)

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia (persero) Tbk, Pabrik Tuban
Periode 1 Juli 2013 31 Juli 2013
Bab III Tinjauan Pustaka 41

Alat utama untuk menghancurkan bahan baku adalah crusher. Bahan baku
hasil penambangan diangkut menggunakan dump truck dan kemudian dicurahkan
ke dalam hopper. Dimana fungsi dari hopper adalah sebagai alat penampung awal
untuk memasukaan ke ddalam crusher.
Crusher yang digunakan untuk mengancurkan batu kapur terdiri dari dua
bagian. Bagian yang pertama disebut vibrator, yang fungsinya untuk mengayak
atau menyaring batu kapur sehingga batu kapur yang ukurannya lebih kecil akan
langsung jatuh menuju belt conveyor. Batu kapur yang tertinggal akan secara
langsung menuju bagian yang kedua, yaitu bagian yang memiliki alat penghancur
yang dinamakan hammer. Setelah mengalami penghancuran, batu kapur tersebut
akan jatuh menuju belt conveyor yang sama.

b) Proses penympanan dan pengumpanan bahan baku


Setelah mengalami proses penghancuran, bahan-bahan tersebut dikirim
menuju tempat penyimpanan yaitu stock pile dengan menggunakan belt conveyor.
Umumnya, stock pile terdiri dri dua sisi yaitu sisi kanan dan kiri, jika pada
bagian kanan sedang digunakan sebagai proses, maka sisi bagian kiri akan diisi
bahan baku dari crusher. Begitu juga sebaliknya. Untuk mengatur letak
penimpanan bahan baku, digunakan tripper selain itu stock pile juga dilengkapi
dengan reclaimer. Dimana reclaimer ini berfungsi untuk memindahkan atau
menganbil raw material dari stock pile ke belt conveyor dengan kaprsitas tertentu,
sesuai dengan kebutuhan proses, alat ini juga berfungsi untuk menghomogenkan
bahan baku yang akan dipindahkan ke belt conveyor.
Selanjutnya bahan baku dikirim dengan menggunakan belt conveyor
menuju tempat penyimpanan kedua, yang biasa dikatakan merupakan awalan
masukan poses pembuatan semen, yaitu Bin.
Pengumpulan bahan baku kedalam sistem proses selanjutnya diatur oleh
weight feeder, yang diletakkan tepat dibawah bin. Prinsip kerja dari weight feeder
ini adalah mengatur kecepatan scavenger conveyor, yaitu alat untuk mengangkut
material dengan panjang tertentu dan mengatur jumlah bahan baku sehingga jumlah
bahan baku yang ada pada scavenger conveyor sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan. Selanjutnya bahan baku dijatuhkan ke belt conveyor dan dikirim ke
vertical roller mill untuk mengalami penggilingan dan pengeringan. Pada belt
conveyor terjadi pencampuran batu kapur, silica, pasir besi dan tanah liat.

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia (persero) Tbk, Pabrik Tuban
Periode 1 Juli 2013 31 Juli 2013
Bab III Tinjauan Pustaka 42

c) Penggilingan dan Pengeringan bahan baku


Alat utama yang digunakan dalam proses penggilingan dan pengeringan
bahan baku adalah raw mill. Media pengeringanya adalah udara panas yang berasal
dari coller dan pre-heater. Udara panas tersebut juga berfungsi sebagai media
pembawa bahan-bahan yang telah halus menuju proses selanjutnya.
Bahan baku masuk kedala raw mill pada bagian tengah (tempat
penggilingan) sementara itu panas masuk kedalam bagian bawahnya. Material yang
sudah tergiling halus akan terbawa udara panas keluar raw mill melalui bagian atas
alat tersebut.
raw mill memiliki bagian yang dinamakan classifier yang berfungsi untuk
mengendalikan ukuran partikel yang boleh keluar dari raw mill, partikel dengan
ukuran besar dikembalikan ke dalam raw mill untuk mengalami penghalusan
selanjutnya sampai ukuran partikel mencapai ukuran yang diharapkan.
Sementara itu partikel yang ukuranya telah memenuhi kebutuhan akan
terbawa udara panas menuju cyclone. Dimana cyclone ini berfungsi untuk
memisahkan antara partikel yang cukup halus dan partikel yang terlalu halus
(debu). Partikel yang cukup halus akan turun ke bagian bawah cyclone dan dikirim
ke blending silo untuk mengalami pengadukan dan homogenasi. Partikel yang
terlalu halus (debu) akan terbawa udara panas menuju electrostatic precipitator.
Alat ini berfungsi untuk menangkap debu-debu tersebut sehingga tidak lepas ke
udara. Debu-debu yang ternangkap, di kumpulkan di dalam dust bin, sementara itu
udara akan keluar melalui stack.

d) Pencampuran (blending) dan homogenasi


Alat utama yang digunakan untuk mencampur dan menghomogenkan bahan
baku adalah blending silo, dengan media pengaduk adalah udara.
Bahan baku masuk ndari bagian atas blending silo, oleh karena itu alat
transportasi yang digunakan untuk mengirim bahan baku hasil penggilingan
blending silo adalah bucket elevator, dan keluar dari bagian baawah blending silo
dilakukan pada beberapa titik dengan jarak tertentu, dan diatur denagn
menggunakan valve yang sudah diatur waktu bukanya. Proses pengeluaran dari
beberapa titik dilakukan untuk memenuhi kehomogenan bahan baku.

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia (persero) Tbk, Pabrik Tuban
Periode 1 Juli 2013 31 Juli 2013
Bab III Tinjauan Pustaka 43

e) Pemanasan awal (pre-heating)


Alat utama yang digunakan untuk proses pemanasan awal bahan baku
adalah pre-heater, sedangkan alat bantunya adalah kiln feed bin.
Setelah mengalami homogenasi di blending silo, material terlebih dahulu di
tampung di dalam kiln feed bin, bin ini merupakan tempat umpan yang akan masuk
ke dalam pre-heater, Ada 4 tahap pemanasan yang dilakukan dalam pre-heater.
Pertama hingga ketiga adalah dipanaskan oleh angin panas dari kiln, namun yang
ke empat adalah dibakar dengn api dan juga digunakan teknik cyclone sehingga
benar-benar terbakar sempurna bahan bahan tersebut hingga suhu yang diinginkan
sebelum masuk kiln adalah mencapai 850-900c.
Output dari preheater ini adalah debu panas, karena titik didih bahan bahan
tersebut memang masih diatas suhu tersebut.

f) Pembakaran (firring)
Alat utama yang digunakan adalah tanur putar atau rotary kiln. Rotary kiln
adalah alat berbentuk silinder memanjang horizontal yang diletakkan dengan
kemirinngan tertentu. Dimana ujung satunya adalah tempat material masuk
sedangkan ujung lainya adalah tempat terjadinya pembakaran bahan bakar.
Material akan mengalami pembakaran dari temperatur endah ke temperatur tinggi.
Debu panas dari preheater yang mencapai 850-900c akan langsung masuk
kiln. Di kiln akan disembur dengan serbuk batubara yang menyala dengan api
hingga suhu bagian dalam kiln mencapai 1400-1500c.
Untuk mengetahui sistem kerja tanur putar, proses pembakaran bahan
bakarnya, tanur putar di lengkapi dengan gas analyzer. Gas analizer ini berfungsi
untuk mengendalikan kadar O2,CO, dan NOx pada gas buang jika terjadi kelebihan
atau kekurangan, maka jumlah bahan bakar dan udara bisa disesuaikan. Didalam
taunur putar terjadi proses kalsinasi, simntering, clinkering.
Bahan bakar dari kiln sendiri dihasilkan dari batu bara yang dihaluskan
hingga menjadi bubuk pada proses di coal mill

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia (persero) Tbk, Pabrik Tuban
Periode 1 Juli 2013 31 Juli 2013
Bab III Tinjauan Pustaka 44

g) Pendinginan (cooling)
Alat utama yang digunakan untuk proses prndinginan clinker adalah cooler.
Cooler ini dilengkapi dengan alat penggerak material, sekaligus sebagai saluran
udara pendingin yang disebut grate dan alat pemecah clinker (clinker breaker).
Setelah proses pembentukan clinker selesai dilakukan dalam tanur putar,
clinker tersebut terlebih dahulu didinginkan didalam cooler sebelum disimpan
didalam clinker silo. Cooler yanng digunakan menggunakan udara luar sebagai
pendingin. Udara yang keluar dari cooler dimanfaatkan sebagai media pemanas
pada raw mill, sebagai pemasok udara panas pada kiln, dan sebagian lain di buang
ke udara bebas. Proses pendinginan ini sama seperti pre-heater, yaitu di ulangi
berkali kali hingga suhu clinker menjadi sekitar 90-100c saja.
Setelah didinginkan clinker dikirim mrnuju tempat penyimpanan clinker
(clinker silo) dengan menggunakan alat transportasi yaitu deep pan conveyor.
Sebelum sampai di clinker silo, clinker akan melalui sebuah alat pendeteksi kapur
bebas, jika kandungan kapur bebas clinker melebihi batas yang diharapkan maka
clinker akan dipisahkan dan disimpan dalam bin tersendiri.

h) Penggilingan akhir
Alat utama yang digunakan pada penggilingan akhir, dimana terjadinya pula
penggilingan clinker dengan gypsum adalah ball mill. Alat ini berbentuk silinder
horizontal. Bagian dalam ball mill terbagi menjadi dua bagian untuk memisahkan
bola-bola baja yang berukuran besar dan berukuran kecil. Bagian utama didisi
dengan bola-bola baja yang berdiameter lebih besar dari pada bola-bola yang ada
pada bagian kedua. Prinsip penggunaan bola-bola baja dari ukuran yang besar ke
ukuran yang lebih kecil adalah bahwa ukuran bola-bola baja yang lebih kecil
menyebabkan luas kontak tumbukan antara bola-bola baja dengan material yang
akan digiling akan lebih besar sehingga diharapkan ukuran partikelnya akan lebih
halus.
Material yang telah mengalami peenggilingan kemudian diangkut oleh
bucket elevator menuju separator. Sparator berfungsi untuk memisahkan semen
yang ukuranya telah cukup halus dengan ukuran yang kurang halus. Semen yang
cukup halus dubawa udara melalui cyclone kemudian disimpan didalam silo
cement.

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia (persero) Tbk, Pabrik Tuban
Periode 1 Juli 2013 31 Juli 2013
Bab III Tinjauan Pustaka 45

I) Packer
Setelah melalui tahap pengolahan akhir, maka semen dari silo semen akan
ditransportasikan dengan air slight menuju tempat packer.
Pada packer,hanya ada dua jenis semen yang di packing. Yaitu ordinary
portland cement (OPC) yang di packing dengan truk tabung langsung ke pelabuhan
untuk proyek proyek besar.
Sedangkan untuk semen jenis pozzolan portland cement (PPC) adalah
semen yang di packing untuk produksi rumahan yang biasa dijual dengan kemasan
40 kg atau 50 kg.
Atau bisa juga semen curah agar dapat di packing di pabrik cabang atau
juga dimasukkan juga ke dalam kapal.
Setelah dari kapal akan didistribusikan ke luar pulau, jika dengan
menggunakan truck,akan dikirim ke dalam pulau atau gudang gudang penyimpanan
yang ada.

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia (persero) Tbk, Pabrik Tuban
Periode 1 Juli 2013 31 Juli 2013
Bab III Tinjauan Pustaka 46

Gambar III.3.1 Blok Diagram Proses Produksi

III.4 Jenis, Komposisi dan Sifat Semen

Komposisi semen terdiri atas senyawa-senyawa utama (mineralmineral potensial)


sebagai penyusun semen yang terbentuk dari keempat oksida utama, yaitu :

a. C3S : Tricalsium Silicate, Alite. Sifatnya hampir sama dengan sifat semen, yaitu
apabila ditambahkan air maka akan menjadi kaku dan dalam beberapa jam saja
pasta semen akan mengeras. C3S menunjang penyusunan kekuatan awal semen
tinggi dan menimbulkan panas hidrasi kurang lebih 500 joule/gram. Kandungan
C3S pada Semen Portland bervariasi antara 20 - 60%.
b. C2S : Dicalcium Silicate, Belite. Pada penambahan air segera terjadi reaksi,
menyebabkan pasta mengeras dan menimbulkan sedikit panas yaitu 250

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia (persero) Tbk, Pabrik Tuban
Periode 1 Juli 2013 31 Juli 2013
Bab III Tinjauan Pustaka 47

joule/gram. Pasta yang mengeras, perkembangan kekuatannya stabil dan lambat


pada beberapa minggu, kemudian mencapai kekuatan tekan akhir hampir sama
dengan C3S. Kandungan C2S pada Semen Portland bervariasi antara 20-60%.
c. C3A: Tricalcium Aluminate, Aluminate phase. Dengan air bereaksi menimbulkan
panas hidrasi yang tinggi yaitu 850 joule/gram. Perkembangan kekuatan
terjadi pada satu sampai dua hari, tetapi sangat rendah. Kandungan C3 A
bervariasi antara 0-16%.
d. C4AF: Calcium Aluminoferrite, Ferrite phase. Dengan air bereaksi dengan cepat dan
pasta terbentuk dalam beberapa menit, menimbulkan panas hidrasi 420
joule/gram. Kandungan C4 AF pada Semen Portland bervariasi antara 1-16 %.
Ini mempengaruhi warna abuabu dari semen.

III.4.1 Semen Portland

Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling
terak. Semen Portland terutama terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis yang
digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal
senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain. Definisi secara
umum Semen Portland adalah hydroulis binder yang dibuat dengan menggiling halus
Clinker Semen Portland dengan menambahkan 4 5 % Gypsum (CaSO4 . H2O).

Komposisi Kimia Semen Portland:


CaO antara 60-65%
SiO2 antara 19-25%
Al2O3 antara 2-8%
Fe2O3 antara 0,3-6%
MgO antara 1-6%
SO3 antara 1-3%
Alkali antara 0,5-1,5%
Komposisi spesifik Semen Portland tergantung pada jenis semen dan komposisi
bahan

baku yang dipergunakan.

Sifat-Sifat Fisika Semen Portland

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia (persero) Tbk, Pabrik Tuban
Periode 1 Juli 2013 31 Juli 2013
Bab III Tinjauan Pustaka 48

a. Kehalusan (fineness)
Kehalusan disyaratkan karena akan menentukan luas permukaan partikel-
partikel semen, dan ini sangat berpengaruh pada proses hidrasi. Standart kehalusan
yang dipakai adalah sisa diatas ayakan 90 micron (170 mesh) atau 45 micron (325
mesh) atau dengan alat Blaine (Air Permiability Meter).

b. Waktu pengikatan (Setting Time)


Waktu pengikatan semen tidak boleh terlalu cepat dan tidak boleh terlalu
lambat. Hal ini bertujuan untuk mengendalikan sifat plastisitas dan workability dari
adonan mortar dan beton. Adapun pengukurannya biasa dilakukan dengan Vicat atau
Gillmore test.

c. Kekekalan bentuk
Syarat ini untuk pengendalian agar pada beton tidak terjadi pemuaian atau
penyusutan, karena dapat mengakibatkan kerusakan pada konstruksi. Alat yang dapat
dipakai untuk mengukur kekekalan bentuk adalah alat Le Chattelier Expansion atau
Autoclave.

d. Kekuatan tekan
Kekuatan tekan diukur dari kekuatan tekan terhadap pasta, mortar, dan beton.

Pasta adalah campuran antara semen dan air pada perbandingan tertentu.
Mortar adalah campuran antara semen, air dan pasir pada perbandingan tertentu.
Beton adalah campuran antara semen, air, pasir dan kerikil pada perbandingan
tertentu, kadang-kadang ditambahkan bahan tambahan (admixtur).
Umumnya kekuatan tekan didasarkan pada umur 28 hari pada normal curing.
Kekuatan tekan adalah sifat kemampuan menahan/memikul suatu beban tekan.
Kekuatan tekan merupakan sifat paling penting yang harus dipunyai selain sifat-sifat
yang lain yaitu kekuatan tarik dan kekuatan lentur.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan tekan :

Kekuatan semen
Kekuatan agregat
Kualitas air
Faktor air semen

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia (persero) Tbk, Pabrik Tuban
Periode 1 Juli 2013 31 Juli 2013
Bab III Tinjauan Pustaka 49

Kualitas admixture
e. Panas hidrasi
Hal ini diperlukan untuk mengontrol panas yang dilepas/ditimbulkan pada
reaksi hidrasi semen ini tidak terlalu besar, sebab akan dapat menimbulkan keretakan
pada beton. Pada pembuatan beton masa seperti dam atau raft foundation, selalu
dikendalikan agar suhu (temperature) beton tidak terlalu tinggi.

f. Pengikatan Semu (False set)


Yaitu terjadinya pengembangan sifat kekakuan dari adonan semen, mortar atau
beton tanpa terjadinya pelepasan panas yang banyak. Gejala tersebut akan hilang dan
sifat plastis akan dicapai kembali bila dilakukan pengadukan lebih lanjut tanpa
penambahan air. False set terjadi karena pada operasi penggilingan klinker dan
gypsum dilaksanakan pada suhu operasi yang terlalu tinggi sehingga terjadi dihidrasi
(pelepasan kristal hidrat) dari CaSO4.2H2O menjadi CaSO4.1/2 H2O.

g. Quick Set
Adalah gejala terjadinya pengembangan kekakuan yang terlalu cepat dari
adonan semen, mortar atau beton dengan disertai pelepasan panas yang cukup besar,
dimana kekakuan ini tidak dapat dihilangkan dengan pengadukan lebih lanjut tanpa
penambahan air.

h. Pemuaian karena Sulfat


Syarat ini diperlukan hanya untuk semen dengan ketahanan tinggi terhadap
sulfat (jenis V).

i. Warna
Di dalam standart SNI maupun ASTM, tidak ada persyaratan mengenai warna
semen. Disamping itu semen, baik gelap atau pucat, tidak ada pengaruhnya terhadap
kuat tekan atau kualitas semen. Warna semen ditentukan oleh kandungan C 4 AF dan
MgO, semakin tinggi kandungan C4 AF dan MgO akan membuat warna semen
menjadi lebih gelap. Di sisi lain, MgO adalah komponen negatif pada semen yang
apabila jumlahnya terlalu banyak, dalam waktu yang lama dapat menyebabkan
pemuaian pada beton, dan ini dikenal sebagai Magnesia expansion, sehingga di
dalam standart SNI dan ASTM kandungan MgO dibatasi maksimum 5 %. Sedangkan

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia (persero) Tbk, Pabrik Tuban
Periode 1 Juli 2013 31 Juli 2013
Bab III Tinjauan Pustaka 50

pada C4AF, semakin tinggi C4AF maka C3A menjadi semakin rendah dan ini
mengakibatkan kuat tekan semen menjadi semakin rendah.

Hidrasi dan Pengerasan Semen Portland


Pengikatan dan pengerasan semen
Apabila semen dicampur dengan air, maka akan terjadi proses hidrasi. Secara
fisika akan nampak terjadi pasta yang plastis dan dapat dibentuk, sampai beberapa
waktu, lalu mulai terjadi pengerasan dan tidak dapat dibentuk.

Proses hidrasi semen


Semen terdiri atas beberapa senyawa, dengan demikian hidrasi semen terdiri
dari

beberapa reaksi kimia yang berjalan bersamaan. Sebagaimana telah disebutkan diatas,
bahwa semen mempunyai kandungan oksida utama yaitu C3S, C2S, C3A dan C4 AF.
Oksida-oksida ini apabila ditambahkan air akan bereaksi sebagai berikut:

C3S + Air C S H + Ca(OH)2

C2S + Air C S H + Ca(OH)2

C3A + Air C A H + Panas tinggi

C3A + Gypsum + Air ettringite/trisulphate (menunda pengerasan)

C4AF + Air C A F H + Ca(OH)2

Faktor-faktor yang mempengaruhi hidrasi semen adalah:

- Umur - Admixture

- Komposisi semen - Temperatur

- Kehalusan semen - Perbandingan jumlah air dan semen

Jenis Semen Portland dan Kegunaannya


Semen Portland diklasifikasikan dalam lima jenis, yaitu :

a. Semen portland tipe I (Ordinary Portland Cement)


Semen ini digunakan untuk keperluan konstruksi umum yang tidak memerlukan
persyaratan khusus yaitu :

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia (persero) Tbk, Pabrik Tuban
Periode 1 Juli 2013 31 Juli 2013
Bab III Tinjauan Pustaka 51

Tidak memerlukan ketahanan sulfat


Tidak memerlukan persyaratan panas hydrasi
Tidak memerlukan kekuatan awal yang tinggi
Kegunaan :

Gedung, jembatan,TYPICAL
jalan raya, rumah pemukiman.
QUALITY OF PORTLAND CEMENT TYPE I
PRODUCED BY PT. SEMEN PADANG

STANDARD REQUIREMENT
TYPICAL ASTM C 150-95 a SNI 15-2049-2004 BS 12 : 1996
DESCRIPTION TEST Portland Cement Portland Cement Ordinary
RESULTS Type I Type I Portland Cement
Class 42,5 N

I. CHEMICAL COMPOSITION :
Magnesium oxide (MgO) ................................................
% 0.78 6.00 max 6.00 max 4.00 max
Sulphur trioxide (SO3) ............................................
% 1.70
when C3A < 8 % 3.00 max 3.00 max
when C3A > 8 % 3.50 max 3.50 max
when C3A < 3.5 % 2.50 max
when C3A > 3.5 % 3.50 max
Total alkali content-as Na2O equivalent............... % 0.38 0.60 max *1) 0.60 max *1)
Loss on ignition .................................................................
% 2.11 3.00 max 5.00 max 3.00 max
Insoluble residue % 0.32 0.75 max 3.00 max 1.50 max
Chlor (Cl) . % 0.005 0.10 max
II. PHYSICAL PROPERTIES :
Fineness :
m 2/kg
- Air permeability test with Blaine app. ................................................................
324 280 min 280 min 275 min
Durability :
- Expansion in Autoclave................................................ % 0.10 0.80 max 0.80 max 0.80 max
Compressive strength :
kg/cm 2 (N/mm 2)
- 2 days ...........................................................................
(21.8) ( > 10 )
kg/cm 2
- 3 days ...........................................................................
200 122.4 min 125 min
2
kg/cm
- 7 days ..................................................................................
284 193.8 min 200 min
kg/cm 2 (N/mm 2) 378(50.9)
- 28 days ........................................................................... 285.6 min *2) 280 min *2) (42,5 - 62,5)
Time of setting (vicat test) :
- Initial ...................................................................................
minutes 118 45 min 45 min 60 min
- Final set .......................................................................
minutes 279 375 max 375 max
Soundness expansion (Le-Chatelier) mm 0.50 10 max
False Set :
- Final penetration ................................................................
% 76.67 50 min*2) 50 min *2)

f/typical/tp semen/tp1.xl

*1) This limit may be specified when the cement is to be used in concrete with agregates that may be
deleteriously reactive (Optional chemical requirement apply only if specifically requested).

*2) Optional physical requirement apply only if specifically requested.

Memenuhi :

SNI 15 - 2049 2004


ASTM C 150 - 04
BSS 12 - 78/89/91
JIS R 5210 - 1981

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia (persero) Tbk, Pabrik Tuban
Periode 1 Juli 2013 31 Juli 2013
Bab III Tinjauan Pustaka 52

b. Semen portland tipe II


STANDARD REQUIREMENT
TYPICAL ASTM C 150-95 a SNI 15-2049-2004 BS 1370 : 1974
DESCRIPTION
TEST Portland Cement Portland Cement Moderate Sulfate
RESULTS Type II Type II Resistance Cement

I. CHEMICAL COMPOSITION :
Silicon dioxide (SiO2) .....................................................
% 21.20 20.00 min. 20.00 min.
Aluminum oxide (Al203) ................................................
% 5.23 6.00 max. 6.00 max.
Ferric oxide (Fe2O3) .................................................
% 3.69 6.00 max. 6.00 max.
Calcium oxide (CaO) ......................................................
% 64.54
Magnesium oxide (MgO) ..................................................
% 0.90 6.00 max. 6.00 max. 4.00 max.
Sulphur trioxide (SO3) ..........................................................
% 1.55 3.00 max. 3.00 max.
when C3A < 7.0 % 2.50 max.
when C3A > 7.0 % 3.00 max.
Loss on ignition ...........................................................
% 2.73 3.00 max. 3.00 max. 3.00 max.
Insoluble residue .....................................................
% 0.18 0.75 max. 1.50 max. 1.50 max.
Tricalcium aluminate (C3A) .................................................
% 7.61 8.00 max. 8.00 max.
C3S + C3A .................................................................
% 57.72 58.00 max.*3) 58.00 max.*3)
Total alkali content as Na2O equivalent ................................
% 0.36 0.60 max. *1) 0.60 max. *1)
Chlor (Cl) . % 0.003 0.10 max.
II. PHYSICAL PROPERTIES :
Fineness :
m 2/kg
- Air permeability test with Blaine app. ..........................................................................
335 280 min. 280 min. 275 min.
Durability :
- Expansion in Autoclave .......................................................
% 0.04 0.80 max. 0.8 max.
Compressive strength :
2 2
kg/cm (N/mm ) 198 (19.4)
- 3 days ....................................................................... 102.0 min. 100 min. (8 N/mm 2) min.
kg/cm 2 (N/mm 2) 277 (27,2)
- 7 days ......................................................................... 173.4 min. 175 min. (14 N/mm 2) min.
kg/cm 2 (N/mm 2) 360 (35.3)
- 28 days ..................................................................... 285.6 min. *2) 280 min. *2) (28 N/mm 2) min.
Time of setting (vicat test) :
- Initial ..........................................................................
minutes 110 45 min. 45 min. 60 min.
- Final ..........................................................................
minutes 265 375 max. 375 max. 600 max.
Soundness expansion (Le-Chatelier) ..mm 0.00 10 max.
Heat of hydration :
- 7 days .........................................................................
cal/gr 67.30 70 max.*2) 70 max.*2) 59.75 max.
- 28 days ....................................................................................
cal/gr 78.24 69.31 max.
False-set :
- Final penetration ........................................................
% 77.15 50 min. *2) 50 min. *2)
f/typical/tp semen/tp2.xl
*1) This limit may be specified when the cement is to be used in concrete with agregates that may be deleteriously reactive.
(Optional chemical requirements apply only if specifically requested).
*2) Optional physical requirements apply only if specifically requested.
*3) This limit applies when moderate heat of hydration is required and tests for heat of hydration are not requested.
(Optional chemical requirements apply only if specifically requested).

Semen yang mempunyai ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

Semen ini digunakan untuk keperluan konstruksi yang memerlukan persyaratan :

Tahan terhadap sulfat sedang yaitu terhadap air tanah yang mengandung sulfat
antara 0,08 - 0,17 % atau yang dinyatakan mengandung SO3 + 125 ppm.
Tahan terhadap panas hydrasi sedang
Kegunaan :

Dermaga, bendungan
Bangunan di tanah berawa, bergambut dan tepi pantai
Soil cement

Misalnya untuk bangunan di pinggir laut, tanah rawa, dermaga, saluran irigasi, beton
massa dan bendungan.

Memenuhi :

SNI 15 - 2049 - 2004


ASTM C 150 - 04
c. Semen portland tipe III (High Early Strenght Cement) :

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia (persero) Tbk, Pabrik Tuban
Periode 1 Juli 2013 31 Juli 2013
Bab III Tinjauan Pustaka 53

Semen jenis ini merupakan semen yang dikembangkan untuk


memenuhi

kebutuhan bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal yang tinggi setelah
proses

STANDARD REQUIREMENT
TYPICAL ASTM C 150-95 a SNI 15-2049-2004 BS 12 : 1989
DESCRIPTION
TEST Portland Cement Portland Cement Rapid Hardening
RESULTS Type III Type III Portland Cement

I. CHEMICAL COMPOSITION :
Magnesium oxide (MgO) ...................................% 0.77 6.00 max. 6.00 max. 4.00 max.
Total alkali content as Na2O equivalent ........................................
% 0.32 0.60 max.*1) 0.60 max.*1)
Sulphur trioxide (SO3) .. % 1.94
when C3A < 8,0 % 3.50 max. 3.50 max.
when C3A > 8,0 % 4.50 max. 4.50 max.
when C3A < 3.5 % 2.50 max
when C3A > 3.5 % 3.50 max
Loss on ignition ..................................................% 1.96 3.00 max. 3.00 max. 3.00 max.
Insoluble residue ................................................% 0.18 0.75 max. 1.50 max. 1.50 max.
Tricalcium aluminate (C3A) ..............................................
% 6.40 15 max.*2) 15 max.*2)
Chlor (Cl) .. % 0.003 0.10 max.
II. PHYSICAL PROPERTIES :
Fineness :
m 2/kg
- Air permeability test with Blaine app. ..........................................................................
398 350 min.
Durability :
- Expansion in Autoclave .......................................................
% 0.015 0.8 max. 0.8 max.
Compressive strength :
kg/cm 2
- 1 days ....................................................................... 153 122.4 min. 125 min.
(N/mm 2)
- 2 days ....................................................................... (28) (25) min.
kg/cm 2
- 3 days ....................................................................... 280 244.8 min. 250 min.
2
kg/cm
- 7 days ....................................................................... 352
2 2
kg/cm (N/mm ) 461(63)
- 28 days ..................................................................... (52) min.
Time of setting (vicat test) :
- Initial ..........................................................................
minutes 100 45 min. 45 min.
- Final ..........................................................................
minutes 255 375 max. 375 max.
Time of setting (Gillmore test) :
- Initial ..........................................................................
minutes 105 45 min
- Final set ..........................................................................
hours 4.20 10 max
Soundness expansion (Le-Chatelier) ..mm 0.00 10 max.
False-set :
- Final penetration ........................................................
% 79.71 50 min.*3) 50 min.*3)
f/typical/tp semen/tp3.xl
*) Portland Cement type III also known as : - Rapid Hardening Portland Cement or as
- High Early Strength Portland Cement
*1) This limit may be specified when the cement is to be used in concrete with agregates that may be deleteriously reactive.
(optional chemical requirements apply only if specifically requested).
*2) Optional chemical requirements : - C3A = 8 % max. for moderate sulfate resistance.
- C3A = 5 % max. for high sulfate resistance.
*3) Optional physical requirements

pengecoran dilakukan dan memerlukan penyelesaian secepat mungkin.

Memenuhi :

SNI 15 - 2049 - 2004


ASTM C 150 - 04
Semen ini digunakan untuk keperluan konstruksi yang memerlukan kekuatan awal yang
tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi.

Kegunaan :

Pembuatan jalan beton


Landasan lapangan udara
Bangunan tingkat tinggi
Bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan thp sulfat.

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia (persero) Tbk, Pabrik Tuban
Periode 1 Juli 2013 31 Juli 2013
Bab III Tinjauan Pustaka 54

d. Semen portland tipe IV


Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalor hidrasi rendah.

e. Semen portland tipe V (High Sulfat Resistant)


Semen portland tipe V dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan pada
tanah/air yang mengandung sulfat tinggi dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan
limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan dan

STANDARD REQUIREMENT
TYPICAL ASTM C 150-95 a SNI 15-2049-2004 BS 4027 : 1980
DESCRIPTION
TEST Portland Cement Portland Cement High Sulphate
RESULTS Type V Type V Resistance Cement

I. CHEMICAL COMPOSITION :
0.73
Magnesium oxide (MgO) ..............................................................
% 6.00 max. 6.00 max. 4.00 max.
Sulphur trioxide (SO3) C3A < 8 ...........................................................
% 1.72 2.30 max. 2.30 max. 2.50 max.
Total alkali content as Na2O equivalent ............% 0.33 0.60 max.*1) 0.60 max.*1)
Loss on ignition .......................................................
% 0.99 3.00 max. 3.00 max. 4.00 max.
Insoluble residue .................................................
% 0.18 0.75 max. 1.50 max. 1.50 max.
Tricalcium aluminate (C3A) ................................... % 2.07 5.00 max.*6) 5.00 max.*6) 3.50 max.
C4AF + 2C3A or (C4AF + C2F) * ) ........................ % 18.15 25 max. 25 max. 25 max.
LSF 0.92 0.66 - 1.02
II. PHYSICAL PROPERTIES :
Fineness :
m 2/kg
- Air permeability test with Blaine app. ........................................ 309 280 min. 280 min.
Durability :
- Expansion in Autoclave .................................................
% 0.035 0.8 max. 0.8 max.
Time of setting (vicat test) :
- Initial ..................................................................
minutes 160 45 min. 45 min.
- Final ......................................................................
minutes 360 375 max. 375 max.
Time of setting (British Standard) :
- Initial ...................................................................................
minutes 160 45 min
- Final set .......................................................................
hours 6.0 10 max
Soundness expansion (Le-Chatelier) . mm 0.00 10 max
Compressive strength :
kg/cm 2 (N/mm 2) 160 (24.5)
- 3 days ............................................................. 81.6 min. 85 min. 20 min.
kg/cm 2
- 7 days ............................................................. 214 153 min. 160 min.
kg/cm 2 (N/mm 2) 307 (42.6)
- 28 days ................................................................. 214.2 min. 210 min. 39 min.
False-set :
- Final penetration ............................................ % 77.75 50 min.*2) 50 min.*2)
Sulphate expansion :
-14 days ..................................................................
% 0.032 0.040 max. 0.040 max.
f/typical/tp semen/tp5.xl

*1) This limit may be specified when the cement is to be used in concrete with agregates that may be
deleteriously reactive. (Optional chemical requirements apply only if specifically requested).
*2) Optional physical requirements apply only if specifically requested.
*6) Does not apply when the sulfate expansion is specified. It shall be instead of the limits of
C3A and C4AF + 2C3A listed in the requirement of main chemical shall not be apply.

pembangkit tenaga nuklir.

Memenuhi :

SNI 15 - 2049 - 2004


ASTM C 150 - 04
Semen ini cocok dipakai untuk konstruksi bangunan yang memerlukan persyaratan :

Tahan terhadap sulfat tinggi, air tanah yang mengandung sulfat 0,17 - 1,67 %
(mengandung SO3 125 - 250 ppm).

Kegunaan :

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia (persero) Tbk, Pabrik Tuban
Periode 1 Juli 2013 31 Juli 2013
Bab III Tinjauan Pustaka 55

Bangunan instalasi pengolahan limbah pabrik


Konstruksi dalam air
Jembatan, terowongan, dermaga

III.4.2 Semen Portland Pozollan (PPC)

Semen Portland Pozolan (PPC) merupakan suatu semen hidrolis yang terdiri dari
campuran yang homogen antara semen Portland dengan pozolan halus, yang diproduksi
dengan menggiling klinker semen portland dan pozzlan bersama-sama, atau mencampur
secara merata bubuk semen portland dengan bubuk pozolan, atau gabungan antara
menggiling dan mencampur, dimana kadar pozolan 6 % sampai dengan 40 % massa semen
portland

pozolan.Pozolan adalah bahan yang mengandung silika atau senyawanya dan alumina,
yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen, akan tetapi dalam bentuknya yang
halus dan dengan adanya air, senyawa tersebut akan bereaksi secara kimia dengan kalsium

TYPICAL STANDARD REQUIREMENT


DESCRIPTION TEST SNI 15-0302-2004 ASTM C 595 M-95 a
RESULTS IP.u IP.k IP IP (MS)

I. CHEMICAL COMPOSITION :
MgO .....................................................
% 0.68 6.0 max. 6.0 max. 6.0 max. 6.0 max.
SO3 ................................................. % 1.27 4.0 max. 4.0 max. 4.0 max. 4.0 max.
Loss on ignition ...........................................................
% 1.57 5.0 max. 5.0 max. 5.0 max. 5.0 max.

II. PHYSICAL PROPERTIES :


Fineness :
Sieve residue on 90 m ........................................
% 2.5 10 max. 15 max - -
cm 2/g
Air Permeability (Blaine) ................................... 3294 2800 min 2800 min - -
Autoclave expansion ............................ % 0.15 0.8 max. 0.8 max 0.8 max 0.8 max
Autoclave compaction ............................ % - 0.2 max. 0.2 max 0.2 max 0.2 max
Time of setting (vicat test) :
- Initial set ......................................................................
minutes 145 45 min 45 min 45 min 45 min
- Final set ......................................................................
hours 5.43 7 max. 7 max 7 max 7 max
Compressive strength :
kg/cm 2
- 3 days .......................................................................
172 125 min 106 min 133 min 112 min
kg/cm 2
- 7 days .................................................................................
239 200 min 164 min 204 min 184 min
kg/cm 2
- 28 days ........................................................................
365 320 min 205 min 255 min 255 min
Heat of hydration :
- 7 days ......................................................................
cal/g 68.24 - 70 max 70 max 70 max
- 28 days .................................................................................
cal/g 77.38 - 80 max 80 max 80 max

hidroksida pada suhu kamar membentuk senyawa yang mempunyai sifat seperti semen.

Memenuhi :

SNI 15 - 0302 - 2004


ASTM C 595 03 a

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia (persero) Tbk, Pabrik Tuban
Periode 1 Juli 2013 31 Juli 2013
Bab III Tinjauan Pustaka 56

Portland Pozzolan Cement (PPC) (1998). Jenis semen ini untuk konstruksi umum dan
tahan terhadap sulfate dan panas hidrasi sedang.

Kegunaan :

Perumahan
Bendungan, dam dan irigasi
Bangunan tepi pantai dan daerah rawa/gambut
Bahan bangunan seperti genteng, hollow brick, polongan, ubin dll.
Macam-macam Pozzolan
1. Pozzolan alam (Natural Pozzolan)
Pozzolan yang terdapat di alam, seperti abu vulkanis atau purnice, tanah diatome
atau tufa.

2. Pozzolan buatan (Africial Pozzolan)


Pozzolan yang didapat dari hasil pembakaran tanah liat, pembakaran batubara,
berupa abu terbang (fly ash) dan abu sekam.

Jenis Semen Portland Pozzolan


Portland Pozzolan Cemen (PPC) diklasifikasikan dalam empat jenis, yaitu :

1. Jenis IP-U yaitu semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk semua tujuan
pembuatan adukan beton.
2. Jenis IP-K yaitu semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk semua tujuan
pembuatan adukan beton, semen untuk tahan sulfat sedang dan panas hidrasi sedang.
3. Jenis P-U yaitu semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk pembuatan
beton dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi.
4. Jenis P-K yaitu semen porland pozolan yang dapat dipergunakan untuk pembuatan
beton dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi, serta untuk tahan sulfat
sedang dan panas hidrasi rendah.

Sifat-Sifat Fisika Semen Portland Pozzolan


Sifat-sifat Semen Portland Pozzolan (PPC) secara umum sebagai berikut:

a. Sifat pengerjaan (Workability)

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia (persero) Tbk, Pabrik Tuban
Periode 1 Juli 2013 31 Juli 2013
Bab III Tinjauan Pustaka 57

Campuran beton dan mortar menggunakan Semen Portland Pozzolan (PPC)


mempunyai sifat pengerjaan (workability) yang lebih mudah dan lebih baik daripada
campuran menggunakan Semen Portland jenis I (PC I). Hal ini terlihat bahwa adukan
mortar atau beton menggunakan Portland Pozzolan (PPC) memiliki plastisitas yang
lebih baik dibandingkan dengan yang menggunakan semen portland jenis I (PC I).
Dengan nilai slup yang sama akan diperoleh bahwa beton menggunakan PPC lebih
workable dari PC I, dan faktor kepadatan beton menggunakan PPC menjadi lebih
tinggi dari beton yang menggunakan PC I.

b. Waktu pengikatan

Penambahan Pozzolan pada Semen Portland akan memperpanjang waktu


pengikatan. Selisih waktu pengikatan akhir antara Semen Portland dengan Semen
Portland Pozzolan (PPC) sebesar 45 menit.

c. Panas hidrasi dan suhu beton

Apabila semen ditambahkan air, maka akan terbentuk Ca(OH) 2 (kalsium


hidroksida) sebanyak 30 % bagian berat semen, menurut persamaan reaksi:

2 (3CaO.SiO2) + 6 H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + 3Ca(OH)2

2 (2CaO.SiO2) + 4 H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + Ca(OH)2

Reaksi antara silica aktif dari Pozzolan dengan kalsium hidroksida berjalan
lambat, sehingga berkembangnya panas selama proses hidrasi berjalan lambat. Karena
hidrasi berjalan lambat maka Semen Portland Pozzolan (PPC) mempunyai panas
hidrasi yang lebih rendah dari Semen Portland Jenis I (PC I), dan relatif sama dengan
semen portland jenis II (PC II). Panas hidrasi semen berhubungan erat dengan suhu
beton, sehingga beton yang menggunakan Semen Portland Pozzolan (PPC) akan
mempunyai suhu beton yang lebih rendah dari beton yang menggunakan Semen
Portland jenis I (PC I).

d. Kekuatan tekan

Dengan penambahan bahan Pozzolan pada Semen Portland, maka akan


menurunkan kekuatan awal. Oleh karena pada Semen Portland Pozzolan (PPC) masih
terjadi reaksi antara silica aktif dari Pozzolan dengan kalsium hidroksida yang berjalan

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia (persero) Tbk, Pabrik Tuban
Periode 1 Juli 2013 31 Juli 2013
Bab III Tinjauan Pustaka 58

terus dalam waktu yang lama, maka kekuatan PPC pada umur yang lama akan bisa
lebih tinggi dari Semen Portland jenis I (PC I).

e. Keawetan (durability)

Sebagaimana diketahui kalsium hidroksida hasil reaksi semen dengan air adalah
basa kuat, sehingga beton tidak tahan terhadap asam dan lingkungan yang
mengandung garam atau sulfat. Dengan adanya Pozzolan, maka peranan kalsium
hidroksida akan diperkecil, karena kalsium hidroksida akan bereaksi dengan silica dan
alumina aktif yang berasal dari Pozzolan membentuk kalsium silikat hidrat (CSH) dan
kalsium aluminat silikat hidrat (CASH), menurut persamaan:

Ca(OH)2 + AS CSH + CASH

Sehingga dengan berkurangnya Ca(OH)2 beton akan mempunyai ketahanan yang


lebih baik. Disamping itu, dengan adanya Pozzolan juga akan memperkecil
kandungan

C3A, sehingga beton akan lebih tahan terhadap garam dan sulfat.

Kegunaan Semen Portland Pozzolan (PPC)


Konstruksi beton untuk bangunan-bangunan umum dan bertingkat tinggi.
Konstruksi beton massa yang membutuhkan panas hidrasi dan suhu beton yang
rendah, seperti Raft Foundation dan Dam / Bendungan.
Konstruksi bangunan di tepi pantai, bangunan dan saluran irigasi, dan tempat-
tempat dengan lingkungan garam agresif, dimana diperlukan bangunan yang tahan
terhadap serangan garam sulfat.
Bangunan yang memerlukan kekedapan tinggi seperti bangunan sanitasi dan bak
penampungan air.
Pekerjaan plesteran yang membutuhkan sifat pengerjaan yang plastis dan permukaan yang
lebih halus.

Laporan Kerja Praktek


PT Semen Indonesia (persero) Tbk, Pabrik Tuban
Periode 1 Juli 2013 31 Juli 2013

Anda mungkin juga menyukai