TINJAUAN PUSTAKA
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu kapur/gamping
sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil
akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang
mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Bila semen dicampurkan dengan
air, maka terbentuklah beton. Beton nama asingnya, concrete-diambil dari gabungan
prefiks bahasa Latin com, yang artinya bersama-sama, dan crescere (tumbuh), yang
maksudnya kekuatan yang tumbuh karena adanya campuran zat tertentu.
Proses pembuatan semen pada dasarnya melalui beberapa tahapan, yaitu: proses
penyiapan bahan baku, proses penghancuran (crushing), penyimpanan dan pengumpanan
bahan baku, penggilingan dan pengeringan bahan baku, pencampuran(blending) dan
homogenasi, pemanasan awal (pre-heating) proses pembakaran (firring), pendinginan,
proses penggilingan akhir, proses pengisian.
1. Batu Kapur
Susunan batu-batuan yang mengandung 50 % CaCO3 atau lebih sering disebut batu
kapur (gamping) atau dengan istilah Limestone. Dibedakan atas kandungan CaCO 3
nya:
a. Batu Kapu kadar tinggi (High Grade), kandungan CaCO3 nya tinggi,
yaitu: Lebih dari 97 99 %, MgO bersifat menyababkan ekspansi.
b. Batu Kapur kadar menengah (middle grade), kadar CaCOnya 88 -
90 %
c. Batu Kapur mutu rendah (Low Grade),kadar CaCO3nya rendah yaitu
berkisar 85 87 %.
Sifat Fisis:
Bab III Tinjauan Pustaka 37
Fase : Padat
Warna : Putih Kekuningan
Kadar Air : 7-10 H2O
Bulk Dencity : 1,3 ton/m3
Specific Gravity : 2,4 gram/cm3
Kandungan CaCO3 : 85-93%
Kandungan CaO
Low Lime :40-44%
High Lime : 51-53%
Mengalami Kalsinasi
Warna Batu Kapur adalah putih dan akan berubah menjadi agak kecoklatan
jika terkontaminasi tanah liat atau senyawa besi. Komponen terbanyakpada
batu kapur adalah:
CaCO3, Al2O3, Fe2O3, SiO2 dan mineral lain dengan konsentrasi kecil.
Tanah Liat mempunyai rumus senyawa kimia 2SiO3.2H2O (kaolinite) yang pada
umumnya dikenal masyarakat sebagai lempung atau clay. Untuk semen yang
diperlukan adalah kadar Al2 O3 sehingga apabila jumlah SiO3 lebih banyak dari
Al2O3 maka tanah liat itu tergolong tanah liat yang kurang baik untuk digunakan.
Di alam, tanah liat yang baik biasanya mengandung SiO 3 sebesar 46.5 %. Deposit
tanah liat terjadi dari hasil leburan batu-batuan silika yang kaya mineral. Clay pada
dasarnya terdiri atas berbagai variasi komposisi, yang pada umumnya merupakan
senyawa alumina silika dengan kadar H2O max 25% dan kadar Al2O3 minimal
14%.
Bahan baku ini dipakai apabila ada kekurangan pada salah satu komponen oksida
mineral pada pencampuran bahan baku utama. Bahan ini antara lain :
Jika dalam proses pembuatan semen diindikasikan kadar CaOnya kurang maka
dapat digunakan Limestone High Grade atau (kadar CaO > 90%) sebagai bahan
koreksi.
Spesifikasi Gypsum:
Fase : padat
Warna : putih kotor
Kadar air : 10 % H2O
Bulk density : 1,4 ton/m3
Ukuran material : 0-30 mm
2. Trass
PT SG menggunakan trass untuk memproduksi semen PPC (Portland Pozzoland
Cement) yang dikonsumsi dari beberapa daerah Rembang dengan transportasi
truck.
1. Poses basah
Pada prosess ini, bahan baku dipecah kemudian dengan menambahkan air dalam
jumlah tertentu serta dicampurkan dengan tanah liat. Bubur halus dengan kadar air
25-40% (slurry) dikasinasikan dalam tungku panjang(long rotary kiln)
Keuntungan :
Umpan lebuh homogen, semen yang diperoleh lebih baik
Efisiensi penggilingan lebih tinggi dan tidak memerlukan suatu unit
homoginizer
Debu yang timbul relatif sedikit
Kerugian:
Bahan bakar yang digunakan lebih banyak,butuh air yang cukup banyak.
Tanur yang digunakan terlalu panjang karena memerlukan zone dehidrasi
yang lebih panjang untuk mengendalikankadar air.
Biaya produksi lebih mahal.
2. Proses Kering
Pada proses ini bahan baku diolah (dihancurkan) di dslsm Raw Mill dalam keadaan
kering dan halus dan hasil penggilingan (tepung baku) dengan kadar air 0,5-1 %
diklasinasikan dalam rotary kiln.Proses ini menggunakan panas sekitar 1500-1900
kcal/kg kliner
Keuntungan :
Tanur yang digunakan relatif pendek
Panas yang dibutuhkan rendah, sehingga bahan bakar yang dipakai relatif
sedikit, dan membutuhkan air yang telatif sedikit pula.
Kapasitas produksi besar.
Kerugian :
Kadar air sangat mengganggu proses, karena material menempel pada alat.
Campuran umpan kurang homogen.
Banyak debu yang dihasilkan sehingga dibutuhkan alat penangkap debu.
Proses yang digunakan PT Semen Indonesia diPabrik Tuban adalah proses kering.
Alat utama untuk menghancurkan bahan baku adalah crusher. Bahan baku
hasil penambangan diangkut menggunakan dump truck dan kemudian dicurahkan
ke dalam hopper. Dimana fungsi dari hopper adalah sebagai alat penampung awal
untuk memasukaan ke ddalam crusher.
Crusher yang digunakan untuk mengancurkan batu kapur terdiri dari dua
bagian. Bagian yang pertama disebut vibrator, yang fungsinya untuk mengayak
atau menyaring batu kapur sehingga batu kapur yang ukurannya lebih kecil akan
langsung jatuh menuju belt conveyor. Batu kapur yang tertinggal akan secara
langsung menuju bagian yang kedua, yaitu bagian yang memiliki alat penghancur
yang dinamakan hammer. Setelah mengalami penghancuran, batu kapur tersebut
akan jatuh menuju belt conveyor yang sama.
f) Pembakaran (firring)
Alat utama yang digunakan adalah tanur putar atau rotary kiln. Rotary kiln
adalah alat berbentuk silinder memanjang horizontal yang diletakkan dengan
kemirinngan tertentu. Dimana ujung satunya adalah tempat material masuk
sedangkan ujung lainya adalah tempat terjadinya pembakaran bahan bakar.
Material akan mengalami pembakaran dari temperatur endah ke temperatur tinggi.
Debu panas dari preheater yang mencapai 850-900c akan langsung masuk
kiln. Di kiln akan disembur dengan serbuk batubara yang menyala dengan api
hingga suhu bagian dalam kiln mencapai 1400-1500c.
Untuk mengetahui sistem kerja tanur putar, proses pembakaran bahan
bakarnya, tanur putar di lengkapi dengan gas analyzer. Gas analizer ini berfungsi
untuk mengendalikan kadar O2,CO, dan NOx pada gas buang jika terjadi kelebihan
atau kekurangan, maka jumlah bahan bakar dan udara bisa disesuaikan. Didalam
taunur putar terjadi proses kalsinasi, simntering, clinkering.
Bahan bakar dari kiln sendiri dihasilkan dari batu bara yang dihaluskan
hingga menjadi bubuk pada proses di coal mill
g) Pendinginan (cooling)
Alat utama yang digunakan untuk proses prndinginan clinker adalah cooler.
Cooler ini dilengkapi dengan alat penggerak material, sekaligus sebagai saluran
udara pendingin yang disebut grate dan alat pemecah clinker (clinker breaker).
Setelah proses pembentukan clinker selesai dilakukan dalam tanur putar,
clinker tersebut terlebih dahulu didinginkan didalam cooler sebelum disimpan
didalam clinker silo. Cooler yanng digunakan menggunakan udara luar sebagai
pendingin. Udara yang keluar dari cooler dimanfaatkan sebagai media pemanas
pada raw mill, sebagai pemasok udara panas pada kiln, dan sebagian lain di buang
ke udara bebas. Proses pendinginan ini sama seperti pre-heater, yaitu di ulangi
berkali kali hingga suhu clinker menjadi sekitar 90-100c saja.
Setelah didinginkan clinker dikirim mrnuju tempat penyimpanan clinker
(clinker silo) dengan menggunakan alat transportasi yaitu deep pan conveyor.
Sebelum sampai di clinker silo, clinker akan melalui sebuah alat pendeteksi kapur
bebas, jika kandungan kapur bebas clinker melebihi batas yang diharapkan maka
clinker akan dipisahkan dan disimpan dalam bin tersendiri.
h) Penggilingan akhir
Alat utama yang digunakan pada penggilingan akhir, dimana terjadinya pula
penggilingan clinker dengan gypsum adalah ball mill. Alat ini berbentuk silinder
horizontal. Bagian dalam ball mill terbagi menjadi dua bagian untuk memisahkan
bola-bola baja yang berukuran besar dan berukuran kecil. Bagian utama didisi
dengan bola-bola baja yang berdiameter lebih besar dari pada bola-bola yang ada
pada bagian kedua. Prinsip penggunaan bola-bola baja dari ukuran yang besar ke
ukuran yang lebih kecil adalah bahwa ukuran bola-bola baja yang lebih kecil
menyebabkan luas kontak tumbukan antara bola-bola baja dengan material yang
akan digiling akan lebih besar sehingga diharapkan ukuran partikelnya akan lebih
halus.
Material yang telah mengalami peenggilingan kemudian diangkut oleh
bucket elevator menuju separator. Sparator berfungsi untuk memisahkan semen
yang ukuranya telah cukup halus dengan ukuran yang kurang halus. Semen yang
cukup halus dubawa udara melalui cyclone kemudian disimpan didalam silo
cement.
I) Packer
Setelah melalui tahap pengolahan akhir, maka semen dari silo semen akan
ditransportasikan dengan air slight menuju tempat packer.
Pada packer,hanya ada dua jenis semen yang di packing. Yaitu ordinary
portland cement (OPC) yang di packing dengan truk tabung langsung ke pelabuhan
untuk proyek proyek besar.
Sedangkan untuk semen jenis pozzolan portland cement (PPC) adalah
semen yang di packing untuk produksi rumahan yang biasa dijual dengan kemasan
40 kg atau 50 kg.
Atau bisa juga semen curah agar dapat di packing di pabrik cabang atau
juga dimasukkan juga ke dalam kapal.
Setelah dari kapal akan didistribusikan ke luar pulau, jika dengan
menggunakan truck,akan dikirim ke dalam pulau atau gudang gudang penyimpanan
yang ada.
a. C3S : Tricalsium Silicate, Alite. Sifatnya hampir sama dengan sifat semen, yaitu
apabila ditambahkan air maka akan menjadi kaku dan dalam beberapa jam saja
pasta semen akan mengeras. C3S menunjang penyusunan kekuatan awal semen
tinggi dan menimbulkan panas hidrasi kurang lebih 500 joule/gram. Kandungan
C3S pada Semen Portland bervariasi antara 20 - 60%.
b. C2S : Dicalcium Silicate, Belite. Pada penambahan air segera terjadi reaksi,
menyebabkan pasta mengeras dan menimbulkan sedikit panas yaitu 250
Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling
terak. Semen Portland terutama terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis yang
digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal
senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain. Definisi secara
umum Semen Portland adalah hydroulis binder yang dibuat dengan menggiling halus
Clinker Semen Portland dengan menambahkan 4 5 % Gypsum (CaSO4 . H2O).
a. Kehalusan (fineness)
Kehalusan disyaratkan karena akan menentukan luas permukaan partikel-
partikel semen, dan ini sangat berpengaruh pada proses hidrasi. Standart kehalusan
yang dipakai adalah sisa diatas ayakan 90 micron (170 mesh) atau 45 micron (325
mesh) atau dengan alat Blaine (Air Permiability Meter).
c. Kekekalan bentuk
Syarat ini untuk pengendalian agar pada beton tidak terjadi pemuaian atau
penyusutan, karena dapat mengakibatkan kerusakan pada konstruksi. Alat yang dapat
dipakai untuk mengukur kekekalan bentuk adalah alat Le Chattelier Expansion atau
Autoclave.
d. Kekuatan tekan
Kekuatan tekan diukur dari kekuatan tekan terhadap pasta, mortar, dan beton.
Pasta adalah campuran antara semen dan air pada perbandingan tertentu.
Mortar adalah campuran antara semen, air dan pasir pada perbandingan tertentu.
Beton adalah campuran antara semen, air, pasir dan kerikil pada perbandingan
tertentu, kadang-kadang ditambahkan bahan tambahan (admixtur).
Umumnya kekuatan tekan didasarkan pada umur 28 hari pada normal curing.
Kekuatan tekan adalah sifat kemampuan menahan/memikul suatu beban tekan.
Kekuatan tekan merupakan sifat paling penting yang harus dipunyai selain sifat-sifat
yang lain yaitu kekuatan tarik dan kekuatan lentur.
Kekuatan semen
Kekuatan agregat
Kualitas air
Faktor air semen
Kualitas admixture
e. Panas hidrasi
Hal ini diperlukan untuk mengontrol panas yang dilepas/ditimbulkan pada
reaksi hidrasi semen ini tidak terlalu besar, sebab akan dapat menimbulkan keretakan
pada beton. Pada pembuatan beton masa seperti dam atau raft foundation, selalu
dikendalikan agar suhu (temperature) beton tidak terlalu tinggi.
g. Quick Set
Adalah gejala terjadinya pengembangan kekakuan yang terlalu cepat dari
adonan semen, mortar atau beton dengan disertai pelepasan panas yang cukup besar,
dimana kekakuan ini tidak dapat dihilangkan dengan pengadukan lebih lanjut tanpa
penambahan air.
i. Warna
Di dalam standart SNI maupun ASTM, tidak ada persyaratan mengenai warna
semen. Disamping itu semen, baik gelap atau pucat, tidak ada pengaruhnya terhadap
kuat tekan atau kualitas semen. Warna semen ditentukan oleh kandungan C 4 AF dan
MgO, semakin tinggi kandungan C4 AF dan MgO akan membuat warna semen
menjadi lebih gelap. Di sisi lain, MgO adalah komponen negatif pada semen yang
apabila jumlahnya terlalu banyak, dalam waktu yang lama dapat menyebabkan
pemuaian pada beton, dan ini dikenal sebagai Magnesia expansion, sehingga di
dalam standart SNI dan ASTM kandungan MgO dibatasi maksimum 5 %. Sedangkan
pada C4AF, semakin tinggi C4AF maka C3A menjadi semakin rendah dan ini
mengakibatkan kuat tekan semen menjadi semakin rendah.
beberapa reaksi kimia yang berjalan bersamaan. Sebagaimana telah disebutkan diatas,
bahwa semen mempunyai kandungan oksida utama yaitu C3S, C2S, C3A dan C4 AF.
Oksida-oksida ini apabila ditambahkan air akan bereaksi sebagai berikut:
- Umur - Admixture
Gedung, jembatan,TYPICAL
jalan raya, rumah pemukiman.
QUALITY OF PORTLAND CEMENT TYPE I
PRODUCED BY PT. SEMEN PADANG
STANDARD REQUIREMENT
TYPICAL ASTM C 150-95 a SNI 15-2049-2004 BS 12 : 1996
DESCRIPTION TEST Portland Cement Portland Cement Ordinary
RESULTS Type I Type I Portland Cement
Class 42,5 N
I. CHEMICAL COMPOSITION :
Magnesium oxide (MgO) ................................................
% 0.78 6.00 max 6.00 max 4.00 max
Sulphur trioxide (SO3) ............................................
% 1.70
when C3A < 8 % 3.00 max 3.00 max
when C3A > 8 % 3.50 max 3.50 max
when C3A < 3.5 % 2.50 max
when C3A > 3.5 % 3.50 max
Total alkali content-as Na2O equivalent............... % 0.38 0.60 max *1) 0.60 max *1)
Loss on ignition .................................................................
% 2.11 3.00 max 5.00 max 3.00 max
Insoluble residue % 0.32 0.75 max 3.00 max 1.50 max
Chlor (Cl) . % 0.005 0.10 max
II. PHYSICAL PROPERTIES :
Fineness :
m 2/kg
- Air permeability test with Blaine app. ................................................................
324 280 min 280 min 275 min
Durability :
- Expansion in Autoclave................................................ % 0.10 0.80 max 0.80 max 0.80 max
Compressive strength :
kg/cm 2 (N/mm 2)
- 2 days ...........................................................................
(21.8) ( > 10 )
kg/cm 2
- 3 days ...........................................................................
200 122.4 min 125 min
2
kg/cm
- 7 days ..................................................................................
284 193.8 min 200 min
kg/cm 2 (N/mm 2) 378(50.9)
- 28 days ........................................................................... 285.6 min *2) 280 min *2) (42,5 - 62,5)
Time of setting (vicat test) :
- Initial ...................................................................................
minutes 118 45 min 45 min 60 min
- Final set .......................................................................
minutes 279 375 max 375 max
Soundness expansion (Le-Chatelier) mm 0.50 10 max
False Set :
- Final penetration ................................................................
% 76.67 50 min*2) 50 min *2)
f/typical/tp semen/tp1.xl
*1) This limit may be specified when the cement is to be used in concrete with agregates that may be
deleteriously reactive (Optional chemical requirement apply only if specifically requested).
Memenuhi :
I. CHEMICAL COMPOSITION :
Silicon dioxide (SiO2) .....................................................
% 21.20 20.00 min. 20.00 min.
Aluminum oxide (Al203) ................................................
% 5.23 6.00 max. 6.00 max.
Ferric oxide (Fe2O3) .................................................
% 3.69 6.00 max. 6.00 max.
Calcium oxide (CaO) ......................................................
% 64.54
Magnesium oxide (MgO) ..................................................
% 0.90 6.00 max. 6.00 max. 4.00 max.
Sulphur trioxide (SO3) ..........................................................
% 1.55 3.00 max. 3.00 max.
when C3A < 7.0 % 2.50 max.
when C3A > 7.0 % 3.00 max.
Loss on ignition ...........................................................
% 2.73 3.00 max. 3.00 max. 3.00 max.
Insoluble residue .....................................................
% 0.18 0.75 max. 1.50 max. 1.50 max.
Tricalcium aluminate (C3A) .................................................
% 7.61 8.00 max. 8.00 max.
C3S + C3A .................................................................
% 57.72 58.00 max.*3) 58.00 max.*3)
Total alkali content as Na2O equivalent ................................
% 0.36 0.60 max. *1) 0.60 max. *1)
Chlor (Cl) . % 0.003 0.10 max.
II. PHYSICAL PROPERTIES :
Fineness :
m 2/kg
- Air permeability test with Blaine app. ..........................................................................
335 280 min. 280 min. 275 min.
Durability :
- Expansion in Autoclave .......................................................
% 0.04 0.80 max. 0.8 max.
Compressive strength :
2 2
kg/cm (N/mm ) 198 (19.4)
- 3 days ....................................................................... 102.0 min. 100 min. (8 N/mm 2) min.
kg/cm 2 (N/mm 2) 277 (27,2)
- 7 days ......................................................................... 173.4 min. 175 min. (14 N/mm 2) min.
kg/cm 2 (N/mm 2) 360 (35.3)
- 28 days ..................................................................... 285.6 min. *2) 280 min. *2) (28 N/mm 2) min.
Time of setting (vicat test) :
- Initial ..........................................................................
minutes 110 45 min. 45 min. 60 min.
- Final ..........................................................................
minutes 265 375 max. 375 max. 600 max.
Soundness expansion (Le-Chatelier) ..mm 0.00 10 max.
Heat of hydration :
- 7 days .........................................................................
cal/gr 67.30 70 max.*2) 70 max.*2) 59.75 max.
- 28 days ....................................................................................
cal/gr 78.24 69.31 max.
False-set :
- Final penetration ........................................................
% 77.15 50 min. *2) 50 min. *2)
f/typical/tp semen/tp2.xl
*1) This limit may be specified when the cement is to be used in concrete with agregates that may be deleteriously reactive.
(Optional chemical requirements apply only if specifically requested).
*2) Optional physical requirements apply only if specifically requested.
*3) This limit applies when moderate heat of hydration is required and tests for heat of hydration are not requested.
(Optional chemical requirements apply only if specifically requested).
Semen yang mempunyai ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
Tahan terhadap sulfat sedang yaitu terhadap air tanah yang mengandung sulfat
antara 0,08 - 0,17 % atau yang dinyatakan mengandung SO3 + 125 ppm.
Tahan terhadap panas hydrasi sedang
Kegunaan :
Dermaga, bendungan
Bangunan di tanah berawa, bergambut dan tepi pantai
Soil cement
Misalnya untuk bangunan di pinggir laut, tanah rawa, dermaga, saluran irigasi, beton
massa dan bendungan.
Memenuhi :
kebutuhan bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal yang tinggi setelah
proses
STANDARD REQUIREMENT
TYPICAL ASTM C 150-95 a SNI 15-2049-2004 BS 12 : 1989
DESCRIPTION
TEST Portland Cement Portland Cement Rapid Hardening
RESULTS Type III Type III Portland Cement
I. CHEMICAL COMPOSITION :
Magnesium oxide (MgO) ...................................% 0.77 6.00 max. 6.00 max. 4.00 max.
Total alkali content as Na2O equivalent ........................................
% 0.32 0.60 max.*1) 0.60 max.*1)
Sulphur trioxide (SO3) .. % 1.94
when C3A < 8,0 % 3.50 max. 3.50 max.
when C3A > 8,0 % 4.50 max. 4.50 max.
when C3A < 3.5 % 2.50 max
when C3A > 3.5 % 3.50 max
Loss on ignition ..................................................% 1.96 3.00 max. 3.00 max. 3.00 max.
Insoluble residue ................................................% 0.18 0.75 max. 1.50 max. 1.50 max.
Tricalcium aluminate (C3A) ..............................................
% 6.40 15 max.*2) 15 max.*2)
Chlor (Cl) .. % 0.003 0.10 max.
II. PHYSICAL PROPERTIES :
Fineness :
m 2/kg
- Air permeability test with Blaine app. ..........................................................................
398 350 min.
Durability :
- Expansion in Autoclave .......................................................
% 0.015 0.8 max. 0.8 max.
Compressive strength :
kg/cm 2
- 1 days ....................................................................... 153 122.4 min. 125 min.
(N/mm 2)
- 2 days ....................................................................... (28) (25) min.
kg/cm 2
- 3 days ....................................................................... 280 244.8 min. 250 min.
2
kg/cm
- 7 days ....................................................................... 352
2 2
kg/cm (N/mm ) 461(63)
- 28 days ..................................................................... (52) min.
Time of setting (vicat test) :
- Initial ..........................................................................
minutes 100 45 min. 45 min.
- Final ..........................................................................
minutes 255 375 max. 375 max.
Time of setting (Gillmore test) :
- Initial ..........................................................................
minutes 105 45 min
- Final set ..........................................................................
hours 4.20 10 max
Soundness expansion (Le-Chatelier) ..mm 0.00 10 max.
False-set :
- Final penetration ........................................................
% 79.71 50 min.*3) 50 min.*3)
f/typical/tp semen/tp3.xl
*) Portland Cement type III also known as : - Rapid Hardening Portland Cement or as
- High Early Strength Portland Cement
*1) This limit may be specified when the cement is to be used in concrete with agregates that may be deleteriously reactive.
(optional chemical requirements apply only if specifically requested).
*2) Optional chemical requirements : - C3A = 8 % max. for moderate sulfate resistance.
- C3A = 5 % max. for high sulfate resistance.
*3) Optional physical requirements
Memenuhi :
Kegunaan :
STANDARD REQUIREMENT
TYPICAL ASTM C 150-95 a SNI 15-2049-2004 BS 4027 : 1980
DESCRIPTION
TEST Portland Cement Portland Cement High Sulphate
RESULTS Type V Type V Resistance Cement
I. CHEMICAL COMPOSITION :
0.73
Magnesium oxide (MgO) ..............................................................
% 6.00 max. 6.00 max. 4.00 max.
Sulphur trioxide (SO3) C3A < 8 ...........................................................
% 1.72 2.30 max. 2.30 max. 2.50 max.
Total alkali content as Na2O equivalent ............% 0.33 0.60 max.*1) 0.60 max.*1)
Loss on ignition .......................................................
% 0.99 3.00 max. 3.00 max. 4.00 max.
Insoluble residue .................................................
% 0.18 0.75 max. 1.50 max. 1.50 max.
Tricalcium aluminate (C3A) ................................... % 2.07 5.00 max.*6) 5.00 max.*6) 3.50 max.
C4AF + 2C3A or (C4AF + C2F) * ) ........................ % 18.15 25 max. 25 max. 25 max.
LSF 0.92 0.66 - 1.02
II. PHYSICAL PROPERTIES :
Fineness :
m 2/kg
- Air permeability test with Blaine app. ........................................ 309 280 min. 280 min.
Durability :
- Expansion in Autoclave .................................................
% 0.035 0.8 max. 0.8 max.
Time of setting (vicat test) :
- Initial ..................................................................
minutes 160 45 min. 45 min.
- Final ......................................................................
minutes 360 375 max. 375 max.
Time of setting (British Standard) :
- Initial ...................................................................................
minutes 160 45 min
- Final set .......................................................................
hours 6.0 10 max
Soundness expansion (Le-Chatelier) . mm 0.00 10 max
Compressive strength :
kg/cm 2 (N/mm 2) 160 (24.5)
- 3 days ............................................................. 81.6 min. 85 min. 20 min.
kg/cm 2
- 7 days ............................................................. 214 153 min. 160 min.
kg/cm 2 (N/mm 2) 307 (42.6)
- 28 days ................................................................. 214.2 min. 210 min. 39 min.
False-set :
- Final penetration ............................................ % 77.75 50 min.*2) 50 min.*2)
Sulphate expansion :
-14 days ..................................................................
% 0.032 0.040 max. 0.040 max.
f/typical/tp semen/tp5.xl
*1) This limit may be specified when the cement is to be used in concrete with agregates that may be
deleteriously reactive. (Optional chemical requirements apply only if specifically requested).
*2) Optional physical requirements apply only if specifically requested.
*6) Does not apply when the sulfate expansion is specified. It shall be instead of the limits of
C3A and C4AF + 2C3A listed in the requirement of main chemical shall not be apply.
Memenuhi :
Tahan terhadap sulfat tinggi, air tanah yang mengandung sulfat 0,17 - 1,67 %
(mengandung SO3 125 - 250 ppm).
Kegunaan :
Semen Portland Pozolan (PPC) merupakan suatu semen hidrolis yang terdiri dari
campuran yang homogen antara semen Portland dengan pozolan halus, yang diproduksi
dengan menggiling klinker semen portland dan pozzlan bersama-sama, atau mencampur
secara merata bubuk semen portland dengan bubuk pozolan, atau gabungan antara
menggiling dan mencampur, dimana kadar pozolan 6 % sampai dengan 40 % massa semen
portland
pozolan.Pozolan adalah bahan yang mengandung silika atau senyawanya dan alumina,
yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen, akan tetapi dalam bentuknya yang
halus dan dengan adanya air, senyawa tersebut akan bereaksi secara kimia dengan kalsium
I. CHEMICAL COMPOSITION :
MgO .....................................................
% 0.68 6.0 max. 6.0 max. 6.0 max. 6.0 max.
SO3 ................................................. % 1.27 4.0 max. 4.0 max. 4.0 max. 4.0 max.
Loss on ignition ...........................................................
% 1.57 5.0 max. 5.0 max. 5.0 max. 5.0 max.
hidroksida pada suhu kamar membentuk senyawa yang mempunyai sifat seperti semen.
Memenuhi :
Portland Pozzolan Cement (PPC) (1998). Jenis semen ini untuk konstruksi umum dan
tahan terhadap sulfate dan panas hidrasi sedang.
Kegunaan :
Perumahan
Bendungan, dam dan irigasi
Bangunan tepi pantai dan daerah rawa/gambut
Bahan bangunan seperti genteng, hollow brick, polongan, ubin dll.
Macam-macam Pozzolan
1. Pozzolan alam (Natural Pozzolan)
Pozzolan yang terdapat di alam, seperti abu vulkanis atau purnice, tanah diatome
atau tufa.
1. Jenis IP-U yaitu semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk semua tujuan
pembuatan adukan beton.
2. Jenis IP-K yaitu semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk semua tujuan
pembuatan adukan beton, semen untuk tahan sulfat sedang dan panas hidrasi sedang.
3. Jenis P-U yaitu semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk pembuatan
beton dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi.
4. Jenis P-K yaitu semen porland pozolan yang dapat dipergunakan untuk pembuatan
beton dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi, serta untuk tahan sulfat
sedang dan panas hidrasi rendah.
b. Waktu pengikatan
Reaksi antara silica aktif dari Pozzolan dengan kalsium hidroksida berjalan
lambat, sehingga berkembangnya panas selama proses hidrasi berjalan lambat. Karena
hidrasi berjalan lambat maka Semen Portland Pozzolan (PPC) mempunyai panas
hidrasi yang lebih rendah dari Semen Portland Jenis I (PC I), dan relatif sama dengan
semen portland jenis II (PC II). Panas hidrasi semen berhubungan erat dengan suhu
beton, sehingga beton yang menggunakan Semen Portland Pozzolan (PPC) akan
mempunyai suhu beton yang lebih rendah dari beton yang menggunakan Semen
Portland jenis I (PC I).
d. Kekuatan tekan
terus dalam waktu yang lama, maka kekuatan PPC pada umur yang lama akan bisa
lebih tinggi dari Semen Portland jenis I (PC I).
e. Keawetan (durability)
Sebagaimana diketahui kalsium hidroksida hasil reaksi semen dengan air adalah
basa kuat, sehingga beton tidak tahan terhadap asam dan lingkungan yang
mengandung garam atau sulfat. Dengan adanya Pozzolan, maka peranan kalsium
hidroksida akan diperkecil, karena kalsium hidroksida akan bereaksi dengan silica dan
alumina aktif yang berasal dari Pozzolan membentuk kalsium silikat hidrat (CSH) dan
kalsium aluminat silikat hidrat (CASH), menurut persamaan:
C3A, sehingga beton akan lebih tahan terhadap garam dan sulfat.