Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ekonomi Syariahdan Sistem Ekonomi Syariah merupakan perwujudan dari
paradigma Islam. Pengembangan ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah bukan
untuk menyaingi sistem ekonomi kapitalis atau sistem ekonomi sosialis, tetapi lebih
ditujukan untuk mencari suatu sistem ekonomi yang mempunyai kelebihan-kelebihan
untuk menutupi kekurangan-kekurangan dari sistem ekonomi yang telah ada. Islam
diturunkan ke muka bumi ini dimaksudkan untuk mengatur hidup manusia guna
mewujudkan ketentraman hidup dan kebahagiaan umat di dunia dan di akhirat sebagai
nilai ekonomi tertinggi. Umat di sini tidak semata-mata umat Muslim tetapi, seluruh
umat yang ada di muka bumi. Ketentraman hidup tidak hanya sekedar dapat memenuhi
kebutuhan hidup secara melimpah ruah di dunia, tetapi juga dapat memenuhi
ketentraman jiwa sebagai bekal di akhirat nanti. Jadi harus ada keseimbangan dalam
pemenuhan kebutuhan hidup di dunia dengan kebutuhan untuk akhirat.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan menjadi pembahasan dalam makalah ini yaitu:
1. Apakah yang dimaksud ekonomi syariah?
2. Apa Perbedaan Ekonomi Syariah dengan Ekonomi Konvensional?
3. Apa Ciri khas ekonomi syariah?
4. Apa Tujuan Ekonomi Islam?
5. Bagaimana Permasalahan ekonomi yang terjadi di Indonesia?
6. Bagaimana Syariah sebagai solusi?
7. Bagaimana Penerapan ekonomi syariah?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini disamping sebagai tugas akademik
tentunya juga memberikan informasi pemahaman terkait yang dirumuskan dalam
makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekonomi Syariah

Ekonomi syariah merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari


masalah-masalahekonomi rakyat yang dilhami oleh nilai-nilai Islam. Ekonomi syariah
berbeda dari kapitalisme, sosialisme, maupun negara kesejahteraan (Welfare State).
Berbeda dari kapitalisme karena Islam menentang eksploitasi oleh pemilik modal
terhadapburuh yang miskin, dan melarang penumpukan kekayaan. Selain itu, ekonomi
dalam kaca mata Islam merupakan tuntutan kehidupan sekaligus anjuran yang
memiliki dimensi ibadah
B. Perbedaan Ekonomi Syariah dengan Ekonomi Konvensional

Krisis ekonomi yang sering terjadi ditengarai adalah ulah sistem ekonomi
konvensional, yang mengedepankan sistem bunga sebagai instrumen provitnya.
Berbeda dengan apa yang ditawarkan sistem ekonomi syariah, dengan instrumen
provitnya, yaitu sistem bagi hasil.Sistem ekonomi syariah sangat berbeda dengan
ekonomi kapitalis, sosialis maupunkomunis. Ekonomi syariah bukan pula berada di
tengah-tengah ketiga sistem ekonomi itu. Sangat bertolak belakang dengan kapitalis
yang lebih bersifat individual, sosialis yang memberikan hampir semua tanggungjawab
kepada warganya serta komunis yang ekstrem.
Ekonomi Islam menetapkan bentuk perdagangan serta perkhidmatan yang boleh
dan tidak boleh di transaksikan. Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan
kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan dan
kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap
pelaku usaha.

C. Ciri khas ekonomi syariah

Tidak banyak yang dikemukakan dalam Al Qur'an, dan hanya prinsip-prinsip


yang mendasar saja. Karena alasan-alasan yang sangat tepat, Al Qur'an dan Sunnah
banyak sekali membahas tentang bagaimana seharusnya kaum Muslim berprilaku
sebagai produsen, konsumen dan pemilik modal, tetapi hanya sedikit tentang sistem
ekonomi. Sebagaimana diungkapkan dalam pembahasan diatas, ekonomi dalam Islam
harus mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha.
Selain itu, ekonomi syariah menekankan empat sifat, antara lain:
1. Kesatuan (unity)
2. Keseimbangan (equilibrium)
3. Kebebasan (free will)
4. Tanggungjawab (responsibility)
Islam sangat mengharamkan kegiatan riba, yang dari segi bahasa berarti
"kelebihan". Dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 275 disebutkan bahwa Orang-
orang yang makan (mengambil) riba]tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila [.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

D. Tujuan Ekonomi Islam

Ekonomi Islam mempunyai tujuan untuk memberikan keselarasan bagi


kehidupan di dunia. Nilai Islam bukan semata-semata hanya untuk kehidupan muslim
saja, tetapi seluruh mahluk hidup di muka bumi. Esensi proses Ekonomi Islam adalah
pemenuhan kebutuhan manusia yang berlandaskan nilai-nilai Islam guna mencapai
pada tujuan agama (falah).

E. Permasalahan yang terjadi di Indonesia

Krisis ekonomi Indonesia sampai saat ini masih berlangsung dan belum
menunjukkan tanda-tanda untuk segera pulih. APBN kita masih dikuras dalam jumlah
besar untuk pengeluaran membayar bunga hutang baik hutang luar negeri maupun
bunga hutang dalam negeri dalam bentuk bunga obligasi rekap bank konvensional.
Seharusnya dana APBN ratusan triliun digunakan untuk pemberdayaan rakyat
miskin, tetapi justru untuk mensubsisi bank-bank ribawi melalui bunga rekap BLBI dan
SBI. Ini terjadi karena pemerintah telah terperangkap kepada sistem riba yang merusak
perekonomian bangsa.

Menaiknya harga BBM semakin memperparah penderitaan rakyat Indonesia


dan semakin membengkakkan angka kemiskinan. Inflasi meningkat secara tajam.
Semua para ekonom hebat di negeri ini meprediski infasi hanya 8,7 %, tetapi
kenyataannya melejit di luar dugaan, lebih dari 18 %. Ekonom hebat tersebut keliru
besar dalam memprediksi. Angka inflasi 18 % merupakan yang tertinggi dalam empat
tahun terakhir. Sebagai indikator penting bagi perekonomian negara, maka inflasi wajib
dipandang secara kritis. Sebab, inflasi yang melonjak tinggi bermakna gong marabahaya
bagi ekonomi rakyat.

Pada saat ini, tercatat jika sejak Maret 2005, jumlah utang Indonesia mencapai
Rp1,282 triliun. Angka fantastis nan bombastis tersebut, setara dengan 52 % dari
produk domestik bruto. Komposisi utang itu ialah 49% persen utang luar negeri.
Sementara 51 persen utang dalam negeri.
Selain problem hutang Indonesia yang amat besar, ancaman terhadap
kesinambungan fiskal dan pembiayaan pembangunan juga menjadi problem besar.
Demikian pula buruknya infrastruktur, rendahnya investasi dan pertumbuhan
ekonomi, terpuruknya sektor riel, menurunnya daya saing, serta akan masih
meningkatnya angka pengangguran akibat kenaikan BBM yang lalu.
APBN kita masih berada pada titik yang kritis, sebab faktor eksternal seperti
naiknya harga minyak, bisa membuat beban APBN membengkak dan memperbesar
defisit APBN. akibat ikut membengkaknya subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan
pengeluaran pemerintah yang terkait dengan luar negeri. Belum lagi ancaman
depresiasi nilai rupiah yanag selalu membayang-bayangi.

Keterpurukan ekonomi Indonesia juga ditandai oleh masih belum bergairahnya


sektor riil akibat lumpuhnya fungsi intermediasi perbankan konvensional. LDR Bank
konvensional masih belum optimal bahkan masih jauh, yaitu berkisar di angka 50an
%. Lain lagi NPL 2 bank konvensional raksasa yang semakin meningkat . Peningkatan
NPL (kredirt macet) tersebut telah berada pada titik yang membahayakan, yaitu 24 &
dan 20 %. Inilah kondisi bank-bank ribawi, LDR rendah sementara NPL tinggi. Realitas
ini berbeda dengan bank syariah, FDR tinggi, NPF rendah. Sehingga mendorong
pertumbuhan sektor riil. Sementara bank konvensional sebaliknya.
Kesimpulannya, ekonomi Indonesia benar-benar terpuruk dan terburuk di
bawah sistem ekonomi kapitalisme. Indonesia hanya unggul atas negara-negara Afrika
seperti Malawi, Uganda, Kenya, Zambia, Mozambik, Zimbabwe,Mali, Angola dan Chad.
Peringkat daya saing pertumbuhan (growth competitiveness index) Indonesia, nyaris
sama dengan Ethiopia yang pernah hancur-lebur oleh perang serta wabah kelaparan.

F. Syariah Sebagai Solusi

Salah satu solusi penting yang harus diperhatikan pemerintahan dalam


merecovery ekonomi Indonesia adalah penerapan ekonomi syariah. Ekonomi syariah
memiliki komitmen yang kuat pada pengentasan kemiskinan, penegakan keadilan
pertumbuhan ekonomi, penghapusan riba, dan pelarangan spekulasi mata uang
sehingga menciptakan stabilitas perekonomian.
Ekonomi syariah yang menekankan keadilan, mengajarkan konsep yang unggul
dalam menghadapi gejolak moneter dibanding sistem konvensional. Fakta ini telah
diakui oleh banyak pakar ekonomi global, seperti Rodney Shakespeare (United
Kingdom), Volker Nienhaus (Jerman), dsb.
Ke depan pemerintah perlu memberikan perhatian besar kepada sistem ekonomi
Islam yang telah terbukti ampuh dan lebih resisten di masa krisis. Sistem ekonomi
Islam yang diwakili lembaga perbankan syariah telah menunjukkan ketangguhannya
bisa bertahan karena ia menggunakan sistemi hasil sehingga tidak mengalami negative
spread sebagaimana bank-bank konvensional. Bahkan perbankan syariah semakin
berkembang di masa-masa yang sangat sulit tersebut.

Sementara bank-bank raksasa mengalami keterpurukan hebat yang berakhir


pada likuidasi, sebagian bank konvensional lainnya terpaksa direkap oleh pemerintah
dalam jumlah besar Rp 650 triliun. Setiap tahun APBN kita dikuras lagi oleh keperluan
membayar bunga obligasi rekap tersebut. Dana APBN yang seharusnya diutamakan
untuk pengentasan kemiskinan rakyat, tetapi justru digunakan untuk membantu bank-
bank konvensional. Inilah faktanya, kalau kita masih mempertahakan sistem ekonomi
kapitalisme yang ribawi.

Selama ini, sistem ekonomi dan keuangan syariah kurang mendapat tempat
yang memungkinkannya untuk berkembang. Ekonomi Islam belum menjadi perhatian
pemerintah. Sistem ini mempunyai banyak keunggulan untuk diterapkan, Ekonomi
Islam bagaikan pohon tumbuhan yang bagus dan potensial, tapi dibiarkan saja, tidak
dipupuk dan disiram. Akibatnya, pertumbuhannya sangat lambat, karena kurang
mendapat dukungan penuh dari pemerintah dan pihak-pihak yang berkompeten,
seperti Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Industri, BAPENAS, DPR dan
Menteri yang terkait lainnya.
Keberhasilan Malaysia mengembangkan ekonomi Islam secara signifikan dan
menjadi teladan dunia internasional, adalah disebabkan karena kebijakan Mahathir
yang secara serius mengembangkan ekonomi Islam. Mereka tampil sebagai pelopor
kebangkitan ekonomi Islam, dengan kebijakan yang sungguh-sungguh membangun
kekuatan ekonomi berdasarkan prinsip syariah. Indonesia yang jauh lebih dulu
merdeka dan menentukan nasibnya sendiri, kini tertinggal jauh dari Malaysia.

Kebijakan-kebijakan Mahathir dan juga Anwar Ibrahim ketika itu dengan sistem
syariah, telah mampu mengangkat ekonomi Malaysia setara dengan Singapura. Tanpa
kebijakan mereka, tentu tidak mungkin ekonomi Islam terangkat seperti sekarang,
tanpa kebijakan mereka tidak mungkin terjadi perubahan pendapatan masyarakat
Islam secara signifikan. Mereka bukan saja berhasil membangun perbankan, asuransi,
pasar modal, tabungan haji dan lembaga keuagan lainnya secara sistem syariah, tetapi
juga telah mampu membangun peradaban ekonomi baik mikro maupun makro dengan
didasari prinsip nilai-nilai Islami.
Aplikasi ekonomi Islam bukanlah untuk kepentingan umat Islam saja. Penilaian
sektarianisme bagi penerapan ekonomi Islam seperti itu sangat keliru, sebab ekonomi
Islam yang konsen pada penegakan prinsip keadilan dan membawa rahmat untuk
semua orang tidak diperuntukkan bagi ummat Islam saja, dan karena itu ekonomi Islam
bersifat inklusif.

G. Penerapan Ekonomi Syariah

Perkembangan sistem finansial syariah yang pesat boleh jadi mendapat


tambahan dorongan sebagai alternatif atas kapitalisme, dengan berlangsungnya krisis
perbankan dan kehancuran pasar kredit saat ini, demikian menurut pendapat para
akademisi Islam dan ulama. Dengan nilai 300 miliar dolar dan pertumbuhan sebesar 15
persen per tahun, sistem ekonomi Islam itu melarang penarikan atau pemberian bunga
yang disebut riba. Sebagai gantinya, sistem finansial syariah menerapkan pembagian
keuntungan dan pemilikan bersama.
Kehancuran ekonomi global memperlihatkan perlunya dilakukan perombakan
radikal dan struktural dalam sistem finansial global. Sistem yang didasarkan pada
prinsip Islam menawarkan alternatif yang dapat mengurangi berbagai risiko. Bank-
bank Islam tak membeli kredit, tetapi mengelola aset nyata yang memberikan
perlindungan dari berbagai kesulitan yang kini dialami bank-bank Eropa dan AS.
Dalam kehidupan ekonomi Islam, setiap transaksi perdagangan harus dijauhkan
dari unsur-unsur spekulatif, riba, gharar, majhul, dharar, mengandung penipuan, dan
yang sejenisnya. Unsur-unsur tersebut diatas, sebagian besarnya tergolong aktifitas-
aktifitas non real. Sebagian lainnya mengandung ketidakjelasan pemilikan. Sisanya
mengandung kemungkinan munculnya perselisihan. Islam telah meletakkan transaksi
antar dua pihak sebagai sesuatu yang menguntungkan keduanya; memperoleh manfaat
yang real dengan memberikan kompensasi yang juga bersifat real. Transaksinya bersifat
jelas, transparan, dan bermanfaat.
Karena itu, dalam transaksi perdagangan dan keuangan, apapun bentuknya,
aspek-aspek non real dicela dan dicampakkan. Sedangkan sektor real memperoleh
dorongan, perlindungan, dan pujian. Hal itu tampak dalam instrumen- instumen
ekonomi berikut:
Islam telah menjadikan standar mata uang berbasis pada sistem dua logam, yaitu
emas dan perak. Sejak masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik ibn Marwan, mata
uang Islam telah dicetak dan diterbitkan (tahun 77 H). Artinya, nilai nominal yang
tercantum pada mata uang benar-benar dijamin secara real dengan zat uang tersebut.
Islam telah mengharamkan aktifitas riba, apapun jenisnya; melaknat/mencela
para pelakunya. Allah SWT berfirman: Hai orang-orang yang beriman bertakwalah
kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kalian orang-orang
yang beriman QS Al Baqarah 278. Berdasarkan hal ini, transaksi riba yang tampak
dalam sistem keuangan dan perbankan konvensional (dengan adanya bunga bank),
seluruhnya diharamkan secara pasti; termasuk transaksi-transaksi derivative yang biasa
terjadi di pasar-pasar uang maupun pasar-pasar bursa. Penggelembungan harga saham
maupun uang adalah tindakan riba.
Transaksi spekulatif, kotor, dan menjijikkan, nyata-nyata diharamkan oleh Allah
SWT, sebagaimana firmanNya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minum
khamr, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah
adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaithan (QS Al maidah 90).
Transaksi perdagangan maupun keuangan yang mengandung dharar/bahaya
(kemadaratan), baik bagi individu maupun bagi masyarakat, harus dihentikan dan
dibuang jauh-jauh. Islam melarangAl- Ghasy, yaitu transaksi yang mengandung
penipuan, pengkhianatan, rekayasa, dan manipulasi. Islam melarang transaksi
perdagangan maupun keuangan yang belum memenuhi syarat-syarat keuangan yang
belum sempurnanya kepemilikan seperti yang biasa dilakukan dalam future trading.
Seluruh jenis transaksi yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya ini
tergolong ke dalam transaksi-transaksi non real atau dzalim yang dapat mengakibatkan
dharar/bahaya bagi masyarakat dan negara, memunculkan high cost dalam ekonomi,
serta bermuara pada bencana dan kesengasaraan pada umat manusia. Sifat-sifat
tersebut melekat dalam sistem ekonomi kapitalis dengan berbagai jenis transaksinya.
Konsekuensi bagi negara dan masyarakat yang menganut atau tunduk dan membebek
pada sistem ekonomi kapitalis yang dipaksakan oleh negara-negara Barat adalah
kehancuran ekonomi dan kesengsaraan hidup.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu solusi penting yang harus diperhatikan pemerintahan dalam
merecovery ekonomi Indonesia adalah penerapan ekonomi syariah. Ekonomi
syariah memiliki komitmen yang kuat pada pengentasan kemiskinan, penegakan
keadilan pertumbuhan ekonomi, penghapusan riba, dan pelarangan spekulasi mata
uang sehingga menciptakan stabilitas perekonomian.
Ekonomi syariah yang menekankan keadilan, mengajarkan konsep yang unggul
dalam menghadapi gejolak moneter dibanding sistem konvensional. Fakta ini telah
diakui oleh banyak pakar ekonomi global, seperti Rodney Shakespeare (United
Kingdom), Volker Nienhaus (Jerman), dsb.
B. Saran
Pemerintah hendaknya bisa menyentakkan dan membuka mata untuk melirik
dan menerapkan ekonomi syariah sebagai solusi perekonomian Indonesia. Pemerintah
harus melihat ekonomi syariah dalam konteks penyelamatan ekonomi Nasional.
Sehubungan dengan itu, pembentukan Dewan Ekonomi Nasional (DEN) perlu
kembali diwujudkan dengan memasukkan para pakar ekonomoi syariah di dalamnya.
Ekonomi syariah di Indonesia telah menunjukkan ketangguhannya di masa krisis dan
lagi pula dalam praktek perekonomian di Indonesia selama ini, Indonesia sudah
menerapkan dual system, yakni konvensional dan sistem ekonomi syariah, terutama
yang berkaitan dengan lembaga perbankan dan keuangan.

Sumber: http://rosiyanti-aljihad.blogspot.co.id/2013/04/makalah-ekonomi-syariah-
solusi.html

Anda mungkin juga menyukai