PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Dapat mengetahui tentang model hubungan perawat, dokter, dan pasien.
Dalam konteks hubungan perawat dan pasien, perawat dapat berperan sebagai konselor
pada saat pasien mengungkapkan kejadian dan perasaan tentang penyakitnya.Perawat
juga dapat berperan sebagai pengganti orang tua (terutama pada pasien anak), saudara
kandung, atau teman bagi pasien dalam ungkapan perasaan-perasaannya.
Sebagai anggota profesi keperawatan, perawat harus dapat bekerja sama dengan sesama
perawat dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan terhadap klien. Dalam
menjalankan tugasnya, perawat harus dapat membina hubungan baik dengansesama
perawat yang ada di lingkungan tempat kerjanya. Dalam membina hubungan tersebut,
sesama perawat harus mempunyai rasa saling menghargai dan saling toleransi yang
tinggi agar tidak terjadi sikap saling curiga dan benci.
2. Identifikasi masalah
5. Refleksi terhadap keputusan dan tindakan yang diambil, artinya keputusan dan
tindakan yang diambil tidak bertentangan dnegan hukum dan agama.
Apabila pengambilan keputusan tidak didasarkan pada kelima hal diatas, akan
menimbulkan berbagai masalah :
1. Tidak tepatnya keputusan.
2. Tidak terlaksananya keputusan karena tidak sesuai dengan kemampuan organisasi
baik dari segi manusia, uang maupun material.
3. Ketidakmampuan pelaksana untuk bekerja karena tidak ada sinkronisasi antara
kepentingan organisasi dengan orang-orang di dalam organisasi tersebut.
4. Timbulnya penolakan terhadap keputusan.
Sikap atau watak berfikir kritis dapat ditingkatkan dengan memantapkan secara
positif dan memotivasi lingkungan kerja. Kreativitas penting untuk
membangkitkan motivasi secara individu sehingga mampu memberikan konsep
baru dengan pendekatan inovatif dalam memecahkan masalah atau isu secara
fleksibel dan bebas berpikir. Keterbukaan menerima kritik akan mengakibatkan
hal positif seperti; semakin terjaminnya kemampuan analisa seseorang terhadap
fakta dan data yang dihadapi dan akan meningkatkan kemampuan untuk
mengatasi kelemahan. Prinsip utama untuk menetapkan suatu masalah adalah
mengetahui fakta, kemudian memisahkan fakta tersebut dan melakukan
interpretasi data menjadi fakta objektif dan menentukan luasnya masalah
tersebut.Manajer membutuhkan kemampuan untuk menetapkan prioritas
pemecahan masalah. Umumnya untuk pemecahan masalah selalu menggunakan
metoda coba-coba dan salah, eksperimen, dan atau tidak berbuat apa-apa (do
nothing). Pembuatan keputusan dapat dipandang sebagai proses yang
menjembatani hal yang lalu dan hal yang akan datang pada saat manajer hendak
mengadakan suatu perubahan.
Proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan diatas adalah salah satu
penyelesaian yang dinamis. Penyebab umum gagalnya penyelesaian masalah
adalah kurang tepat mengidentifikasi masalah.Oleh karena itu identifikasi
masalah adalah langkah yang paling penting.Kualitas hasil tergantung pada
keakuratan dalam mengidentifikasi masalah.
Identifikasi masalah dipengaruhi oleh informasi yang tersedia, nilai, sikap dan
pengalaman pembuat keputusan serta waktu penyelesaian masalah. Terutama
waktu yang cukup untuk mengumpulkan dan mengorganisir data
2.8.1 FormatPengambilan Keputusan
Langkah utama proses pengambilan keputusan adalah sama dengan proses pemecahan
masalah. Fase ini termasuk mendefinisikan tujuan, memunculkan pilihan,
mengidentifikasi keuntungan dan kerugian masing-masing pilihan, memprioritaskan
pilihan, menseleksi pilihan yang paling baik untuk menilai sebelum mendefinisikan
tujuan, implementasi dan evaluasi.
2.8.2 Gaya Pengambilan Keputusan
Gaya pengambilan keputusan manajer perawat/bidan umumnya sama dengan gaya
kepemimpinan yang digunakan oleh manajer tersebut diatas. Ada 7 variabel yang
berpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk menyeleksi gaya yang paling cocok,
yaitu :
1. Pentingnya kualitas keputusan untuk keberhasilan institusi.
2. Derajat informasi yang dimiliki oleh manajer.
3. Derajat pada masalah yang terstruktur dalam organisasi.
4. Pentingnya komitmen bawahan dan keterampilan membuat keputusan.
5. Kemungkinan keputusan autokratik dapat diterima.
6. Komitmen bawahan yang kuat terhadap tujuan institusi.
7. Kemungkinan bawahan konflik dalam proses akhir pada keputusan final.
Metode autokratik hasilnya lebih cepat dalam pengambilan keputusan dan cocok
untuk situasi yang krisis atau ketika kelompok senang menerima tipe ini sebagai
gaya keputusan. Bagaimanapun anggota staf umumnya lebih mendukung untuk
pendekatan konsultatif dan kelompok. Konflik dapat terjadi ketika masalah tidak
terstruktur dibahas atau jika manajer tidak mempunyai pengetahuan atau
ketrampilan dalam proses pemecahan masalah.
2.8.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Banyak faktor yang berpengaruh kepada individu dan kelompok dalam pengambilan
keputusan, antara lain:
1. Faktor Internal
Faktor internal dari diri manajer sangat mempengaruhi proses pengambilan
keputusan. Faktor internal tersebut meliputi: keadaan emosional dan fisik, personal
karakteristik, kultural, sosial, latar belakang filosofi, pengalaman masa lalu, minat,
pengetahuan dan sikap pengambilan keputusan yang dimiliki.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal termasuk kondisi dan lingkungan waktu.Suatu nilai yang
berpengaruh pada semua aspek dalam pengambilan keputusan adalah pernyataan
masalah, bagaimana evaluasi itu dapat dilaksanakan.Nilai ditentukan oleh salah satu
kultural, sosial, latar belakang, filosofi, sosial dan kultural.
2.8.4 Pengambilan Keputusan Kelompok
Ada dua kriteria utama untuk pengambilan keputusan yang efektif:
1. Keputusan harus berkualitas tinggi dan dapat mencapai tujuan atau sasaran yang
sebelumnya telah didefinisikan.
2. Keputusan harus diterima oleh orang yang bertanggungjawab melaksanakannya.
Contoh; Rapat merupakan salah satu alat terpenting untuk mencapai informasi dan
mengambil keputusan. Ada keuntungan-keuntungan tertentu yang dapat dipetik
melalui suatu rapat, yaitu :
1) Masalah yang timbul menjadi jelas sifatnya karena dibicarakan dalam forum
terbuka.
2) Interaksi kelompok akan menghasilkan pendapat dan buah pikiran serta
pengertian yang mendalam.
3) Penerimaan dan pelaksanaan keputusan diambil oleh peserta rapat.
4) Rapat melatih menerima pendapat orang lain.
5) Melalui rapat peserta dilatih belajar tentang pemikiran orang lain dan belajar
menempatkan diri pada posisi orang lain.
6) Langkah utama proses pengambilan keputusan adalah sama dengan proses
pemecahan masalah. Fase ini termasuk mendefinisikan tujuan, memunculkan
pilihan, mengidentifikasi keuntungan dan kerugian masing-masing pilihan,
memprioritaskan pilihan, menyeleksi pilihan yang paling baik untuk menilai
sebelum mendefinisikan tujuan, implementasi dan evaluasi.
2.8.5 Evaluasi dari Pilihan
Pilihan yang masuk ke kolom keuntungan itulah yang menjadi prioritas pengambilan
keputusan. Mungkin ada 2 atau 3 pilihan, maka diseleksi lebih jauh untuk memilih satu
pilihan.
1. Rangking sesuai prioritas dari pilihan tersebut.
2. Seleksi pilihan yang terbaik.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Model Hubungan Perawat, Dokter, Dan Pasien
1. Model Aktivitas- Pasivitas
Suatu model dimana perawat dan dokter berperan aktif dan pasien berperan pasif. Model
ini bersifat otoriter dan paternalistic.
2. Model Hubungan Membantu
Merupakan dasar untuk sebagian besar dari praktik keperawatan atau praktik kedokteran.
Dalam model ini, perawat dan dokter mengetahui apa yang terbaik bagi pasien,
memegang apa yang diminati pasien dan bebas dari prioritas yang lain. Model ini bersifat
paternalistik.
3. Model Partisipasi Mutual
Model ini berdasarkan pada anggapan bahwa hak yang sama atau kesejahteraan antara
umat manusia merupakan nilai yang tinggi, model ini mencerminkan asumsi dasar dari
proses demokrasi. Model ini mempunyai ciri bahwa setiap pasien mempunyai
kemampuan untuk menolong dirinya sendiri yang merupakan aspek penting pada
layanan kesehatan saat ini
3.1.2 Hubungan Perawat dan Pasien
Seorang pasien dalam situasi menjadi pasien mempunyai tujuan tertentu. Seorang
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan juga mempunyai tujuan tertentu.
Kondisi yang dihadapi pasien merupakan penentu peran perawat terhadap pasien
( Husted dan Husted, 2006 ).
3.1.3 Hubungan antara Perawat dengan Perawat
Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dapat
diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan struktural, dan hubungan
intrapersonal.
3.1.4 Hubungan Perawatdan Dokter
Hubungan perawat dengan dokter telah terjalin seiring perkembangan kedua kedua
profesi ini, tidak terlepas dari sejarah, sifat ilmu/ pendidikan, latar belakang personal dan
lain- lain.
3.1.5 Model Pengambilan Keputusan
1. Pengkajian
2. Identifikasi masalah
3. Mempertimbangkan kemungkinan tindakan
4. Keputusan dan seleksi tindakan.
5. Refleksi terhadap keputusan dan tindakan yang diambil
Kehilangan tidakselalu oleh kematian tetapi semua kehilangan disertai putus hubungan.
Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
3.2 Saran
3.2.1 Berharap agar mahasiswa lebih memahami masalah-masalah etik moral pelayanan
kesehatan.
3.2.2 Bisa memberi pemahaman untuk mahasiswa tentang masalah-masalah etik moral
pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Kozier. (2000). Fundamentals of Nursing: concept theory and practices. Philadelphia. Addison
Wesley.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.(1999, 2000).Kode Etik Keperawatan, lambing dan Panji
PPNI dan Ikrar Perawat Indonesia, Jakarta: PPNI
Redjeki, S. (2005). Etika keperawatan ditinjau dari segi hukum. Materi seminar tidak
diterbitkan.
Soenarto Soerodibroto, (2001). KUHP & KUHAP dilengkapi yurisprodensi Mahkamah Agung
dan Hoge Road:Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada.