Nurlaila Farmasi
Z. Indonesia, 16(4), 214 221, 2005
99m
Karakterisasi radiofarmaka Tc-siprofloksa-
sin sebagai penyidik infeksi
Characterization of 99mTc-ciprofloxacin radiopharmaceuti-
cals as the infection imaging
Abstrak
Abstract
maximum uptake by S. aureus and E.coli was 97.30 1.01% and 96.03
2.10%, at one hour incubation, respectively. The stability determination
showed that 99mTc-ciprofloxacin was still able to be used until two hours after
labelling with radiochemical purity of 97.55 0.24%.
Key words :radiopharmaceutical, technetium-99m, ciprofloxacin, in, characterization.
reaksi kimia atau fisika dari radiofarmaka sifat tersebut antara lain kemurnian radiokimia,
dengan sel darah putih (SDP) yang banyak lipofilisitas dan ikatan protein plasma
terdapat pada daerah inflamasi tersebut. (Theobald, 1989). Data ini merupakan infor-
Radiofarmaka yang biasa digunakan untuk masi yang sangat penting bagi pengguna dalam
tujuan ini antara lain galium-67-sitrat, partikel menjamin keberhasilan aplikasinya.
koloid dan HMPAO-SDP bertanda teknesium- Penelitian ini merupakan lanjutan dari
99m (99mTc) atau indium-111 (111In) (Nurlaila, penelitian formulasi radiofarmaka 99mTc-
2002; Owunwanne et al., 1995). Pencitraan siprofloksasin, mengingat sifat karakteristik dari
menggunakan radiofarmaka ini, walaupun radiofarmaka ini memegang peranan penting
cukup spesifik untuk mendeteksi inflammatory dalam keberhasilan diagnosis. Dalam penelitian
foci, tetapi metode ini tidak dapat membedakan ini dilakukan pengujian beberapa sifat
antara infeksi dan inflamasi steril (non-infective fisikokimianya agar sesuai dengan keperluan
inflammatory) (Winter et al., 2001). Hal ini diagnosis yang diinginkan.
disebabkan karena radio-farmaka hanya dapat Penelitian ini bertujuan untuk menge-
mendeteksi suatu proses yang spesifik yaitu tahui sifat dan karakteristik radiofarmaka 99mTc-
proses inflamasi yang juga dapat ditemui pada siprofloksasin yang diformulasi oleh P3TkN-
infeksi. BATAN, meliputi kemurnian radio-kimia,
Untuk mengatasi masalah ini, telah stabilitas sediaan, lipofilisitas atau koefisien
dikembangkan radiofarmaka menggunakan partisi dalam pelarut organik/anorganik dan
ligan antibiotika siprofloksasin yang mempu- ikatan protein plasma. Di samping itu,
nyai spektrum luas. Siprofloksasin merupa-kan dilakukan juga pengujian aktivitas biologis
99mTc-siprofloksasin secara in-vitro (Gano et al.,
senyawa kuinolin dengan nama kimia (1-siklo-
propil-6-fluor-1,4-dihidro-4-okso-7-(piperazinil) 1998).
-3-kuinolin asam karbonat). Antibiotika ini
mempunyai aktivitas, baik terhadap bakteri Metodologi
gram positif maupun gram negatif. Sipro- Bahan
floksasin dapat membentuk khelat dengan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
logam dan dapat mengikat enzim DNA-gyrase di adalah siprofloksasin HCl (Zhejiang Xianju Shifang
Pharmaceutical-Cina), stanum-tartrat (Sigma),
mana enzim ini membantu DNA untuk asetonitril, n-oktanol (TCI), larutan NaCl fisiologis
menjadi bentuk spiral tunggal dari bentuk spiral dan akuabides steril (IPHA Labora-tories). Bahan
ganda pada saat bakteri membelah diri (Das et lainnya adalah radionuklida 99mTc dalam bentuk
al., 2002). larutan Na99mTcO4 buatan P3TkN-BATAN, plasma
99mTc-siprofloksasin merupakan radio- darah manusia yang berasal dari volunteer, kertas
farmaka yang digunakan untuk diagnosis daerah Whatman 3MM, asam klorida, asam trikoloro asam
infeksi yang disebabkan oleh bakteri (Winter et asetat, dan pereaksi-pereaksi lain produksi E.Merck
al., 2001). Radiofarmaka ini telah dapat dengan tingkat kemurnian pro analisis. Untuk
diformulasi di P3TkN-BATAN, menggunakan pengujian aktivitas biologis digunakan bakteri
Sn-tartrat sebagai reduktor (Hasan Basry et al., Staphylococcus aureus dan Eschericia coli biakan
2005).
Biofarma, nutrient agar serta trypton soya broth (TSB) dilakukan dengan cara kromatografi kertas menaik
(Difco). seperti di atas.
Beberapa peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain timbangan analitis (Sauter), 6. Penentuan lipofilisitas radiofarmaka
99m
alat sentrifuga, pencacah saluran tunggal Tc-siprofloksasin dan senyawa sipro-
(C.Schlumberger) dengan detektor NaI(Tl), kalibra- floksasin
tor dosis, pengaduk (Vortex), inkubator, otoklaf, Sebanyak 10 50 l (tergantung radioaktivi-
laminar air flow serta seperangkat alat kromatografi tas) radiofarmaka 99mTc-siprofloksasin dimasukkan
kertas menaik. ke dalam tabung sentrifuga yang telah berisi 2 ml n-
oktanol dan 2 ml larutan NaCl fisiologis pH 3,0.
Cara Penelitian
Larutan dicampur menggunakan pengaduk vortex
1. Penyiapan larutan siprofloksasin selama 1 menit, disentrifugasi dengan kecepatan
Sebanyak 10 mg siprofloksasin dilarutkan 3000 putaran per menit selama 10 menit, kemudian
dalam 1 ml larutan NaCl fisiologis steril bebas sebanyak 50 100 l masing-masing fraksi diambil
oksigen sehingga diperoleh konsentrasi 10 mg/ml. dan dicacah. Lapisan oktanol yang ada di dalam
Selanjutnya larutan dialiri gas nitrogen selama 5 tabung sentrifuga dipindahkan ke dalam tabung lain
menit (flakon A). yang telah berisi larutan NaCl fisiologis pH 3,0
dengan volume yang sama. Setelah larutan dicampur
2. Penyiapan larutan Stanum-tartrat dan disentrifugasi, sebanyak 50 100 l masing-
Ke dalam 5 mg Sn-tartrat ditambahkan 0,1 masing fraksi diambil dan dicacah. Pengerjaan ini
ml HCl 1M, kemudian ditambahkan akuabides steril diulangi lagi sampai diperoleh nilai koefisien partisi
sampai volume tepat 5 ml sehingga diperoleh yang relatif konstan. Lipofilisitas dinyatakan sebagai
konsentrasi 1 mg/ml. Selanjutnya, larut-an dialiri gas koefisien partisi yang dihitung sebagai berikut :
nitrogen selama 5 menit (flakon B) (Hasan Basry et
al., 2005).
99m
3. Penyiapan radiofarmaka Tc-siproflok-
sasin Penentuan lipofilisitas siprofloksasin
Ke dalam sebuah flakon dimasukkan 0,2 ml dilakukan dengan cara yang sama seperti di atas.
larutan siprofloksasin (10 mg/ml) yang diambil dari Sebanyak 50 l larutan bahan baku siprofloksasin (2
flakon A dan 0,4 ml larutan Sn-tartrat yang mg/1,5 ml) dimasukkan ke dalam tabung sentrifuga
diperoleh dari flakon B (1mg/ml). Larutan dikocok yang telah berisi 2 ml n-oktanol dan 2 ml larutan
agar homogen, kemudian ditambah 0,4 ml larutan NaCl fisiologis pH 3,0. Selanjutnya dilakukan seperti
99mTc-perteknetat dengan aktivitas tidak kurang dari prosedur di atas, akan tetapi sejumlah volume
5 mCi. Campuran dikocok, dialiri gas N2, kemudian (100 l) masing-masing fraksi diukur menggunakan
diinkubasi pada temperatur kamar selama 15 menit. spektrometer UV pada panjang gelombang 280 nm.
Selanjutnya dilakukan pengujian kemurnian radio- Besarnya lipofilisitas dinyatakan sebagai koefisien
kimianya serta uji karakteristik lainnya. partisi yang dihitung sebagai berikut :
larutan asam trikloro asetat (TCA) 5%, diaduk kimia antara 95 100 %. Akan tetapi ada
dengan pengaduk vortex, disentrifugasi selama 15 beberapa radiofarmaka yang telah memenuhi
menit dengan kecepatan 3000 putaran per menit. persyaratan klinis dengan kemurnian radiokimia
Supernatan dipisahkan, kemudian ke dalam endapan 90 %, karena dari aplikasi klinis telah
ditambahkan 1 ml larutan NaCl fisiologis dan 1 ml
memberikan keberhasilan dalam pencitraan
larutan TCA 5% seperti di atas. Supernatan
dipisahkan, selanjutnya endapan dan total super- dengan kamera gamma (Owunwanne et al.,
natan dicacah dengan pencacah saluran tunggal. 1995). Kemurnian radiokimia merupakan hal
Percobaan dilakukan sebanyak 4 kali pengulangan. yang mutlak dan harus ditentukan agar dapat
Persen ikatan protein plasma dihitung dengan cara menjamin bahwa sediaan tersebut berada dalam
sebagai berikut : bentuk senyawa kimia seperti yang diinginkan,
dengan jumlah yang memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan, sehingga dapat
memperkecil terjadinya penimbunan pada
organ lain.
8. Penentuan aktivitas biologis in-vitro Pengujian kemurnian radiokimia 99mTc-
radiofarmaka 99mTc-siprofloksasin siprofloksasin menggunakan metode kromato-
Sebanyak 100 l radiofarmaka 99mTc-
siprofloksasin diletakkan pada biakan plat agar
grafi kertas menaik (Whatman 3MM) dengan
(media nutrient agar) yang masing-masing berisi fase gerak larutan asetonitril 50 % dapat
bakteri S. aureus dan E. coli. Biakan diinkubasi pada memisahkan pengotor radiokimia dalam bentuk
37o C selama 24 jam. Cara yang sama dilakukan juga (99mTcO4)- yang berada pada Rf = 0,9 1,0,
dengan menggunakan larutan siprofloksasin dalam sedangkan pengotor dalam bentuk 99mTc-
NaCl fisiologis serta larutan siprofloksasin yang tereduksi (99mTcO2) berada pada Rf yang sama
mengandung Sn-tartrat sebagai standard (konsen- dengan 99mTc-siprofloksasin yaitu pada Rf = 0,0.
trasi siprofloksasin 20 -2000 g/ml). Aktivitas Pemisahan secara kimia untuk kedua senyawa
biologis masing-masing cuplikan dievaluasi dengan ini sulit dilakukan karena 99mTcO2 berupa
mengukur diameter lingkaran inhibisi yang terjadi. koloid dan 99mTc-siprofloksasin merupakan
molekul besar yang sulit terelusi. Untuk
9. Penentuan uptake in-vitro radiofarmaka
99m
Tc-siprofloksasin pada bakteri memastikan bahwa yang terbentuk adalah
99mTc-siprofloksasin dapat dilakukan pengujian
Sebanyak 100 l radiofarmaka 99mTc-
siprofloksasin dimasukkan ke dalam 2 ml larutan secara biologis dengan metode penyidikan
NaCl fisiologis (0,9%) yang masing-masing menggunakan hewan percobaan, di mana tidak
mengandung 107 sel bakteri S. aureus dan E.coli. terjadi akumulasi aktivitas di hati, yang
Suspensi diinkubasi pada temperatur 37 oC selama memberikan indikasi bahwa sediaan tersebut
beberapa waktu (1, 2, 3, 4, 20, dan 24 jam) sambil bukan pengotor dalam bentuk 99mTc-tereduksi
dikocok, kemudian disentrifugasi. Supernatan
(99mTcO2) (Hasan Basry et al., 2005). Pengujian
dipisahkan, endapan dicuci dengan 0,5 ml larutan
NaCl fisiologis dan dicacah. Prosedur yang sama kemurnian radiokimia 99mTc-siprofloksasin yang
dilakukan juga terhadap larutan natrium perteknetat dilakukan menggunakan metode kromatografi
(Na99mTcO4) sebagai kontrol. Uptake pada bakteri kertas menaik (Whatman 3MM) dengan fase
dinyatakan dalam persen yang dihitung dengan cara gerak larutan asetonitril 50%, dengan lima kali
sebagai berikut : pengulangan memberikan hasil sebesar 98,04
0,51.%. Produk rumah sakit Saint
Bartholomews, Inggris menetapkan kemurnian
radiokima harus 95 % (Britton et al., 2002),
yang berarti bahwa hasil ini memenuhi
persyaratan.
Hasil pengujian stabilitas radiofarmaka
Hasil Dan Pembahasan 99mTc-siprofloksasin dengan tiga kali pengu-
Salah satu faktor yang sangat penting
langan (Gambar..1). Terlihat bahwa radio-
dalam keberhasilan klinis suatu radiofarmaka
farmaka tersebut stabil selama 2 jam bila
adalah kemurnian radiokimia dari radio-
disimpan pada temperatur kamar, dengan
farmaka. Radiofarmaka dengan hasil klinis yang
kemurnian radiokimia masih di atas 95..%.
baik umumnya mempunyai kemurnian radio-
120
kali pengulangan diperoleh nilai koefisien
pertama kontak dengan bakteri S. aureus dan E. identik dengan siprofloksasin sebagai bahan
coli, sedangkan uptake larutan Na99mTcO4 pada 1 awal, yang ditunjukkan dengan ukuran diameter
jam pertama untuk bakteri S. aureus dan E. coli inhibisi yang hampir sama masing-masing
masing-masing hanya sebesar 9,16 0,41 % sebesar 3,77 0,16 cm dan 3,57 0,28 cm
dan 6,36 0,25 %. Pengujian dalam waktu terhadap S.aureus serta 4,29 0,40 cm dan 4,55
inkubasi selama 4 jam masih memberikan 1,20 cm terhadap E.coli. 99mTc-siprofloksasin
uptake yang cukup tinggi baik terhadap bakteri S. memberikan uptake yang sangat spesifik
aureus (67,41 0,26%) maupun E. coli (49,24 terhadap S.aureus dan E. coli sehingga senyawa
0,98%), demikian pula bila inkubasi dilanjutkan bertanda ini dapat digunakan sebagai radio-
hingga 24 jam diperoleh uptake sebesar 41,10 farmaka penyidik infeksi yang disebabkan oleh
0,10% (S. aureus ) dan 29,08 0,31%, sedang- bakteri gram positif maupun bakteri gram
kan uptake larutan Na99mTcO4 hanya berkisar negatif.
1% dan 0,5% masing-masing untuk waktu Radiofarmaka 99mTc-siprofloksasin masih
inkubasi 4 jam dan 24 jam untuk kedua jenis dapat digunakan selama 2 jam setelah
bakteri tersebut ( Gambar 3 ). Dari hasil peng- penandaan dengan radionuklida teknesium-99m
ujian ini menunjukkan bahwa radiofarmaka (99mTc).
99mTc-siprofloksasin sangat spesifik terhadap
Daftar Pustaka
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 891
899.
Britton K.E., Wareham D.W., Das S.S., Solanki K.K., Amaral H., Bhatnagar A., Kartamihardja
A.H.S., Malamitsi J., Moustafa H.M., Soroa V.E., Sundram F.X., Padhy A.K., 2002,
Imaging bacterial infecton with 99mTc-ciprofloxacin(Infecton), J.Clin.Pathol., 55, 817 823.
Das S.S., Hall A.V., Wareham D.W., Britton K.E., 2002, Infection imaging with
radiopharmaceuticals in the 21st century, Brazilian Archives of Biology and Technology, 45, 223
228.
Gano L., Patricio L., Cantiho G., Pena H., Martins T., Marques E., 1998 Ciprofloxacin in imaging of
infective versus sterile inflamation, IAEA-TecDoc 1029, Vienna, 213- 220.
Hasan Basry T., Nurlaila Z., Rukmini I., 2005, Formulasi radiofarmaka 99mTc-siprofloksasin untuk
diagnosis infeksi. Seminar Nasional Sains dan Teknik Nuklir 2005, Puslitbang Teknik
Nuklir-BATAN, Bandung.
Nurlaila Z., 2002, Radiofarmaka untuk deteksi inflamasi dan infeksi, Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir
Indonesia, 3(1),15 30.
Owunwanne A., Patel M., Sadek S., 1995, The Handbook of Radiopharmaceuticals, 1st ed., Chapman &
Hall Medical, London, 9 12.
Saha G. B., 1986, Fundamental of Nuclear Pharmacy, 2nd ed., Springer-Verlag, New York, 74 - 75.
Theobald A., 1989, Radiopharmaceuticals Using Radioactive Compounds in Pharmaceutics and Medicine, Ellis
Horwood Limited, New York, 28 57.
Winter F.D., Van De Wille C., Dumont F., 2001, Biodistribution and dosimetry of 99mTc-
ciprofloxacin a promising agent for the bacterial infection, Eur.J. Nucl. Med., 28, 570
574.