dan
Mekanismenya
Blok 7 : Sistem Respirasi - 1
Gabby Agustine
10-2010-322
Email: bhie_ghe_b@yahoo.com
PENDAHULUAN
Sistem pernapasan berperan penting untuk mengatur pertukaran oksigen dan karbondioksida
antara udara dan darah. Untuk menghasilkan sistem pernapasan manusia yang
sempurna,diperlukan organ-organ penunjang. Dan diperlukan organ penunjang yang
sempurna sehingga tidak menganggu proses pernapasan. Istilah bernapas, seringkali diartikan
dengan respirasi, walaupun secara harafiah sebenarnya kedua istilah tersebut berbeda.
Pernapasan artinya menghirup dan menghembuskan napas. Oleh karena itu, bernapas
diartikan sebagai proses memasukkan udara dari lingkungan luar ke dalam tubuh dan
mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke lingkungan. Energi yang dihasilkan dari
respirasi sangat menunjang sekali untuk melakukan beberapa aktifitas. Misalnya saja,
mengatur suhu tubuh, pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. Oleh karena itu, kegiatan
pernapasan dan respirasi sebenarnya saling berhubungan.1
a. Septum nasal membagi hidung menjadi sisi kiri dan sisi kanan rongga
nasal. Bagian anterior septum merupakan kartilago.
c. Tulang hidung.
6) Meatus superior, medial dan inferior adalah jalan udara rongga nasal
yang terdapat di bawah konka.
a. Struktur.
2
1) Kulit pada bagian eksternal permukaan hidung yang mengandung
folikel rambut, keringat, dan kelenjar sebasea, merentang sampai
vestibula yang terletak di dalam nostril.
B. Faring adalah tabung muskular berukuran 12,5 cm yang merentang dari bagian
dasar tulang tengkorak sampai esofagus. Faring terbagi menjadi nasofaring,
orofaring, dan laringofaring.2
E. Percabangan bronkus.2
3
1. Bronkus primer (utama) kanan berukuran lebih pendek, lebih tebal, dan lebih
lurus dibandingkan bronkus primer kiri karena arkus aorta membelokkan
trakea bawah ke kanan.
F. Paru-paru.2
1. Paru-paru adalah organ berbentuk piramid seperti spons dan berisi udara,
terletak dalam rongga toraks.
a. Paru kanan memiliki tiga lobus; paru kiri memiliki dua lobus.
b. Setiap paru memiliki sebuah apeks yang mencapai bagian atas iga
pertama, sebuah permukaan diafragmatis (bagian dasar) terletak diatas
diafragma, sebuah permukaan mediastinal (medial) yang terpisah dari
paru lain oleh mediastinum, dan permukaan kostal terletak di atas
kerangka iga.
4
c. Rongga pleura (ruang intrapleural) adalah ruang potensial antara pleura
parietal dan viseral yang mengandung lapisan tipis cairan pelumas. Cairan
ini disekresi oleh sel-sel pleural sehingga paru-paru dapat mengembang
tanpa melakukan friksi. Tekanan cairan (tekanan intrapleural) agak negatif
dibandingkan tekanan atmosfer.
d. Resesus pleura adalah area rongga pleura yang tidak terisi jaringan paru.
Area ini muncul saat pleura parietal bersilangan dari satu permukaan ke
permukaan lain. Saat bernapas, paru-paru bergerak keluar masuk area ini.
A. Rongga hidung. Rongga hidung terdiri dari dua struktur yaitu : vestibulum
eksterna dan fosa nasal interna.3,4
1. Vestibulum.
2. Fosa nasal.
Pada kranium terletak dua bilik kavernosa yang dipisahkan oleh septum
nasi oseosa. Kemudian dari dinding lateral menonjol keluar tiga tulang
5
yang mirip rak yang kemudian dikenal sebagai konka. Dari konka
superior, medial, dan inferior, hanyalah konka media dan inferior yang
ditutupi oleh epitel respirasi. Konka superior ditutupi oleh epitel
olfaktorius khusus. Celah-celah sempit yang terjadi akibat dari adanya
konka kemudian memudahkan penyiapan udara inspirasi dengan
memperluas permukaan epitel respirasi, dan menimbulkan gerakan
turbulensi dalam aliran udara, yang mengakibatkan terjadinya
peningkatan kontak antara aliran udara dengan lapisan mukosa. Pada
lamina propia konka terdapat pleksus venosa besar yang dikenal dengan
nama badan pengembang (swell bodies). Dalam setiap 20-30 menit,
badan pengembang pada satu sisi fosa nasal akan penuh terisi darah,
sehingga membengkakkan mukosa konka dan mengurangi aliran udara.
Sementara ini, sebagian besar udara diarahkan melalui fosa nasal
sebelahnya. Interval penutupan periodik ini dapat mengurangi aliran
udara, sehingga epitel respirasi dapat kembali dari kekeringan.
B. Sinus paranasal.3,4
Mereka dilapisi dengan epitel respirasi yang lebih tipis yang mengandung
sedikit sel goblet. Lamina propia hanya mengandung beberapa kelenjar kecil
dan berhubungan langsung dengan periosteum di bawahnya. Hubungan dengan
rongga hidung terjadi melalui lubang-lubang kecil. Mukus yang dihasilkan
dalam rongga ini mengalir kedalam saluran nasal sebagai akibat aktivitas sel-sel
epitel bersilia.
C. Nasofaring.3,4
Nasofaring dilapisi oleh epitel jenis respirasi pada bagian yang terkontak
dengan palatum mole.
D. Laring.3,4
Di dalam lamina propia terdapat sejumlah tulang rawan laringeal. Tulang rawan
yang lebih besar adalah tulang rawan hialin. Sedangkan tulang rawan yang lebih
kecil yaitu tulang rawan elastin. Tulang-tulang rawan ini diikat oleh ligamen.
Kebanyakan berartikulasi oleh otot intrinsik laring, yang merupakan otot luar
6
biasa karena merupakan otot rangka. Tulang ini berfungsi sebagai penyokong
dan sebagai katup yang berfungsi untuk mencegah makanan atau cairan
memasuki trakea pada saat menelan. Selain itu, juga berfungsi sebagai alat
penghasil nada untuk fonasi.
Epiglotis menjulur keluar dari tepian laring, kemudian meluas ke dalam faring.
Epiglotis juga memiliki permukaan lingual dan laringeal. Epitel yang menutupi
permukaan laringeal adalah epitel berlapis gepeng. Pada basis epiglotis di sisi
laringeal, epitel mengalami peralihan menjadi epitel bertingkat silindris bersilia.
Pada bagian bawah epitel, terdapat kelenjar campur mukosa dan serosa. Pada
bagian bawah epiglotis, terbentuk dua pasang lipatan yang meluas ke dalam
lumen laring oleh mukosa. Pasangan atas membentuk pita suara palsu yang
ditutupi oleh epitel respirasi biasa dan di bagian bawahnya terdapat banyak
kelenjar serosa yang terdapat di dalam lamina propia. Sedangkan pasangan
lipatan bawah membentuk pita suara sejati. Berkas-berkas serat elastin secara
paralel yang membentuk ligamen vokal berada di dalam pita suara. Paralel
dengan ligamen terdapat berkas otot rangka, muskulus fokalis, yang berfungsi
mengatur tensi atau ketegangan lipat-lipat itu, maka otot-otot ini membantu
terbentuknya suara pada berbagai frekuensi.
E. Trakea.3,4
Trakea dilapisi oleh mukosa respirasi. Enam belas sampai dengan dua puluh
cincin tulang rawan hialin terbentuk C, yang terletak di dalam lamina propia.
Dengan fungsi untuk menjaga supaya lumen trakea tetap pada keadaan terbuka.
Ujung yang terbuka dari cincin berbentuk C terdapat pada permukaan posterior
trakea. Ligamen fibroelastis serta berkas-berkas otot polos (muskulus trakealis)
terikat di periosteum dan menjembatani kedua ujung bebas dari tulang rawan
berbentuk C ini. Ligamen berfungsi untuk mencegah overdistensi daripada
lumen, sedangkan muskulus memungkinkan lumen untuk menutup.
Kontraksi otot dan penyempitan lumen trakea akibat bekerjanya reflek batuk.
Kaliber trakea yang lebih kecil akibat dari kontraksi meningkatkan kecepatan
udara ekspirasi, yang berfungsi untuk membantu membersihkan jalan napas.
F. Percabangan bronkus.3,4
7
Trakea bercabang menjadi dua bronkus primer yang memasuki paru dari hilum.
Selain ini arteri masuk dan vena serta pembuluh linfe keluar dari paru pada
masing-masing hilum. Struktur-struktur ini dikelilingi oleh jaringan ikat padat
serta membentuk satuan akar yang disebut sebagai akar paru.
Setelah memasuki paru, bronkus primer berjalan ke arah bawah dan ke arah
luar, yang memberikan tiga bronki ke dalam paru kanan dan dua ke dalam paru
kiri. Masing-masing memasok sebuah lobus paru. Pada bronkus lobar terjadi
percabangan yang terus-menerus menjadi bronkus yang lebih kecil, yang
dimana bagian dari ujung cabangnya tersebut disebut sebagai bronkiolus. Setiap
dari bronkiolus memasuki lobulus paru, yaitu tempat ia bercabang-cabang
menjadi 5-7 bronkiolus terminalis. Lobulus paru memiliki bentuk menyerupai
piramid, dengan apeksnya yang mengarah ke hilum paru. Septum jaringan ikat
tipis membatasi setiap lobulus. Bronkus primer biasanya memiliki tampilan
histologis yang menyerupai penampilan trakea. Akan tampak penyederhanaan
susunan histologis dari epitel maupun dari lamina propia pada bagian bawahnya
pada arah yang semakin ke bagian respirasi. Pembagian percabangan bronkus
dibagi menjadi bronkus, bronkiolus, dan seterusnya.
1. Bronkus
Setiap bronkus primer bercabang menjadi 9-12 kali cabang yang masing-
masingnya semakin mengecil hingga mencapai garis tengah lebih kurang
sebesar 5 mm. Secara struktural mukosa bronkus mirip dengan mukosa
trakea, kecuali susunan tulang rawan dan otot polosnya. Tulang rawan
pada bronkus memiliki bentuk yang lebih tidak teratur dibandingkan
dengan tulang rawan yang terdapat pada trakea. Pada bagian yang lebih
besar dari bronkus, cincin tulang rawan mengelilingi seluruh lumen.
Cincin tulang rawan diganti oleh lempeng-lempeng atau pulau-pulau
tulang rawan hialin akibat dari mengecilnya garsi tengah bronkus. Ada
lapisan otot polos yang terdiri atas anyaman berkas otot polos yang
diatur secara berpilin yang terletak di bawah epitel, dalam lamina propia
bronkus. Berkas otot polos ini tampaknya tidak berkesinambungan.
Pengerutan otot polos ini setelah mati ialah yang menyebabkan
penampilan mukosa bronkus yang berlipat-lipat. Serat elastin banyak
8
terdapat pada lamina propia, juga banyak terdapat kelenjar serosa dan
mukosa yang salurannya bermuara ke dalam lumen bronkus pada lamina
propia. Di dalam lamina propia dan di antara sel-sel epitel terdapat
banyak limfosit. Banyak pada tempat percabangan bronkus terdapat
limfonodus.
2. Bronkiolus
Lamina propia sebagian besar terdiri atas otot polos dan serat elastin.
Bronkiolus juga memperlihatkan daerah-daerah spesifik yang disebut
badan neuroepitel yang dibentuk oleh kumpulan 80-100 sel yang
mengandung granul sekresi dan menerima ujung saraf kolinergik.
3. Bronkiolus respiratorius
4. Duktus alveolaris
9
Duktus alveolaris dan alveolus dilapisi oleh sel alveolus gepeng yang
sangat halus. Terdapat anyaman sel otot polos dalam lamina propia yang
mengelilingi lapisan alveolus.pada ujung distal dari duktus alveolaris
sudah tidak terdapat otot polos lagi.penunjang satu-satunya bagi duktus
beserta alveolinya adalah matriks serat-serat elastin dan kolagen. Di
sekitar muara atrium, sakus alveolaris, dan alveoli terdapat banyak serat
elastin dan retikulum yang membentuk jaringan rumit. Serat-serat elastin
berfungsi bagi alveolus untuk mengembang sewaktu inspirasi dan
berkontraksi secara pasif pada saat ekspirasi. Serat-serat retikulin
berfungsi sebagai penunjang yang dapat mencegah terjadinya
pengembangan secara berlebihan dan pengrusakan pada kapiler-kapiler
halus dan septa alveolus yang tipis.
5. Alveolus
6. Septum alveolaris
10
Septum alveolar mengandung sel debu, fibroblas, sel mast, dan sel
kontraktil. Fibroblas interstisial pada septum alveolar menghasilkan
kolagen, serat-serat elastin, dan glikosaminoglikan. Terdapat dua jenis
kolagen, yaitu kolagen tipe I dan kolagen tipe III. Kolagen tipe I banyak
terdapat pada dinding saluran konduksi dan di dalam pleura. Sel
intestisial kontraktil dalam septum ditemukan terikat pada permukaan
basal epitel alveolar dan tidak pada sel endotel.
7. Porus alveolaris
Septum interalveolar dapat terdiri dari satu atau dua porus, yang
mnghubungkan alveoli yang bersebelahan. Porus dapat
menyeimbangkan tekanan dalam alveoli ataupun dapat memungkinkan
terjadinya sirkulasi udara kolateral apabila sebuah bronkiolus mengalami
penyumbatan.
MEKANISME PERNAPASAN
Fungsi utama sistem pernapasan adalah penyediaan oksigen untuk kelangsungan proses
metabolisme sel-sel tubuh dan mengeluarkan CO2 hasil metabolisme secara terus-menerus.
Pernapasan pada manusia berlangsung dengan cara mengubah tekanan udara di dalam paru-
paru. Perubahan tekanan ini menyebabkan udara dapat keluar dan masuk dari dan ke dalam
paru-paru yang disebut bernapas.5
Ventilasi atau bernapas adalah proses pergerakan udara masuk keluar paru secara
berkala sehingga udara alveolus yang lama dan telah ikut serta dalam pertukaran oksigen dan
karbondioksida dengan darah kapiler paru diganti oleh udara atmosfer segar. Ventilasi secara
mekanis dilaksanakan dengan mengubah-ubah secara berselang-seling arah gradient tekanan
untuk aliran udara antara atmosfer dan alveolus melalui ekspansi dan penciutan berkala paru.
Kontraksi dan relaksasi otot-otot inspirasi yang berganti-ganti secara tidak langsung
menimbulkan inflasi dan deflasi periodic paru dengan secara berkala mengembangkempiskan
rongga toraks, dengan paru secara pasif mengikuti gerakannya. Udara lingkungan dapat
dihirup masuk ke dalam tubuh makhluk hidup melalui dua cara, yakni pernapasan secara
11
langsung dan pernapasan tak langsung. Pengambilan udara secara langsung dapat dilakukan
oleh permukaan tubuh lewat proses difusi. Sementara udara yang dimasukan ke dalam tubuh
melalui saluran pernapasan dinamakan pernapasan tidak langsung. Saat kita bernapas, udara
diambil dan dikeluarkan melalui paru-paru. Dengan kata lain, kita melakukan pernapasan
secara tidak langsung lewat paru-paru. Walaupun begitu, proses difusi pada pernapasan
langsung tetap terjadi pada paru-paru. Oleh karena itu, berdasarkan proses terjadinya
pernapasan, manusia mempunyai dua tahap mekanisme pertukaran gas. Pertukaran gas
oksigen dan karbon dioksida yang dimaksud yakni mekanisme pernapasan eksternal dan
internal.6
a. Pernafasan Eksternal6
Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksternal, oksigen diambil melalui
hidung dan mulut. Pada waktu bernapas oksigen masuk melalui trakea dan pipa
bronkial ke alveoli dan dapat erat hubungan dengan darah di dalam kapiler pulmonaris.
Hanya satu lapis membran. Yaitu membran alveoli kapiler, memisahkan oksigen dari
darah. Oksigen menembus membran ini dan diambil oleh hemoglobin sel darah merah
dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh.
b. Oksigen dan CO2 dipertukarkan antara udara di alveolus dan darah di dalam
kapiler pulmonalis melalui proses difusi.
c. Oksigen dan CO2 diangkut oleh darah antara paru dan jaringan.
d. Pertukaran O2 dan CO2 terjadi antara jaringan dan darah melalui proses difusi
melintasi kapiler sistemik (jaringan).
Proses pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara udara dan darah
dalam paru-paru dinamakan pernapasan eksternal. Saat sel darah merah masuk ke
12
dalam kapiler paru-paru, sebagian besar CO2 yang diangkut berbentuk ion
bikarbonat. Dengan bantuan enzim karbonat anhidrase, karbondioksida (CO2) air
(H2O) yang tinggal sedikit dalam darah akan segera berdifusi keluar.6
Seketika itu juga, hemoglobin tereduksi (yang disimbolkan HHb) melepaskan ion-
ion hidrogen (H+) sehingga hemoglobin (Hb)-nya juga ikut terlepas. Kemudian,
hemoglobin akan berikatan dengan oksigen (O2) menjadi oksihemoglobin (disingkat
HbO2). Proses difusi dapat terjadi pada paru-paru (alveolus), karena ada perbedaan
tekanan parsial antara udara dan darah dalam alveolus. Tekanan parsial membuat
konsentrasi oksigen dan karbondioksida pada darah dan udara berbeda. Tekanan
parsial oksigen yang kita hirup akan lebih besar dibandingkan tekanan parsial
oksigen pada alveolus paru-paru. Dengan kata lain, konsentrasi oksigen pada udara
lebih tinggi daripada konsentrasi oksigen pada darah. Oleh karena itu, oksigen dari
udara akan berdifusi menuju darah pada alveolus paru-paru.6
b. Pernafasan Internal6
Proses masuknya oksigen ke dalam cairan jaringan tubuh juga melalui proses difusi.
Tekanan parsial oksigen dalam cairan jaringan, lebih rendah dibandingkan oksigen
yang berada dalam darah. Artinya konsentrasi oksigen dalam cairan jaringan lebih
rendah. Oleh karena itu, oksigen dalam darah mengalir menuju cairan jaringan.6
A. Transpor oksigen. Sekitar 97% oksigen dalam darah diangkut oleh eritrosit ke
jaringan dalam keadaan berikatan dengan hemoglobin (Hb), 3% oksigen sisanya
diangkut ke jaringan dalam bentuk terlarut dalam cairan plasma dan sel darah.7
B. Transpor karbon dioksida. Karbon dioksida yang berdifusi ke dalam darah dari
jaringan dibawa ke paru-paru melalui cara berikut ini :7
14
a. Karbon dioksida dalam sel darah merah bereaksi dengan air untuk
membentuk asam karbonat. Reaksi ini dikatalisis oleh anhidrase
karbonik dan terjadi sangat lambat.
Anhidrase karbonik
KESIMPULAN
15
pasif CO2 selanjutnya yang merupakan produk sisa metabolisme dari jaringan ke
atmosfer. Sistem pernapasan ikut berperan dalam homeostatis dengan mempertukarkan
O2 dan CO2 antara atmosfer dan darah. Darah mengangkut O2 dan CO2 antara sistem
pernapasan dan jaringan.
DAFTAR PUSTAKA
2. Sloane, Ethel. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta ; EGC. 2003.
16