Anda di halaman 1dari 16

Sistem Respirasi Manusia

dan
Mekanismenya
Blok 7 : Sistem Respirasi - 1

Gabby Agustine

10-2010-322

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara no.6 Jakarta Barat 11470

Email: bhie_ghe_b@yahoo.com

PENDAHULUAN

Sistem pernapasan berperan penting untuk mengatur pertukaran oksigen dan karbondioksida
antara udara dan darah. Untuk menghasilkan sistem pernapasan manusia yang
sempurna,diperlukan organ-organ penunjang. Dan diperlukan organ penunjang yang
sempurna sehingga tidak menganggu proses pernapasan. Istilah bernapas, seringkali diartikan
dengan respirasi, walaupun secara harafiah sebenarnya kedua istilah tersebut berbeda.
Pernapasan artinya menghirup dan menghembuskan napas. Oleh karena itu, bernapas
diartikan sebagai proses memasukkan udara dari lingkungan luar ke dalam tubuh dan
mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke lingkungan. Energi yang dihasilkan dari
respirasi sangat menunjang sekali untuk melakukan beberapa aktifitas. Misalnya saja,
mengatur suhu tubuh, pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. Oleh karena itu, kegiatan
pernapasan dan respirasi sebenarnya saling berhubungan.1

STRUKTUR MAKROSKOPIS ALAT PERNAPASAN

A. Rongga hidung dan nasal.2


1
1. Hidung eksternal memiliki bentuk seperti piramid dengan disertai oleh suatu
akar dan dasar. Pada bagian ini tersusun kerangka kerja tulang, kartilago
hialin, dan jaringan fibroareolar.

a. Septum nasal membagi hidung menjadi sisi kiri dan sisi kanan rongga
nasal. Bagian anterior septum merupakan kartilago.

b. Naris (nostril) eksternal dibatasi oleh kartilago nasal.

1) Kartilago nasal lateral terletak di bawah jembatan hidung.

2) Alae besar dan alae kecil kartilago nasal mengelilingi nostril.

c. Tulang hidung.

1) Tulang nasal membentuk jembatan dan bagian superior kedua sisi


hidung.

2) Bagian posterior septum nasal dibentuk oleh vomer dan lempeng


perpendikular tulang etmoid.

3) Lantai rongga nasal adalah palatum keras.

4) Langit-langit rongga nasal pada sisi medial terbentuk dari lempeng


kribiform tulang etmoid, pada sisi anterior dari tuang frontal dan
nasal, dan pada sisi posterior dari tulang sfenoid.

5) Konka (turbinatum) nasalis superior, medial, dan inferior menonjol


pada sisi medial dinding lateral rongga nasal.

6) Meatus superior, medial dan inferior adalah jalan udara rongga nasal
yang terdapat di bawah konka.

d. Empat pasang sinus paranasal (frontal, etmoid, maksilar, dan sfenoid)


merupakan kantong tertutup pada bagian frontal etmoid, maksilar, dan
sfenoid. Sinus ini dilapisi membran mukosa.

2. Membran mukosa nasal.

a. Struktur.

2
1) Kulit pada bagian eksternal permukaan hidung yang mengandung
folikel rambut, keringat, dan kelenjar sebasea, merentang sampai
vestibula yang terletak di dalam nostril.

2) Di bagian rongga nasal yang lebih dalam, epitelium respiratorik


membentuk mukosa yang melapisi ruang nasal.

B. Faring adalah tabung muskular berukuran 12,5 cm yang merentang dari bagian
dasar tulang tengkorak sampai esofagus. Faring terbagi menjadi nasofaring,
orofaring, dan laringofaring.2

1. Nasofaring adalah bagian posterior rongga nasal yang membuka ke arah


rongga nasal melalui du naris internal (koana).

2. Orofaring dipisahkan dari nasofaring oleh palatum lunak muskular, suatu


perpanjangan palatum keras tulang.

3. Laringofaring mengelilingi mulut esofagus dan laring, yang merupakan


gerbang untuk sistem respiratorik selanjutnya.

C. Laring (kotak suara) menghubungkan faring dengan trakea. Laring adalah


tabung pendek berbentuk seperti kotak triangular dan ditopang oleh sembilan
kartilago; tiga berpasangan dan tiga tidak berpasangan.2

1. Kartilago tidak berpasangan yaitu kartilago tiroid (jakun), kartilago krikoid,


epiglotis.

2. Kartilago berpasangan yaitu kartilago aritenoid, kartilago kornikulata,


kartilago kuneifor.

D. Trakea (pipa udara) adalah tuba dengan panjang 10 cm sampai 12 cm dan


diameter 2,5 cm serta terletak di atas permukaan anterior esofagus. Tuba ini
merentang dari laring pada area vertebrata serviks keenam sampai area vertebra
toraks kelima tempatnya membelah menjadi dua bronkus utama.2

E. Percabangan bronkus.2

3
1. Bronkus primer (utama) kanan berukuran lebih pendek, lebih tebal, dan lebih
lurus dibandingkan bronkus primer kiri karena arkus aorta membelokkan
trakea bawah ke kanan.

2. Setiap bronkus primer bercabang 9 sampai 12 kali untuk membentuk bronki


sekunder dan tertier dengan diameter yang semakin kecil.

3. Bronki disebut ekstrapulmonar sampai memasuki paru-paru, setelah itu


disebut intrapulmonar.

4. Struktur mendasar dari kedua paru-paru adalah percabangan bronkial yang


selanjutnya; bronki, bronkiolus, bronkiolus terminal, bronkiolus respiratorik,
duktus alveolar, dan alveoli.

F. Paru-paru.2

1. Paru-paru adalah organ berbentuk piramid seperti spons dan berisi udara,
terletak dalam rongga toraks.

a. Paru kanan memiliki tiga lobus; paru kiri memiliki dua lobus.

b. Setiap paru memiliki sebuah apeks yang mencapai bagian atas iga
pertama, sebuah permukaan diafragmatis (bagian dasar) terletak diatas
diafragma, sebuah permukaan mediastinal (medial) yang terpisah dari
paru lain oleh mediastinum, dan permukaan kostal terletak di atas
kerangka iga.

c. Permukaan mediastinal memiliki hilus (akar), tempat masuk dan


keluarnya pembuluh darah bronki, pulmonar, dan bronkial dari paru.

2. Pleura adalah membran penutup yang membungkus setiap paru.

a. Pleura parietal melapisi rongga toraks (kerangka iga, diafragma,


mediastinum).

b. Pleura viseral melapisi paru dan bersambungan dengan pleura parietal di


bagian bawah paru.

4
c. Rongga pleura (ruang intrapleural) adalah ruang potensial antara pleura
parietal dan viseral yang mengandung lapisan tipis cairan pelumas. Cairan
ini disekresi oleh sel-sel pleural sehingga paru-paru dapat mengembang
tanpa melakukan friksi. Tekanan cairan (tekanan intrapleural) agak negatif
dibandingkan tekanan atmosfer.

d. Resesus pleura adalah area rongga pleura yang tidak terisi jaringan paru.
Area ini muncul saat pleura parietal bersilangan dari satu permukaan ke
permukaan lain. Saat bernapas, paru-paru bergerak keluar masuk area ini.

1) Resesus pleura kostomediastinal terletak di tepi anterior kedua sisi


pleura, tempat pleura parietal berbelok dari kerangka iga ke
permukaan lateral mediastinum.

2) Resesus pleura kostodiafragmatik terletak di tepi posterior kedua sisi


pleura di antara diafragma dan permukaan kostal internal toraks.

STRUKTUR MIKROSKOPIS ALAT PERNAPASAN

A. Rongga hidung. Rongga hidung terdiri dari dua struktur yaitu : vestibulum
eksterna dan fosa nasal interna.3,4

1. Vestibulum.

Vestibulum merupakan bagian paling anterior dan bagian yang paling


lebar dari rongga hidung. Kulit luar hidung memasuki nares (cuping
hidung) dan kemudian berlanjut hingga ke dalam vestibulum. Di
permukaan dalam dari nares terdapat banyak kelenjar sebasea dan
kelenjar keringat, vibrosa atau rambut tebal pedek, yang berfungsi
sebagai penahan dan penyaring partikel-partikel besar yang ikut terbawa
udara inspirasi. Di dalam vestibulum, terdapat epitel selapis yang tidak
lagi bertanduk yang beralih menjadi epitel respirasi yang khas sebelum
memasuki fosa nasal.

2. Fosa nasal.

Pada kranium terletak dua bilik kavernosa yang dipisahkan oleh septum
nasi oseosa. Kemudian dari dinding lateral menonjol keluar tiga tulang
5
yang mirip rak yang kemudian dikenal sebagai konka. Dari konka
superior, medial, dan inferior, hanyalah konka media dan inferior yang
ditutupi oleh epitel respirasi. Konka superior ditutupi oleh epitel
olfaktorius khusus. Celah-celah sempit yang terjadi akibat dari adanya
konka kemudian memudahkan penyiapan udara inspirasi dengan
memperluas permukaan epitel respirasi, dan menimbulkan gerakan
turbulensi dalam aliran udara, yang mengakibatkan terjadinya
peningkatan kontak antara aliran udara dengan lapisan mukosa. Pada
lamina propia konka terdapat pleksus venosa besar yang dikenal dengan
nama badan pengembang (swell bodies). Dalam setiap 20-30 menit,
badan pengembang pada satu sisi fosa nasal akan penuh terisi darah,
sehingga membengkakkan mukosa konka dan mengurangi aliran udara.
Sementara ini, sebagian besar udara diarahkan melalui fosa nasal
sebelahnya. Interval penutupan periodik ini dapat mengurangi aliran
udara, sehingga epitel respirasi dapat kembali dari kekeringan.

B. Sinus paranasal.3,4

Mereka dilapisi dengan epitel respirasi yang lebih tipis yang mengandung
sedikit sel goblet. Lamina propia hanya mengandung beberapa kelenjar kecil
dan berhubungan langsung dengan periosteum di bawahnya. Hubungan dengan
rongga hidung terjadi melalui lubang-lubang kecil. Mukus yang dihasilkan
dalam rongga ini mengalir kedalam saluran nasal sebagai akibat aktivitas sel-sel
epitel bersilia.

C. Nasofaring.3,4

Nasofaring dilapisi oleh epitel jenis respirasi pada bagian yang terkontak
dengan palatum mole.

D. Laring.3,4

Di dalam lamina propia terdapat sejumlah tulang rawan laringeal. Tulang rawan
yang lebih besar adalah tulang rawan hialin. Sedangkan tulang rawan yang lebih
kecil yaitu tulang rawan elastin. Tulang-tulang rawan ini diikat oleh ligamen.
Kebanyakan berartikulasi oleh otot intrinsik laring, yang merupakan otot luar

6
biasa karena merupakan otot rangka. Tulang ini berfungsi sebagai penyokong
dan sebagai katup yang berfungsi untuk mencegah makanan atau cairan
memasuki trakea pada saat menelan. Selain itu, juga berfungsi sebagai alat
penghasil nada untuk fonasi.

Epiglotis menjulur keluar dari tepian laring, kemudian meluas ke dalam faring.
Epiglotis juga memiliki permukaan lingual dan laringeal. Epitel yang menutupi
permukaan laringeal adalah epitel berlapis gepeng. Pada basis epiglotis di sisi
laringeal, epitel mengalami peralihan menjadi epitel bertingkat silindris bersilia.
Pada bagian bawah epitel, terdapat kelenjar campur mukosa dan serosa. Pada
bagian bawah epiglotis, terbentuk dua pasang lipatan yang meluas ke dalam
lumen laring oleh mukosa. Pasangan atas membentuk pita suara palsu yang
ditutupi oleh epitel respirasi biasa dan di bagian bawahnya terdapat banyak
kelenjar serosa yang terdapat di dalam lamina propia. Sedangkan pasangan
lipatan bawah membentuk pita suara sejati. Berkas-berkas serat elastin secara
paralel yang membentuk ligamen vokal berada di dalam pita suara. Paralel
dengan ligamen terdapat berkas otot rangka, muskulus fokalis, yang berfungsi
mengatur tensi atau ketegangan lipat-lipat itu, maka otot-otot ini membantu
terbentuknya suara pada berbagai frekuensi.

E. Trakea.3,4

Trakea dilapisi oleh mukosa respirasi. Enam belas sampai dengan dua puluh
cincin tulang rawan hialin terbentuk C, yang terletak di dalam lamina propia.
Dengan fungsi untuk menjaga supaya lumen trakea tetap pada keadaan terbuka.
Ujung yang terbuka dari cincin berbentuk C terdapat pada permukaan posterior
trakea. Ligamen fibroelastis serta berkas-berkas otot polos (muskulus trakealis)
terikat di periosteum dan menjembatani kedua ujung bebas dari tulang rawan
berbentuk C ini. Ligamen berfungsi untuk mencegah overdistensi daripada
lumen, sedangkan muskulus memungkinkan lumen untuk menutup.

Kontraksi otot dan penyempitan lumen trakea akibat bekerjanya reflek batuk.
Kaliber trakea yang lebih kecil akibat dari kontraksi meningkatkan kecepatan
udara ekspirasi, yang berfungsi untuk membantu membersihkan jalan napas.

F. Percabangan bronkus.3,4
7
Trakea bercabang menjadi dua bronkus primer yang memasuki paru dari hilum.
Selain ini arteri masuk dan vena serta pembuluh linfe keluar dari paru pada
masing-masing hilum. Struktur-struktur ini dikelilingi oleh jaringan ikat padat
serta membentuk satuan akar yang disebut sebagai akar paru.

Setelah memasuki paru, bronkus primer berjalan ke arah bawah dan ke arah
luar, yang memberikan tiga bronki ke dalam paru kanan dan dua ke dalam paru
kiri. Masing-masing memasok sebuah lobus paru. Pada bronkus lobar terjadi
percabangan yang terus-menerus menjadi bronkus yang lebih kecil, yang
dimana bagian dari ujung cabangnya tersebut disebut sebagai bronkiolus. Setiap
dari bronkiolus memasuki lobulus paru, yaitu tempat ia bercabang-cabang
menjadi 5-7 bronkiolus terminalis. Lobulus paru memiliki bentuk menyerupai
piramid, dengan apeksnya yang mengarah ke hilum paru. Septum jaringan ikat
tipis membatasi setiap lobulus. Bronkus primer biasanya memiliki tampilan
histologis yang menyerupai penampilan trakea. Akan tampak penyederhanaan
susunan histologis dari epitel maupun dari lamina propia pada bagian bawahnya
pada arah yang semakin ke bagian respirasi. Pembagian percabangan bronkus
dibagi menjadi bronkus, bronkiolus, dan seterusnya.

1. Bronkus

Setiap bronkus primer bercabang menjadi 9-12 kali cabang yang masing-
masingnya semakin mengecil hingga mencapai garis tengah lebih kurang
sebesar 5 mm. Secara struktural mukosa bronkus mirip dengan mukosa
trakea, kecuali susunan tulang rawan dan otot polosnya. Tulang rawan
pada bronkus memiliki bentuk yang lebih tidak teratur dibandingkan
dengan tulang rawan yang terdapat pada trakea. Pada bagian yang lebih
besar dari bronkus, cincin tulang rawan mengelilingi seluruh lumen.
Cincin tulang rawan diganti oleh lempeng-lempeng atau pulau-pulau
tulang rawan hialin akibat dari mengecilnya garsi tengah bronkus. Ada
lapisan otot polos yang terdiri atas anyaman berkas otot polos yang
diatur secara berpilin yang terletak di bawah epitel, dalam lamina propia
bronkus. Berkas otot polos ini tampaknya tidak berkesinambungan.
Pengerutan otot polos ini setelah mati ialah yang menyebabkan
penampilan mukosa bronkus yang berlipat-lipat. Serat elastin banyak
8
terdapat pada lamina propia, juga banyak terdapat kelenjar serosa dan
mukosa yang salurannya bermuara ke dalam lumen bronkus pada lamina
propia. Di dalam lamina propia dan di antara sel-sel epitel terdapat
banyak limfosit. Banyak pada tempat percabangan bronkus terdapat
limfonodus.

2. Bronkiolus

Bronkiolus tidak memiliki tulang rawan maupun kelenjar dalam


mukosanya. Pada epitel segmen awal terdapat sel goblet yang tersebar
satu-satu. Epitel pada bronkiolus yang lebih besar adalah epitel
bertingkat silindris bersilia. Kemudian semakin memendek dan semakin
sederhana hingga menjadi epitel selapis silindris bersilia atau selapis
kuboid pada bronkiolus terminal yang lebih kecil. Epitel pada bronkiolus
terminalis juga mengandung sel Clara. Sel lara tidak memiliki silia dan
pada bagian apikalnya terdapat kelenjar sekretorik dan dapat mensekresi
glikosaminoglikan yang mungkin melindung lapisan bronkiolus.

Lamina propia sebagian besar terdiri atas otot polos dan serat elastin.
Bronkiolus juga memperlihatkan daerah-daerah spesifik yang disebut
badan neuroepitel yang dibentuk oleh kumpulan 80-100 sel yang
mengandung granul sekresi dan menerima ujung saraf kolinergik.

3. Bronkiolus respiratorius

Mukosa pada bronkiolus respiratorius secara struktural identik dengan


yang terdapat pada bronkiolus terminalis, kecuali pada bagian
dindingnya yang diselingi oleh banyak alveolus sakular tempat
terjadinya pertukaran gas. Epitel yang melapisi bagian dari bronkiolus
respiratorius adalah epitel kuboid bersilia dan sel Clara, namun epitel
bronkiolus menyatu dengan sel-sel pelapis alveolus gepeng pada bagian
tepi muara alveolus.epitel yang terdapat diantra alveolusnya adalah
epitel kuboid bersilia. Pada bagian bawah dari epitel bronkiolus
respiratorius terdapat otot polos dan jaringan ikat elastis.

4. Duktus alveolaris

9
Duktus alveolaris dan alveolus dilapisi oleh sel alveolus gepeng yang
sangat halus. Terdapat anyaman sel otot polos dalam lamina propia yang
mengelilingi lapisan alveolus.pada ujung distal dari duktus alveolaris
sudah tidak terdapat otot polos lagi.penunjang satu-satunya bagi duktus
beserta alveolinya adalah matriks serat-serat elastin dan kolagen. Di
sekitar muara atrium, sakus alveolaris, dan alveoli terdapat banyak serat
elastin dan retikulum yang membentuk jaringan rumit. Serat-serat elastin
berfungsi bagi alveolus untuk mengembang sewaktu inspirasi dan
berkontraksi secara pasif pada saat ekspirasi. Serat-serat retikulin
berfungsi sebagai penunjang yang dapat mencegah terjadinya
pengembangan secara berlebihan dan pengrusakan pada kapiler-kapiler
halus dan septa alveolus yang tipis.

5. Alveolus

Alveolus merupakan bagian terminal dari percabangan bronkus yang


kemudian memberikan struktur spons pada paru. Alveolus berbentuk
seperti kantung kecil yang terbuka pada satu sisinya ang mirip sarang
lebah. Struktur dinding alveolus dikhususkan untuk mempermudahkan
dan memperlancar difusi antara lingkungan luar dan dalam. Setiap
dinding terletak di antara 2 alveolus yang bersebelahan dan disebut
sebagai septum atau dinding interalveolus. Setiap septum interalveolus
tersiri atas 2 lapis epitel gepeng tipis serta mengandung kapiler,
fibroblas, serat elastin dan retikular, dan makrofag. Interstisium dibentuk
oleh kapiler dan matriks jaringan ikat. Pada interstisium dari septum
interalveolus terdapat jalinan kapiler yang paling luas di dalam tubuh.
Jalinan serat retikulin dan elastin berfungsi sebagai penunjang septum
interalveolus. Septum interalveolus terdiri dari 5 jenis sel utama yaitu sel
endotel kapiler, sel alveolus tipe I (gepeng), sel tipe II (septal, alveolar
besar), sel interstisial, termasuk fibroblas dan sel mast, dan makrofag
alveolar.

6. Septum alveolaris

10
Septum alveolar mengandung sel debu, fibroblas, sel mast, dan sel
kontraktil. Fibroblas interstisial pada septum alveolar menghasilkan
kolagen, serat-serat elastin, dan glikosaminoglikan. Terdapat dua jenis
kolagen, yaitu kolagen tipe I dan kolagen tipe III. Kolagen tipe I banyak
terdapat pada dinding saluran konduksi dan di dalam pleura. Sel
intestisial kontraktil dalam septum ditemukan terikat pada permukaan
basal epitel alveolar dan tidak pada sel endotel.

7. Porus alveolaris

Septum interalveolar dapat terdiri dari satu atau dua porus, yang
mnghubungkan alveoli yang bersebelahan. Porus dapat
menyeimbangkan tekanan dalam alveoli ataupun dapat memungkinkan
terjadinya sirkulasi udara kolateral apabila sebuah bronkiolus mengalami
penyumbatan.

MEKANISME PERNAPASAN

Fungsi utama sistem pernapasan adalah penyediaan oksigen untuk kelangsungan proses
metabolisme sel-sel tubuh dan mengeluarkan CO2 hasil metabolisme secara terus-menerus.
Pernapasan pada manusia berlangsung dengan cara mengubah tekanan udara di dalam paru-
paru. Perubahan tekanan ini menyebabkan udara dapat keluar dan masuk dari dan ke dalam
paru-paru yang disebut bernapas.5

SISTEM PERTUKARAN UDARA

Ventilasi atau bernapas adalah proses pergerakan udara masuk keluar paru secara
berkala sehingga udara alveolus yang lama dan telah ikut serta dalam pertukaran oksigen dan
karbondioksida dengan darah kapiler paru diganti oleh udara atmosfer segar. Ventilasi secara
mekanis dilaksanakan dengan mengubah-ubah secara berselang-seling arah gradient tekanan
untuk aliran udara antara atmosfer dan alveolus melalui ekspansi dan penciutan berkala paru.
Kontraksi dan relaksasi otot-otot inspirasi yang berganti-ganti secara tidak langsung
menimbulkan inflasi dan deflasi periodic paru dengan secara berkala mengembangkempiskan
rongga toraks, dengan paru secara pasif mengikuti gerakannya. Udara lingkungan dapat
dihirup masuk ke dalam tubuh makhluk hidup melalui dua cara, yakni pernapasan secara

11
langsung dan pernapasan tak langsung. Pengambilan udara secara langsung dapat dilakukan
oleh permukaan tubuh lewat proses difusi. Sementara udara yang dimasukan ke dalam tubuh
melalui saluran pernapasan dinamakan pernapasan tidak langsung. Saat kita bernapas, udara
diambil dan dikeluarkan melalui paru-paru. Dengan kata lain, kita melakukan pernapasan
secara tidak langsung lewat paru-paru. Walaupun begitu, proses difusi pada pernapasan
langsung tetap terjadi pada paru-paru. Oleh karena itu, berdasarkan proses terjadinya
pernapasan, manusia mempunyai dua tahap mekanisme pertukaran gas. Pertukaran gas
oksigen dan karbon dioksida yang dimaksud yakni mekanisme pernapasan eksternal dan
internal.6

a. Pernafasan Eksternal6

Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksternal, oksigen diambil melalui
hidung dan mulut. Pada waktu bernapas oksigen masuk melalui trakea dan pipa
bronkial ke alveoli dan dapat erat hubungan dengan darah di dalam kapiler pulmonaris.
Hanya satu lapis membran. Yaitu membran alveoli kapiler, memisahkan oksigen dari
darah. Oksigen menembus membran ini dan diambil oleh hemoglobin sel darah merah
dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh.

Pernapasan eksternal meliputi empat langkah :

a. Udara secara bergantian bergerak masuk-keluar paru, sehingga dapat terjadi


pertukaran antara atmosfer (lingkungan eksternal) dan kantung udara
(alveolus) paru. Pertukaran ini dilaksanakan oleh kerja mekanis pernapasan,
atau ventilasi. Kecepatan ventilasi diatur sedemikian rupa, sehingga aliran
udara antara atmosfer dan alveolus disesuaikan dengan kebutuhan metabolik
tubuh untuk menyerap O2 dan mengeluarkan CO2.

b. Oksigen dan CO2 dipertukarkan antara udara di alveolus dan darah di dalam
kapiler pulmonalis melalui proses difusi.

c. Oksigen dan CO2 diangkut oleh darah antara paru dan jaringan.

d. Pertukaran O2 dan CO2 terjadi antara jaringan dan darah melalui proses difusi
melintasi kapiler sistemik (jaringan).

Proses pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara udara dan darah
dalam paru-paru dinamakan pernapasan eksternal. Saat sel darah merah masuk ke

12
dalam kapiler paru-paru, sebagian besar CO2 yang diangkut berbentuk ion
bikarbonat. Dengan bantuan enzim karbonat anhidrase, karbondioksida (CO2) air
(H2O) yang tinggal sedikit dalam darah akan segera berdifusi keluar.6

Seketika itu juga, hemoglobin tereduksi (yang disimbolkan HHb) melepaskan ion-
ion hidrogen (H+) sehingga hemoglobin (Hb)-nya juga ikut terlepas. Kemudian,
hemoglobin akan berikatan dengan oksigen (O2) menjadi oksihemoglobin (disingkat
HbO2). Proses difusi dapat terjadi pada paru-paru (alveolus), karena ada perbedaan
tekanan parsial antara udara dan darah dalam alveolus. Tekanan parsial membuat
konsentrasi oksigen dan karbondioksida pada darah dan udara berbeda. Tekanan
parsial oksigen yang kita hirup akan lebih besar dibandingkan tekanan parsial
oksigen pada alveolus paru-paru. Dengan kata lain, konsentrasi oksigen pada udara
lebih tinggi daripada konsentrasi oksigen pada darah. Oleh karena itu, oksigen dari
udara akan berdifusi menuju darah pada alveolus paru-paru.6

b. Pernafasan Internal6

Berbeda dengan pernapasan eksternal, proses terjadinya pertukaran gas pada


pernapasan internal berlangsung di dalam jaringan tubuh. Pernapasan internal, mengacu
kepada proses metabolisme intrasel yang berlangsung di dalam mitokondria, yang
menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selama proses penyerapan energi dari molekul
nutrien.6

Proses masuknya oksigen ke dalam cairan jaringan tubuh juga melalui proses difusi.
Tekanan parsial oksigen dalam cairan jaringan, lebih rendah dibandingkan oksigen
yang berada dalam darah. Artinya konsentrasi oksigen dalam cairan jaringan lebih
rendah. Oleh karena itu, oksigen dalam darah mengalir menuju cairan jaringan.6

TRANSPOR O2 DAN CO2

A. Transpor oksigen. Sekitar 97% oksigen dalam darah diangkut oleh eritrosit ke
jaringan dalam keadaan berikatan dengan hemoglobin (Hb), 3% oksigen sisanya
diangkut ke jaringan dalam bentuk terlarut dalam cairan plasma dan sel darah.7

1. Setiap molekul di dalam keempat molekul besi dalam hemoglobin


berikatan dengan satu molekul oksigen untuk kemudian membentuk
oksihemoglobin (HbO2) berwarna merah tua. Ikatan ini longgar dan
13
reversibel dengan bagian heme dari hemoglobin. Hemoglobin tereduksi
(HHb) berwarna merah kebiruan.7

2. Kapasitas oksigen adalah volume maksimum oksigen yang dapat


berikatan dengan sejumlah hemoglobin yang terdapat di dalam darah.7

a. Setiap sel darah merah mengandung 280 juta molekul hemoglobin.


Yang setiap gram hemoglobinnya dapat mengikat 1,34 ml oksigen.

b. 100 ml darah rata-rata mengandung 15 gram hemoglobin untuk


maksimum 20 ml O2 per 100 ml darah. Konsentrasi hemoglobin
ini biasanya dinyatakan dengan volume 20% atau persentase
volume dan merupakan jumlah yang sesuai untuk kebutuhan
tubuh.

3. Kurva disosiasi oksigen-hemoglobin memperlihatkan peningkatan


progresif pada persentase hemoglobin yang terikat dengan oksigen
ketika PO2 kira-kira 95 mmHg. Dapat dilihat dari kurva disosiasi bahwa
saturasi oksigen pada darah arteri sistemik normalnya yaitu sekitar 97%.
Sedangkan pada keadaan normal PO2 darah vena yang kembali dari
jaringan perifer sekitar 40 mmHg serta saturasi hemoglobinnya kira-kira
75%.7

B. Transpor karbon dioksida. Karbon dioksida yang berdifusi ke dalam darah dari
jaringan dibawa ke paru-paru melalui cara berikut ini :7

1. Sejumlah kecil karbon dioksida (7% - 8%) ditranspor dengan keadaan


tetap terlarut dalam plasma.

2. Karbon dioksida yang tersisa bergerak ke dalam sel darah merah,


dimana 25%nya bergabung dalam bentuk reversibel yang tidak kuat
dengan gugus amino di bagian globin pada hemoglobin untuk
membentuk karbaminohemoglobin.

3. Sekitar 70% karbon dioksida diangkut dalam bentuk bikarbonat,


terutama dalam plasma.

14
a. Karbon dioksida dalam sel darah merah bereaksi dengan air untuk
membentuk asam karbonat. Reaksi ini dikatalisis oleh anhidrase
karbonik dan terjadi sangat lambat.

CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3-

Anhidrase karbonik

b. Reaksi di atas berlaku dua arah, bergantung konsentrasi senyawa.


Jika konsentrasi CO2 tinggi, seperti dalam jaringan, reaksi
berlangsung ke kanan sehingga lebih banyak terbentuk ion
hidrogen dan bikarbonat. Dalam paru yang konsentrasi CO2nya
lebih rendah, reaksi berlangsung ke kiri dan melepaskan karbon
dioksida.

4. Pergeseran klorida. Ion bikarbonat dengan muatan negatif yang


terbentuk di dalam sel darah merah berdifusi ke dalam plasma dan hanya
menyisakan ion bermuatan positif berlebihan.

a. Untuk mempertahankan netralitas elektrokimia, ion bermuatan negarif


lain yang sebagian besar ion klorida, bergerak ke dalam sel darah
merah untuk memulihkan ekuilibrium ion. Inilah yang disebut sebagai
pergeseran klorida.

b. Kandungan klorida dalam sel darah merah di vena yang memiliki


konsentrasi karbon dioksida lebih tinggi akan lebih besar
dibandingkan dalam darah arteri.

5. Ion hidrogen bermuatan positif yang terlepas akibat disosiasi asam


karbonat, berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah untuk
meminimalisasi perubahan pH.

KESIMPULAN

Respirasi (pernapasan) melibatkan keseluruhan proses yang menyebabkan pergerakan


pasif O2 dari atmosfer ke jaringan untuk menunjang metabolisme sel, serta pergerakan

15
pasif CO2 selanjutnya yang merupakan produk sisa metabolisme dari jaringan ke
atmosfer. Sistem pernapasan ikut berperan dalam homeostatis dengan mempertukarkan
O2 dan CO2 antara atmosfer dan darah. Darah mengangkut O2 dan CO2 antara sistem
pernapasan dan jaringan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Davey, Patrick. At A Glance Medicine. Jakarta ; Erlangga. 2005.

2. Sloane, Ethel. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta ; EGC. 2003.

3. Junqueira, L. Carlos. Histologi Dasar. Jakarta ; EGC. 2002.


4. Fawcett, Don. W. Buku Ajar Histologi. Jakarta ; EGC. 2002.
5. Hall, John E. Buku Saku Fisiologi Kedokteran. Jakarta ; EGC. 2010.

6. Djojodibitro, Darmanto. Respirologi. Jakarta ; EGC. 2009.

7. William F. Ganong. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta ; EGC. 2008.

16

Anda mungkin juga menyukai