Anda di halaman 1dari 70

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun


2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur dalam rangka menggambarkan capaian
kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2014 mencakup analisis kinerja makro
sektor industri agro, analisis capaian kinerja sasaran dan akuntabilitas keuangan.

A. ANALISIS CAPAIAN KINERJA TAHUN 2014

1. Analisis Kinerja Makro

Ditengah melemahnya permintaan dunia akan produk hasil industri seiring


memburuknya perekonomian dunia, sektor industri nasional masih mampu tumbuh
pada angka yang cukup moderat.

a. Pertumbuhan Ekonomi

Produk Domestik Bruto (PDB) sampai dengan triwulan III Tahun 2014 telah
tumbuh sebesar 5,11 persen, sedikit menurun dibandingkan pertumbuhan PDB
triwulan III tahun 2013 yang bernilai sebesar 5,8 persen. Pertumbuhan terjadi pada
semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor
Pengangkutan dan Komunikasi yang mencapai angka sebesar 10,19 persen dan
terendah pada sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 1,34 persen. PDB
tersebut diatas adalah PDB dengan migas, sedangkan jika tidak termasuk migas,
PDB Indonesia sampai dengan triwulan III tahun 2014 tumbuh sebesar 5,30 persen,
atau sedikit mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013
yang bernilai sebesar 6,33 persen.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai dengan triwulan III tahun 2014 yang
tumbuh sebesar 5,11 persen, walaupun menurun dibandingkan triwulan III tahun
2013 namun tetap memberikan gambaran akan prestasi yang dicapai oleh
Indonesia ditengah perkembangan ekonomi dunia yang memburuk.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 1


Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap solid di tengah perlambatan ekonomi
global didorong oleh tingginya permintaan domestik yang berasal dari konsumsi
rumah tangga dan investasi.

Peningkatan aliran investasi ini juga dibarengi dengan perbaikan kualitas investasi
dalam hal peralihan investasi pada sektor-sektor bernilai tambah tinggi, serta
penyebaran lokasi investasi. Aliran investasi secara bertahap telah mengalami
pergeseran dari investasi pada sumber daya alam seperti pertambangan, beralih
pada industri manufaktur seperti kimia dasar dan barang dari kimia. Dari sisi lokasi,
aliran investasi secara bertahap bergerak ke berbagai lokasi proyek di luar Jawa
sesuai dengan Program Pemerintah melalui MP3EI yang mendorong pembangunan
kawasan dan infrastruktur pendukung pada koridor-koridor di luar koridor Jawa.

Perkembangan komponen-komponen pertumbuhan meliputi konsumsi, investasi,


pengeluaran pemerintah dan kinerja ekspor memberikan landasan yang cukup solid
bagi Perekonomian Indonesia untuk tumbuh pada kisaran 6 persen meski saat ini
kondisi perekonomian global tengah mengalami perlambatan, khususnya di
kawasan Amerika Serikat dan Uni Eropa. Dalam World Economic Outlook (WEO)
yang dirilis Oktober 2014, IMF menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi global
sehingga untuk tahun ini pertumbuhan ekonomi global hanya akan mencapai
3,3 persen, sedangkan perekonomian Amerika Serikat (AS) diproyeksikan hanya
akan tumbuh 2,2 persen, dan pertumbuhan China melambat menjadi hanya 7,4
persen. Laporan tersebut senada dengan pernyataan Perdana Menteri China Wen
Jiabao yang memprediksi ekonomi China hanya akan tumbuh 7,4 persen pada 2014.

Perkembangan kondisi global dan terjaganya komponen-komponen pertumbuhan


menempatkan Indonesia pada posisi yang kuat dalam percaturan ekonomi global.
Dalam konteks regional kawasan Asia Tenggara, pertumbuhan ekonomi Indonesia
paling tinggi dibanding negara lain dalam kelompok ASEAN 5 (Indonesia, Thailand,
Malaysia, Filipina, dan Vietnam) yang diprediksi hanya tumbuh 5,4 persen. Dalam
kawasan Asia, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya di bawah China, dan bahkan
mampu melampaui India.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 2


Pencapaian positif ini sudah selayaknya untuk diapresiasi tanpa harus terlena
berpuas diri. Kondisi perekonomian global yang belum pulih dan adanya
kemungkinan perluasan intensitas dan skala krisis membuat kita semua harus tetap
waspada dan berhati-hati dalam menyikapi perkembangan yang ada. Tetap menjaga
kestabilan dan kekuatan fundamental ekonomi melalui peningkatan iklim investasi
dengan pembangunan infrastruktur dan pembenahan jalur birokrasi investasi, serta
peningkatan kualitas belanja pemerintah menjadi beberapa agenda kebijakan pokok
yang harus dijalankan untuk menjaga dan meningkatkan trend serta kualitas
pertumbuhan ekonomi tahun 2012 dan 2013.

Tabel 3.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Persen)

Sumber: BPS, data diolah Pusdatin sd periode triwulan III TA 2014


Catatan: *: angka sementara; **: angka sangat sementara.

b. Perkembangan Sektor Industri Non Migas

Perkembangan sektor industri non migas tersaji pada tabel berikut:

Tabel 3.2. Pertumbuhan Sektor Industri Non Migas

Sumber: BPS, data diolah.


Catatan: *: angka sementara; **: angka sangat sementara.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 3


Pertumbuhan sektor industri non migas secara keseluruhan adalah sebesar 5,30
persen pada triwulan III tahun 2014. Pertumbuhan tersebut sedikit lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan triwulan III tahun 2013, namun dibandingkan tahun-
tahun sebelumnya, dari tahun 2006 2010 namun pertumbuhan industri tersebut
masih lebih tinggi. Pertumbuhan industri non migas tersebut juga masih lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun 2014 yang
hanya sebesar 5,11 persen. Hal ini bearti, industri non migas memberikan
konstribusi positif bagi pembentukan pertumbuhan ekonomi nasional.

Relatif tingginya pertumbuhan industri non migas didukung oleh kinerja


pertumbuhan sebagian besar kelompok industri non migas yang rata-rata
mengalami pertumbuhan positif, kecuali untuk dua kelompok industri yaitu industri
kayu dan produk lainnya serta industri produk kertas dan percetakan.

c. Perkembangan Sub Sektor Industri Agro

Industri agro memberikan kontribusi yang relatif tinggi terhadap sektor industri
non migas, seperti tersaji pada tabel berikut:

Tabel 3.3. Kontribusi Sektor Industri Manufaktur (Persen)

Sumber: BPS, data diolah.


Catatan: *: angka sementara; **: angka sangat sementara.

Dari tabel di atas terlihat bahwa kontribusi industri agro terhadap industri
manufaktur secara keseluruhan relatif dominan, hampir mencapai 50 persen. Hal ini
berarti industri agro mempunyai peranan yang cukup besar terhadap
perkembangan industri manufaktur. Peningkatan pertumbuhan sedikit saja akan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 4


berdampak luas terhadap pendapatan masyarakat, peningkatan tenaga kerja dan
pemerataan ekonomi ke seluruh daerah.

Pada periode triwulan III tahun 2014, kontribusi industri agro mencapai nilai
sebesar 45,84 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan kontribusi triwulan III tahun
2013 yang bernilai sebesar 44,26 persen sebagai akibat meningkatnya kontribusi
cabang industri makanan, minuman dan tembakau.

Dilihat dari sisi pertumbuhan yang menopang pertumbuhan industri manufaktur


secara keseluruhan, peran industri agro juga relatif tinggi, seperti tersaji pada tabel
berikut:

Tabel 3.4. Pertumbuhan Sektor Industri Manufaktur (Persen)

Sumber: BPS, data diolah.


Catatan: *: angka sementara; **: angka sangat sementara.

Pertumbuhan industri non migas pada triwulan III tahun 2014 adalah sebesar 5,30
persen. Pertumbuhan ini didukung oleh pertumbuhan industri agro sebesar 3,70
persen. Kondisi ini membuat industri agro berperan negatif terhadap pembentukan
pertumbuhan industri non migas. Hal ini disebabkan oleh menurunnya
pertumbuhan sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 3,34
persen, sedangkan dua cabang lain yaitu industri barang kayu dan produk lainnya
tumbuh 6,18 persen dan industri kertas dan barang cetakan sebesar 4,45 persen.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 5


d. Perkembangan Ekspor dan Impor

Kinerja ekspor dan impor produk industri manufaktur umumnya dan industri agro
khususnya tersaji pada tabel berikut:

Tabel 3.5. Perkembangan Ekspor Industri Agro (US$ Juta)

Sumber: Laporan Exim Industri Agro periode Januari sd Oktober Tahun 2014

Ekspor komoditi industri pengolahan kelapa/kelapa sawit sampai dengan bulan


Oktober 2014 memberikan kontribusi ekspor tertinggi yaitu sebesar 20,19%
terhadap total nilai ekspor industri agro tahun 2014. Ekspor industri pengolahan
kelapa/kelapa sawit pada periode tahun 2014 meningkat 21,44% dibanding periode
yang sama tahun sebelumnya dengan nilai ekspor sebesar USD 19,87 milyar.
Komoditi ekspor industri agro yang memberikan kontribusi ekspor terbesar kedua
terhadap ekspor industri pengolahan nasional adalah industri pulp dan kertas
dengan nilai kontribusi sebesar 4,68% namun mengalami penurunan sebesar 1,08
persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya dikarenakan krisis global,
pengenaan bea masuk dari negara importir, dan tingginya volume impor. Sektor industri
makanan dan minuman memberikan kontribusi terbesar ketiga setelah pulp dan
kertas sebesar 4,63% terhadap ekspor industri pengolahan nasional. Pada periode

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 6


Januari sampai dengan Oktober tahun 2014, kinerja ekspor industri makanan dan
minuman mengalami peningkatan sebesar 2,83 persen dibanding periode yang
sama tahun lalu. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya konsumsi masyarakat
karena penyelenggaraan Pemilu Tahun 2014.

Tabel 3.6. Perkembangan Impor Industri Agro (US$ Juta)

Januari - Oktober Oktober

NO. URAIAN 2012 2013 % % Peran % Peran


2013 2014 2013 2014*) % Perub
Perub 2014 2014

1 Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit 100,2 163,1 129,3 71,8 -44,47 0,07 13,2 7,7 -42,05 0,07

2 Pulp dan Kertas 3.019,9 3.200,6 2.743,7 2.743,1 -0,02 2,64 300,9 287,0 -4,61 2,55

3 Makanan dan Minuman 6.158,4 5.801,3 4.802,9 4.802,8 0,00 4,62 553,5 443,4 -19,88 3,94

4 Pengolahan Kayu 503,4 490,6 407,7 395,6 -2,97 0,38 49,1 41,0 -16,50 0,36

5 Rokok 504,4 501,7 392,5 400,5 2,04 0,39 47,6 70,6 43,38 0,63

6 Makanan Ternak 2.799,7 3.044,5 2.596,5 2.843,4 9,51 2,74 422,6 302,2 -28,49 2,68

7 Pengolahan Tetes 59,9 62,8 51,3 47,2 -8,08 0,05 2,7 4,0 50,14 0,04

8 Pengolahan Rotan Olahan 0,5 0,8 0,6 0,4 -34,61 0,00 0,1 0,1 23,67 0,00

9 Pengolahan Hasil Hutan Ikutan 27,7 29,1 24,7 24,2 -1,13 0,02 2,3 2,2 -6,10 0,02

IMPOR INDUSTRI AGRO 13.174,2 13.294,5 11.149,2 11.329,0 -79,73 100,00 1.392,0 1.158,2 -0,44 100,00

Sumber: Laporan Exim Industri Agro periode Januari sd Oktober Tahun 2014

Dari sisi impor seperti tersaji pada tabel diatas, nilai impor tertinggi adalah industri
makanan ternak. Impor tertinggi dari produk industri agro adalah pada kelompok
makanan ternak meningkat sebesar 9,51% pada periode Januari Oktober 2014.
Untuk industri pengolahan kelapa/kelapa sawit mengalami penurunan impor
sebesar 44,47% dan industri pengolahan rotan juga mengalami penurunan impor
sebesar 34,61% begitupun juga industri pengolahan tetes juga mengalami
penurunan impor sebesar 8,08%. Meningkatnya impor makanan ternak disebabkan
oleh berkurangnya ketersediaan bahan baku pakan ternak di dalam negeri untuk
kebutuhan industri.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 7


e. Perkembangan Realisasi Investasi PMDN dan PMA

Realisasi PMDN

Realisasi investasi (ijin usaha tetap) PMDN industri agro Tahun 2014 sampai
dengan triwulan III sebesar Rp.5,57 triliun dengan 106 ijin usaha yang terdiri
dari 86 ijin usaha di sektor industri makanan dengan nilai investasi sebesar
Rp. 4,16 Trilyun, 4 ijin usaha sektor industri kayu dengan nilai investasi sebesar
Rp. 11,9 Milyar dan 16 ijin usaha di sektor industri kertas dan percetakan dengan
nilai investasi sebesar Rp.1,396 Trilyun.

Perkembangan realisasi investasi PMDN tahun 2010 s/d triwulan III 2014 dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.7. Perkembangan Realisasi Investasi PMDN menurut Sektor Industri Agro

Sumber: BKPM, diolah DJIA.


P: Jumlah Proyek, I: Nilai Investasi dalam Rp Milyar

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 8


Realisasi PMA

Realisasi investasi (ijin usaha tetap) kategori Penanaman Modal Asing (PMA)
pada tahun 2014 hingga triwulan III untuk sektor industri agro sebanyak 219 ijin
usaha industri dengan nilai investasi sebesar US$ 662 milyar, terdiri dari
US$ 482,1 juta dari sektor industri makanan, US$ 46,6 juta sektor industri kayu
dan diikuti sektor industri kertas dan percetakan senilai US$ 133,3 juta.

Secara rinci perkembangan investasi PMA dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3.8. Perkembangan Realisasi Investasi PMA menurut Sektor Industri Agro

Sumber: BKPM, diolah DJIA.


P: Jumlah Proyek, I: Nilai Investasi dalam US$ juta.

2. Analisis Kinerja Program Prioritas

Kementerian Perindustrian sesuai dengan amanat Keppres No. 1 Tahun 2010


tentang percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional dan Rencana
Kerja (RKP) Tahun 2014, serta pelaksanaan Perpres No. 28 Tahun 2008 tentang
Kebijakan Industri Nasional untuk memfokuskan pada pengembangan 6 (enam)
kelompok program prioritas, yakni: Revitalisasi industri pupuk, Revitalisasi industri
gula, Revitalisasi industri tekstil dan alas kaki, Revitalisasi industri semen, dan
Revitalisasi industri petrokimia.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 9


Dari 6 (enam) kelompok tersebut yang menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal
Industri Agro adalah Revitalisasi Industri Gula.

a. Prioritas Nasional

Hasil yang telah dicapai oleh Direktorat Jenderal Industri Agro dalam
pengembangan industri prioritas nasional yang menjadi tanggung jawabnya yaitu

Revitalisasi Industri Gula.

Kegiatan Revitalisasi Industri Gula dilaksanakan dalam rangka mendukung


tercapainya swasembada gula tahun 2014 yang diimplementasikan melalui
program rencana aksi revitalisasi industri gula yang merupakan salah satu program
prioritas dari Kementerian Perindustrian yang ditetapkan berdasarkan Inpres No. 1
Tahun 2010. Produksi Gula Kristal Putih (GKP) tahun 2009 sebesar 2,7 juta ton dan
dengan program revitalisasi industri gula diproyeksikan akan meningkat menjadi
3,54 juta ton pada tahun 2014. Produksi GKP tahun 2014 diproyeksikan akan
surplus 580 ribu ton dari kebutuhan konsumsi langsung yang bisa dialihkan
menjadi bahan baku untuk pabrik gula rafinasi atau dapat dijual langsung ke
industri khususnya industri kecil. Namun demikian di tahun 2014 masih diperlukan
impor gula sebesar 2,16 juta ton atau setara dengan raw sugar 2,30 juta ton, yang
tentunya akan berkurang sejalan dengan dibangunnya PG baru.

Gambar 3.1.
Produksi Gula
PT. RNI

Kegiatan revitalisasi industri gula ini dilaksanakan dengan anggaran sebesar


Rp. 83.712.805.000,- pada tahun 2014 yang meliputi:

1) Terlaksananya Bantuan Keringanan Pembiayaan Mesin/peralatan Pabrik


Gula Dalam Rangka Revitalisasi Industri Gula

Kegiatan ini diperlukan dalam rangka pelaksanaan Revitalisasi Industri Gula


khususnya PG Existing yang memerlukan dukungan mesin dan peralatan yang

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 10


memadai sehingga dicapai efisiensi dan efektivitas produksi. Program bantuan
keringanan telah dilaksanakan sejak tahun 2009, dengan besaran bantuan 10%
dari nilai investasi yang diikuti oleh 48 PG BUMN dan swasta, dengan anggaran +
sebesar Rp. 24,43 Milyar. Pada tahun 2010 anggaran yang dialokasikan sebesar
Rp. 24,45 milyar dengan realisasi 78% atau sebesar Rp. 19,01 milyar yang dikuti
oleh 46 PG BUMN. Pada tahun 2011, besarnya bantuan dinaikkan menjadi 22,5 %
(untuk mendorong peningkatan investasi PG), dengan perincian 15% (subsidi
bunga) dan 7,5% apabila memenuhi ketentuan TKDN (untuk mendorong
penggunaan produk-produk dalam negeri), dengan anggaran terserap 47,01
Milyar (74%), yang diikuti oleh 45 PG BUMN. Pada tahun 2012, besarnya
bantuan 22,5% dengan rincian 12,5% subsidi bunga ditambah 10% apabila
memenuhi TKDN dengan serapan anggaran sebesar Rp. 47,92 Milyar (81%) yang
diikuti oleh 46 PG BUMN dan pada tahun 2013 masih diikuti oleh 46 PG BUMN,
namun anggaran yang terserap hanya sebesar Rp. 53,75 Milyar (55%). Pada
tahun 2014 anggaran yang tersedia untuk bantuan keringanan pembelian
mesin/peralatan pabrik gula
sebesar Rp. 65,9 milyar. Pada
tahun 2014, telah direalisasikan
bantuan keringanan pembelian
mesin/peralatan pabrik gula
sebesar Rp. 54,717 milyar atau
83,03% dari anggaran yang
tersedia kepada 22 pabrik gula
yaitu : 14 PG PTPN X, 5 PG dari
PT RNI I dan 3 PG dari PT RNI II.

Gambar 3.2.

Pabrik Gula Modjopanggung

2) Konsultansi Manajemen Dan Monitoring Industri Gula (KMM - Industri


Gula).

Program Restrukturisasi Permesinan Industri merupakan program yang


berkelanjutan yang telah berlangsung sejak tahun 2009. Program kegiatan ini

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 11


memberikan manfaat yang signifikan dalam mendorong investasi, peningkatan
produktifitas dan efesiensi pemanfaatan bahan baku, bahan penolong dan energi.
Program ini cukup berhasil dalam meningkatkan daya saing industri nasional.
Pada saat ini, terdapat 61 PG yang terdiri dari 50 PG BUMN dan 11 PG BUMS yang
sebagian besar memiliki kapasitas kurang dari 3.000 TCD. Hal ini, disebabkan
mesin yang digunakan merupakan mesin-mesin lama (sudah tua) yang masih
menggunakan teknologi proses sulfitasi sehingga rendemen yang dicapai rata-
rata hanya 7%.
Beberapa upaya yang perlu dilakukan Pabrik Gula untuk antara lain:
- Modernisasi mesin/peralatan PG melalui penggantian mesin/peralatan PG
yang sudah tua (efisiensinya rendah)
- Peningkatan daya saing melalui peningkatan kapasitas produksi gula
- Menghadapi penerapan SNI wajib GKP yang dilaksanakan pada tahun 2013
melalui penerapan sistem manajemen mutu.
Dalam rangka mendukung upaya tersebut, Kementerian Perindustrian sejak
tahun 2009 sampai saat ini telah memberikan bantuan keringanan pembiayaan
mesin/peralatan PG yang sangat membantu PG dalam meringankan biaya
pembelian mesin/peralatan.
Untuk melaksanakan program keringanan pembiayaan mesin/peralatan PG ini
perlu adanya lembaga yang membantu pengelolaan secara opearasional agar
kegiatan ini memenuhi kaidah tertib administrasi, akuntabilitas dan transparansi.
Konsultasi Manajemen dan Monitoring (KMM) ini bertugas melaksanakan
verifikasi administrasi mesin/peralatan yang akan diberikan keringanan
pembiayaan.
Pada tahun 2014, kegiatan yang sudah dilaksanakan adalah penyampaian
laporan pendahuluan konsultasi manajemen dan monitoring industri gula,
laporan antara konsultasi manajemen dan monitoring industri gula dan laporan
akhir konsultasi manajemen dan monitoring industri gula.

3) Lembaga Penilai Independen Industri Gula (LPI - Industri Gula).

Program Restrukturisasi Pabrik Gula merupakan salah satu kegiatan prioritas


Tahun Anggaran 2009 (Surat Edaran Menteri Keuangan) dalam rangka

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 12


pencapaian swasembada gula. Untuk itu direncanakan penambahan produksi
gula sebesar 1 juta ton pada tahun 2009 dari 2,3 juta ton menjadi 3,3 juta ton dan
pada tahun 2010 diharapkan menjadi 4,4 juta ton pada tahun 2014.

Pada saat ini, terdapat 58 pabrik gula yang sebagian besar berkapasitas kurang
dari 3.000 TCD. Mesin yang digunakan merupakan mesin-mesin lama yang
menggunakan teknologi proses sulfitasi sehingga rendemen yang dicapai rata-
rata hanya 7%. Peningkatan penambahan kapasitas produksi gula sebesar 1 juta
ton diharapkan dapat dilakukan melalui program revitalisasi pabrik gula (milik
PTPN dan perusahaan swasta) yang sudah ada dan pembangunan pabrik gula
baru.
Dalam pelaksanaan revitalisasi industri gula melalui restrukturisasi
mesin/peralatan pabrik gula BUMN perlu dibentuk Lembaga Penilai Independen
(LPI) yang bertujuan untuk memverifikasi kewajaran harga pembelian
mesin/peralatan PG BUMN dengan spesifikasi teknis yang diperlukan dalam
memutuskan permohonan dan pencairan Program Restrukturisasi Mesin
Peralatan Industri Gula oleh Kuasa Pengguna Anggaran sehingga membantu Tim
Pengarah dan Tim Teknis membuat rekomendasi yang menjamin
terselenggaranya Program Revitalisasi Industri Gula Melalui Restrukturisasi
Mesin/Peralatan Pabrik Gula secara efektif dan akuntabel.

Pada tahun 2014, telah dilaksanakan laporan pendahuluan, laporan antara dan
laporan akhir untuk verifikasi perusahaan industri gula dalam rangka
pelaksanaan program restrukturisasi mesin peralatan industri gula.

4) Fasilitasi Dan Koordinasi Dalam Rangka Pelaksanaan Rencana Aksi


Revitalisasi Industri Gula.

Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh industri gula meliputi on-farm
dan off-farm. Disisi on-farm masalah yang cukup menonjol rendahnya tingkat
produktivitas gula yang saat ini hanya mencapai kisaran 6 ton/ha, disamping itu
masalah ketersediaan lahan di Jawa yang tergeser oleh komoditi lain dan alih
fungsi lahan. Sementara di luar Jawa dengan adanya otonomi daerah
ketersediaan areal untuk pengembangan pabrik-pabrik baru terkendala oleh
sulitnya proses penguasaan lahan. Disisi off-farm telah dilaksanakan program

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 13


rehabilitasi PG dari 2007-2009 namun pelaksanaannya belum sesuai dengan
yang diharapkan.
Upaya peningkatan produksi dan produktivitas tebu telah dilakukan melalui
Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional (PAPPGN) sejak
tahun 2004 dengan kegiatan bongkar ratoon (tanaman keprasan), melalui
penggantian tanaman dengan bibit unggul, perbaikan irigasi sederhana, dan
pengadaan alsintan.
Kegiatan Koordinasi Pelaksanaan Rencana Aksi Revitalisasi Industri Gula
dilakukan untuk mengetahui dan updating informasi mengenai permasalahan-
permasalahan yang dihadapi dalam rangka pelaksanaan rencana aksi revitalisasi
industri gula tahun 2010-2014 dan membahas alternatif solusi pemecahan
masalah melalui koordinasi antara beberapa instansi terkait.
Pada tahun 2014, kegiatan yang dilakukan adalah rapat rapat Persiapan, Rapat
Rapat Tim Teknis dalam penyusunan Juknis Bantuan Keringanan revitalisasi
Industri Gula, penyusunan buku juknis revitalisasi industri gula dan pencetakan
buku dan CD juknis dalam rangka program revitalisasi industri gula, pelaksanaan
sosialisasi Juknis Industri Gula yang dilaksanakan di Jawa tengah dan Jawa Timur
dan diikuti oleh seluruh Pabrik Gula, kunjungan kerja ke Jawa Timur, rapat tim
teknis pergulaan, rapat koordinasi persiapan pelaksanaan bantuan langsung,
rapat teknis persiapan pelaksanaan bantuan langsung mesin/peralatan pabrik
gula, Menghadiri The 6th Bilateral Consultation Meeting and Overview for Sugar
Trade Between Indonesia and Thailand, serta pembuatan laporan akhir kegiatan.

5) Konsultasi Bimbingan Sistem Manajemen Mutu.

Sistem Manajemen Mutu atau yang sering disebut sebagai ISO 9000 merupakan
konsensus internasional mengenai praktek manajemen mutu yang baik. ISO 9000
terdiri dari standar dan pedoman yang berkaitan dengan sistem manajemen
mutu dan standar pendukung yang berkaitan. Manfaat penerapan ISO 9000 bagi
perusahaan antara lain dapat meningkatkan kinerja perusahaan, meningkatkan
efisiensi kegiatan, memperbaiki manajamen organisasi, dan meningkatkan
kepercayaan dari konsumen.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 14


Untuk mendapatkan bimbingan penerapan sistem manajemen mutu dibutuhkan
kesiapan dan kemauan/komitmen yang tinggi dari para pimpinan atau direksi
PTPN dan RNI. Hal ini terlihat dari masih banyaknya pabrik gula BUMN yang
belum menerapkan sistem menajemen mutu sehingga dalam pelaksanaan proses
produksi tiap tahapnya belum memiliki SOP (Standard Operating Procedure)
yang tepat dan sesuai dengan kondisi masing-masing PG. Disamping itu
penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 merupakan salah satu syarat
untuk mendapatkan sertifikasi produk SNI Gula Kristal Putih yang akan
diberlakukan wajib pada tahun 2015 sesuai Permentan No.
68/Permentan/OT.140/6/2013 tanggal 17 Juni 2013.
Pada tahun 2014, kegiatan yang dilaksanakan antara lain Rapat Persiapan
Pelaksanaan kegiatan, pelaksanaan awareness dan FGD di Jawa Tengah,
pelaksanaan bimbingan sistem manajemen mutu ke pada sebagian PG, rapat
konsultasi bimbingan system manajemen mutu di Bogor serta pembuatan
laporan akhir.

6) Audit Kinerja Industri Gula Rafinasi

Kebutuhan konsumsi gula nasional tahun 2013 diperkirakan sebesar 5,5 juta
ton, dimana 2,903 juta ton untuk konsumsi langsung (rumah tangga) dan 2,613
juta ton untuk keperluan industri. Pesatnya perkembangan kebutuhan gula,
sementara peningkatan produksi relatif rendah, menjadikan Indonesia sebagai
importir terbesar dunia, baik untuk gula konsumsi langsung (plantation white
sugar) maupun kebutuhan untuk industri (refined sugar). Khususnya untuk gula
kristal rafinasi, hingga saat ini bahan bakunya (raw sugar) diperoleh dari luar
negeri (impor) dikarenakan bahan baku tersebut tidak bisa dipenuhi dari dalam
negeri. Oleh karenanya kebijakan pemerintah dalam menentukan kuota impor
raw sugar sangat berpengaruh terhadap produksi 11 pabrik gula kristal rafinasi.

Dari sisi kebijakan pemerintah menetapkan bahwa kualitas gula rafinasi yang
dihasilkan oleh pabrik gula rafinasi dalam negeri wajib memenuhi SNI wajib yang
ditetapkan. Kebijakan lain yang perlu dicermati bahwa produk gula rafinasi
dalam negeri hanya dapat dipasarkan kepada makanan, minuman dan farmasi.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 15


Walaupun setiap pabrik mempunyai angka yang di klaim/dinyatakan sebagai
kapasitas produksi, namun kemampuan produksi riil untuk menghasilkan gula
yang memenuhi persyaratan SNI wajib GKR mungkin berbeda. Padahal kapasitas
riil produksi ini akan sangat terkait dengan izin impor raw sugar yang diberikan
kepada pabrik gula rafinasi secara berkala untuk jumlah tonase dalam jangka
waktu tertentu.
Pada tahun 2014, telah dilaksanakan Laporan awal, laporan antara dan laporan
akhir Kegiatan Pelaksanaan Audit Kinerja Industri Gula Rafinasi tahun 2014.

7) Evaluasi Persediaan Raw Sugar Dan Gula Kristal Rafinasi

Indonesia sebagai negara importir gula yang cukup besar, terus berusaha
mengurangi ketergantungan terhadap impor gula dengan berbagai program
peningkatan produksi gula dalam negeri diantaranya dengan kebijakan
perlindungan terhadap pasar domestik dan insentif peningkatan produksi tebu
dan kinerja pabrik gula. Terkait dengan komoditas gula, pemerintah telah
menetapkan kebijakan untuk melakukan segmentasi pasar antara gula tebu dan
gula kristal rafinasi, agar kedua tujuan dapat dicapai, yaitu menjamin pasokan
gula pada industri dengan harga bersaing dan melindungi produsen gula dalam
negeri dari persaingan pasar gula internasional yang sebenarnya tidak adil. Gula
kristal putih diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi langsung
masyarakat. Sementara gula kristal rafinasi diperuntukan untuk memenuhi
kebutuhan industri makanan dan minuman. Agar segmentasi pasar ini efektif,
pemerintah mengatur pola distribusi, terutama gula kristal rafinasi melalui jalur
tertutup dan dilakukan monitoring terhadap hal tersebut. Hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya rembesan gula kristal rafinasi ke masyarakat. Menyikapi
kondisi ini, Kementerian Perindustrian sebagai pembina industri makanan
minuman memandang perlu untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi
pabrik gula rafinasi sebagai pemasok gula kristal rafinasi. Untuk itu diperlukan
kegiatan evaluasi persediaan raw sugar dan gula kristal rafinasi di kedelapan
pabrik gula rafinasi yang ada
Pada tahun 2014, kegiatan Evaluasi Persediaan Raw Sugar Dan Gula Kristal
Rafinasi yang dilaksanakan antara lain: rapat persiapan, rapat rapat pergulaan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 16


Nasional dengan 11 Industri Gula Rafinasi, dan pada tahap I pelaksanaan evaluasi
raw sugar sudah dilakukan di beberapa perusahaan, rapat evaluasi raw sugar di
Banten, rapat pergulaan nasional di Jakarta, evaluasi raw sugar ke 8 pabrik gula
rafinasi serta rapat koordinasi di Jakarta.

8) Fasilitasi Survey Kebutuhan Gula Rafinasi untuk Industri Makanan dan


Minuman

Seiring dengan pertumbuhan industri di Indonesia, terutama industri-industri


yang menggunakan gula kristal rafinasi seperti industri makanan dan minuman,
tentunya kebutuhan akan gula kristal rafinasi akan semakin meningkat setiap
tahunnya sehingga produsen gula rafinasi harus meningkatkan kapasitas
produksinya. informasi mengenai volume kebutuhan gula kristal rafinasi dari
industri-industri pengguna dapat menjadi acuan bagi pemerintah dalam
menyusun kebijakan terkait kuota impor raw sugar maupun kebijakan lainnya
tanpa merugikan industri gula dalam negeri.

Pada tahun 2014, telah dilaksanakan presentasi laporan pendahuluan, laporan


antara dan laporan akhir kegiatan.

9) Verifikasi Kontrak dan Penyaluran Gula Kristal Rafinasi

Menjaga dan mengawasi peredaran gula rafinasi terdapat ketentuan yang


mengatur peruntukan gula rafinasi hanya diperuntukan bagi industri pengguna.
Adanya kekosongan ketersediaan gula dan perbedaan harga antar wilayah dan
tidak tersedia peta penyaluran gula rafinasi menyebabkan penyaluran gula
rafinasi kadangkala tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Pada tahun 2014, telah dilaksanakan presentasi laporan pendahuluan, laporan
antara dan laporan akhir kegiatan Verifikasi Kontrak dan Penyaluran Gula Kristal
Rafinasi.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 17


b. Prioritas Kementerian

Pengembangan industri yang menjadi prioritas Kementerian Perindustrian adalah


pengembangan industri dengan konsep klaster industri. Pengembangan Klaster
Industri Prioritas meliputi industri padat karya, industri kecil dan menengah,
industri barang modal, industri berbasis sumber daya alam dan industri
pertumbuhan tinggi.

Yang menjadi binaan dan tanggung jawab serta hasil-hasil yang telah dicapai
Direktorat Jenderal Industri Agro dalam pengembangan klaster industri prioritas
tersebut adalah sebagai berikut:

Industri Padat Karya:

Industri padat karya yang ada di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Agro
adalah industri furniture. Hasil yang telah dicapai meliputi:

1) Fasilitasi dan koordinasi pengembangan klaster industri furniture.


Sasaran komponen yang ingin dicapai adalah adanya stakeholder (pemangku
kepentingan) industri Furniture baik ditingkat pusat maupun di tingkat daerah
yang terlibat tahapan komponen kegiatan yang telah dilaksanakan adalah
melaksanakan rapat persiapan menyusunan rencana kegiatan satu tahun
kedepan antara koordinator kegiatan dan anggota, menghadiri undangan rapat
koordinasi kegiatan faskoor pengembangan klaster ke Jepara, Jawa Tengah,
melaksanakan rapat pra konvensi dan rapat konvensi RSKKNI di Semarang, serta
terselesaikannya dokumen laporan akhir.

2) Fasilitasi pusat desain furniture kayu di Jepara dan furniture rotan di


Cirebon
Sasaran komponen yang ingin dicapai adalah terciptanya desain dan prototipe
produk industri furniture dengan tahapan komponen kegiatan yang telah
dilaksanakan rapat persiapan rencana kegiatan satu tahun kedepan antara
koordinator dengan anggota, melaksanakan Penjurian tahap II Lomba Desain
Furniture dan malam penganugrahan pemenang lomba desain, Pelaksanaan
klinik desain di Jepara dan Cirebon, Menghadiri Rapat Forum monitoring dan
Evaluasi Promosi LN 2014 di Bandung, pembuatan prototype rustic stackable

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 18


chair pada seleksi tahap II final IFDA 2014, serta memberangkatkan 4 orang
juara pembuatan desain, ke Sanghai China.

3) Peningkatan kompetensi SDM furniture bidang desain.


Sasaran komponen yang ingin dicapai adalah SDM industri furniture yang terlatih
sebanyak 100 orang dalam bidang teknik desain dengan tahapan komponen
kegiatan yang telah dilaksanakan adalah melaksanakan rapat persiapan
menyusunan rencana kegiatan satu tahun kedepan antara koordinator kegiatan
dan anggota, Pelaksanaan pelatihan peningkatan kompetensi SDM Industri
furniture bidang desain di Jawa Tengah, melaksanakan pelatihan di Cirebon,
Jawa Barat, serta penyelesaian laporan akhir.

4) Peningkatan Kompetensi SDM Furniture Bidang Teknik Produksi


(finishing)
Sasaran komponen yang ingin dicapai adalah terlatihnya SDM industri furniture
bidang teknik produksi sebanyak 100 orang kegiatan yang telah dilaksanakan
adalah melaksanakan rapat persiapan menyusunan rencana kegiatan satu tahun
kedepan antara koordinator kegiatan dan anggota, telah dilaksanakan rapat
persiapan pelaksanaan pelatihan kempetensi SDM industri furniture bidang
teknik produksi di Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah.

5) Kajian Analisis Daya Saing Industri Kayu Olahan Indonesia di Pasar


Internasional
Sasaran komponen yang ingin dicapai adalah tersusunnya suatu kajian daya
saing kayu olahan indonesia di pasar internasional kegiatan tidak bisa
dilaksanakan, dilakakukan penghematan dengan adanya Inpres No. 4 Tahun
2014 tentang Penghematan Anggaran, maka kegiatan tersebut batal untuk
dilaksanakan.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 19


6) Monitoring dan evaluasi Implementasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu
(svlk) dan dokumen v-legal untuk industri kayu olahan
Sasaran komponen yang ingin dicapai adalah Untuk memonitoring dan
mengevaluasi industri kayu olahan dapat memenuhi kewajiban mengaplikasikan
penerapan SVLK yang diwajibkan pada tahun 2014 dengan tahapan komponen
kegiatan yang telah dilaksanakan adalah melaksanakan rapat persiapan
menyusunan rencana kegiatan satu tahun kedepan antara koordinator kegiatan
dan anggota, menghadiri rapat Pembahasan RPP Kewenangan Pengaturan Bidang
Industri Tertentu, pada Monitoring dan Evaluasi Implementasi SVLK dan
Dokumen V-Legal untuk industri kayu olahan di Bogor, melaksanakan workshop
monitoring dan evaluasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu di Bali, melaksanakan
workshop di Medan, menghadiri undangan FGD produk pertanian dan kehutanan
di Banten, Jawa Barat.

7) Pengembangan Industri Furniture Kayu di Sukabumi (dana optimalisasi)


Sasaran komponen yang ingin dicapai adalah terlaksanannya bantuan mesin
peralatan untuk meningkatkan industri pengolahan kayu di Sukabumi, Jawa
Barat melalui bantuan mesin, kegiatan yang telah dilaksanakan adalah
menyusun HPS, dan melakukan pelelangan, melaksanakan pemasangan mesin
pengolahan kayu, serta meneliti proses kelengkapan dokumen, pelaksanaan uji
coba dan penyerahan ke Dinas perindagkop Kab. Sukabumi.

8) Pengembangan Industri Furniture Kayu di Nganjuk, Jawa Timur (dana


optimalisasi)
Sasaran komponen yang ingin dicapai adalah terlaksanannya bantuan mesin
peralatan untuk meningkatkan industri pengolahan kayu di Nganjuk, Jawa Timur
melalui bantuan mesin dan pelatihan, kegiatan yang telah dilaksanakan adalah
penandanganan kontrak dan proses pengadaan mesin peralatan oleh PIII serta
rapat koordinasi bantuan mesin di Jakarta yang dihadiri oleh Dinas Perindustrian
Kabupaten Nganjuk dan Dinas Perindustrian Provinsi Jawa Timur, menyerahkan
mesin dan peralatan pengembangan furniture ke Dinas Perindag Kab. Nganjuk,
Jawa Timur.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 20


Industri Berbasis Sumber Daya Alam:

Industri berbasis sumber daya alam yang menjadi binaan Direktorat Jenderal
Industri Agro adalah industri pengolahan kelapa sawit, industri hilir kakao, dan
industri pengolahan rumput laut.

Hasil yang telah dicapai adalah sebagai berikut:

1) Industri Pengolahan Kelapa Sawit

a. Fasilitasi dan koordinasi dalam rangka pengembangan klaster hilir


kelapa sawit di Sumatera Utara, Riau Kalimantan Timur, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Barat dan Papua.
Sasaran komponen yang ingin dicapai adalah adanya Stakeholder (pemangku
kepentingan) klaster berbasis hasil pertanian, oleochemical baik ditingkat
pusat maupun di tingkat daerah.Pihak yang terlibat dengan tahapan
komponen kegiatan yang telah dilaksanakan adalah melaksanakan rapat
persiapan menyusunan rencana kegiatan satu tahun kedepan antara
koordinator kegiatan dan anggota, melakukan kunjungan kerja ke PT. Musi
Mas di KIM II, Menghadiri rapat koordinasi dan sinkronisasi penyusunan
perencanaan dan pelaksanaan Program/Kegiatan bidang Industri
Pengolahan Sawit di Kalbar, pelaksanaan rapat fasilitasi dan koordinasi
klaster hilir kelapa sawit dan telah dilaksanakan di Jakarta, melaksanakan
rapat fasilitasi dan koordinasi di Pontianak, Kalimantan Barat.

b. Promosi investasi produk hilir kelapa sawit


sasaran komponen yang ingin dicapai adalah Partisipasi promosi investasi
industri berbasis pertanian, oleochemical dalam rangka menumbuhkan nilai
investasi di daerah klaster. Tahapan komponen kegiatan yang telah
dilaksanakan adalah melaksanakan rapat persiapan menyusunan rencana
kegiatan 1 tahun kedepan antara koordinator kegiatan dan anggota,
menghadiri rapat Pembahasan RPP Kewenangan Pengaturan Bidang Industri
Tertentu di Bogor, Perjalanan dinas ke Serang dalam rangka pengumpulan
data dan informasi kegiatan promosi investasi produk hilir kelapa sawit.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 21


Serta persiapan pelaksanaan produk hilir kelapa sawit di Medan,
melaksanakan promosi investasi di Medan, Sumatera Utara.

c. Sinkronisasi Implementasi Kebijakan Pendukung Pengembangan


Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit
Sasaran kegiatan ini adalah memperoleh satu paket kebijakan yang harmonis
antara kebijakan yang dikeluarkan di tingkat pusat dan kebijakan yang
dikeluarakan di tingkat daerah mengenai pengembangan industry hilir
kelapa sawit, kegiatan ini merupakan revisi dari kegiatan pendampingan
pembangunan tangki timbun yang tidak jadi dilaksanakan pada tahun
anggaran ini. Adapun kegiatan yang telah dilakukan adalah Menghadiri
rapat finalisasi spesifikasi teknis sawit yang dikenakan BK di Bandung,
menyelenggarakan rapat tim teknis Dispute Kepabeanan, Kunjungan kerja ke
PT Wilmar serta sedang melakukan persiapan pelaksanaan rapat
singkronisasi kebijakan di Jawa Timur, perjalanan dinas dalam rangka
sinkronisasi implementasi kebijakan pendukung pengembangan klaster IHKS
di Bogor, menghadiri rapat pembahasan pembangunan infrastruktur KIPI
Maloy di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

2) Industri Hilir Kakao

Indonesia merupakan produsen kakao terbesar nomor 3 dunia dengan total


produksi pada tahun 2009 mencapai 0,6 juta ton atau + 15% dari produksi kakao
dunia (4 juta ton). Berdasarkan Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008 tentang
Kebijakan Industri Nasional, industri pengolahan kakao merupakan salah satu
prioritas untuk dikembangkan dan mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi,
seperti Cocoa Liquor, Cocoa Butter, Cocoa Cake, Cocoa Paste dan Cocoa Powder.
Makanan olahan dan minuman cokelat dan salah satu industri prioritas yang
dikembangkan melalui pendekatan Klaster Industri Kakao.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 22


Kegiatan yang telah dilaksanakan meliputi:

(a) Terlaksananya Fasilitasi Dan Koordinasi Pengembangan Klaster


Industri Kakao.

Program ini dilakukan untuk mensinkronkran program dan kebijakan


industri kakao antara pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dengan
stakeholder. Pada tahun 2014 kegiatan yang sudah dilaksanakan dalam
rangka pengembangan klaster industri kakao meliputi rapat persiapan
pelaksanaan kegiatan, rapat teknis dalam rangka RSKKNI industri kakao di
Jakarta, rapat teknis pembahasan bea masuk kakao, rapat teknis yang
dilaksanakan di Puri Denpasar Hotel Jakarta, sosialisasi klaster industri
kakao dan cokelat di Makassar, rapat teknis penyusunan RSKKNI industri
pengolahan kakao, rapat koordinasi serta pembuatan laporan akhir kegiatan
Fasilitasi Dan Koordinasi Pengembangan Klaster Industri Kakao.

(b) Peningkatan Konsumsi Cokelat Serta Fasilitasi Pada Sidang ICCO / ACC

Citra Indonesia sebagai produsen produk kakao olahan dan produk


makanan/minuman berbasis cokelat inilah yang harus mulai dibangun agar
masyarakat Indonesia sendiri dapat mencintai produk-produk cokelat
buatan negeri sendiri. Selain itu perlu diluruskannya persepsi yang telah
lama tertanam pada masyarakat luas bahwa cokelat tidak baik bagi
kesehatan karena dapat menyebabkan kerusakan pada gigi, menimbulkan
jerawat, mengakibatkan kegemukan, dan hal hal negatif lainnya.Padahal
sesungguhnya cokelat yang baik kwalitasnya justru merupakan sumber
antioksidan yang sangat baik bagi kesehatan tubuh, diantaranya untuk
memperlancar peredaran darah sehingga dapat mengurangi resiko penyakit
jantung, hipertensi, mencegah penuaan/antiaging, dan dampak dampak
positif lainnya. Sehingga diharapkan dengan semakin banyaknya masyarakat
yang mengetahui manfaat cokelat bagi kesehatan, maka konsumsi cokelat
dapat turut meningkat di dalam negeri.
Pada saat ini Indonesia sebagai produsen kakao nomor tiga terbesar telah
berstatus member candidate dari ICCO. International Cocoa Organization

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 23


(ICCO) merupakan organisasi kerjasama antar Pemerintah yang
beranggotakan 30 negara importer/konsumen kakao dan 14 negara
produsen kakao. Negara-negara konsumen kakao meliputi Uni Eropa
(Belanda, Jerman, Perancis, Spanyol dan Belgia), Swiss dan Rusia. Mewakili
kelompok negara produsen antara lain Brasil, Kamerun, Pantai Gading,
Ekuador, Ghana dan Malaysia.
Berdasarkan hal tersebut, untuk membangun pengembangan produk kakao
dan cokelat dalam negeri dengan meningkatkan konsumsi cokelat dalam
negeri Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan akan
menyelenggarakan kegiatan Fasilitasi Pada Sidang ICCO/ACC dan
Peningkatan Konsumsi Cokelat.
Kegiatan yang sudah dilakukan pada tahun 2014 adalah Rapat persiapan dan
mengikuti Sidang ICCO ke 88 di Swiss pada tanggal 10 14 Maret 2014,
mengikuti Sidang The 17th Meeting of The National Focal Point For Asean
Cocoa Club (ACC) on Joint Asean Cooperation In Agriculture And Forest
Products Promotion Scheme, dan mengikuti Sidang The 6th Indonesian
International Cocoa Conference & Dinner 2014, Rapat Koordinasi persiapan
Hari Kakao di Jakarta pelaksanaan Hari Kakao dan Cokelat Indonesia di
Losari, Makassar, rapat koordinasi serta pembuatan laporan akhir kegiatan.

3) Industri Pengolahan Hasil Laut

Hasil yang telah dicapai adalah sebagai berikut:

(a) Terlaksananya Fasilitasi Dan Koordinasi Pengembangan Klaster


Industri Pengolahan Hasil Laut

Indonesia memiliki potensi kelautan dan perikanan yang cukup besar dengan
laut seluas lebih kurang 5,8 juta km2 dari garis pantai sepanjang 81.000 km.
Industri hasil laut terdiri dari ikan, udang, rumput laut dan produk kelautan
lainnya. Dari sisi kuantitas atau diversitas potensi sumberdaya hasil laut yang
dimilikipun cukup banyak. Produksi perikanan tahun 2008 dari
penangkapan dan budidaya mencapai 9,05 juta ton. Dari total produksi
tersebut maka perikanan budidaya menyumbang 47,49%. Laju pertumbuhan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 24


produksi perikanan nasional Sejak tahun 2005-2009 mencapai 10,02% per
tahun.
Dibidang industri pengolahan perikanan, maka kapasitas produksi ikan
dalam olahan dalam kaleng adalah 350.000 ton pada tahun 2010 dengan
produksi sekitar 207.655 ton sehingga utilitas sebesar 59,33%.
Untuk industri pengolahan rumput laut maka kapasitas produksi olahan
rumput laut adalah 24.059 ton dengan produksi sebesar 15.638 ton, sehingga
utilitasnya 65%. Kapasitas produksi rumput laut basah adalah 2.500.000 ton.
Saat ini di dalam negeri terdapat 23 unit industri olahan rumput laut.
Peran daripada industri pengolahan hasil laut sangat penting dalam
mengolah produk primer menjadi berbagai macam produk makanan olahan
antara lain produk makanan kaleng, minuman kaleng serta industri
pengolahan hasil laut lainnya, antara lain industri kosmetika, industri
karagenan, industri pengolahan kulit ikan pari, industri agar-agar , industri
alginat dan lain-lain. Disamping itu peran industri pengolahan hasil laut
bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan memperpanjang rantai nilai
pengolahan dari sumberdaya laut melalui diversifikasi produk lain. Dengan
pengembangan industri pengolahan hasil laut, akan mengurangi ekspor
bahan baku dan menggantikannya dengan komoditi olahan hasil laut yang
nilai tambahnya lebih tinggi.
Permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan industri pengolahan
hasil laut di dalam negeri antara lain yaitu kekurangan pasokan bahan baku,
kondisi infrastruktur yang belum memadai, masih kurangnya lembaga dan
penelitian mutu, pasokan dari pada industri pendukung seperti tinplate, es
balok dan kapal penangkap ikan masih sangat lemah dan teknologi serta R&
D dalam pengembangan industri hasil laut masih kurang dapat dihandalkan.
Mutu bahan baku rumput laut kering masih belum konsisten dan belum
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Selain itu peraturan tata niaga
rumput laut di beberapa negara yang memberatkan industri olahan rumput
laut serta masih banyaknya eksportir sebagai pembeli bahan baku rumput
laut, sehingga pasokan bahan baku di dalam negeri menjadi berkurang.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 25


Dalam rangka pelaksanaan SKB (Surat Keputusan Bersama) 5 Menteri dan 1
Lembaga tentang sinergitas kegiatan pengembangan rumput laut tanggal 24
Februari 2011 khususnya untuk pengembangan di Indonesia bagian timur,
maka kegiatan Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan Klaster Industri
Hasil Laut perlu dilaksanakan dalam rangka untuk mensinkronisasikan
program pengembangan industri pengolahan hasil laut nasional baik pusat
dan daerah melalui pendekatan klaster.
Pada tahun 2014 sudah dilaksanakan kegiatan Rapat persiapan dan Rapat
Koordinasi di Nusa Tenggara Barat, Rapat teknis bersama Asosiasi Industri
Rumput Laut Indonesia (ASTRULI), Rapat koordinasi dalam rangka
penyusunan road map rumput laut, Rapat koordinasi industri pengolahan
rumput laut, Rapat teknis klaster hasil laut, Pengujian sampel minyak ikan di
BBIA serta penyusunan laporan akhir kegiatan.

(b) Bantuan Unit Pendingin (cold storage) Ikan (Dana Optimalisasi)

Kegiatan ini ditujukan dalam rangka mendukung pengembangan industri


pengolahan ikan laut merupakan salah satu bentuk perencanaan ruang untuk
sektor strategis yang diharapkan dapat mendorong percepatan peningkatan
nilai tambah produksi dari hasil laut lainnya melalui dukungan sarana dan
prasarana berupa unit pendingin (cold storage).
Pada tahun 2014 kegiatan Bantuan Unit Pendingin (cold Storage) Ikan
merupakan dana optimalisasi dan masih di blokir. Dengan adanya Inpres No.
4 Tahun 2014, maka anggaran dilakukan penghematan.

3. Analisis Kinerja Sasaran

Pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro dalam pencapaian kinerja


sasaran seperti yang telah direncanakan dalam Rencana Strategis, Rencana Kinerja
Tahunan yang kemudian ditetapkan sebagai perjanjian kontrak seperti dalam
Dokumen Penetapan Kinerja Tahun 2014 mencakup pengukuran kinerja sasaran
dalam perspektif pemangku kepentingan (stakeholder) dan perspektif pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi (tupoksi).

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 26


Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakehoder)

Pengukuran kinerja sasaran strategis perspektif stakeholders mempunyai 5 (lima)


sasaran strategis dengan 8 (delapan) indikator kinerja utama, yaitu:

1) Tingginya nilai tambah industri.


Nilai tambah industri dimaksud adalah nilai tambah hasil produksi sektor
industri agro yang merupakan selisih antara nilai output dengan nilai input.
Sasaran strategis ini dicapai melalui indikator kinerja utama:
a) Laju pertumbuhan industri agro dengan target pada tahun 2014 sebesar 6,53
persen.
b) Kontribusi industri agro terhadap PDB nasional dengan target pada tahun
2013 sebesar 9,03 persen.

Laju pertumbuhan industri diukur melalui pertumbuhan nilai tambah sektor


industri agro sesuai data dari BPS.

Kontribusi industri agro terhadap PDB nasional diukur melalui besaran


presentase kontribusi sektor industri agro terhadap PDB secara keseluruhan
tanpa migas. Data diperoleh dari BPS.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat
pada tabel berikut:

Tabel 3.9. Capaian IKU dari Tingginya nilai tambah industri

TW III
TW III 2014
Sasaran 2013
IKU Satuan
Strategis Capaian Target Realisasi Capaian
(%) (%)
Tingginya Laju 63,03 6.53 8,24 126,18 Persen
nilai tambah pertumbuhan
industri industri agro
Kontribusi 101.87 9.03 9.63 106,64 Persen
industri agro
terhadap PDB
nasional

Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan capaian tahun 2013,
indikator laju pertumbuhan industri agro mengalami peningkatan capaian yang
signifikan dari sebesar 63.03 persen capaian tahun 2013 menjadi sebesar 126,18

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 27


persen capaian tahun 2014. Hal ini terjadi karena realisasi laju pertumbuhan
industri agro pada tahun 2014 sebesar 8,24 persen jauh lebih tinggi
dibandingkan targetnya yang hanya sebesar 6,53 persen. Disisi lain, capaian
tahun 2013 lebih rendah dari target yang ditetapkan yaitu sebesar 5,87 persen
dengan realisasi sebesar 3,70 persen.

Meningkatnya realisasi laju pertumbuhan industri agro dari 3,70 persen pada
tahun 2013 menjadi 8,24 persen pada tahun 2014 disebabkan oleh meningkatnya
realisasi laju pertumbuhan industri agro sektor industri makanan,minuman dan
tembakau dengan realisasi sebesar 8,80 persen. Selain sektor industri tersebut,
sektor industri barang kayu dan hasil hutan lainnya serta kertas dan barang
cetakan juga meningkat realisasinya yaitu masing-masing sebesar 7,27 persen
dan 5,12 persen.

Faktor-faktor penyebab peningkatan pertumbuhan industri agro tersebut


diantaranya adalah:

Industri Makanan, Minuman dan Tembakau :


Menurunnya impor bahan baku dan barang jadi makanan, minuman dan
tembakau.
Meningkatnya permintaan pasar domestik karena adanya Pemilu 2014
serta pasar internasional karena menguatnya ekonomi negara-negara di
Eropa dan Amerika Serikat.
Meningkatnya utilisasi produksi, kapasitas produksi dan produksi industri
pengolahan kakao, industri pengolahan kopi, dan industri minyak goreng
sawit.

Industri Hasil Hutan dan Perkebunan :


Menurunnya ekspor kayu log sebagai bahan baku industri pengolahan
kayu akibat diberlakukannya Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK).
Meningkatnya ekspor furniture kayu ke negara tujuan ekspor di Eropa dan
Amerika Serikat serta RRC
Meningkatnya utilisasi produksi industri pengolahan kayu dan industri
oleokimia.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 28


Pertumbuhan sektor industri agro sampai dengan triwulan III tahun 2014 masih
relatif tinggi melebihi pertumbuhan ekonomi indonesia karena didukung oleh
pertumbuhan ketiga sektor industri agro yaitu sektor industri makanan,
minuman dan tembakau, industri barang kayu dan hasil hutan lainnya serta
industri kertas dan barang cetakan.

Upaya yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Industri Agro dalam
mengatasi berbagai permasalahan program pengembangan industri agro melalui
kebijakan-kebijakan dan program yang mendorong peningkatan daya saing
industri agro, antara lain:

(1) Memperkuat struktur industri dengan mendorong investasi di bidang industri


hilir agro melalui promosi investasi dan usulan pemberian insentif untuk
investasi di bidang industri agro tertentu maupun di daerah tertentu serta
disinsentif (seperti BK kakao dan CPO serta larangan ekspor bahan baku
rotan).

(2) Mengurangi beban biaya logistik dan distribusi dengan berpartisipasi aktif
mengusulkan perbaikan infrastruktur (pelabuhan dan jalan) dan efisiensi
pelayanan (jasa pelabuhan, transportasi).

(3) Mengingkatkan produktifitas SDM dan R&D industri agro baik dibidang
teknologi proses, produk dan manajemen untuk efisiensi dan peningkatan
daya saing industri agro.

(4) Restrukturisasi permesinan melalui bantuan keringanan permodalan serta


pengembangan iklim usaha dalam rangka mempertahankan investasi industri
yang ada dan mengembangkan atau menarik investasi baru di sektor industri
agro.

Tabel 3.10. Laju Pertumbuhan Sektor Industri Agro (Persen)


TW III TW III
Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012
2013 2014
1. Makanan, minuman dan tembakau 11.22 2.78 9.14 7.74 2,86 8,80
2. Barang kayu dan hasil hutan lainnya -1.38 -3.47 0.35 -2.78 6,67 7,27
3. Kertas dan barang cetakan 6.34 1.67 1.40 -5.26 6,04 5,12
Industri Agro 9.17 2.01 7.29 5.18 3,54 8,24
Sumber: BPS, data diolah.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 29


Berdasarkan data pada tabel diatas, dari tahun 2009 sampai dengan triwulan III
2014, cabang industri makanan, minuman dan tembakau selalu berkontribusi
positif dalam pertumbuhannya, sedangkan dua sektor lain cenderung mengalami
perubahan signifikan, dari pertumbuhan negatif menjadi positif, terutama di
cabang industri barang kayu dan hasil hutan lainnya yang pernah tumbuh
sebesar -1,38 persen pada tahun 2009 menjadi 7,27 persen pada periode
triwulan III tahun 2014.

Indikator kinerja kontribusi industri agro terhadap PDB nasional periode


triwulan III tahun 2014 dibandingkan periode triwulan III tahun 2013,
realisasinya mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu dari 9,28 persen
menjadi 9,63 persen. Dari sisi capaian kinerja juga mengalami peningkatan, dari
sebesar 101,87 persen pada periode triwulan III tahun 2013 menjadi sebesar
106,64 persen pada periode triwulan III tahun 2014.

Tabel 3.11. Kontribusi Sektor Industri Agro Terhadap PDB Nasional (Persen)
TW III TW III
Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012
2013 2014
1. Makanan, minuman dan tembakau 7.50 7.23 7.37 7.58 7,50 7,81
2. Barang kayu dan hasil hutan lainnya 1.43 1.25 1.14 1.04 1,01 1,03
3. Kertas dan barang cetakan 1.09 1.02 0.93 0.81 0,77 0,78
Industri Agro 10.02 9.50 9.44 9.43 9,28 9,63
Sumber: BPS, data diolah.

Dari data pada tabel diatas, konstribusi semua sub sektor industri agro
cenderung menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 kontribusi industri
agro bisa mencapai 10,02 persen, menjadi sebesar 9,50 persen pada tahun 2010,
9,44 persen pada tahun 2011, 9,43 persen pada tahun 2012 dan 9,28 persen pada
triwulan III tahun 2013 dan 9,63 persen pada triwulan III tahun 2014. Kontribusi
tertinggi sektor industri agro terhadap PDB Nasional selama satu periode RPJMN
2009 - 2014 diraih oleh sektor industri makanan, minuman dan tembakau
dengan nilai sebesar 7,81 persen pada periode triwulan III tahun 2014 atau
sebesar Rp. 571,32 triliun, meningkat dari tahun 2013 sebesar 7,50 persen atau
sebesar Rp. 488,91 triliun.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 30


2) Tingginya penguasaan pasar dalam negeri dan luar negeri.
Penguasaan pasar produk industri baik dalam maupun luar negeri dimaksudkan
untuk meningkatkan penjualan produk industri agro di pasar dalam negeri
dibandingkan dengan seluruh pangsa pasar serta meningkatkan nilai ekspor
produk industri agro di pasar luar negeri sehingga dapat meningkatkan
rasio/perbandingan nilai ekspor industri agro terhadap nilai ekspor keseluruhan.
Sasaran ini dicapai melalui indikator kinerja utama:

a) Kontribusi ekspor produk industri agro terhadap ekspor nasional dengan


target pada tahun 2014 sebesar 12,5 persen.
b) Pangsa pasar produk industri agro nasional terhadap total permintaan di
pasar dalam negeri dengan target pada tahun 2013 sebesar 14 persen.

Kontribusi ekspor produk industri agro terhadap ekspor nasional diukur melalui
nilai penghitungan peningkatan nilai ekspor produk industri agro terhadap
terhadap total ekspor nasional.

Pangsa pasar produk industri agro nasional terhadap total permintaan di pasar
dalam negeri diukur melalui nilai perbandingan pangsa pasar produk industri
agro di dalam negeri terhadap total permintaan pasar dalam negeri.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat
pada tabel berikut:

Tabel 3.12. Capaian IKU dari tingginya penguasaan pasar dalam negeri dan
luar negeri

2013 2014
Sasaran
IKU Capaian Target Realisasi Capaian Satuan
Strategis
(%) (%)
Tingginya Kontribusi ekspor 121.58 12,5 35,98 287,84 Persen
penguasaan produk industri
pasar dalam agro terhadap
negeri dan luar ekspor nasional
negeri Pangsa pasar 147.04 14 32,32 230,85 Persen
produk industri
agro nasional
terhadap total
permintaan di
pasar dalam
negeri

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 31


Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan capaian tahun 2013,
indikator kontribusi ekspor produk industri agro terhadap ekspor nasional
mengalami peningkatan pada tahun 2014 yaitu dari 121,58 persen menjadi
287,84 persen. Indikator pangsa pasar produk industri agro nasional terhadap
total permintaan di pasar dalam negeri, dibandingkan dengan capaian tahun
2013 juga mengalami peningkatan yaitu dari 147,04 persen menjadi 230,85
persen pada tahun 2014.

Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam meningkatkan penguasaan pasar


produk industri adalah:

(1) Memfasilitasi dan koordinasi dengan instansi terkait (sektor on farm)untuk


peningkatan produktifitas dan efisiensi on farm, pembatasan ekspor produk
primer serta diversifikasi penggunaan bahan baku alternatif produk agro.

(2) Meningkatkan penguasaan pasar dalam negeri dan ekspor melalui


pameran/promosi industri agro baik domestik maupun internasional.

3) Meningkatnya produktivitas SDM industri.


Dengan kokohnya faktor-faktor penunjang industri nasional diharapkan dapat
mendukung tercapainya tujuan industri agro.
Sasaran ini dicapai dengan Indikator Kinerja Utama:
a) Tingkat produktifitas dan kemampuan SDM industri agro dengan target pada
tahun 2014 sebesar 250.000 rupiah/tenaga kerja.

Tingkat produktifitas dan kemampuan SDM industri agro diukur melalui


perbandingan antara realisasi nilai tambah industri dengan jumlah tenaga kerja
yang terlibat pada industri tersebut.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat
pada tabel berikut:

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 32


Tabel 3.13. Capaian IKU dari Meningkatnya produktivitas SDM industri

Sasaran 2013 2014


IKU Satuan
Strategis Capaian Target Realisasi Capaian
Meningkatnya Tingkat 980.43 250.000 2.713.514 1085,41 Rupiah/
produktivitas produktifitas Tenaga
SDM industri dan Kerja
kemampuan
SDM industri
agro

Dari sisi capaian, IKU tingkat produktifitas dan kemampuan SDM industri agro
mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan capaian
pada tahun 2013. Pada tahun 2013, capaiannya adalah sebesar 980,43 persen
sedangkan capaian pada tahun 2014 adalah sebesar 1085,41 persen. Peningkatan
produktifitas dan kemampuan SDM industri agro ini dilakukan melalui:

(1) Meningkatkan mutu produk industri agro dengan melakukan


pelatihan/workshop cara produksi yang baik, HACCP serta meningkatkan
jumlah produk industri agro untuk diberlakukan SNI wajib dan melakukan
lomba desain untuk produk furniture.
(2) Meningkatkan produktifitas SDM dan R&D industri agro baik di bidang
teknologi proses, produk dan manajemen untuk efisiensi dan peningkatan
daya saing industri agro.

4) Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri.


Struktur industri dimaksud adalah perimbangan antara industri hulu dan
industri antara serta bagaimana kemampuan kandungan lokal digunakan dalam
produksi. Sasaran ini dicapai dengan Indikator Kinerja Utama:
a) Jumlah investasi industri agro hulu dan antara dengan target pada tahun 2014
sebesar 85 jumlah.

b) Jumlah produk dengan Tingkat Kandungan Lokal > 40% sebesar 18 produk.
Jumlah investasi industri agro hulu dan hilir diukur melalui penghitungan
realisasi ijin invetasi baru maupun pengembangan. Data bersumber dari BKPM.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat
pada tabel berikut:

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 33


Tabel 3.15. Capaian IKU dari Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri

Sasaran 2013 2014


IKU Satuan
Strategis Capaian (%) Target Realisasi Capaian (%)
Kuat, lengkap Jumlah investasi 1128.05 85 1.021 1201,17 Jumlah
dan dalamnya industri agro hulu
struktur dan antara
industri Jumlah produk 0 18 18 100 Jumlah
dengan TKDN > produk
40%

Tingkat capaian indikator jumlah investasi industri agro hulu dan antara pada
tahun 2014 adalah sebesar 1201,17 persen, meningkat signifikan sebesar 73,12
persen dibanding tingkat capaian pada tahun 2013 yang hanya sebesar 1128,05
persen.

Realisasi investasi baru dan pengembangan bidang industri agro adalah sebanyak
1021 jumlah perusahaan yang terdiri dari 34 perusahaan di sektor industri hasil
hutan dan perkebunan, 961 perusahaan di sektor industri makanan, hasil laut
dan perikanan serta 26 perusahaan di sektor industri minuman dan tembakau.

Melihat perkembangan investasi di sektor industri hasil hutan dan perkebunan


cukup positif, untuk sector industri pengolahan kayu tahun 2014 terdapat 18
perusahaan yang melakukan investasi baik untuk pembangunan pabrik baru
maupun perluasan usaha, nilai investasi yang dapat diserap dari sector kayu
adalah sebesar Rp. 548,7 Milyar rupiah, industri pulp dan kertas terdapat
14 perusahaan yang melakukan investasi baik pembangunan pabrik baru
maupun perluasan dengan nilai 1,57 trilyun rupiah dan terakhir adalah investasi
industri karet sebanyak 4 perusahan dengan nilai investasi Rp 209 milyar. Sektor
industri ini mampu menyerap investasi yang tinggi karena merupakan sektor
industri yang padat modal.

Secara keseluruhan jumlah investasi Industri hasil hutan dan perkebunan


mencapai 34 perusahaan dengan nilai Investasi 18,11 trilyun rupiah, lebih tinggi
dari target yang ditetapkan sebanyak 20 perusahaan. Selain itu kondisi investasi
tahun 2014 juga lebih baik dari tahun 2013 dimana investasi untuk sektor
industri pengolahan kayu sebanyak 23 perusahaan dengan nilai investasi 190,3
milyar rupiah dan sektor industri hilir kelapa sawit sebanyak 5 perusahaan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 34


dengan nilai 6,1 trilyun rupiah sehingga secara keseluruhan ada 28 perusahaan
dengan nilai investasi 6,29 trilyun rupiah, kedepan diharapkan dengan dukungan
pemerintah dan penciptaan iklim usaha yang kondusif investasi di sektor industri
hasil hutan dan perkebunnan semakin meningkat dan diharapkan dapat tumbuh
40 perusahan per tahun dalam jangka menengah ini.

Pertumbuhan investasi di industri makanan,hasil laut dan perikanan pada tahun


2014 untuk PMDN sebanyak 295 perusahaan dengan nilai Rp. 13.934,3 Milyar,
sedangkan pertumbuhan investasi PMA sebanyak 666 perusahaan senilai US$
2.547,1 juta. Pertumbuhan investasi yang cukup besar ini disebabkan semakin
meningkatnya permintaan produk industri makanan di dalam negeri dan juga
sudah semakin kondusifnya iklim investasi di Indonesia.

Sementara itu di tahun 2014 jumlah perusahaan yang berencana melakukan


investasi di bidang industri minuman dan tembakau di Triwulan III tahun 2014
mencapai 12 perusahaan dan meningkat menjadi sekitar 26 perusahaan melalui
program MP3EI di triwulan IV. Perusahaan tersebut diantaranya PT. Bogasari
Flour Mills Indonesia, PT Multi Bintang Indonesia Tbk, PT. Indofood CBP Sukses
Makmur dan PT. Yupi Indo Jelly Gum.

Tingkat pencapaian indikator jumlah produk dengan TKDN > 40% pada tahun
2014 adalah sebesar 18 produk, meningkat dari capaian pada tahun 2013.
Industri Hasil Hutan dan Perkebunan mempunyai 18 produk yang sudah
bersertifikasi TKDN dari kementerian Perindustrian yang terdiri 14 produk
industri pengolahan kayu dan 4 produk industri pengolahan kertas.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 35


Perspektif Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi)

Pengukuran kinerja sasaran strategis perspektif Tupoksi mempunyai 8 (delapan)


sasaran strategis dengan 11 (sebelas) indikator kinerja utama, yaitu:

1) Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri.


Sasaran ini dicapai dengan Indikator Kinerja Utama:
a) Rekomendasi usulan insentif dengan target pada tahun 2014 sebesar 1 jenis.

Rekomendasi usulan insentif diukur dengan realiasi jumlah insentif yang


diusulkan oleh Direktorat Jenderal Industri Agro kepada Menteri Perindustrian
melalui Kepala BPKIMI yang bersumber dari usulan Direktorat di lingkungan
Direktorat Jenderal Industri Agro.

Realisasi, target serta capaian dari Indiaktor Kinerja Utama (IKU) dapat terlihat
pada tabel berikut:

Tabel 3.16. Capaian IKU dari Mengusulkan Insentif yang Mendukung


Pengembangan Industri

2013 2014
Sasaran Strategis IKU Capaian Target Realisasi Capaian Satuan
(%) (%)
Mengusulkan Rekomendasi 100 1 2 200 Jenis
Insentif yang usulan
Mendukung insentif
Pengembangan Perusahaan 60 15 22 146,67 Perusahaan
Industri Agro industri yang
memperoleh
insentif

Realisasi tingkat pencapaian indikator kinerja rekomendasi usulan insentif pada


tahun 2014 adalah sebesar 200 persen, dibandingkan pada tahun 2013 terjadi
perubahan dimana dari 2 jenis insentif yang akan diusulkan terealisasi sebanyak
1 jenis insentif. Pada tahun 2013, jenis insentif yang terealisasi adalah Tax
Allowance dan Bantuan Keringanan Pembiayaan Mesin dan/atau Peralatan.

Pada awalnya insentif yang akan diusulkan oleh Direktorat Jenderal Industri Agro
dalam rangka mendukung peningkatan daya saing industri agro di pasar dalam
negeri maupun luar negeri terdiri dari 5 jenis insentif yakni: Bea Keluar (BK), Bea

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 36


Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP), Tax Holiday, Tax Allowance, peraturan
pembatasan ekspor dan bantuan keringanan pembiayaan mesin/peralatan.

Realisasi capaian indikator kinerja jumlah perusahaan industri yang memperoleh


insentif pada tahun 2014 adalah sebesar 146,67 persen, meningkat 86,67 persen
dibanding realisasi capaian pada tahun 2013 yaitu sebesar 60 persen. Dari target
sebanyak 15 perusahaan yang memperoleh insentif, terealisasi sebanyak 22
perusahaan. Pada tahun 2014, perusahaan industri yang memperoleh insentif
berupa bantuan keringanan pembelian mesin dan/atau peralatan industri gula
sebanyak 22 perusahaan yang terdiri dari 14 PG dari PTPN X, 5 PG dari PT RNI I
dan 3 PG dari PT RNI.

Selain itu, Direktorat Industri Minuman dan Tembakau sudah memfasilitasi 1


perusahaan untuk mendapat Tax Allowance untuk perluasan PT. Nestle
Indonesia di Karawang dengan nilai investasi diatas US$ 200 juta, Direktorat
Industri Minuman dan Tembakau bersama Direktorat Makanan Hasil Laut dan
Perikanan, BKPM dan Ditjen Pajak sudah menandatangani permohonan insentif
tersebut, yaitu keringanan pajak sebesar 30% bertahap selama 5 tahun.
Meskipun capaian tahun 2014 ini hanya mencapai 50% dari target yang telah
ditentukan, namun outcome yang dihasilkan sangat besar bagi pertumbuhan
industri nasional, diharapkan dengan nilai investasi tersebut perusahaan dapat
menyerap tenaga kerja yang tinggi dan meningkatkan perekonomian di wilayah
tersebut. Dalam rangka mendorong tumbuhnya investasi baru Direktorat
Industri Hasil Hutan dan Perkebunan pada tahun 2014 mengusulkan 1 jenis
insentif untuk diberikan bagi dunia usaha, adapun insentif yang diusulkan adalah
pemberian tax holiday industri yang akan berinvetasi di bidang Pulp dan kertas
serta industri hilir kelapa sawit Usulan ini sudah sesuai dengan target yang
ditetapkan sebanyak 1 usulan di Tahun 2014, namun masih lebih rendah dari
pada usulan pada tahun 2013 yang terdapat 4 jenis usulan dimana tiga lainnya
adalah Tax Allowance, Bea Keluar dan Pelarangan Eskpor Rotan, dalam
pembangunan Jangka menengah Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
akan tetap mengusulkan pemberian insentif bagi investor-investor yang akan
menanamkan modal di dalam negeri di dalam kawasan. Sedangkan perusahaan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 37


yang diusulkan untuk mendapatkan insentif adalah 1 perusahaan PT. OKI Pulp
dan Paper untuk mendapatkan Tax Holiday dengan nilai investasi sebesar 29,1
Trilyun rupiah, pada prinsipnya pemberian tax holiday ini sudah dalam tahap
final dan tinggal menunggu persetujuan menteri keuangan.

2) Mengembangkan R & D di instansi dan industri.


Minimnya R & D menyebabkan lemahnya daya saing industri terhadap produk-
produk luar negeri yang masuk ke Indonesia. Sasaran ini dicapai dengan
Indikator Kinerja Utama:
a) Kerjasama R&D instansi dengan industri dengan target pada tahun 2013
sebanyak 1 kerjasama.

Indikator kerjasama R&D instansi dengan industri diukur melalui perhitungan


jumlah kerjasama yang dilakukan oleh unit kerja di lingkungan Direktorat
Jenderal Industri Agro dengan industri.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat terlihat
pada tabel berikut:

Tabel 3.17. Capaian IKU dari Mengembangkan R & D di instansi dan industri

2013 2014
Sasaran
IKU Capaian (%) Target Realisasi Capaian Satuan
Strategis
(%)
Mengembangkan Kerjasama 100 1 1 100 Kerjasama
R & D di instansi R&D instansi
dan industri dengan
industri

Dari tabel diatas terlihat bahwa realisasi indikator kerjasama R&D instansi
dengan industri pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2012 meningkat 100
persen yaitu 1 (satu) kerjasama R & D . Kerjasama R & D instansi dengan industri
dengan target tahun 2014 sebanyak 1 kerjasama, capaian pada triwulan tahun
2014 sudah dilakukan kerjasama antara Direktorat Industri Minuman dan
Tembakau dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember Serta Institut
Pertanian Bogor untuk melaksanakan kegiatan pelatihan di bidang industri
pengolahan kopi dan Penyusunan Roadmap Industri Pengolahan Kopi 2015-

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 38


2025 sehingga pencapaian pada tahun ini melampaui target atau sebesar 200%
diatas target.
Dari kerjasama tersebut dapat dihasilkan peta panduan pengembangan industri
pengolahan kopi untuk tahun 2015-2025 yang mana di dalamnya rencana
pengembangan kopi instan dan kopi roasting, yang mana untuk kopi roasting
akan dilakukan penyusunan SKKNI di tahun 2015. Karena selama ini nilai tambah
terbesar kopi adalah dari pengolahan dari green bean menjadi kopi roasting,
sedangkan untuk kopi instan, industri dalam negeri sudah cukup kuat dan
produk yang dihasilkan dapat bersaing dengan produk luar, sehingga diharapkan
dengan adanya roadmap kopi tersebut dapat menekan nilai ekspor dalam bentuk
green bean dan meningkatkan ekspor kopi olahan khususnya dari kopi roasting
ataupun kopi bubuk dan instan.

3) Memfasilitasi akses pembiayaan dan bahan baku untuk meningkatkan


kapasitas produksi.
Dalam upaya meningkatkan utilisasi kapasitas produksi industri agro, perlu
dilakukan fasilitasi dari pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Industri
Agro untuk memfasilitasi akses pembiayaan dan bahan baku.
Sasaran ini dicapai dengan Indikator Kinerja Utama:
a) Tingkat utilitas kapasitas produksi dengan target pada tahun 2014 sebesar
80 persen .
b) Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan dengan target pada
tahun 2014 sebesar 8 perusahaan.
c) Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku dengan target pada
tahun 2014 sebesar 15 perusahaan.

Indikator tingkat utilitasi kapasitas produksi diukur dengan penghitungan


besaran presentase penggunaan kapasitas terpasang dalam industri agro.

Perusahaan yang yang mendapat akses ke sumber pembiayaan diukur dengan


penghitungan jumlah perusahaan yang memanfaatkan fasilitasi yang dilakukan
unit kerja Ditjen Industri Agro dalam akses pembiayaan maupun keringanan
pembiayaan.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 39


Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku diukur dengan
penghitungan jumlah perusahaan yang memanfaatkan fasilitas/kemudahan
pasokan bahan baku.

Realisasi, target serta capaian dari Indiaktor Kinerja Utama (IKU) dapat terlihat
pada tabel berikut:

Tabel 3.18. Capaian IKU dari Memfasilitasi akses pembiayaan dan bahan baku
untuk meningkatkan kapasitas produksi

2013 2014
Sasaran
IKU Capaian (%) Target Realisasi Capaian Satuan
Strategis
(%)
Memfasilitasi Tingkat 98.53 80 74,61 93,26 Persen
akses utilisasi
pembiayaan dan kapasitas
bahan baku produksi
untuk Perusahaan 100 8 24 300 Perusahaan
meningkatkan yang
kapasitas mendapat
produksi akses ke
sumber
pembiayaan
Perusahaan 360.00 15 67 446,67 Perusahaan
yang
mendapat
akses ke
sumber
bahan baku

Realisasi capaian indikator tingkat utilisasi kapasitas produksi pada tahun 2014
adalah sebesar 93,26 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan realisasi capaian
pada tahun 2013 yang mencapai 98,53 persen. Target utilisasi pada tahun 2013
dan 2014 sama-sama sebesar 80 persen, dengan realisasi pada tahun 2014
sebesar 93,26 persen dan realisasi pada tahun 2013 sebesar 98,53 persen.

Tingkat realisasi tertinggi terjadi pada sektor industri hasil hutan perkebunan
yang mencapai nilai sebesar 82,70 persen dan sektor industri makanan,hasil laut
dan perikanan yang mencapai nilai sebesar 70,62 persen. Realisasi terendah
terjadi pada sektor industri minuman dan tembakau yang hanya mencapai nilai
sebesar 70,52 persen.

Kapasitas yang relatif masih rendah di sektor industri minuman dan tembakau
disebabkan oleh sebagian besar industri minuman dan tembakau masih

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 40


bergantung pada bahan baku impor, dengan adanya dampak gejala iklim ekstrim
menyebabkan terhambatnya pasokan bahan baku impor, disamping harga bahan
baku yang juga naik. Disamping itu produksi juga dipengaruhi oleh terganggunya
pasar dalam negeri akibat maraknya produk ilegal dan impor produk minuman
berkualitas rendah dengan harga murah. Produksi beberapa industri makanan
dan minuman di daerah Jabodetabek juga terganggu akibat adanya demo-demo
buruh yang menuntut kenaikan upah.

total kapasitas industri minuman dan tembakau di tahun 2014 ini mencapai
sekitar 13.426 ribu ton namun realisasi produksi hanya mencapai 9.468 ribu ton,
hal ini disebabkan diantaranya oleh utilitas industri pengolahan teh dan
tembakau yang masih di bawah 70%.

Indikator perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan, tingkat


capaian pada tahun 2014 adalah sebesar 325 persen, meningkat secara signifikan
sebesar 225 persen dibanding dengan tingkat capaian pada tahun 2013 sebesar
100 persen. Target tahun 2014 adalah sebanyak 8 perusahaan dan terealisasi
sebanyak 26 perusahaan.

Untuk Direktorat Industri Makanan,Hasil Laut dan Perikanan, perusahaan yang


mendapat akses ke sumber pembiayaan pada tahun 2014 sebanyak
22 perusahaan gula yaitu 14 PG dari PTPN X, 5 PG dari PT RNI I dan 3 PG dari PT
RNI II. Sedangkan di Direktorat Industri Minuman dan Tembakau, perusahaan
yang mendapat akses ke sumber pembiayaan dengan target 2014 sebanyak
2(dua) perusahaan, untuk mencapai sasaran yang ditentukan Direktorat Industri
Minuman dan Tembakau sudah melaksanakan pengadaan bantuan
mesin/peralatan guna memfasilitasi industri dalam meningkatkan nilai tambah
produknya, pada tahun ini untuk meningkatkan kemampuan daerah
menghasilkan produk olahan, Direktorat Industri Minuman dan Tembakau telah
melaksanakan bantuan mesin peralatan peningkatan teknologi es balok dan
cooling unit susu kepada KUD yang ada di Propinsi Maluku, Sulawesi Utara, Jawa
Barat dan Jawa Timur, dengan harapan meningkatnya produksi produk hasil
olahan yang memiliki nilai tambah yang tinggi. Pada direktorat industri hasil

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 41


hutan dan perkebunan, belum ada perusahaan yang mendapatkan akses ke
sumber pembiayaan pada tahun 2014.

Indikator perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku, tingkat


capaian pada tahun 2014 adalah sebesar 446,67 persen, meningkat signifikan
dibandingkan capaian pada tahun 2013 yang hanya sebesar 360 persen. Target
tahun 2014 adalah sebanyak 15 perusahaan dan terealisasi sebanyak 67
perusahaan, sedangkan pada tahun 2013, ditargetkan sebanyak 14 perusahaan
dan terealisasi sebanyak 18 perusahaan.

Pada sektor industri makanan hasil laut dan perikanan, jumlah perusahaan yang
mendapat akses ke sumber bahan baku sebanyak 27 perusahaan melalui fasilitas
BMDTP (Bea Masuk Ditanggung Pemerintah) berikut daftar perusahaan
penerima BMDTP :
Tabel 3.19 Daftar Perusahaan Penerima BMDTP di Dit IMHLP
No Nama Perusahaan No Nama Perusahaan
PT. Charoen Pokphand
1 15 PT. Citra Ina Feedmill
Indonesia
2 PT. Metro Inti Sejahtera 16 PT Malindo feedmill
3 PT. Wonokoyo Jaya Corporindo 17 PT Feedmill Indonesia
4 PT. Wonokoyo Jaya Kusuma 18 PT Japfa Comfeed Indonesia
5 PT. Sinta Prima Feedmill 19 PT Cheil Jedang Superfeed
6 PT. Cargill Indonesia 20 PT Cheil Jedang Feed Lampung
7 PT. Kerta Mulya Saripakan 21 PT CJ Feed Medan
PT. Bintang Jaya Proteina
8 22 PT CJ Feed Jombang
Feedmill
9 PT. Matahari Sakti 23 PT. Suri Tani Pemuka
10 PT. Sierad Produce 24 PT. Indojaya Agrinusa
11 PT. Sinar Indochem 25 PT Welgro Feedmill Indonesia
PT. Central Proteina Prima
12 PT. Mabar Feed Indonesia 26
Group
13 PT. Sabas Indonesia 27 PT. Wirifa Sakti
14 PT. Gold Coin Indonesia
Dalam rangka mendukung perusahaan untuk memperoleh akses bahan baku,
Direktorat industri hasil hutan dan perkebunan berupaya mendukung
ketersediaan bahan baku kayu legal dengan membangun 2 (dua) terminal kayu di
Bitung Sulawesi Utara dan Kendal Jawa Tengah, sedangkan dalam hal legalitas
kayu pada tahun 2014, direktorat industri hasil hutan dan perkebunan telah
memberikan bantuan sertifikasi legalitas kayu kepada 10 perusahaan dengan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 42


hasil 6 perusahaan lolos dan 4 perusahaan gugur dalam memperoleh sertifikat
legalitas kayu. Kondisi ini sesuai dengan target dan lebih baik dari pada tahun
2013. Direktorat industri Minuman dan Tembakau sudah menerima
3 permohonan rekomendasi dari perusahaan untuk melakukan impor bahan
baku produk tertentu yaitu PT.Ultra Jaya, PT. Tang Mas dan PT. Ciracasindo.
Dengan adanya akses perusahaan ke sumber bahan baku diharapkan perusahaan
tersebut terus meningkatkan kapasitas dan daya saing sehingga bisa menjadi
pilar yang kuat untuk pengembangan industri ke depan.

4) Memfasilitasi promosi industri.


Promosi industri perlu dilakukan guna meningkatkan pengenalan produk-produk
kepada calon konsumen serta peningkatan pangsa pasar baik di pasar dalam
negeri maupun luar negeri
Sasaran ini dicapai dengan Indikator Kinerja Utama:
a) Perusahaan mengikuti seminar/konferensi, pameran, misi dagang/investasi,
promosi produk/jasa dan investasi industri dengan target pada tahun 2014
sebesar 210 perusahaan.

Indikator perusahaan yang mengikuti seminar/konferensi, pameran, misi


dagang/investasi, promosi produk/jasa dan investasi industri diukur melalui
penghitungan jumlah perusahaan yang mengikuti kegiatan tersebut baik di dalam
maupun luar negeri.

Realisasi, target serta capaian dari Indiaktor Kinerja Utama (IKU) dapat terlihat
pada tabel berikut:

Tabel 3.20. Capaian IKU dari Memfasilitasi promosi industri

2013 2014
Sasaran
IKU Capaian Target Realisasi Capaian Satuan
Strategis
(%) (%)
Memfasilitasi Perusahaan 149.5 210 325 154,76 Perusahaan
promosi mengikuti
industri seminar/konferensi,
pameran, misi
dagang/investasi,
promosi
produk/jasa dan
investasi industri

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 43


Capaian indikator perusahaan mengikuti seminar/konferensi, pameran, misi
dagang/investasi, promosi produk/jasa dan investasi industri pada tahun 2014
adalah sebesar 154,76 persen, meningkat cukup signifikan dibandingkan capaian
tahun 2013 yang bernilai sebesar 149.5 persen.

Pada tahun 2014, dari target sebanyak 210 perusahaan terealisasi sebanyak
325 perusahaan. Kegiatan yang difasilitasi diantaranya adalah:

Event pameran yang dilakukan baik di dalam dan luar negeri merupakan
bentuk partisipasi IHHP dalam rangka melakukan promosi investasi dan
pemeran produk-produk, adapun kegiatan yang di fasilitasi adalah
International Furnishing Show IMM di Koln Jerman diikuti 25 perusahaan,
International furniture expo di Shanghai, China 16 perusahaan, Iffina di Jakarta
8 perusahaan, Trade expo Indonesia TEI di Jakarta diikuti oleh 68 perusahaan,
dan IFEX (International Furniture Expo) yang diikuti 62 perusahaan, sehingga
secara keseluruhan pada tahun 2014 jumlah perusahaan yang difasilitasi
untuk mengikuti pameran adalah 176 perusahaan hal ini lebih tinggi dari
target yang ditetapkan sebanyak 60 perusahaan, kondisi ini lebih tinggi dari
tahun 2013 yang mencapai 143 perusahaan.
Sampai dengan tahun 2014, Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan telah memfasilitasi 56 perusahaan untuk mengikuti
pameran/promosi dagang baik di dalam negeri maupun di luar negeri,
seminar/konferensi internasional. Adapun event promosi industri yang diikuti
oleh Dit Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan antara lain Partisipasi
Pameran The 39th International Food and Baverage Exhibition diikuti oleh 16
perusahaan, Agrinex diikuti oleh 2 perusahaan, SIAL China Asia's Leading
Professional Food & Beverage Exhibition diikuti oleh 4 perusahaan, Pameran
Makanan dan Minuman Kementerian Perindustrian diikuti oleh 16
perusahaan, Pameran Produksi Indonesia 2014 diikuti oleh 9 perusahaan,
Agrowisata Indonesia 2014 di Bali diikuti oleh 2 perusahaan, Hari Kakao
Indonesia 2014 di Makassar diikuti oleh 21 perusahaan, dan Hari Pangan
Sedunia diikuti oleh 1 perusahaan.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 44


Perusahaan mengikuti seminar/konferensi, pameran, misi dagang/investasi,
promosi produk/jasa dan investasi industri dengan target 50 di tahun 2014,
sementara Pada tahun 2014 Direktorat Industri Minuman dan tembakau
sudah mengakomodasi sebanyak 75 perusahaan melalui lebih dari 5 (lima)
event pameran di dalam maupun luar negeri yaitu diantaranya pameran
Agrinex 2014 yang diselenggarakan di Jakarta, Pameran Agrowisata di Bali,
Pameran BICO di Jogjakarta, Foodex Japan 2014 yang diselenggarakan di
Makuhari Messe, Prefektur Chiba dan Pameran dan Seminar Kopi Nusantara
2014 yang dilaksanakan di Plaza Industri Jakarta, perusahaan yang mengikuti
pameran tersebut diantaranya PT. Niramas, PT. Kalbe International, PTPN VIII,
PT. Dua Kelinci, PT Santos Jaya Abadi, PT. Nestle Indonesia, PT. Arafah Tea,
PT Glen Nevis Gunung Terong, PT Excelso Multirasa, PT. Maju Jaya Pohon
Pinang dan PT. Garuda Food Putra Putri Jaya.
Kegiatan yang di koordinir oleh Sekretariat Ditjen Industri Agro berhasil
memfasilitasi pameran di Plaza Industri sebanyak 50 perusahaan pada tahun
2014.

5) Memfasilitasi penerapan standardisasi.

Standardisasi sebagai bentuk dari non tariff barrier terhadap masuknya produk-
produk impor sangat diperlukan. Sasaran ini dicapai dengan Indikator Kinerja
Utama:
a) SNI yang diberlakukan secara wajib dengan target pada tahun 2014 sebesar
1 (satu) SNI.

Indikator SNI yang diberlakukan secara wajib diukur melalui perhitungan jumlah
SNI yang diberlakukan secara wajib di lingkungan Direktorat Jenderal Industri
Agro.

Realisasi, target serta capaian dari Indiaktor Kinerja Utama (IKU) dapat terlihat
pada tabel berikut:

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 45


Tabel 3.21. Capaian IKU dari Memfasilitasi penerapan standardisasi

2013 2014
Sasaran
IKU Capaian Target Realisasi Capaian Satuan
Strategis
(%) (%)
Memfasilitasi SNI yang 100 1 1 100 RSNI
penerapan diberlakukan
standardisasi secara wajib

Indikator kinerja rancangan SNI yang diusulkan pada tahun 2014, tingkat
capaiannya adalah sebesar 100 persen, sama dengan tingkat capaian pada tahun
2013 yang hanya sebesar 100 persen. Target pada tahun 2013 adalah sebanyak
1 SNI wajib yang ditargetkan dan terealisasi sebanyak 1 SNI yaitu SNI Wajib
Minyak Goreng Sawit Berfortifikasi Vitamin A, sedangkan pada tahun 2014, dari
target sebanyak 1 SNI terealisasi sebanyak 1 SNI yaitu SNI Wajib Kopi Instant.

SNI bertujuan untuk meningkatkan perlindungan konsumen, membantu


kelancaran perdagangan dan mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam
perdagangan sehingga produk-produk yang telah memenuhi SNI dapat dijamin
kualitasnya sesuai dengan yang dipersyaratkan. Bagi pelaku usaha dengan
menerapkan SNI pada produknya akan membuat produknya menjadi lebih
kompetitif dipasaran.

Dengan adanya standardisasi produk maka produsen akan memproduksi sesuai


standar yang telah ditetapkan, dengan demikian produk yang beredar dipasar
seluruhnya akan sama dalam hal kualitas, sehingga konsumen tidak akan
dibingungkan lagi dengan kualitas yang bermacam-macam. Kondisi ini akan
mencegah terjadinya perang harga yang akan merugikan semua pihak
(konsumen dan produsen), akan tetapi akan menimbulkan persaingan
pelayanan/services diantara para produsen yang pada akhirnya akan
menguntungkan produsen maupun konsumen dan menjadikan pasar lebih sehat
(keseimbangan pasar relatif stabil).

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 46


6) Meningkatnya kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta
kewirausahaan

Guna meningkatkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal


Industri Agro dalam hal kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta
kewirausahaan yang dikoordinasikan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kementerian Perindustrian. Sasaran ini dicapai dengan Indikator Kinerja Utama:
1) Sertifikasi asessor dengan target pada tahun 2014 adalah 3 orang.
2) Jumlah Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) di sektor
industri agro dengan target pada tahun 2014 adalah 3 SKKNI per tahun
Realisasi, target serta capaian dari Indiaktor Kinerja Utama (IKU) dapat terlihat
pada tabel berikut:

Tabel 3.22. Capaian IKU dari Meningkatkan kualitas pelayanan publik

2013 2014
Sasaran
IKU Capaian Target Realisasi Capaian Satuan
Strategis
(%) (%)
Meningkatnya Sertifikasi asessor 100 3 32 1000 Orang
kualitas Jumlah Standar - 3 0 0 SKKNI per
lembaga Kompetensi Kerja tahun
pendidikan Nasional Indonesia
dan pelatihan (SKKNI)
serta
kewirausahaan

Untuk indikator sertifikasi asessor dari target sebanyak 3 orang telah


direalisasikan sebesar 32 orang meningkat cukup signifikan dari tahun lalu
sebesar 100 persen menjadi 1000 persen. Sertifikasi Asessor dengan target 3
orang, sampai triwulan IV telah ada 20 orang tersertifikasi Asessor dan 10 orang
tersertifikasi penyusunan dokumen, dan di tahun 2014 ini Direktorat Industri
Minuman dan Tembakau melalui kegiatan Fasilitasi dan Koordinasi Dalam
Penerapan SKKNI Industri Minuman dan Tembakau telah melakukan
pembentukan lembaga LSP dan pembentukan tempat uji kompetensi bidang
industri minuman dan sertifikasi assessor yang dilaksanakan melalui pihak ke-III,
tahun ini pendirian LSP sudah dilaksanakan sepenuhnya. Pada tahun 2014,
terdapat satu orang yang mengikuti sertifikasi asessor yaitu sertifikasi Petugas
Pengawas Standar Barang atau Jasa di Pabrik (PPSP). Capaian tersebut
memenuhi target yang ditetapkan, sehingga nilai capaian 100%. Di Direktorat

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 47


Industri Minuman dan Tembakau, terdapat 1 (Satu) orang yang mengikuti
sertifikasi asessor yaitu sertifikasi Petugas Pengawas Standar Barang atau Jasa di
Pabrik (PPSP). Capaian tersebut memenuhi target yang ditetapkan, sehingga nilai
capaian 100%. Pada tahun 2014, Direktorat Industri Hasil Hutan dan
Perkebunan telah menciptakan 1 (Satu) orang assessor di bidang SVLK kondisi
ini sesuai dengan target yang ditetapkan dan lebih baik dari tahun 2013 yang
belum memiliki Assesor.

7) Meningkatnya budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan staf.

Sasaran ini bertujuan untuk meningkatkan budaya pengawasan guna


meminimalisir atau bahkan menghilangkan penyimpangan pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi.
Sasaran ini dicapai dengan Indikator Kinerja Utama:
a) Terbangunnya sistem pengendalian intern di unit kerja dengan target pada
tahun 2014 sebesar 4 satker.

Indikator kinerja utama diatas diukur melalui capaian realisasi terbangunnya


sistem pengendalian intern di unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal
Industri Agro melalui tersusunnya SOP Pelaksanaan Kegiatan Ditjen Industri
Agro. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3.23. Capaian IKU dari Meningkatkan Budaya Pengawasan pada Unsur
Pimpinan dan Staf

2013 2014
Sasaran
IKU Capaian Target Realisasi Capaian Satuan
Strategis
(%) (%)
Meningkatkan Terbangunnya 100 4 4 100 Satker
Budaya Sistem
Pengawasan Pengendalian
pada Unsur Intern di Unit
Pimpinan dan Kerja
Staf

Realisasi indikator kinerja ini tahun 2014 dibandingkan tahun 2013 sama yaitu
sebesar 100 persen, dikarenakan semua unit kerja di lingkungan Direktorat
Jenderal Industri Agro telah mengikuti pelatihan Satgas SPIP yang dilaksanakan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 48


oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian. Diharapkan pada tahun
berikutnya sudah bisa terbangun sistem pengendalian intern di masing-masing
unit kerja. Sistem pengendalian intern di unit kerja Direktorat Industri Minuman
dan Tembakau sudah dapat dilaksanakan dengan penyusunan Standar Operation
Procedure (SOP) untuk kegiatan penyusunan anggaran, pelaporan, rekomendasi
dan RSNI. Budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan staf telah berjalan
dengan baik, antara lain melalui pelaksanaan Standar Operasional Prosedur
(SOP) yang benar, sehingga dapat terbangun suatu Sistem Pengendalian Intern di
unit kerja Direktorat Industri Makanan, Hasil laut dan Perikanan. Begitupun juga
sama halnya di Setditjen Industri Agro dan Dit Industri Hasil Hutan dan
Perkebunan.
Perspektif Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

Pengukuran kinerja sasaran strategis perspektif peningkatan kapasitas


kelembagaan mempunyai 5 (lima) sasaran strategis dengan 11 (sebelas) indikator
kinerja utama, yaitu:

1) Berkembangnya kemampuan SDM aparatur yang kompeten.


Sumber daya manusia sebagai aparatur pemerintah yang kompeten akan
menghasilkan kinerja yang mampu mendukung terealisasinya pencapaian target
kinerja instansi. Sasaran ini dicapai melalui indikator kinerja utama:
a) Standar kompetensi SDM aparatur dengan target pada tahun 2014 sebesar
3 indeks.
b) SDM aparatur yang kompeten dengan target pada tahun 2014 sebesar 90
persen.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat
pada tabel berikut:

Tabel 3.24. Capaian IKU dari Mengembangkan Kemampuan SDM Aparatur


Yang Kompeten

Sasaran 2013 2014


IKU Satuan
Strategis Capaian (%) Target Realisasi Capaian (%)
Berkembangnya Standar 0 3 0 0 Indeks
Kemampuan kompetensi SDM
SDM Aparatur aparatur
Yang Kompeten SDM aparatur 0 90 0 0 Persen
yang kompeten

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 49


Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan pencapaian tahun
2013, indikator standar kompetensi SDM aparatur mengalami stagnan sampai
dengan tahun 2014 yaitu tidak ada perubahan dalam pencapaian target,
dikarenakan belum dibuatnya standar kompetensi SDM aparatur dilingkungan
Direktorat Jenderal Industri Agro.

Pada tahun 2008 pernah dilakukan kajian mengenai standar kompetensi yang
dibutuhkan di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Agro, namun tidak pernah
direviu dan diperbaharui.

Dikarenakan belum adanya standar kompetensi SDM aparatur di lingkungan


Direktorat Jenderal Industri Agro, maka belum bisa ditentukan atau diukur
tingkat realisasi SDM aparatur yang kompeten.

2) Terbangunnya organisasi yang profesional dan pro bisnis.


Sebagai sebuah organisasi yang menjadi bagian dari lembaga pemerintah,
dituntut untuk menjadi organisasi yang profesional dan pro bisnis yang
mementingkan kepentingan industri binaan serta stakeholders yang dilayani.
Sasaran ini dicapai dengan Indikator Kinerja Utama:
a) Penerapan sistem manajemen mutu dengan target pada tahun 2014 sebesar
4 satker.

Indikator penerapan sistem manajemen mutu diukur melalui penghitungan


satuan kerja yang telah menerapkan sistem manajemen mutu dan diakreditasi
oleh lembaga berwenang.

Realisasi, target serta capaian dari Indiaktor Kinerja Utama (IKU) dapat terlihat
pada tabel berikut:

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 50


Tabel 3.25. Capaian IKU dari Membangun organisasi yang profesional dan pro
bisnis

2013 2014
Sasaran
IKU Capaian Target Realisasi Capaian Satuan
Strategis
(%) (%)
Terbangunnya Penerapan 0 4 0 0 Satker
organisasi sistem
yang manajemen
profesional mutu
dan pro bisnis

Capaian indikator kinerja tersebut diatas masih sama dengan capaian pada tahun
2014 yaitu 0 persen, karena belum ada unit kerja di lingkungan Direktorat
Jenderal Industri Agro yang menerapkan sistem manajemen mutu. Diharapkan
pada tahun berikutnya rencana ini dapat terwujud agar pelayanan kepada
stakeholders semakin meningkat.

3) Terbangunnya sistem informasi yang terintegrasi dan handal.


Sistem informasi yang terintegrasi dan handal dibutuhkan oleh lingkungan
internal dan eksternal guna mendukung dalam pengambilan keputusan serta
memberikan kemudahan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.

Sasaran ini dicapai dengan Indikator Kinerja Utama:


a) Tersedianya sistem informasi online dengan target pada tahun 2014 sebesar
1 paket.
b) Pengguna yang mengakses dengan target pada tahun 2014 sebesar 25.000
pengguna.

Indikator tersedianya sistem informasi online diukur melalui penghitungan


ketersediaan sistem informasi berbasis web.

Pengguna yang mengakses diukur dengan penghitungan jumlah pengguna yang


mengakses web Ditjen Industri Agro selama 1 (satu) tahun.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat terlihat
pada tabel berikut:

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 51


Tabel 3.26. Capaian IKU dari Membangun Sistem Informasi yang Terintegrasi dan
Handal

2013 2014
Sasaran
IKU Capaian Target Realisasi Capaian Satuan
Strategis
(%) (%)
Membangun Tersedianya 100 1 1 100 Paket
Sistem Informasi sistem
yang informasi
Terintegrasi dan online
Handal Pengguna yang 104 25.000 444.843 1779 Jumlah
mengakses Pengguna

Tingkat pencapaian indikator kinerja tersedianya sistem informasi online adalah


sebesar 1779 persen pada tahun 2014, meningkat 1675 persen dari tingkat
pencapaian indikator kinerja pada tahun 2013 sebesar 104 persen. Hal ini
disebabkan bahwa website Direktorat Jenderal Industri Agro telah dibangun
sejak tahun 2006 dan setiap tahun diperbaharui dengan melakukan beberapa
perubahan terhadap konten maupun feature nya. Alamat website Direktorat
Jenderal Industri Agro adalah http://agro.kemenperin.go.id
Situs ini memuat data dan informasi mengenai industri agro. Ketersediaan data
pada database merupakan tanggung jawab unit kerja di lingkungan Direktorat
Jenderal Industri Agro. Pada tahun 2013 dilakukan pengembangan website
dengan mendesain tampilan baru memuat informasi terbaru berupa teks dan
multimedia. Sebagai gambaran untuk dapat menelusuri informasi yang berada
pada Website Industri Agro dapat dilihat melalui halaman utama / menu beranda
seperti tampilan sebagai berikut :

Gambar 3.1. Halaman Muka Website Ditjen Industri Agro

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 52


Tingkat pencapaian indikator sasaran pengguna yang mengakses website
Direktorat Jenderal Industri Agro sampai akhir tahun 2014 adalah sejumlah
444.843 pengguna dari target sebesar 25.000 atau dengan capaian sebesar 1779
persen. Meningkatnya jumlah pengguna website Ditjen Industri Agro akibat
adanya penayangan media cetak dan elektronika Success Story Kinerja Industri
Agro.
Untuk pengembangan sistem informasi industri agro berbasis online, Sekretariat
Direktorat Jenderal Industri Agro telah mengembangkan sistem informasi
investasi industri agro melalui aplikasi e-si agro sebanyak 1 (satu) paket. Pada
tahun 2014, realisasi jumlah paket sistem informasi industri agro meningkat
sebesar 2 (Dua) paket dari target yang ditetapkan sebanyak 1(satu) paket.
Capaian indikator pengembangan sistem informasi industri agro meningkat 200
persen pada tahun 2014 dibanding capaian tahun 2013

4) Meningkatnya kualitas perencanaan dan pelaporan.


Perencanaan yang matang akan menghasilkan output dan hasil yang berkualitas.
Setiap program maupun kegiatan juga harus sesuai dan mengacu kepada
panduan di atasnya seperti Undang-Undang No.3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian, Kebijakan Industri Nasional yang sudah ditetapkan menjadi
Dokumen Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 dan Dokumen Rencana
Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2010-2014 serta Dokumen Rencana
Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2010-2014
Sasaran strategis ini dicapai melalui indikator kinerja utama:
a) Tingkat kesesuaian pelaksanaan kegiatan terhadap dokumen perencanaan
dengan target pada tahun 2014 sebesar 100 persen.
b) Tingkat ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan dengan target pada tahun
2014 sebesar 85 persen.
c) Nilai SAKIP Ditjen Industri Agro dengan target pada tahun 2014 sebesar 70
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat
pada tabel berikut:

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 53


Tabel 3.28 Capaian IKU dari Meningkatnya kualitas perencanaan dan
pelaporan

2013 2014
Sasaran
IKU Capaian Target Realisasi Capaian Satuan
Strategis
% %
Meningkatnya Tingkat 100 85 85 100 Persen
kualitas ketepatan
perencanaan waktu
dan pelaksanaan
pelaporan kegiatan
Tingkat 100 100 100 100 Persen
kesesuaian
pelaksanaan
kegiatan dengan
dokumen
perencanaan
Nilai Sakip 77,71 70 70 100 Nilai
Ditjen Industri
Agro

Dilihat dari aspek pencapaian target, indikator kesesuaian pelaksanaan kegiatan


dengan dokumen perencanaan pada tahun 2014 mencapai realisasi 100 persen,
sama dengan tingkat capaian pada tahun 2013. Hal ini disebabkan oleh seluruh
kegiatan yang dilaksanakan di lingkup Ditjen Industri Agro sesuai dengan DIPA
TA 2014.

Pencapaian target indikator tingkat ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan pada


tahun 2014 adalah sebesar 100 persen dengan realisasi sebesar 100 persen.
Tingkat pencapaian ini sama dengan realisasi pada tahun 2013 yang mencapai
sebesar 100 persen. Tingkat capaian tersebut dapat tercapai disebabkan telah
disusunnya rencana kegiatan pada awal tahun sesuai dengan rencana penarikan
anggaran yang dibuat oleh masing-masing koordinator kegiatan dilingkup Ditjen
Industri Agro
Dari aspek capaian nilai SAKIP Ditjen Industri Agro pada tahun 2013 dari target
yang ditetapkan yaitu 70, Ditjen Industri Agro berhasil memperoleh nilai sebesar
77,81 dengan capaian melebihi 100 persen dan pada tahun 2014 nilai SAKIP
Ditjen Industri Agro ditargetkan mencapai nilai 70 dengan realisasi minimum
mencapai nilai 70 yang akan dilaksanakan setelah dilakukan pada bulan Februari
2015.
Dari aspek tingkat ketepatan waktu penyampaian laporan dari target yang
ditetapkan sebesar 100 persen, realisasi indikator tingkat ketepatan waktu

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 54


penyampaian laporan pada tahun 2014 adalah sebesar 100 persen. Nilai ini sama
dengan tingkat pencapaian pada tahun 2013. Hal ini disebabkan oleh
Penyampaian Laporan Triwulanan sesuai PP39 Tahun 2006, Laporan Monev
Bappenas, Laporan Monev Anggaran, dan Laporan Realiasi Keuangan serta
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan oleh Biro Perencanaan Kemenperin, Biro Keuangan Kemenperin,
Bappenas dan Menpan RB.

5) Meningkatkan sistem tata kelola keuangan dan BMN yang profesional.


Perencanaan yang baik akan meningkatkan efektifitas pelaksanaannya serta
mencegah/meminimalisir tingkat penyimpangan. Perencanaan yang sudah
dilaksanakan diperlukan pelaporan sebagai bahan evaluasi pembuatan
perencanaan periode berikutnya serta memperbaiki penyimpangan yang terjadi.

Sasaran ini dicapai dengan Indikator Kinerja Utama:


a) Tingkat penyerapan anggaran dengan target pada tahun 2014 sebesar 90
persen.
Indikator tingkat penyerapan anggaran diukur dengan realisasi penyerapan
keuangan pada tahun 2014 yang ditargetkan sebesar 90 persen.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat terlihat
pada tabel berikut:

Tabel 3.29. Capaian IKU dari Meningkatkan Sistem Tata Kelola Keuangan dan
BMN yang Profesional

2013 2014
Sasaran
IKU Capaian Target Realisasi Capaian Satuan
Strategis
% %
Meningkatkan Tingkat 80,27 90 85,30 94,77 Persen
Sistem Tata Penyerapan
Kelola Anggaran
Keuangan dan
BMN yang
Profesional

Tingkat pencapaian indikator kinerja tingkat penyerapan anggaran pada tahun


2014 adalah sebesar 94,77 persen, meningkat dari tingkat capaian tahun 2013 yang

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 55


hanya 80,27 persen atau dengan realisasi sebesar 85,30 persen dan target sebesar
90 persen.

Jumlah anggaran (DIPA) Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2014 adalah
sebesar Rp.268.303.300.000,- setelah dilakukan revisi anggaran menjadi sebesar
Rp.199.275.906.000,-. Adapun Realisasinya adalah sebesar Rp. 169.982.842.429,-
atau sebesar 85,30 persen lebih rendah dibandingkan target sebesar 90 persen.

Hal ini terjadi karena ada beberapa kegiatan swakelola yang belum terlaksanakan
serta adanya kegiatan pihak ketiga yang tidak terlaksana sehingga ke depannya
perlu perencanaan yang lebih baik lagi.Pencapaian sasaran strategis berdasarkan
tiga perspektif dapat dirangkum seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3.30. Capaian IKU dari Tiga Perspektif

No. CAPAIAN
PERSPEKTIF
2014 2013
1. Perspektif Pemangku 448,30 330,25
Kepentingan(Stakeholders)
2. Perspektif Proses Pelaksanaan Tupoksi 246,18 103,69
3. Perspektif Peningkatan Kapasitas 241,57 70,89
Kelembagaan
Rata-rata 312,02 168,28

Berdasarkan tabel tersebut diatas, terlihat bahwa ada peningkatan tingkat


pencapaian indikator kinerja sasaran sesuai dengan tiga perspektif. Perspektif
pemangku kepentingan pada tahun 2014 telah mencapai tingkat pencapaian rata-
rata sebesar 448,30 lebih tinggi dibandingkan tingkat pencapaian pada tahun 2013
yang bernilai sebesar 330,25 persen.

Dari sisi perspektif proses pelaksanaan tupoksi pada tahun 2014 telah mencapai
246,18 persen, mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun 2013
yang hanya sebesar 103,69 persen.

Dari sisi perspektif peningkatan kapasitas kelembagaan, pada tahun 2014 telah
mencapai 241,57 persen, mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan
tingkat pencapaian pada tahun 2013 yang hanya sebesar 70,89 persen.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 56


Secara keseluruhan, rata-rata tingkat pencapaian sasaran strategis dari 3 perspektif
pada tahun 2014 mencapai nilai 312,02 persen, mengalami kenaikan dibandingkan
tingkat pencapaian tahun 2013 yang hanya sebesar 168,28 persen.

Hasil yang telah dicapai dari perspektif peningkatan kapasitas kelembagaan


memberi dukungan terhadap pencapaian sasaran strategis perspektif tugas pokok
dan fungsi Direktorat Jenderal Industri Agro serta akan berdampak pada
pencapaian realisasi sasaran strategis dari sisi perspektif pemangku kepentingan
(stakeholdes) sebagaimana tergambarkan dalam peta strategi Direktorat Jenderal
Industri Agro.

4. ANALISIS CAPAIAN KINERJA RENCANA STRATEGIS 2010 2014

Berdasarkan dokumen perencanaan strategis (renstra) Direktorat


Jenderal Industri Agro, secara umum capaian kinerja terhadap dokumen tersebut
adalah sebagai berikut :

Tabel 3.31. Capaian Kinerja Pembangunan Direktorat Jenderal


Industri Agro pada tahun 2010 - 2014
Outcome/Outp Target Realisasi
Program/Kegiatan Indikator
ut 2010 2011 2012 2013 2014 2014
Revitalisasi dan Pulihnya Pada tahun 80% 74,61%
Pertumbuhan pertumbuhan 2014,
Industri Agro industri agro utilitasi
meningkatnya kapasitas
nilai tambah produksi
industri pulih
berbasis agro mencapai
75%
sebagaima
na sebelum
krisis
Prioritas Nasional
Pengembangan Terbentuknya Lokus 3 3 3 3 3 3
klaster industri kawasan Pengemba
berbasis industri ngan
pertanian, berbasis MSM
oleochemical di 3 propinsi

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 57


Outcome/Outp Target Realisasi
Program/Kegiatan Indikator
ut 2010 2011 2012 2013 2014 2014
Revitalisasi Terlaksanany Jumlah 2 5 6 6 6 9
Industri Gula a kegiatan kegiatan
rencana aksi pelaksanaa
revitalisasi n rencana
industri gula aksi
untuk mendukun
mencapai g
swasembada revitalisasi
gula industri
gula
Prioritas Bidang Perekonomian
Pengembangan Meningkatnya Lokus 4 4 4 4 4 4
klaster industri peran dan Pengemba
furniture, kertas fungsi ngan
dan bahan bakar kelembagaan Klaster
nabati klaster

Pengembangan Meningkatnya Lokus 4 4 4 4 4 6


klaster industri peran dan Pengemba
kelapa, kakao, fungsi ngan
gula, rumput laut kelembagaan Klaster
dan perikanan klaster

Pengembangan Meningkatnya Lokus 4 6 6 6 6 7


klaster industri peran dan Pengemba
buah, kopi, susu fungsi ngan
dan tembakau kelembagaan Klaster
klaster
Non Prioritas
Standarisasi Terwujudnya Rumusan 4 4 4 4 4 8
Industri standarisasi SNI dan
Makanan, Hasil produk Revisi SNI
Laut dan industri industri
Perikanan makanan, makanan,
hasil laut dan hasil laut
perikanan dan
perikanan

Standarisasi Terwujudnya Rumusan 13 13 20 20 20 12


Industri Hasil standarisasi SNI dan
Hutan dan produk Revisi SNI
Perkebunan industri hasil industri
hutan dan hasil hutan
perkebunan dan
perkebuna
n

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 58


Outcome/Outp Target Realisasi
Program/Kegiatan Indikator
ut 2010 2011 2012 2013 2014 2014

Standarisasi Terwujudnya Rumusan 3 4 5 5 5 5


Industri standarisasi SNI dan
Minuman dan produk Revisi SNI
Tembakau industri industri
minuman dan minuman
tembakau dan
tembakau

Ketahanan Ketersediaan Unit mesin 2 2 2 2 2 0


Pangan dan dan
diversifikasi peralatan
produk pengolahan
pangan yang makanan,
mendukung hasil laut
ketahanan dan
pangan perikanan
yang
mendukun
g
ketahanan
pangan

Kegiatan Terlaksanany Frekuensi 10 15 20 20 20


Penunjang a sinkronisasi pameran,
pameran, jumlah
kerjasama pelatihan,
internasional, jumlah
penyusunan rapat dan
database, sidang
penyusunan kerjasama
kinerja, internasion
pelatihan ISO al dan
22000, jumlah
Partisipasi rapat dan
Sidang ACCSQ sosialisasi
pada industri
agro

Pada tahun 2014, tingkat utilisasi kapasitas produksi sebesar 74,61%,


capaian tersebut dibawah target yaitu 80%. Nilai tersebut dikarenakan
meningkatnya jumlah industri baru yang berkembang namun belum melakukan
produksi, disamping itu tidak diimbangi dengan persediaan bahan baku, sehingga

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 59


utilitas beberapa produksi menurun, seperti industri kakao, daging olahan dan
lainnya.

A. Prioritas Nasional :

1. Revitalisasi Industri Gula

Untuk mendukung terlaksananya kegiatan rencana aksi revitalisasi gula


untuk mencapai swasembada gula, jumlah kegiatan pelaksanaan rencana
aksi mendukung revitalisasi industri gula berjumlah 9 kegiatan. Hal ini
melebihi target yang telah ditetapkan yaitu 6 kegiatan. Kegiatan-kegiatan
tersebut meliputi:
- Bantuan Keringanan Pembiayaan Mesin/peralatan Pabrik Gula Dalam
Rangka Revitalisasi Industri Gula
- Konsultansi Manajemen Dan Monitoring Industri Gula (KMM - Industri
Gula)
- Lembaga Penilai Independen Industri Gula (LPI - Industri Gula)
- Fasilitasi Dan Koordinasi Pelaksanaan Revitalisasi Industri Gula
- Konsultasi Bimbingan Sistem Manajemen Mutu
- Pelaksanaan Audit Teknologi Industri Gula rafinasi
- Evaluasi Persediaan Raw Sugar dan Pendistribusian Gula Kristal
Rafinasi
- Survey Kebutuhan Gula Rafinasi untuk Industri Makanan dan
Minuman
- Verifikasi Kontrak dan Penyaluran Gula Kristal Rafinasi

2. Pengembangan klaster industri berbasis pertanian, oleochemical

Dengan telah dikeluarkan Inpres No. 1 Tahun 2010 tentang percepatan


Pelaksanaan Pembangunan Tahun 2010 maka diperlukan tugas, fungsi
dan kewenangan dalam rangka percepatan pelaksanaan Prioritas
Pembangunan Nasional Tahun 2010.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 60


Untuk mencapai sasaran pertumbuhan tersebut, prioritas dan arah
kebijakan pembangunan sektor industri adalah peningkatan daya saing
industri Minyak Sawit Mentah (MSM), dengan kebijakan diarahkan untuk
meningkatkan utilitas kapasitas terpasang, memperkuat struktur industri,
memperkuat basis produksi, memenuhi kebutuhan dalam negeri, memiliki
potensi ekspor serta mengolah sumber daya alam di dalam negeri.
Pembangunan kawasan ini merupakan output yang diharapkan selesai
dalam jangka waktu yang panjang 2010-2025. Beberapa kegiatan yang
mendukung pengembangan program tersebut antara lain :
a. Fasilitasi dan koordinasi dalam rangka pengembangan klaster hilir
kelapa sawit di Sumatera Utara, Riau Kalimantan Timur,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Papua.
b. Promosi investasi produk hilir kelapa sawit
c. Sinkronisasi Implementasi Kebijakan Pendukung Pengembangan
Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit

B. Prioritas Bidang Perekonomian:

1. Pengembangan Klaster Industri Kelapa, Kakao, Gula, Rumput Laut dan


Perikanan

Untuk mendukung peningkatan peran dan fungsi kelembagaan klaster,


Direktorat Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan telah
mengembangkan 6 lokus pengembangan klaster. Hal ini menunjukkan
bahwa Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan melebihi
target sebesar 4 lokus pengembangan klaster. Lokus pengembangan
klaster yang telah dikembangkan, meliputi:
- Provinsi Sulawesi Selatan (klaster industri kakao)
- Provinsi Sulawesi Tengah (klaster industri kakao)
- Provinsi Riau (klaster industri kelapa)
- Provinsi Sulawesi Utara (klaster industri kelapa)
- Provinsi Maluku (klaster industri rumput laut dan perikanan)
- Provinsi Jawa Timur (klaster industri gula)

2. Pengembangan Klaster Industri furniture, kertas dan bahan bakar nabati

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 61


Untuk mendukung peningkatan peran dan fungsi kelembagaan klaster,
Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan telah mengembangkan 4
lokus pengembangan klaster. Hal ini menunjukkan bahwa Direktorat
Industri Hasil Hutan dan Perkebunan tidak mencapai target sebesar 4
lokus pengembangan klaster. Lokus pengembangan klaster yang telah
dikembangkan, meliputi:
- Provinsi Sumatera Selatan (klaster industri karet)
- Provinsi Jambi (klaster industri karet)
- Provinsi Riau (klaster industri kertas dan bahan bakar nabati)
- Provinsi Sumatera Utara (klaster industri bahan bakar nabati)
- Provinsi Kalimantan Tengah (klaster industri furniture)
- Provinsi Sulawesi Barat (klaster industri furniture)
- Provinsi Sulawesi Tengah (klaster industri furniture)

C. Non Prioritas:

1. Standarisasi Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan


Untuk mendukung terwujudnya standarisasi produk industri makanan,
hasil laut dan perikanan, pada tahun 2014, Direktorat Industri Makanan,
Hasil Laut dan Perikanan menyusun 2 Rumusan SNI dan 6 Revisi SNI
industri makanan, hasil laut dan perikanan. Jumlah tersebut melebihi
target sebesar 4 buah. Rumusan SNI baru yang disusun sebagai berikut:
- RSNI Keripik Buah
- RSNI Roti Manis
Adapun revisi SNI yang disusun sebagai berikut:
- RSNI Keripik Tempe Goreng
- RSNI Lada Putih Bubuk
- RSNI Lemak Reroti
- RSNI Jipang Beras
- RSNI Tahu
- RSNI Roti Tawar

2. Standarisasi Industri Hasil Hutan dan Perkebunan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 62


Untuk mendukung terwujudnya standarisasi produk industri hasil hutan
dan perkebunan pada tahun 2014, Direktorat Industri Hasil Hutan dan
Perkebunan menyusun 10 Rumusan SNI Furniture dan 10 Revisi SNI Pulp
dan Kertas. Jumlah tersebut sesuai dengan target yang ditetapkan sebesar
20 RSNI/SNI.

3. Standarisasi Industri Minuman dan Tembakau


Untuk mendukung terwujudnya standarisasi produk industri minuman
dan tembakau pada tahun 2014, Direktorat Industri Minuman dan
Tembakau menyusun 5 Rumusan SNI. Jumlah tersebut sesuai dengan
target yang ditetapkan sebesar 5 RSNI/SNI. Rumusan SNI yang baru
disusun antara lain SNI Rokok Putih dan Cerutu, SNI Anggur, SNI Bir, SNI
Arak, SNI Susu Pasteurisasi, dan SNI Krimer Nabati Bubuk.

4. Ketahanan Pangan
Pada tahun 2014 Direktorat Jenderal Industri Agro tidak memberikan
bantuan mesin dan peralatan pengolahan makanan, hasil laut dan
perikanan yang mendukung ketahanan pangan, hal ini dikarenakan
kegiatan pembangunan pabrik pakan ternak di Papua Barat dihentikan,
kerena gagal lelang, sehingga kegiatan tersebut dilakukan penghematan.

5. Kegiatan Penunjang
Untuk mendukung tercapainya sasaran yang ditetapkan di dalam
RENSTRA Ditjen Industri Agro pada tahun 2014, Direktorat Jenderal
Industri Agro berpartisipasi pada 11 sidang kerjasama internasional, 19
pameran, dan mengadakan 2 pelatihan. Total kegiatan yang dilaksanakan
sebanyak 20 kegiatan, dan telah memenuhi target yang ditetapkan.
Sidang kerjasama internasional yang diikuti meliputi:

1. The Second World Cocoa Conference (WCC2) di Belanda

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 63


2. The 6th Bilateral Consultation Meeting and Overview for Sugar Trade
between Indonesia and Thailand di Thailand
3. Sidang Trade Policy Review (TPR) Republik Rakyat Tiongkok (RRT) di
Swiss
4. Sidang Codex Committee on General Principles (CCGP)di Perancis
5. Sidang The 89th Regular Session of the International Cocoa Council &
Other ICCO Meetings di Swiss
6. Sidang The 17th Meeting of The National Focal Point For Asean Cocoa
Club (ACC) on Joint Asean Cooperation In Agriculture And Forest
Products Promotion Schemedi Malaysia
7. Sidang The 90th Reguler Session of The International Cocoa Council &
Other ICCO Meetingsdi Inggris
8. Sidang AANPRC di Chiang Mai Thailand.
9. Sidang CCFA di Hongkong
10. Sidang CCPFVdi Amerika Serikat
11. Sidang PFPWG di Myanmar dan Vietnam

Kegiatan pameran yang diikuti Direktorat Jenderal Industri Agro pada


tahun 2014 meliputi:
1. Pameran The 39th Internasional Food and Beverage Exhibition
(Foodex) di Jepang
2. Pameran Salon International de I'Agroalimentaire (SIAL) 2014 di Paris
3. Pameran Asian Food Market (SIAL) Expo tanggal 12 - 16 Mei 2014 di
Shanghai China
4. Pameran Saudi Arabia Food Hotel and Hospitality 2014 di Jeddah, Arab
Saudi
5. Pameran Industri Peternakan Internasional VIV Europedi Utrecht,
Belanda
6. Pameran Agrinex 2014 di Jakarta
7. Pameran Makanan dan Minuman Kementerian Perindustrian 2014 di
Jakarta
8. Pameran Produksi Indonesia 2014 di Bandung

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 64


9. Pameran Agrowisata Indonesia 2014 di Bali
10. Pameran Hari Kakao Indonesia 2014 di Makassar
11. Pameran Trade Expo Indonesia (TEI) 2014 di Jakarta
12. Pameran Hari Pangan Sedunia (HPS) di Makassar
13. Pameran Agrinex Expo 2014 di Jakarta
14. Pameran Agrowisata di Bali
15. Pameran BICO di Jogja
16. Pameran Indonesia Coffee Festival di Bali
17. Coffee & Tea Expo di Dublin
18. Seoul International Coffee Show
19. Pameran Food Expo di Jepang tahun 2015

Pelatihan yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Industri Agro pada tahun


2014 sebagai berikut:
1. Pelatihan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik di Semarang.
2. Pelatihan SDM Pakan Ternak di Bogor
3. Pelatihan konservasi energi industri karet remah di Jambi dan
Banjarmasin
4. Pelatihan kempetensi SDM industri furniture bidang teknik produksi
di Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah

5. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 65


Berdasarkan capaian Penetapan Kinerja, Dokumen Rencana Strategis 2010-2014,
Realisasi Fisik dan realisasi penyerapan anggaran tahun 2014, maka rasio
penggunaan anggaran direktorat Jenderal Industri Agro dapat dirangkum sebagai
berikut:

Tabel 3.19. Rasio penyerapan anggaran terhadap capaian kinerja


Rasio terhadap
Capaian
No Uraian penyerapan anggaran
(%)
(%)
1 Penetapan Kinerja 312,02 365,79
2 Rencana Strategis 2010-2014 93.26 109,33
3 Realisasi Fisik 95,98 86,30
Rata-rata 187,14

Berdasarkan nilai tersebut, maka pencapaian ketiga capaian kinerja


tersebut tidak efisien, karena menggunakan 187,14% melebihi target yang
ditetapkan yaitu 100%.

6. ANALISIS PENYEBAB KEBERHASILAN/KEGAGALAN ATAU


PENINGKATAN/PENURUNAN KINERJA

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 66


Beberapa faktor yang mendukung peningkatan kinerja antara lain:

Kuatnya daya saing industri pengolahan sehingga bisa dilakukan penerapan SNI
Wajib Industri Agro

Tersedianya insentif untuk investasi baru atau perluasan industri agro

Banyaknya event pameran baik dalam dan luar negeri yang dapat dimanfaatkan
untuk promosi produk industri agro

Terbentuknya LSP dan pembentukan tempat uji kompetensi bidang industri


agro mempermudah penerapan sertifikasi assesor.

Tumbuhnya iklim investasi industri agro. Hal ini dapat dilihat dari munculnya
unit usaha baru pada tahun 2014, yang menyebabkan naiknya nilai ekspor
produk industri agro serta meningkatnya produkstivitas tenaga kerja.

Tersedianya insentif berupa BMDTP (Bea Masuk Ditanggung Pemerintah)


sehingga membantu industri dalam mendapatkan akses bahan baku.

Banyaknya event pameran baik dalam dan luar negeri yang dapat dimanfaatkan
untuk promosi produk industri agro.

Tersedianya insentif berupa tax allowance dan tax holiday sehingga membantu
industri dalam mendapatkan akses bahan baku.

Tumbuhnya iklim investasi industri agro, yang menyebabkan naiknya nilai


ekspor produk industri agro serta meningkatnya produkstivitas tenaga kerja.

Banyaknya event pameran baik dalam dan luar negeri yang dapat dimanfaatkan
untuk promosi produk hilir agro sehingga meningkatkan nilai ekspor.

Adapun faktor-faktor yang menghambat diantaranya:

Meningkatnya kapasitas produksi industri agro yang tidak diimbangi dengan


ketersediaan stok bahan baku sehingga menyebabkan utilitas produksi industri
agro dibawah target, seperti: industri kakao, industri pengolahan daging dan
industri gula rafinasi.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 67


Produk-produk furniture dengan nilai impor atau harga jual Rp. 2 juta atau lebih
per-unit atau satuan dikenakan pajak penjualan barang mewah sebesar 40 %
sesuai dengan PMK No. 570/KMK.04/2000 (pasal 4 lampiran IV butir j) dirasa
memberatkan industri furniture dalam negeri.

Penerapan PPN10% terhadap komoditas pertanian berdasarkan Surat Edaran


Dirjen Pajak Nomor SE-24/-PJ/2014, sekaligus memperkuat Keputusan MA
Nomor 70/P/-HUM/2013 yang menegaskan bahwa semua komoditas
pertanian, perkebunan, dan kehutanan dikenakan PPN 10%, hal ini
mengakibatkan berkurangnya stok bahan baku industri agro dalam negeri.

Kondisi pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat mempengaruhi


penurunan nilai ekspor industri agro.

Kampanye dan Daftar Negatif Investasi (DNI) yang diterapkan pada beberapa
komoditi industri agro.

Terbatasnya bahan baku dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan industri


mengakibatkan tidak tercapainya target utilitas produksi

Anggaran yang terus berubah-ubah di pertengahan tahun pelaksanaan

Data pendukung yang kurang aktual dan kurang berkualitas.

Alternatif solusi yang dapat dilakukan antara lain:

Bekerjasama dengan stakeholder yang menangani ketersediaan bahan baku


industri

Bekerja sama dengan intansi, asosiasi dan perusahaan untuk mendapatkan data
yang lebih aktual dan berkualitas

Melaksanakan perencanaan yang lebih matang dengan mempertimbangkan


adanya perubahan anggaran yang tiba-tiba di pertengahan tahun, sehingga
tidak menghambat pelaksanaan kegiatan

B. REALISASI ANGGARAN

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 68


Dari total anggaran di dalam DIPA Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2014
dengan total sebesar Rp. 199.275.906.000,- telah terealisasi sebesar
Rp. 169.982.842.429.000,- atau sebesar 72,24 persen. Realisasi DIPA sampai dengan
31 Desember 2014 berdasarkan Kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.31. Penyerapan Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro


Tahun 2014 Berdasarkan Kegiatan
Uraian Kegiatan Realisasi Capaian
No. Pagu Anggaran
(Rp.) (%)
(Eselon II) (Rp.)
1. Revitalisasi dan
Penumbuhan Industri Hasil 27.121.622.000,- 24.933.494.414 91,93
Hutan dan Perkebunan
2. Revitalisasi dan
Penumbuhan Industri 30.332.550.000,- 23.627.751.096 77,90
Minuman dan Tembakau
3. Revitalisasi dan
Penumbuhan Industri 98.317.854.000,- 81.455.271.590 82,85
Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan
4. Penyusunan dan Evaluasi
Program Revitalisasi dan 43.503.880.000,- 39.966.325.329 91,86
Penumbuhan Industri Agro

Total 199.275.906.000,- 169.982.842.429,- 85,30

Tingkat realisasi penyerapan anggaran pada tahun 2014 sebesar 85,30 persen
lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun 2013 sebesar 72,24 persen. Realisasi tertinggi
adalah pada kegiatan Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Hasil Hutan dan
Perkebunan yang dilaksanakan oleh Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
dengan realisasi sebesar 91,93 persen dan terendah pada kegiatan Revitalisasi dan
Penumbuhan Industri Minuman dan Tembakau yang dilaksanakan oleh Direktorat
Industri Minuman dan Tembakau dengan realisasi sebesar 77,90 persen.

Anggaran ditargetkan 90 persen dan terealisasi sebesar 85,30 persen pada tahun
2014. Melihat kondisi tersebut di atas, maka realisasinya dibawah dari target. Tidak

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 69


tercapainya target dikarenakan oleh rendahnya realisasi anggaran Direktorat Industri
Minuman dan Tembakau yang hanya 77,90 persen. Beberapa penyebab rendahnya
realisasi anggaran Direktorat Industri Minuman dan Tembakau antara lain :

1. Adanya wacana penghematan yang pada akhirnya tidak dilaksanakan, namun


menghambat percepatan pelaksanaan kegiatan
2. Terbatasnya data pendukung yang diperoleh sehingga informasi yang disajikan
kurang akurat dan aktual.
3. Kurangnya jumlah SDM akibat pegawai pensiun dan belum ada lagi penerimaan
pegawai baru yang diperlukan untuk menunjang kinerja industri minuman dan
tembakau.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 70

Anda mungkin juga menyukai