Psikosomatik Perbaikan Ujian
Psikosomatik Perbaikan Ujian
Oleh:
Felix Rico Suwandi
11 2015 344
Pembimbing:
dr. Marodjahan Siregar, Sp.KJ
3. Diagnosis
Pada umumnya pasien dengan gangguan psikosomatik datang ke dokter dengan keluhan
somatiknya. Jarang sekali keluhan psikis atau konfliknya dikeluhkan secara spontan. Keluhan
psikis yang menjadi stressornya baru akan muncul setelah dilakukan anamnesis yang baik dan
mendalam. Keluhan somatisnya sangat beraneka ragam dan sering berpindah-pindah dari satu
sistem organ ke organ lain. Gangguan psikosomatik pada orang yang tidak stabil, dapat
disebabkan bukan saja oleh stress yang luar biasa, tetapi juga oleh kejadian-kejadian dan keadaan
sehari-hari, umpamanya rumah tangga yang sibuk, terlalu banyak orang di dalam satu rumah,
suami atau istri yang tidak dapat menyesuaikan diri atau tidak mengindahkan keinginan satu
sama lain.2
Untuk itu, penting ditanyakan beberapa pertanyaan berikut dalam proses anamnesis:
- Faktor sosial dan ekonomi: kepuasan dalam pekerjaan; kesukaran ekonomi; pekerjaan yang
tidak tentu; hubungan dengan keluarga dan orang lain; minatnya; pekerjaan yang terburu-buru;
kurang terbiasa
- Faktor perkawinan: perselisihan, perceraian, dan kekecewaan dalam hubungan sexual; anak-
anak yang nakal dan menyusahkan.
- Faktor kesehatan: penyakit-penyakit yang menahun; pernah masuk rumah sakit; pernah
dioperasi; adiksi terhadap obat-obatan, tembakau, dan lain-lain
- Faktor psikologik: stress psikologik; keadaan jiwa waktu operasi; status dalam keluarga.2
5. Penatalaksanaan
Pertama tama kita dapat menerangkan kepada penderita tidak dapat sesuatu dalam tubuhnya
yang rusak atau yang kurang, tidak terdapat infeksi dan kanker, hanya anggota tubuhnya bekerja
tidak teratur. Untuk menerangkan bagaimana emosi dapat mengganggu tubuh dapat diambil
contoh sehari-hari seperti orang yang malu mukanya akan menjadi merah, orang yang takut
menjadi bergemetar dan pucat. 8
Setelah dibuat diagnosis gangguan psikosomatis, terdapat 3 fase terapi
yaitu:
Fase 1 : ialah fase pemeriksaan dan pemberian ketenangan, penderita dan dokter bersama-sama
berusaha dan saling membantu melalui anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik yang teliti dan
tes laboratorium bila perlu. Diusahakan membuktikan bahwa tidak terdapat penyakit organik dan
dijelaskan kepada penderita tentang mekanisme fisiologik serta keterangan tentang gejala-gejala.
Berikan kesempatan kepada penderita untuk bertanya.
Fase 2 : merupakan fase pendidikan, fase ini dokter lebih banyak bicara. Untuk memberi
keterangan tentang keluhan, meyakinkan serta menenangkan pasien
Fase 3 : ialah fase kesadaran intelektual dan emosional. Pada fase ini pasien yang lebih banyak
bicara. Terjadi pengakuan, katarsis dan wawancara psikiatrik. Hal ini harus berjalan sangat
pribadi, rahasia, tanpa sering terganggu dan dalam suasana penuh kepercayaaan dan pengertian.8
Kesimpulan
Gangguan psikosomatik merupakan gangguan yang melibatkan antara pikiran dan tubuh.
Hal ini berarti bahwa adanya faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis.Komponen
emosional memainkan peranan penting pada gangguan psikosomatik. Manifestasi penyakit fisik
juga sering diturunkan dan kepribadian seseorang. Gangguan psikosomatik dapat rnelibatkan
berbagai sistem organ di dalam tubuh sehingga memerlukan penanganan secara terintegrasi dari
ahli medis dan ahli psikiatri. Tujuan terapi haruslah mengerti motivasi dan mekanisme gangguan
fungsi dan untuk membantu pasien mengerti sifat penyakitnya. Tilikan tersebut harus
menghasilkan pola perilaku yang berubah dan lebih sehat.
Daftar pustaka
1.Mudjaddid, E. Shatri, Hamzah. Gangguan Psikosomatik: Gambaran Umum dan
Patofisiologinya. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II FK UI. Jakarta: Pusat
Penerbitan FKUI. 2006. p896-8
2. Maramis, W.F. Gangguan Psikosomatik. Dalam Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya:
Airlangga University Press. p339-72
3. Elvira, Sylvia D., Hadisukanto, Gitayanti. Faktor Psikologik Yang Mempengaruhi Kondisi
Medis (d/h Gangguan Psikosomatik). Dalam Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2010.p287-93
4. Hadi, Sujeno. Psikosomatik Pada Saluran Cerna Bagian Bawah. Dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam jilid II FK UI. Jakarta: Pusat Penerbitan FKUI. 2006. p907-9
5. Halim, S. Budi, dkk. Aspek Psikosomatik Hipertensi. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
jilid II FK UI. Jakarta: Pusat Penerbitan FKUI. 2006. p913-4
6. Putranto, Rudi. Mudjaddid, E. shatri, Hamzah. Sindrom Hiperventilasi. Dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam jilid II FK UI. Jakarta: Pusat Penerbitan FKUI. 2006. p920-1
7. . Djokomoeljanto, R. Gangguan endokrin. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II FK
UI. Jakarta: Pusat Penerbitan FKUI. 2006. p937-8\
8. Mudjaddid, E. Budihalim, S. Sukatman, D. Psikofarmaka dan Psikosomatik. Dalam Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam jilid II FK UI. Jakarta: Pusat Penerbitan FKUI. 2006. p901-2