TINJAUAN PUSTAKA
pada dewasa, sehingga epifisis dan metafisis ini akan menyatu pada saat itulah
merupakan bagian paling atas dari tulang panjang, metafisis merupakan bagian
yang lebih lebar dari ujung tulang panjang, yang berdekatan dengan diskus
Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum, yang
arteria nutrisi. Lokasi dan keutuhan dari pembuluh darah inilah yang menentukan
11
12
3.2 DEFINISI
dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang
menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada
lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa
trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan
Akibat trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan dan
arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat
menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut
patah tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat
menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.
3.3 KLASIFIKASI
dunia luar dibagi menjadi dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur
tertutup jika kulit diatas tulang yang fraktur masih utuh, tetapi apabila kulit
diatasnya tertembus maka disebut fraktur terbuka. Patah tulang terbuka dibagi
menjadi tiga derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berta
minimal
II Laserasi >2 cm, kontusi otot Dislokasi fragmen jelas
disekitarnya
III Luka lebar, rusak hebat, atau Kominutif, segmental, fragmen
sekitarnya
Tipe
Batasan
Klasifikasi lanjut fraktur terbuka tipe III (Gustillo dan Anderson, 1976) oleh
Tipe Batasan
IIIA Periosteum masih membungkus fragmen fraktur dengan kerusakan jaringan
Klasifikasi salter haris untuk patah tulang yang mengenai lempeng epifisis distal
Tipe 1 : Epifisis dan cakram epifisis lepas dari metafisis tetapi periosteumnya
masih utuh.
Tipe 2 : Periost robek di satu sisi sehingga epifisis dan cakram epifisis lepas sama
Tipe 4 : Terdapat fragmen patah tulang yang garis patahnya tegak lurus cakram
epifisis
Menurut Mansjoer (2000 : 346-347) dan menurut Appley Solomon (1995 : 238-
a. Greenstick, yaitu fraktur dimana satu sisi tulang retak dan sisi lainnya bengkok.
d. Obliq, yaitu fraktur yang garis patahnya miring membentuk sudut melintasi tula
a. Complet, yaitu garis fraktur menyilang atau memotong seluruh tulang dan
tulang lain.
bagian.
g. Fraktur dengan perubahan posisi, yaitu ujung tulang yang patah berjauhan dari
h. Fraktur tanpa perubahan posisi, yaitu tulang patah, posisi pada tempatnya yang
normal.
i. Fraktur Complikata, yaitu tulang yang patah menusuk kulit dan tulang terlihat.
3.4 ETIOLOGI
18
Fraktur terjadi bila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana
terjadinya fraktur
transversal dan kerusakan jaringan lunak. Benturan yang lebih keras disertai
trauma dan jaringan sekitar fraktur tidak mengalami kerusakan berat. Pada
olahragawan, penari dan tentara dapat pula terjadi fraktur pada tibia, fibula atau
Selain trauma, adanya proses patologi pada tulang seperti. tumor atau pada
penyakit Paget dengan energi yang minimal saja akan mengakibatkan fraktur.
Sedang pada orang normal hal tersebut belum tentu menimbulkan fraktur.
Penyebab dari terjadinya fraktur antara lain karena adanya trauma dan kelemahan
abnormal pada tulang. Jika satu tulang sudah pata, maka jaringan lunak sekitarnya
19
juga rusak dan dapat menembus kulis sehingga dapat terjadi kontaminasi oleh
lingkungan pada tempat terjadinya fraktur. Cidera yang terjadi juga dapat
perdarahan yang cukup berat sehingga membentuk bekuan darah yang kemudian
yang merangsang deposit kalsium sehingga terbentuk lapisan tebal (kalus) yang
terus menebal, meluas dan bersatu dengan fragmen tulang menyatu. Kalus tulang
akan mengalami remodelling dimana osteoblas akan membentuk tulang baru yang
1. Nyeri
2. Gangguan fungsi
Setelah terjadi fraktur ada bagian yang tidak dapat digunakan dan cenderung
karena fungsi normal otot tergantung pada integritas tulang yang mana tulang
3. Deformitas/kelainan bentuk
4. Pemendekan
Pada fraktur tulang panjang terjadi pemendekan yang nyata pada ekstremitas
yang disebabkan oleh kontraksi otot yang berdempet di atas dan di bawah
lokasi fraktur.
5. Krepitasi
Suara detik tulang yang dapat didengar atau dirasakan ketika fraktur
digerakkan.
Hal ini disebabkan oleh trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
3.7 DIAGNOSIS
Riwayat
atau fraktur sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang dia
konsumsi, merokok, riwayat alergi dan riwayat osteoporosis serta penyakit lain.
Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi / Look
palpasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi persendian diatas
dan dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan krepitasi
c. Gerakan / Moving
disingkirkan dengan pemeriksaan klinis dan radiologis. Saat pasien stabil, maka
Pemeriksaan Penunjang
22
dan urinalisa.
Radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two, terdiri dari :
cedera dan yang tidak terkena cedera (pada anak) ; dan dua kali,
3.8 PENATALAKSANAAN
splint. Status neurologis dan vaskuler di bagian distal harus diperiksa baik
23
sebelum maupun sesudah reposisi dan imobilisasi. Pada pasien dengan multiple
dengan menggunakan gips atau dilakukan operasi dengan ORIF maupun OREF.
reposisi terdiri dari reposisi tertutup dan terbuka. Reposisi tertutup dapat
dilakukan dengan fiksasi eksterna atau traksi kulit dan skeletal. Cara lain yaitu
dengan reposisi terbuka yang dilakukan padapasien yang telah mengalami gagal
reposisi tertutup, fragmen bergeser, mobilisasi dini, fraktur multiple, dan fraktur
patologis.
(shortening), fraktur unstabel serta kerusakan hebat pada kulit dan jaringan
sekitar
24
Jenis Fiksasi :
Traksi
Jenis traksi :
Skin traksi
Tujuan menarik otot dari jaringan sekitar fraktur sehingga fragmen akan
Traksi ini dipasang pada distal tuberositas tibia (trauma sendi koksea, femur,
lutut), pada tibia atau kalkaneus ( fraktur kruris). Adapun komplikasi yang dapat
terjadi pada pemasangan traksi yaitu gangguan sirkulasi darah pada beban > 12
masuknya pin
25
Indikasi OREF :
Fraktur Kominutif
Fraktur Pelvis
Non Union
Trauma multiple
ORIF ini dapat menggunakan K-wire, plating, screw, k-nail. Keuntungan cara ini
Indikasi ORIF :
a. Fraktur yang tak bisa sembuh atau bahaya avasculair nekrosis tinggi, misalnya
b. Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup. Misalnya fraktur avulse dan fraktur
dislokasi.
d. Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan
c. UNION
d. REHABILITASI
27
28
Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri atas lima fase, yaitu :
1. Fase hematoma
Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang
fraktur dan akan membentuk hematoma diantara kedua sisi fraktur. Hematoma
yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong dan dapat
mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi sehingga dapat terjadi
Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa milimeter dari daerah fraktur
akan kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah cincin
avaskuler tulang yang mati pada sisi-sisi fraktur segera setelah trauma.
Pada fase ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi
yang berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada
daerah endosteum membentuk kalus interna sebagai aktifitas seluler dalam kanalis
fraktur ini terjadi pertambahan jumlah dari sel-sel osteogenik yang memberi
29
pertumbuhan yang cepat pada jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari
pembekuan hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa minggu, kalus dari
fraktur akan membentuk suatu massa yang meliputi jaringan osteogenik. Pada
Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel
dasar yang berasal dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas membentuk
tulang rawan. Tempat osteoblast diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan
yang imatur. Bentuk tulang ini disebut sebagai woven bone. Pada pemeriksaan
radiologi kalus atau woven bone sudah terlihat dan merupakan indikasi radiologik
Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan diubah
menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi struktur
5. Fase remodeling
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru membentuk bagian yang
menyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Pada fase
30
remodeling ini, perlahan-lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik dan tetap terjadi
menghilang. Kalus intermediat berubah menjadi tulang yang kompak dan berisi
sistem Haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk
Komplikasi fraktur dapat diakibatkan oleh trauma itu sendiri atau akibat
a. Komplikasi umum
Syok karena perdarahan ataupun oleh karena nyeri, koagulopati diffus dan
Ketiga macam komplikasi tersebut diatas dapat terjadi dalam 24 jam pertama
pasca trauma dan setelah beberapa hari atau minggu akan terjadi gangguan
berupa emboli lemak, trombosis vena dalam (DVT), tetanus atau gas gangren
b. Komplikasi Lokal
Komplikasi dini
Komplikasi dini adalah kejadian komplikasi dalam satu minggu pasca trauma,
komplikasi lanjut.
32
Pada Tulang
pada fraktur tertutup. Keadaan ini dapat menimbulkan delayed union atau
Komplikasi sendi dan tulang dapat berupa artritis supuratif yang sering terjadi
pada fraktur terbuka atau pasca operasi yang melibatkan sendi sehingga terjadi
1. Lepuh , Kulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit superfisial
karena edema. Terapinya adalah dengan menutup kasa steril kering dan
2. Dekubitus.. terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang oleh gips. Oleh
karena itu perlu diberikan bantalan yang tebal pada daerah-daerah yang
menonjol
Pada Otot
terganggu. Hal ini terjadi karena serabut otot yang robek melekat pada serabut
yang utuh, kapsul sendi dan tulang. Kehancuran otot akibat trauma dan terjepit
33
dalam waktu cukup lama akan menimbulkan sindroma crush atau trombus (Apley
& Solomon,1993).
Pada robekan arteri inkomplit akan terjadi perdarahan terus menerus. Sedangkan
pada robekan yang komplit ujung pembuluh darah mengalami retraksi dan
Pada jaringan distal dari lesi akan mengalami iskemi bahkan nekrosis. Trauma
intima pembuluh darah tersebut terlepas dan terjadi trombus. Pada kompresi arteri
yang lama seperti pemasangan torniquet dapat terjadi sindrome crush. Pembuluh
vena yang putus perlu dilakukan repair untuk mencegah kongesti bagian distal lesi
sekitarnya. Fenomena ini disebut Iskhemi Volkmann. Ini dapat terjadi pada
pemasangan gips yang terlalu ketat sehingga dapat menggangu aliran darah dan
fibrus yang secara periahan-lahan menjadi pendek dan disebut dengan kontraktur
34
Pada saraf
Komplikasi lanjut
Pada tulang dapat berupa malunion, delayed union atau non union. Pada
perpanjangan.
Delayed union
Proses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara normal. Pada
fraktur,
Terapi konservatif selama 6 bulan bila gagal dilakukan Osteotomi. Bila lebih 20
Non union
35
Tipe I (hypertrophic non union) tidak akan terjadi proses penyembuhan fraktur
dan diantara fragmen fraktur tumbuh jaringan fibrus yang masih mempunyai
potensi untuk union dengan melakukan koreksi fiksasi dan bone grafting.
Tipe II (atrophic non union) disebut juga sendi palsu (pseudoartrosis) terdapat
jaringan sinovial sebagai kapsul sendi beserta rongga sinovial yang berisi cairan,
yang tidak memadai, implant atau gips yang tidak memadai, distraksi interposisi,
Mal union
Osteomielitis
Osteomielitis kronis dapat terjadi pada fraktur terbuka atau tindakan operasi pada
fraktur tertutup sehingga dapat menimbulkan delayed union sampai non union
Kekakuan sendi
36
Kekakuan sendi baik sementara atau menetap dapat diakibatkan imobilisasi lama,
waktu imobilisasi dan melakukan latihan aktif dan pasif pada sendi. Pembebasan