Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN

RESIKO BUNUH DIRI

Disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik keperawatan jiwa

Disusun Oleh :

YENI SARTIKA

PROGRAM STUDI PROFESI NURSE

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2017
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang
dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena
merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri
disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal
dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi
masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk
beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat
terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang
berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada
diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart, 2006).

B. Jenis
Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori (Stuart, 2006):
1. Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa seseorang
tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin bunuh diri
mungkin mengungkapkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar
kita lebih lama lagi atau mengomunikasikan secara non verbal.
2. Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh
individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh diri akan
terjadi jika tidak ditemukan tepat pada waktunya.
Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh
diri, meliputi:
1. Bunuh diri anomik
Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh faktor
lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong seseorang untuk
bunuh diri.
2. Bunuh diri altruistik
Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan
kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya.
3. Bunuh diri egoistik
Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor dalam
diri seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.

Perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang diantaranya :


1. Suicidal ideation, Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide,
atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/ tindakan, bahkan
klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan.
Walaupun demikian, perawat perlu menyadari bahwa pasien pada tahap ini
memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati
2. Suicidal intent, Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan
perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri,
3. Suicidal threat, Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan
hasrat yan dalam , bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya .
4. Suicidal gesture, Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang
diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam
kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri.
Tindakan yang dilakukan pada fase ini pada umumnya tidak mematikan,
misalnya meminum beberapa pil atau menyayat pembuluh darah pada
lengannya. Hal ini terjadi karena individu memahami ambivalen antara mati dan
hidup dan tidak berencana untuk mati. Individu ini masih memiliki kemauan
untuk hidup, ingin di selamatkan, dan individu ini sedang mengalami konflik
mental. Tahap ini sering di namakan Crying for help sebab individu ini sedang
berjuang dengan stress yang tidak mampu di selesaikan.
5. Suicidal attempt, Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai
indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat
yang mematikan . walaupun demikian banyak individu masih mengalami
ambivalen akan kehidupannya.
6. Suicide, Tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri . hal ini telah
didahului oleh beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya. 30% orang yang
berhasil melakukan bunuh diri adalah orang yang pernah melakukan percobaan
bunuh diri sebelumnya. Suicide ini yakini merupakan hasil dari individu yang
tidak punya pilihan untuk mengatasi kesedihan yang mendalam.

C. Tanda dan Gejala


1. Data subbyektif
a. Keputusasaan
b. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna
2. Data obyektif
1) Sedih
2) Marah
b. Putus asa
c. Tidak berdaya
d. Memberikan isyarat verbal maupun non verbal

D. Penyebab
Menurut Dalami (2009:101-102), etiologi bunuh diri yang digolongkan atas
berbagai unsur antara lain:
1. Penyebab bunuh diri pada anak
Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan, situasi keluarga yang kacau,
perasaan tidak disayang, selalu dikritik, gagal sekolah, takut atau dihina di
sekolah, kehilangan orang yang dicintai, dihukum orang lain.
2. Penyebab bunuh diri pada remaja
Hubungan interpersonal yang tidak bermakna, sulit mempertahankan hubungan
interpersonal, pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan, perasaan tidak
mengerti orang lain, kehilangan orang yang dicintai, keadaan fisik, masalah
dengan orang tua, masalah seksual, depresi.
3. Penyebab bunuh diri pada mahasiswa
Self ideal yang terlalu tinggi, cemas akan tugas akademik yang banyak,
kegagalan akademi berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang tua,
kompetisi untuk sukses.
4. Penyebab bunuh diri pada usia lanjut
Perubahan status dari mandiri ketergantungan penyakit yang menurunkan
kemampuan berfungsi, perasaan tidak berarti di masyarakat, kesepian dan isolasi
social, kehilangan ganda (seperti pekerjaan kesehatan pasangan, sumber hidup
berkurang.
5. Beberapa factor determinan pada perilaku bunuh diri: kebudayaan, jenis
kelamin, umur, status social, status perkawinan, gangguan jiwa (Dalami,
2009:102-103). Mann dari bidang psikiatri mengatakan penyebab bunuh diri
berada di otak, akibat kurangnya tingkat 5-HIAA, reseptor post-sinapsis, dan
pertanda biologis lainnya (dalam Maris dkk., 2000). Berikut beberapa faktor
penyebab bunuh diri yang didasarkan pada kasus bunuh diri yang berbeda-beda
tetapi memiliki efek interaksi di antaranya (dalam Maris dkk.,2000;
Meichenbaum, 2008):
a. Major-depressive illness, affective disorder
b. Penyalahgunaan obat-obatan (sebanyak 50% korban percobaan bunuh
memiliki level alkohol dalam darah yang positif)
c. Memiliki pikiran bunuh diri, berbicara dan mempersiapkan bunuh diri
6. Sejarah percobaan bunuh diri
7. Sejarah bunuh diri dalam keluarga
8. Isolasi, hidup sendiri, kehilangan dukungan, penolakan
9. Hopelessness dan cognitive rigidity
10. Stresor atau kejadian hidup yang negatif (masalah pekerjaan, pernikahan,
seksual, patologi keluarga, konflik interpersonal, kehilangan, berhubungan
dengan kelompok teman yang suicidal)
11. Kemarahan, agresi, dan impulsivitas
12. Rendahnya tingkat 5-HIAA
13. 11.Key symptoms (anhedonia, impulsivitas, kecemasan / panik, insomnia global,
halusinasi perintah)
14. Suicidality (frekuensi, intensitas, durasi, rencana dan perilaku persiapan bunuh
diri)
15. Akses pada media untuk melukai diri sendiri
16. Penyakit fisik dan komplikasinya
17. Repetisi dan komorbid antara faktor-faktor di atas.
Factor predisposisi
Stuart (2006) menyebutkan bahwa faktor predisposisi yang menunjang
perilaku resiko bunuh diri meliputi:
1. Diagnosis psikiatri
Tiga gangguan jiwa yang membuat pasien berisiko untuk bunuh diri yaitu
gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan skizofrenia.
2. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan resiko bunuh
diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.
3. Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini,
dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan
dengan bunuh diri.
4. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko
untuk perilaku resiko bunuh diri
5. Faktor biokimia
Proses yang dimediasi serotonin, opiat, dan dopamine dapat menimbulkan
perilaku resiko bunuh diri.

Factor presipitasi
1. Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah :
2. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/
gagal melakukan hubungan yang berarti.
2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3. Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
Penyebab lain:
1. Adanya harapan untuk reuni dan fantasy.
2. Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dan ketidakberdayaan
3. Tangisan untuk minta bantuan
4. Sebuah tindakan untuk menyelamatkan muka dan mencari kehidupan yang lebih
baik

E. Metode Bunuh Diri


Richman menyatakan ada dua fungsi dari metode bunuh diri (dalam Maris
dkk., 2000). Fungsi pertama adalah sebagai sebuah cara untuk melaksanakan intensi
mati. Sedangkan pada fungsi yang kedua, Richman percaya bahwa metode memiliki
makna khusus atau simbolisasi dari individu. Secara umum, metode bunuh diri
terdiri dari 6 kategori utama yaitu:
1. Obat (memakan padatan, cairan, gas, atau uap)
2. Menggantung diri (mencekik dan menyesakkan nafas)
3. Senjata api dan peledak
4. Menenggelamkan diri
5. Melompat
6. Memotong (menyayat dan menusuk).

F. Akibat
Resiko bunuh diri dapat megakibatkan sebagai berikut :
1. Keputusasaan
2. Menyalahkan diri sendiri
3. Perasaan gagal dan tidak berharga
4. Perasaan tertekan
5. Insomnia yang menetap
6. Penurunan berat badan
7. Berbicara lamban, keletihan
8. Menarik diri dari lingkungan social
9. Pikiran dan rencana bunuh diri
10. Percobaan atau ancaman verbal

G. Psikopatologi
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap
membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak
kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya.
Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 4 kategori :
1. Isyarat Bunuh Diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berprilaku secara tidak langsung ingin
bunuh diri, misalnya dengan mengatakan:tolong jaga anak-anak karena saya
akan pergi jauh! atau segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.. Pada kondisi
ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak
disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak
berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negative tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah.
2. Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal/nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk
bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian,
kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk
melakukan tindakan bunuh diri. Ancaman bunuh diri pada umumnya diucapkan
oleh pasien, berisi keinginan untuk mati,disertai dengan rencana untuk
mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut.
Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai
dengan percobaan bunuh diri.
3. Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang
dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah. Pada kondisi ini pasien aktif
mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat
nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi. Percobaan bunuh diri
terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu
masalah yang menjatuhkan harga dirinya.
4. Bunuh Diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau
terabaikan. Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak
langsung ingin mati mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui
tepat pada waktunya.

H. Diagnosa keperawatan utama


Resiko Perilaku bunuh diri

I. Fokus intervensi keperawatan


1. Mandiri
a. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan
meminta bantuan dari keluarga atau teman. Meningkatkan harga diri pasien,
dengan cara:
1) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
2) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.
3) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
4) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh
pasien
5) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan
b. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
1) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
2) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara
penyelesaian masalah
3) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang
lebih baik.
2. Kolaboratif
a. Semua kasus percobaan bunuh diri harus mendapat perhatian sungguh-
sungguh. Pertolongan pertama bisanya dilakukan secara darurat atau
dikamar pertolongan darurat di rumah sakit, dibagian penyakit dalam
atau bagian bedah. Dilakukan pengobatan terhadap luka-luka atau
keadaan keracunan, kesadaran penderita tidak selalu menentukan
urgensi suatu tindakan medis. Penentuan perawatan tidak bergantung
pada factor social, tetapi berhubungan erat dengan kriteria yang
mencerminkan besarnya kemungkinan bunuh diri. Bila keadaan
keracunan atau terluka sudah dapat dilakukan evaluasi psikiatri. Tidak
ada hubungan beratnya gangguan badanlah dengan gangguan
psikologik. Penting sekali dalam pengobatannya untuk menangani juga
gangguan mentalnya. Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan
terapi elektrokonvulsi, obat-obat terutama berupa anti depresan dan
psikoterapi (Dalami, 2009:105)
b. Dengan pemberian obat anti depresan
c. Benzodiazepin dapat digunakan apabila klien mengalami cemas atau
tertekan.

STRATEGI PELAKSANAAN RESIKO BUNUH DIRI

Masalah utama : Resiko Bunuh Diri

A. Kondisi Klien
Sedih, marah, putus asa, tidak berdaya, memberikan isyarat verbal maupun non
verbal

B. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri

C. Tujuan
1) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
2) Pasien dapat mengungkapkan perasaanya
3) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
4) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
D. Tindakan Keperawatan
1. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan
meminta bantuan dari keluarga atau teman.
2. Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
a) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
b) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.
c) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting

d) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien

e) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan

3. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:


a) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
b) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara
penyelesaian masalah
c) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih
baik

E. Strategi Pelaksanaan
SP 1: Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri

Melindungi pasien dari percobaan bunuh diri.


Orientasi
Selamat pagi Pak, kenalkan saya Yeni Sartika, biasa di pangil Yeni,
saya yang bertugas di ruang ini, saya dinas pagi dari jam 7 pagi 2
siang .

Bagaimana perasaan A hari ini?

Bagaimana kalau kita bercakap cakap tentang apa yang A rasakan


selama ini. Dimana dan berapa lama kita bicara?

Kerja
Bagaimana perasaan A setelah ini terjadi? Apakah dengan bencana ini
A paling merasa menderita di dunia ini? Apakah A pernah kehilangan
kepercayaan diri? Apakah A merasa tidak berharga atau bahkan lebih
rendah dari pada orang lain? Apakah A merasa bersalah atau
mempersalahkan diri sendiri? Apakah A sering mengalami kesulitan
berkonsentrasi? Apakah A berniat unutuk menyakiti diri sendiri? Ingin
bunuh diri atau berharap A mati? Apakah A pernah mencoba bunuh diri?
Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang A rasakan?

Baiklah, tampaknya A membutuhkan pertolongan segera karena ada


keinginan untuk mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi
kamar A ini untuk memastikan tidak ada benda benda yang
membahayakan A)

Karena A tampaknya mash memilikikeinginan yang kuat untuk


mengakhiri hidup A, saya tidak akan membiarkan A sendiri

Apa yang A lakukan jika keinginan bunuh diri muncul?

Kalau keninginan itu muncul, maka akan mengatasinya A harus


langsung minta bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga
atau teman yang sedang besuk. Jadi A jangan sendirian ya, katakan
kepada teman perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk
mengakhiri kehidupan.
Saya percaya A dapat mengatasi masalah.

Terminasi

Bagaimana perasaan A sekarang setelah mengetahui cara mengatasi


perasaan ingin bunuh diri?

Coba A sebutkan lagi cara tersebut!

Saya akan menemani A terus sampapi keinginan bunuh diri hilang.


(jangan meninggalkan pasien).

SP 2 Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh


diri

Fase orientasi

Selamat pagi A, masih ingat dengan saya? Ya betul sekali. Bagaimana


perasaan . A saat ini? Masih adakah dorongan mengakhiri kehidupan?
Baik, sesuai janji kita kemarin sekarang kita akan membahas tentang rasa
syukur atas pemberian Tuhan yang masih. A miliki. Mau berapa lama?
Dimana?

Fase kerja

Apa saja dalam hidup A yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang
sedih dan rugi kalau A meninggal. Coba A ceritakan hal-hal yang baik
dalam kehidupan A. Keadaan yang bagaimana yang membuat A merasa
puas? Bagus. Ternyata kehidupan A masih ada yang baik yang patut A
syukuri. Coba A sebutkan kegiatan apa yang masih dapat A lakukan
selama ini. Bagaimana kalau A mencoba melakukan kegiatan tersebut,
Mari kita latih.

Fase terminasi

Bagaimana perasaan A setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan


kembali apa-apa saja yang A patut syukuri dalam hidup A? Ingat dan
ucapkan hal-hal yang baik dalam kehidupan A jika terjadi dorongan
mengakhiri kehidupan. Bagus A. Coba A ingat lagi hal-hal lain yang
masih A miliki dan perlu di syukuri! Nanti jam 2 siang kita bahas
tentang cara mengatasi masalah dengan baik. Tempatnya dimana?
Baiklah, tetapi kalau ada perasaan-perasaan yang tidak terkendali segera
hubungi saya ya!

SP 3 Percakapan untuk meningkatkan kemampuan dalam


menyelesaikan masalah pada pasien isyarat bunuh diri

Fase orientasi

Selamat pagi A

Bagaimana perasaan A hari ini? Masihkah ada keinginan bunuh diri?

Apalagi hal-hal positif yang perlu disyukuri? Bagus!

Sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi


masalah A selama ini. Mau berapa lama A? Mau disini saja?

Fase kerja

Coba ceritakan situasi yang membuat A ingin bunuh diri. Selain bunuh
diri apalagi kira-kira jalan keluarnya. Wow, banyak juga ya A. Nah,
sekarang coba kita diskusikan tindakan yang menguntungan dan
merugikan dari seluruh cara tersebut. Mari kita pilih cara mengatasi
masalah yang paling menguntungkan! Menurut A cara yang mana? Ya
saya juga setuju dengan pilihan A . Sekarang kita buat rencana kegiatan
untuk mengatasi perasaan. A ketika mau bunuh diri dengan cara
tersebut.

Fase Terminasi

Evaluasi subjektif: Bagaimana perasaan A, setelah kita bercakap-cakap?


Evaluasi objektif: Apa cara mengatasi masalah yang A gunakan. Coba A
melatih cara yang A pilih tadi.

Kontrak yang akan datang: Besok di jam yang sama kita akan bertemu
lagi untuk membahas pengalaman A menggunakan cara yang A pilih.

DAFTAR PUSTAKA
Dalami, E. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial. Jakarta:
TIM
Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP & SP ) untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan.
Salemba Medika : Jakarta
Jenny., dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial
dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.
Stuart, G. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Stuart, GW and Laraia. 2006. Principles and practice of psychiatric nursing, 8ed.
bbElsevier Mosby : Philadelphia.
Yosep Iyous. 2009. Keperawatn Jiwa. Bandung: Refika Adira
Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai