Anda di halaman 1dari 34

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

2.1.1 Definisi BBLR

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir

2500 gram atau kurang yang mempunyai usia kehamilan yang pendek

(premature) atau beratnya tidak sesuai dengan masa gestasinya (kecil

untuk masa kehamilan) atau keduanya. (5)

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan

lahir kurang dari 2500 gram (Arief, 2012). Bayi berat badan lahir rendah

adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500

gram (3).

Neonatus dengan berat badan lahir <2500 gram atau sama dengan

2500 gram disebut prematur. Semua bayi yang disebut low birth weight
(6)
infants atau disebut dengan BBLR . Usia gestasional kurang dari 37

minggu atau berat badan lahirnya kurang dari 10 persentil masa

kehamilannya akibat janin gagal mempertahankan laju pertumbuhan

normal. Tidak semua bayi mempunyai berat kurang dari 2500 gram lahir

prematur dan tidak semua bayi yang mempunyai berat <2500 gram lahir

aterm, jadi semua bayi dengan berat lahir <2500 gram dengan

mengabaikan penyebab dan tanpa memperhatikan usia kehamilan disebut

BBLR. (7)

1
2

Jika ditinjau dari penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat

lahir rendah dibedakan dalam: (8)

1. Bayi Berat Lahir Lendah (BBLR), berat lahir 1500-2000 gram.

2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500

gram.

3. Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER), berat lahir < 1000

gram.

2.1.2 Klasifikasi BBLR

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dikelompokkan menjadi

prematuritas murni dan dismaturitas (3).

1. Prematuritas Murni

Prematuritas murni adalah bayi dengan masa kehamilan kurang

dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia

kehamilan atau disebut neonatus kurang bulan sesuai masa

kehamilan(9).

Menurut WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum

usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid

terakhir). Bayi prematur atau bayi preterm adalah bayi yang berusia

kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan. Sebagian

besar bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram adalah bayi

(3)
prematur.
3

1. Penyebab Kelahiran Prematur

1) Faktor ibu

(1) Toksemia gravidarum, yaitu preeklampsia dan

eklampsia

(2) Kelainan bentuk uterus (misalnya uterus bikornis,

inkompeten serviks)

(3) Tumor (misalnya mioma uteri, sistoma)

(4) Ibu yang menderita penyakit antara lain:

(5) Akut dengan gejala panas tinggi (misalnya tifus

abdominalis, malaria)

(6) Kronis (misalnya TBC, penyakit jantung,

glomerulonefritis kronis)

(7) Trauma pada masa kehamilan, antara lain:

(1) Fisik, misalnya jatuh

(2) Psikologis misalnya stress

(8) Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun

atau lebih dari 35 tahun.

(9) Plasenta antara lain plasenta previa, solusio

plasenta.

2) Faktor Janin

(1) Kehamilan ganda


4

(2) Hidramnion

(3) Ketuban pecah dini

(4) Cacat bawaan

(5) Infeksi (misalnya rubella, sifilis, toksoplasmosis) (3).

2. Tanda Bayi Prematur

Tanda klinis atau penampilan yang tampak sagnat bervariasi,

tergantung pada usia kehamilan saat bayi dilahirkan. Makin

prematur atau makin kecil usia kehamilan saat dilahirkan makin

besar pula perbedaannya dengan bayi yang lahir cukup bulan.

Tanda dan gejala bayi prematur diantaranya:

1) Usia kehamilan kurang dari 37 minggu

2) Berat badan kurang dari 2500 gram

3) Panjang badan kurang dari 46 cm

4) Kuku panjangnya belum melewati ujung jari

5) Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas

6) Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.

7) Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm

8) Rabut lanugo masih banyak

9) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang

10) Tulang rawan daun telinga belum sempurna

pertumbuhannya, sehingga seolah-olah tidak teraba tulang

rawan daun telinga

11) Tumit mengkilap, telapk kaki halus


5

12) Alamat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae

pada skrotum kurang. Testis belum turun ke dalam skrotum.

Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora belum

tertutup oleh labia mayora.

13) Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan

pergerakannya lemah

14) Fungsi saraf yang belum atau kurang matang,

mengakibatkan refleks hisap, menelan dan batuk masih lemah

15) Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan

otot dan jaringan lemak masih kurang

16) Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit (4).

3. Penilaian Usia Kehamilan pada waktu Bayi Dilahirkan

Penentuan usia kehamilan sangat penting karena angka

kematian dan kesakitan menurun dengan meningkatnya usia

kehamilan. Selain itu, ada hubungan antara usia kehamilan dan

tingkat maturitas fisiologis neonatus (3).

4. Masalah-Masalah yang Dapat Terjadi

Tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus merupakan

syarat untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim.

Penyakit yang terjadi pada bayi prematur berhubungan dengan

belum matangnya fungsi organ-organ tubuhnya. Hal ini

berhubungan dengan usia kehamilan saat bayi dilahirkan. Makin

muda umur kehamilan, makin tidak sempurna organ-organnya.


6

Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang, bayi

prematur cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini

harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal. Adapun

masalah-masalah yang terjadi adalah sebagai berikut:

1) Hipotermia

Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan

yang normal dan stabil yaitu 360-370C. Segera setelah lahir bayi

dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah.

Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas

tubuh bayi. Selain itu, hipotermia dapa terjadi karena

kemampuan untuk mempertahankan panas dan kesanggupan

menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan

otot-otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang

sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh,

luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding dengan

berat badan sehingga mudah kehilangan panas. Tanda klinis

hipotermia:

(1) Suhu tubuh di bawah normal

(2) Kulit dingin

(3) Akral dingin

(4) Sianosis

2) Sindrom Gawat Nafas

Kesukaran pernapasan pada bayi prematur dapat

disebabkan belum sempurnanya pembentukan membran halin


7

surfaktan paru yang merupakan suatu zat yang dapat

menurunkan tegangan dinding alveoli paru. Pertumbuhan

surfaktan paru mencapai maksimum pada minggu ke-35

kehamilan.

Defisiensi surfaktan menyebabkan gangguan

kemampuan paru untuk mempertahankan stabilitasnya,

alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi sehingga

untuk pernapasan berikutnya dibutuhkan tekanan negatif

intratoraks yang lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang

kuat. Tanda klinis sindrom gawat napas:

(1) Pernapasan cepat

(2) Sianosis perioral

(3) Merintih waktu, ekspirasi

(4) Retraksi subternal dan interkostal

3) Hipoglikemia

Pengukuran kadar gula darah pada 12 jam pertama

menunjukkan bahwa hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50%

pada bayi matur. Glukosa merupakan sumber utama energi

selama masa janin. Kecepatan glukosa yang diambil janin

tergantugn dari kadar gula darah ibu karena terputusnya

hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya

pemberian glukosa. Bayi aterm dapat mempertahankan kadar

gula darah 50-60 mg/dL selama 72 jam pertama, sedangkan


8

bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40 mg/dL. Hal ini

disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi.

Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan atau kurang

dari 20 mg/dL. Tanda klinis hipoglikemia:

(1) Gemetar atau tremor

(2) Sianosis

(3) Apatis

(4) Kejang

(5) Apnea intermiten

(6) Tangisan lemah atau melengking

(7) Kelumpuhan atau letargi

(8) Kesulitan minum

(9) Terdapat gerakan putar mata

(10) Keringat dingin

(11) Hipotermia

(12) Gagal jantung dan henti jantung (sering berbagai

gejala muncul bersama-sama) (3).

4) Perdarahan Intrakranial

Pada bayi prematur pembuluh darah masih sangat rapuh

hingga mudah pecah. Perdarahan intrakranial dapat terjadi

karena trauma lahir, disseminated intravascular coagulopathy

atau trombositopenia idiopatik. Matriks germinal epidimal

yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah yang sangat


9

rentan terhadap perdarahan selama minggu pertama kehidupan.

Tanda klinis perdarahan intrakranial:

(1) Kegagalan umum untuk bergerak normal

(2) Refleks moro menurun atau tidak ada

(3) Tonus otot menurun

(4) Letargi

(5) Pucat dan sianosis

(6) Apnea

(7) Kegagalan menetek dengan baik

(8) Muntah yang kuat

(9) Tangisan bernada tinggi dan tajam

(10) Kejang

(11) Kelumpuhan

(12) Fontanela mayor mungkin tegang dan cembung

(13) Pada sebagian kecil penderita mungkin tidak

ditemukan manifestasi klinik satu pun (10).

5) Rentan Terhadap Infeksi

Pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin

terjadi pada minggu terakhir masa kehamilan. Bayi prematur

mudah menderita infeksi karena imunitas humoral dan seluler

masih kurang hingga bayi mudah menderita infeksi. Selain itu,

karena kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki

perlindungan seperti bayi cukup bulan (3).


10

6) Hiperbilirubinemia

Hal ini dapat terjadi karena belum maturnya fungsi

hepar. Kurangnya enzim glukorinil transferase sehingga

konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum

sempurna, dan kadar albumin darah yang berperan dalam

transportasi bilirubin dari jaringan ke hepar kurang. Kadar

bilirubin normal pada bayi prematur 10 mg/dL.

Hiperbilirubinemia pada prematur bila tidak segera diatasi

dapat menjadi kern ikterus yang akan menimbulkan gejala sisa

yang permanen. Tanda klinis Hiperbilirubinemia:

(1) Sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut

dan ekstremitas berwarna kuning.

(2) Letargi

(3) Kemampuan mengisap menurun

(4) Kejang (11).

7) Kerusakan Integritas Kulit

Lemak subkutan kurang atau sedikit. Struktur kulit yang

belum matang dan rapuh. Sensitivitas yang kurang akan

memudahkan terjadinya kerusakan integritas kulit, terutama

pada daerah yang sering tertekan dalam waktu lama.

Pemakaian plester dapat mengakibatkan kulit bayi lecet atau

bahkan lapisan atau ikut terangkat (3).

2. Dismaturitas
11

Dismaturitas adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat

badan yang seharusnya untuk usia kehamilannya, yaitu berat badan di

bawah persentil 10 pada kurva pertumbuhan intra uterin, biasa disebut

dengan bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK/SGA). Hal ini

menunjukkan bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine,

keadaan ini berhubungan dengan gangguan sirkulasi dan efisiensi

plasenta (3).

1. Faktor-faktor yang menyebabkan gangguan pertumbuhan

intra uterin

1) Faktor janin

Kelainan kromosom, infeksi janin kronik, disotonomia

familial, retardasi, kehamilan ganda, aplasia pankreas.

2) Faktor plasenta

Berat plasenta kurang, plasenta berongga atau keduanya,

luas permukaan berkurang, plasentitis vilus, infark tumor

(korio angiona), plasenta yang lepas, sindrom tranfusi bayi

kembar.

3) Faktor ibu

Toksemia, hipertensi, penyakit ginjal, hipoksemia (penyakit

jantung sionatik, penyakit paru), malnutrisi, anemia sel sabit,

ketergantungan (obat narkotik, alkohol, rokok).

2. Gejala klinis
12

Gejala klinis yang tampak sangat bervariasi karena dismatur

dapat terjadi preterm, term dan sterm. Bayi dismatur preterm akan

terlihat gejala fisik bayi prematur ditambah dengan gejala retardasi

pertumbuhan dan pelisutan. Pada bayi cukup bulan dan posterm

dengan dismaturitas, gejala yang menonjol ialah pelisutan. Gejala

insufiensi plasenta bergantung pada berat dan lamanya bayi

menderita defisit, retardasi pertumbuhan akan terjadi bila defisit

berlangsung lama (kronis).

Defisit in uteri mengakibatkan gawat janin, dalam arti luas

gawat janin dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:

1) Gawat janin akut. Defisit mengakibatkan gawat perinatal

tetapi tidak mengakibatkan retardasi pertumbuhan dan

pelisutan.

2) Gawat janin subkutan, bila defisit tersebut menunjukkan

tanda pelisutan tetapi tidak mengakibatkan retardasi

pertumbuhan.

3) Gawat janin janin kronik. Bila bayi jelas menunjukkan

retardasi pertumbuhan.

3. Stadium bayi dismatur

1) Stadium pertama. Bayi tampak kurus dan relatif lebih

panjang, kulitnya longgar, kering seperti perkamen, tetapi

belum terdapat noda mekonium.


13

2) Stadium kedua. Terdapat tanda stadium pertama di tambah

warna kehijauan pada kulit plasenta dan umbilicus. Hal ini

disebabkan oleh mekonium yang tercampur dalam amnion

yang kemudian mengedap ke dalam kulit, umbilicus dan

plasenta sebagai akibat anoksia intrauteri.

3) Stadium ketiga. Terdapat tanda stadium kedua ditambah

dengan kulit yang berwarna kuning, begitu pula dengan kuku

dan tali pusat, ditemukan juga tanda anoksia intra uterin yang

lama.

4. Masalah bayi dismatur

1) Sindrom aspirasi mekonium

Hipoksia intrauterin akan mengakibatkan janin

mengalami gasping dalam uterus. Selain itu mekonium akan

dilepaskan dan bercampur dengan cairan amnion. Cairan

amnion yang mengandung mekonium akan masuk ke dalam

paru janin karena inhalasi. Ketika bayi lahir akan menderita

gangguan pernapasan karena melekatnya mekonium dalam

saluran pernapasan.

2) Hipoglikemia simtomatik

Keadaan ini terutama terdapat pada bayi laki-laki,

penyebabnya belum jelas, mungkin karena cadangan glikogen

yang kurang pada bayi dismatur. Diagnosis dibuat setelah

pemeriksaan kadar gula darah, ditanyakan hipoglikemia bila


14

kadar gula darah kurang dari 20 mg/dl pada bayi berat lahir

rendah.

3) Penyakit membran hialin

Penyakit ini diderita bayi dismatur yang preterm

terutama bila masa gestasi kurang dari 35 minggu, hal ini

disebabkan karena pertumbuhan surfaktan paru yang belum

cukup.

4) Herbilirubinemia

Bayi dismatur lebih sering menderita herbilirubinemia

dibandingkan bayi yang beratnya sesuai dengan masa

kehamilan. Berat hati bayi dismatur kurang dibandingkan bayi

biasa, mungkin disebabkan gangguan pertumbuhan hati.

5) Asfiksia neonatorum

Bayi dismatur lebih sering menderita asfiksia

neonatorum dibandingkan bayi biasa. Membedakan bayi

prematur murni atau dismatur penting karena:

(1) Morbiditas yang berlainan

(2) Prematuritas murni mudah menderita komplikasi

membran hialin, perdarahan intraventrikuler, pneumonia

aspirasi.
15

(3) Bayi dismatur mudah menderita sindrom aspirasi

mekonium, hipoglikemia, simtomatik dan hiperbili-

rubinemia.

(4) Bayi dismatur yang preterm. Dapat menderita

komplikasi bayi dismatur dan bayi prematur.

(5) Bayi dismatur harus mendapat makanan dini yang

lebih dini dari bayi prematur. (3)

2.1.3 Penyebab BBLR

Faktor predisposisi pada Bayi Berat Lahir Rendah diantaranya yaitu :

1. Faktor Ibu : riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan

antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung

atau penyakit kronik lainnya, usia Ibu kurang dari 20 tahun atau lebih

dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma

dan lain-lain.

2. Faktor janin: cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban

pecah dini.

3. Keadaan sosial ekonomi yang rendah.

4. Kebiasaan: pekerjaan yang melelahkan, merokok.

5. Tidak diketahui (7)


16

Sedangkan menurut Pantiawati, kejadian BBLR dapat disebabkan

oleh beberapa faktor yaitu: (3)

1. Faktor ibu

1) Penyakit: Toksemia gravidarum, perdarahan antepartum,

trauma fisik dan psikologis, nefritis akut.

2) Usia ibu : usia < 20 tahun dan 35 tahun, multigravida

yang jarak kelahirannya terlalu dekat

3) Keadaan sosial: golongan sosial ekonomi daerah dan

perkawinan yang tidak sah.

4) Faktor Janin: Hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan

kromosom.

5) Faktor lingkungan: Tempat tinggal dataran tinggi, radiasi

dan zat-zat racun.

2.1.4 Karakteristik BBLR

1. Prematuritas Murni

1) Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang

dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, dan lingkar dada

kurang dari 30 cm.

2) Masa gestasi kurang dari 37 minggu

3) Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilat dan licin.

4) Kepala lebih besar dari badan.


17

5) Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan

lengan.

6) Lemak subkutan kurang.

7) Ubun-ubun dan sutura lebar

8) Rambut tipis, halus.

9) Tulung rawan dan daun telinga immatur.

10) Puting susu belum terbentuk dengan baik.

11) Pembuluh darah kulit banyak terlihat

12) Peristaltik usus dapat terlihat

13) Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup

oleh labia mayora

14) Bayi masih posisi fetal

15) Pergerakan kurang dan lemah

16) Oto masih hipotonik

17) Banyak tidur, tangis lemah pernafasan belum teratur dan

sering mengalami serangan apnoe.

18) Reflek tonic neck lemah.

19) Reflek menghisap dan menelan belum sempurna.

2. Dismatur

Preterm sama dengan bayi prematur murni, sedangkan

karakteristik pada saat post term diantaranya:

1) Kulit pucat, bernoda, mekonium kering keriput, tipis.

2) Vernix caseosa tipis atau tidak ada.


18

3) Jaringan lemak di bawah kulit tipis.

4) Bayi tampak kesit, aktif dan kuat.

5) Tali pusat berwarna kuning kehijauan.

2.1.5 Dampak BBLR

Menurut Pantiawati, Dampak dari kejadian BBLR diantaranya

sebagai berikut: (3)

1. Hipotermia

Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang

normal dan stabil yaitu 360 sampai dengan 370C. Segera setelah lahir

bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah.

Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh

bayi. Selain itu, hipotermi dapat terjadi karena kemampuan untuk

mempertahankan anas dan kesanggupan menambah produksi panas

sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup

memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf

pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar

dibanding dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas.

Tanda klinis hipotermia: suhu tubuh di bawah normal, kulit dingin,

akral dingin dan sianosis.

2. Hipoglikemia

Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan

bahwa hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur.


19

Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa janin.

Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula

daerah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin

menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi aterm dapat

mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL selama 72 jam

pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendahdalam kadar 40

mg/dL. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi.

Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan atau kurang dari 20

mg/dL. Tanda klinis hipoglikemia diantaranya: gemetar atau tremor,

sianosis, apatis, kejang, apnea intermiten, tangisan lemah atau

melengking, kelumpuhan atau letargi, kesulitan minum, terdapat

gerakan putar mata, keringat dingin, hipotermia, gagal jantung dan

henti jantung (sering berbagai gejala muncul bersama-sama).

3. Perdarahan Intrakranial

Perdarahan intrakranial dapat terjadi karena trauma lahir,

disseminated intravascular coagulopathy atau trombositopenia

idiopatik. Matriks germinal epidimal yang kaya pembuluh darah

merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap perdarahan selama

minggu pertama kehidupan. Tanda klinis perdarahan intrakranial:

kegagalan umum untuk bergerak normal, refleks moro menurun atau

tidak ada, tonus otot menurun, letargi, pucat dan sianosis, apnea,

kegagalan menetek dengan baik, muntah yang kuat, tangisan bernada

tinggi dan tajam, kejang, kelumpuhan, fontanela mayor mungkin


20

tegang dan cembung dan pada sebagian kecil penderita mungkin tidak

ditemukan manifestasi klinik satupun (12).

2.1.6 Diagnosis BBLR

Menegakkan diagnosa BBLR adalah dengan mengukur berat lahir

bayi dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan

dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (13).

1. Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk

menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap terjadinya BBLR.

1) Usia ibu

2) Riwayat hari pertama hari terakhir

3) Riwayat persalinan sebelumnya

4) Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

5) Kenaikan berat badan selama hamil

6) Aktivitas

7) Penyakit yang diderita selama hamil

8) Obat-obatan yang diminum selama hamil

2. Pemeriksaan Fisik

Dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain:

1) Berat badan

2) Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)


21

3) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil

untuk masa kehamilan)

3. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan skor ballard

2) Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan

3) Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas

diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah

4) Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru

lahir dengan usia kehamilan kurang bulan dimulai pada usia 8 jam

atau didapat atau diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.

5) USG Kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan (13).

2.1.7 Penatalaksanaan BBLR

Secara umum, penatalaksanaan untuk bayi dengan BBLR

setidaknya harus dilakukan beberapa hal di bawah ini yaitu:

1. Mempertahankan suhu dengan ketat

BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya

harus dipertahankan dengan ketat.

2. Mencegah infeksi dengan ketat

BBLR sangat rentan terhadap infeksi, perhatikan prinsip-prinsip

pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang

bayi.

3. Pengawasan nutrisi / ASI


22

Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu pemberian

ASI harus diberikan sesering mungkin dan dilakukan dengan cermat.

4. Penimbangan ketat

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi / nutrisi bayi erat

kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat

badan harus dilakukan dengan ketat. (4)

Menurut Indiarti, cara menjaga kesehatan dan kehangatan bayi

berat lahir rendah adalah sebagai berikut : (14)

1. Bayi tidak boleh diletakan di tempat yang banyak angin dan

diruangan yang banyak orang.

2. Tubuhnya dibungkus dengan kainbersih yang lembut dan

kepalanya ditutup dengan topi atau tutup kepala yang bersih.

3. Ganti pakaian dan kain pembungkus bayi bila basah. Bayi berat

lahir rendah tidak seperti bayi normal. Ia lebih banyak tidur dan sering

tidak menangis walaupun popoknya basah. Karena itu, pakaian bayi

harus sering diperiksa secara teratur dan teliti. Sering kain

pembungkus luarnya tidak basah, tetapi bagian dalamnya basah.

4. Bayi harus sering dipeluk di dada ibu untuk mendapatkan

kehangatan. Namun bila bayi terlalu kecil, diupayakan agar bayi tidak

terlalu sering diangkat.

5. Menjaga kehangatan ruangan / lingkungan sekitar bayi, misalnya

memasang lampu, membatasi masuknya udara dingin, menempatkan

botol berisi air panas di dekat bayi.


23

Sedangkan secara lebih lengkap, penatalaksanaan untuk kasus

BBLR dilakukan hal-hal sebagai berikut (3):

1. Medikamentosa

Pemberian vitamin K1 :

1) Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau

2) Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian

(saat lahir, usia 3-10 hari, dan usia 4-6 minggu).

2. Diatetik

Pemberian nutrisi yang adekuat, diantaranya:

1) Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek

sedikit demi sedikit

2) Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan

melalui sendok atau pipet.

3) Apabila bayi belum ada reflek menghisap dan menelan

harus dipasang sonde fooding.

Bayi dengan BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks

menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI

dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi

dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan

menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara

ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang

kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama:


24

(1) Apabila bayi mendapat ASI, pastikan menerima jumlah

yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI

dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.

(2) Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan

beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang

bayi 2 kali seminggu.

Pemberian minum pada bayi dengan BBLR menurut berat badan

lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut:

1. Berat lahir 1750-2500 gram

1) Bayi Sehat

(1) Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Bayi

kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan

bayi menyusu lebih sering (contohnya setiap 2 jam) bila

perlu.

(2) Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan

untuk menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang

dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan

menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.

2) Bayi Sakit

(1) Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak

memperlukan cairan IV, berikan minum seperti pada bayi

sehat.

(2) Apabila bayi memerlukan cairan intravena:


25

(1) Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam

pertama.

(2) Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau

segera setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI

apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap

untuk menyusu.

(3) Apabila masalah sakitnya menghalangi proses

penyusui (contoh: gangguan nafas, kejang), berikan ASI

peras melalui pipa lambung:

(1) Berikan cairan IV dan ASI menurut usia

(2) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh: 3 jam

sekali). Apabila bayi telah mendapat minum 160

ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan

tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi

menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi

menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat

menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.

2. Berat lahir 1500-1749 gram

1) Bayi Sehat

(1) Berikan ASI peras dengan cangkir atau sendok. Bila

jumlah yang dibutuhkan tidak dapat diberikan

menggunakan cangkir atau sendok atau ada resiko terjadi

aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan


26

minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian

menggunakan cangkir atau sendok apabila bayi dapat

menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung

setelah 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih

dari 1 minggu).

(2) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3

jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB

per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI

setiap kali minum.

(3) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik

menggunakan cangkir atau sendok, coba untuk menyusui

langsung.

2) Bayi Sakit

(1) Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam

pertama.

(2) Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-

2 dan kurangi jumlah cairan IV secara perlahan.

(3) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh: tiap 3

jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB

perhari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap

kali minum.
27

(4) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir

atau sendok apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi

dapat menelan tanpa batuk atau tersedak.

(5) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik

menggunakan cangkir atau sendok, coba untuk menyusui

langsung.

3. Berat lahir 1250-1499 gram

1) Bayi Sehat

(1) Beri ASI peras melalui pipa lambung

(2) Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh: setiap 3

jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kg

BB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI

setiap kali minum.

(3) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir

atau sendok.

(4) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik

menggunakan cangkir atau sendok, coba untuk menyusui

langsung.

2) Bayi Sakit

(1) Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

(2) Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-

2 dan kurangi jumlah cairan intravena secara perlahan.


28

(3) Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam).

Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per

hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap

kali minum.

(4) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir

atau sendok.

(5) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik

menggunakan cangkir atau sendok, coba untuk menyusui

langsung.

4. Berat lahir (tidak tergantung kondisi)

1) Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama.

2) Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3

dan kurangi pemberian cairan intravena secara perlahan.

3) Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam).

Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari

tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali

minum.

4) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir atau

sendok.

5) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan

cangkir atau sendok, coba untuk menyusui langsung.

3. Suportif
29

Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu

tubuh normal dengan cara:

1) Membersihkan jalan napas (caranya seperti para perawatan

bayi normal)

2) Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat (seperti

perawatan bayi normal).

3) Membersihkan badan bayi dengan kapas baby oil atau

minyak.

4) Memberikan obat mata.

5) Membungkus bayi dengan kain hangat

6) Pengkajian keadaan kesehatan pada byai dengan berat

badna lahir rendah

7) Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara:

(1) Membungkus bayi dengan menggunakan selimut bayi yang

dihangatkan terlebih dahulu.

(2) Menidurkan bayi di dalam inkubator buatan yaitu dapat

dibuat dari keranjang yang pinggirnya diberi penghangat dari

buli-buli panas atau botol yang diisi air panas. Buli-buli panas

atau botol-botol ini disimpan dalam keadaan berdiri tutupnya

ada di sebelah atas agar tidak tumpah dan tidak mengakibatkan

luka bakar pada bayi. Buli-buli panas atau botol inipun harus

dalam keadaan terbungkus, dapat menggunakan handuk atau


30

kain yang tebal. Bila air panasnya sudah dingin, ganti airnya

dengan air panas kembali.

8) Suhu lingkungan bayi harus dijaga dengan cara:

(1) Kamar dapat masuk sinar matahari

(2) Jendela dan pintu dalam keadaan tertutup untuk

mengurangi hilangnya panas dari tubuh bayi melalui proses

radiasi dan konveksi

9) Badan bayi harus dalam keadan kering

10) Gunakan salah satu cara menghangatkan dan

mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit dengan

kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau

ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan

setempat sesuai petunjuk.

11) Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan

dingin.

12) Ukur suhu tubuh dengan berkala.

13) Harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini

adalah:

(1) Jaga dan pantau patensi jalan nafas

(2) Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit


31

14) Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera

(contoh: hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia).

15) Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota

keluarga lainnya.

16) Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak

memungkinkan, biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan

kamar untuk menyusui.

4. Pemantauan (Monitoring)

1) Pemantauan saat di rawat

(1) Terapi

(1) Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan

(2) Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan

pada usia 2 minggu

(2) Tumbuh Kembang

(1) Pantau berat badan bayi secara periodik

(2) Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari

pertama (sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir 1500

gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir kurang atau

lebih dari 1500 gram.

(3) Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh

(pada semua kategori berat lahir) dan telah berusia lebih

dari 7 hari maka:


32

(1) Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari

sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari

(2) Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan

berat badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180

ml/kg/hari.

(3) Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat,

tingkatkan jumlah pemberian ASI hingga 200

ml/kg/hari.

(4) Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan

lingkar kepala setiap minggu.

2) Pemantauan setelah pulang

Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui

perkembangan bayi dan mencegah atau mengurangi kemungkinan

untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut:

(1) Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan

setiap bulan.

(2) Hitung usia

(3) Pertumbuhan: berat badan, panjang badan dan lingkar

kepala.

(4) Tes perkembangan, Denver Development Screening Test

(DDST).

(5) Awasi adanya kelainan bawaan

(6) Mengajarkan ibu atau orang tua cara:


33

(1) Membersihkan jalan napas

(2) Mempertahankan suhu tubuh

(3) Mencegah terjadinya infeksi

(4) Perawatan bayi sehari-hari: memandikan, perawatan

tali pusat, pemberian ASI dan lain-lain

(7) Menjelaskan pada ibu (orang tua) tentang: pemberian ASI,

makanan bergizi bagi ibu, mengikuti program KB segera

mungkin

(8) Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak

ada perubahan atau keadaan umum semakin menurun bayi

harus dirujuk ke rumah sakit. Berikan penjelasan kepada

keluarga bahwa harus dirujuk ke rumah sakit (3).

2.1.8 Pencegahan BBLR

Pencegahan preventif pada kasus BBLR adalah langkah yang

sangat penting. Hal-hal yang dapat dilakukan diantaranya:

1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4

kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak usia kehamilan muda.

Ibu hamil yang diduga beresiko, terutama faktor resiko yang mengarah

melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk

pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan

janin dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan


34

perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga

kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.

3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun usia

reproduksi sehat (20-34 tahun).

4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam

meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar

mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan

antenatal dan status gizi ibu selama hamil (3).

Anda mungkin juga menyukai