Goiter PDF
Goiter PDF
Oleh:
Gratiana E. Wijayanti, MRepASc. PhD.
Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
PENDAHULUAN
Penyakit gondok adalah kondisi pembesaran kelenjar gondok (kelenjar tiroid) yang
diakibatkan oleh meningkatnya aktivitas kelenjar tersebut dalam upaya meningkatkan
produksi hormon tiroksin maupun triiodotironin. Secara morfologi penyakit ini dapat
dikenali dari adanya benjolan di leher bagian depan bawah. Kelenjar gondok berupa
kelenjar berbentuk kupu-kupu yang terdapat di leher. Kelenjar ini membentuk hormon
tiroksin dan triiodotironin dari bahan baku iodium.
Iodium merupakan mineral yang terdapat di alam, baik di dalam tanah maupun air.
Mineral ini merupakan zat gizi mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan makhluk hidup. Apabila makanan dan air yang dikonsumsi kurang
mengandung iodium maka kelenjar tiroid akan bekerja keras untuk mencukupi
kebutuhan hormon tiroksin tubuh sehingga lama- kelamaan akan terjadi pembesaran
kelenjar tersebut, yang kita kenal sebagai penyakit gondok. Hormon tiroksin berperan
penting dalam metabolism dan pertumbuhan, serta memacu perkembangan dan
pematangan sistem saraf.
Penyakit gondok sudah sangat dikenal di kalangan masyarakat. Penyakit ini bukan
penyakit menular dan sering dianggap sebagai penyakit yang tidak berbahaya karena
tidak mengancam jiwa. Penanganan gondok lebih dikarenakan alasan estetika. Akan
tetapi hasil penelitian medis menunjukkan bahwa penyakit gondok dapat menimbulkan
efek yang merugikan bagi janin (Sulistyowati et a1.,2000; Duarsa 2013; ), anak-anak
(Satriono et a1.,2010), remaja (Budiman dan Sunnarno, 20A7) maupun orang dewasa.
Sehubturgan dengan itu, informasi mengenai gejala, penyebab dan konsekuensi
penyakit gondok perlu diberikan kepada masyarakat wax pencegahan dan
penangarumnya dapat dilakukan dengan baik.
Penyakit gondok sangat erat kaitannya dengan kekurangan iodium. Hubungan antara
penyakit ini dengan kurangnya konsumsi iodium telah diketahui lebih dari 130 tahun
yang lalu. Iodium merupakan bahan baku dalam pembentukan horrnon tiroksin dan
triiodotironin. Iodium berinteraksi dengan protein yang disebut dengan thyroglobulin,
dan cincin aromatik dari protein ter-iodinisasi. Dua dari molekul yang ter-iodinisasi
tersebut berinteraksi, membentuk suatu unit tiroksin sedangkan dua molekul teriodinasi
dan satu molekul teriodinasi membentuk triiodotironin. Unit aromatik ini kemudian
lepaskan dan menghasilkan hormon tiroksin ataupun triiodotironin. Apabila
ketersediaan iodium dalam tubuh rendah maka produksi kedua hormon dalam kelenjar
tiroid juga rendah.
bio.unsoed.ac.id
Iodium merupakan unsur zal gz;i mikro yang sangat dibuhrhkan manusia, walaupun
relatif sedikit (nonnal 100-150 p g/hari) untuk mensintesis honnon tiroksin (WHO,
2001). Hormon tiroksin berfrrngsi mengatur proses kimiawi yang terjadi pada sel-sel
organ tubuh; berperan pada metabolisme umum (metabolisme: energi, lemak, protein,
Asupan iodium dalam makanan sehari-hari kurang dari 50 pglhari dan berlangsung
lama, akan menyebabkan kandungan iodium dalam intratiroid rendah, akibatnya
hipotalamus merangsang pituari anterior mensekresi TSH, sehingga terjadi
peningkatan TSH untuk merangsang kelenjar tiroid mensekresi T e, akibatnya timbul
hipertrofi pada kelenjar tiroid, kelenjar gondok membesar (gondoken/goiter) dan
hipotiroidisme. Dampak dari penurunan fungsi tiroid, bila terjadi pada ibu hamil maka
akan melahirkan anak betin, ditandai dengan gangguan pertumbuhan fisik, bayi lahir
dengan panjang dan berat badan lahir rendah, anak cebol (Hetzel, 1996). Di sisi lain,
kekurangan iodium tersebut menyebabkan gangguan fungsi hormon tiroksin dalam
metabolisme zat-zat gizi, menyebabkan embentukan organ dan fungsi organ-organ
penting terganggu, akibatnya proses tumbuh kembang terganggu, sehingga terjadi
gangguan pertumbuhan fisik dan kretin (Grannspan, 2000). Pada bayi melahirkan
BBLR dan PB Lahir rendah, pada balita anak menjadi cebol, dan pada anak ditandai
dengan anak pendeWstuntedpada usia masuk sekolah (Almatsier,2004).
Menurut Hetzel (1996), besaran pengaruh GAKY merupakan fenomena gunung es dan
kretin sebagai puncaknya menempati bagian seluas l-10%. Namun terdapat gangguan
dalam jumlah lebih besar seperti gangguan perkembangan otak 5-30% dan
hipotiroidisme 30-70%. Pengaruh kekurangan iodium terlihat sangat nyata pada
perkembangan otak, yaitu selama golden period yaitu pada saat janin, bayi dan balita.
Kretin merupakan dampak terberat pada anak yang timbul jika asupan iodium kurang
dan 25 glhari dan berlangsung lama (asupan normal 100-199 g/hari). Kretin ditandai
dengan keterbelakangan mental disertai satu atau lebih kelainan saraf seperti gangguan
pendengaran, gangguuul sikap tubuh serta gangguan sikap tubuh dalam berdiri atau
berj alan. Juga terjadinya gangguan pertumbuhan.
Rendahnya kadar Iodium dalam tubuh disebabkan oleh rendahnya asupan Iodium dalam
makanan ataupun minuman. Iodium yang kita dapatkan dari mengkonsumsi makanan
bio.unsoed.ac.id
dan minuman berada dalam bentuk ion iodium, dan besamya bergantung dari kadar
iodium dalam tanah. Tanah dengan kadar iodium rendah mengakibatkan banyak pasien
menderita penyakit gondok dan dapat ditanggulangi dengan mengkomsumsi garam
yang ber-iodinisasi NaI (100mg iiodium per gram garam).
Menurut WHO (2001), kekurangan iodium terjadi pada saat konsumsi iodium kurang
dari yang direkomendasikan dan mengakibatkan kelenjar tiroid tidak mampu
mensekresi hormon tiroid dalam jumlah cukup. Jumlah hormon tiroid yang rendah di
dalam darah mengakibatkan kerusakan perkembangan otak dan beberapa efek yang
bersifat merusak secara kumulatif. Keadaan ini sering disebut dengan lutma lodium
Defi ciency Disorder (IDD).
Akibat yang ditimbulkan oleh penyakit gondok pada orang dewasa antara lain
produktivitas menurun karena tubuh lemas dan cepat lelah, gangguan kosmetik akibat
pembesaran kelenjar tiroid dan penekanan pada jalan nafas sehingga terjadi suara serak
sampai sesak nafas. Sedangkan pada bayi dan anak-anak akibat yang ditimbulkan justru
lebih serius, yakni perfumbuhan terhambat (cretinism) atau kerdil, penurunan potensi
:
tingkat kecerdasan (penurunan Intelligence Quotient IQ), dan gangguan bicara serta
tuli. Potensi penurunan IQ karena GAKY yakni meilrrun sampai 50 poin yang disertai
kerdil dan menurun sampai 10 poin pada anak dengan penyakit gondok. Sedangkan
kekurangan iodium pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran spontan, bayi lahir
mati, bayi meninggal sebelum umur I tahun dan kemungkinan bayi menjadi kerdil saat
dewasa. Menurut WHO (2001), dampak yang ditimbulkan GAKY cukup luas, mulai
pada janin sampai dewasa.
1. Pada Fetus
- Abortus
- Steel Birth (lahr mati)
- Kelainan Kematian Perinatal
- Kretin Neurologi (keterbelakangan mental, bisu, tuli, mata juling, lumpuh spastik
pada kedua tangkai)
- Kretin Myxedematosa (keterbelakangan mental, kerdil)
- Hambatan Psikomotor
2. PadaNeonatal
- Hipotiroid
- GondokNeonatal
- PenurunanlQ
- Rentan terhadap radiasi
a
J. Pada Anak dan Remajabio.unsoed.ac.id
- JuvenileHipothyroidesm
- Gondok Gangguan Fungsi Mental
- Gangguan Perkembangan Fisik
- Kretin Myxedematosa dan Neurologi
Istilah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI), diperkenalkan sejak tahun l97A-
an untuk menggantikan istilah Gondok Endemik (GE), dan digunakan untuk mencakup
semua akibat kekurangan iodium terhadap pertumbuhan dan perkembangan yang dapat
dicegah dengan pemulihan kekurangan iodium (Djokomoeljanto, 2002). GAKI adalah
sekumpulan gejala klinis yang timbul karena tubuh seseorang kekurangan (defisiensi)
unsur iodium secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama (WHO, 2001).
Penanggulangan masalah GAKI secara nasional sudah dilalcukan sejak tahun 1975.
Departemen Kesehatan melaporkan penurunan endemisitas GAKI secara drastis melalui
program penggunaan gaftrm KIO3 di atas 30 ppm. Melalui progfitm tersebut tatal
goiter prevalence (TGR) menurun dan 27 menjadi 9,8Yo. Pada survei evaluasi GAKI
oleh Intensified Project-Iodine Deficiency Disorder Control (IP-IDDC), Departemen
Kesehatan secara nasional tahun 2003 menunjukkan TGR I l,lYo dan median iodium
dalam urin dan proporsi ekskresi iodium dalam.
Penyakit gondok tersebut dapat dicegah, salah satu cara pencegahannya adalah dengan
peningkatan konsumsi garam beriodium. Garam beriodium yang digunakan harus
memenuhi Standar Nasional yakni mengandung iodium sebesar 30-80 ppm. Dianjurkan
setiap orang mengkonsumsi garam beriodium sekitar 6 g atau I sendok teh setiap hari.
Kebutuhan ini
dapat terpenuhi dari makanan sehari-hari yang diolah dengan
menggunakan gartrm sebagai penambah rasa dalam hidangan. Selain itu setiap oftmg
dianjurkan mengkonsumsi makanan yang kaya akan iodium.
Kadar iodium dalam bahan makanan bervariasi dan dipengaruhi oleh letak geografis,
musim, dan cara memasaknya. Bahan makanan laut mengandung kadar iodium lebih
banyak. Kadar iodium berbagai bahan makanan misalnya ikan tawil (basah) 30 pglkg
bahan, ikan tawar ftering) 116 pg/kg, ikan laut (basah) 812 pg/kg, ikan laut (kering)
3.715 pg/kg, cumi-cumi (basah) 798 pgkg, cumi-cumi (kering) 3.866 pgkg, daging
Oasah) 50 pg/kg, susu 47 pgkg, telur 93 pglkg, sayur 29 pgkg, cereal 47 pgkg,
(Harsono, 1994) Kadar iodium pada pengelolaan makanan akan berkurang tergantung
bio.unsoed.ac.id
cara memasaknya. Ikan yang digoreng kadar iodiumnya berkurang 25 yo, bila di bakar
berkurang 25 % dan bila di rcbus (tanpa ditutupi) akan berkurang hingga 56
Sebaliknya iodium bisa disenyawakan dengan berbagai zat misalnya dengan NaCl pada
iodisasi garam dapur, dilarutkan dalam air dalam senyawa Kl, ataupun dilarutkan dalam
minyak (lipiodol) (Harsono, 1994). Kandungan rata+ata iodium dalam bahan makanan
disajikan pada Tabel.l
Selain rendahnya kandungan Iodium dalam makanan, kekurangan Iodium dapat pula
disebabkan oleh adanya zat yafig menghambat produksi atau penggunaan hormon
tiroid. Zat semacam ini disebut zat goitrogenik. Pengaruh zat goitogenik akan
menjadi nyata jika terjadi kekurangan iodium (Kartono, 2004). Berdasarkan sumbernya
goitrogenik terdiri dari goitrogenik alami dan goitrogenik non alami. Goitrogenik alami
seperti pada singkong, rebung, kot, ubi jalar, buncis besar, kacang-kacangan, bawang
merah dan bawang putih. Sedangkan yang non alami seperti bahan polutan akibat
kelebihan pupuk urea, pestisida dan bakteri coli (Thaha 2002).
Berdasarkan mekanisme kerjanya zat goitrogenik alami dikelompokkan menjadi 2
kelompok yaitu : 1) kelompok tiosianat atau senyawa mirip tiosianat yang bekerja
menghambat mekanisme transport aktif iodium ke dalam kelenjar tiroid dan 2)
kelompok tiourea yang bekerja menghambat proses organifikasi iodium dan
penggabungan iodotirosin dalam pembentukan hormon tiroid aktif. Bahan makanan
yang kaya sumber tiosianat antara lain ubi kuyo, hasil olah ubi kayu, lobak, kol,
rebung, ubi jalar dan buncis besar. Bahan makanan yang mengandung tiourea
contohnya sorgum, kacang-kacangan, kacang tanatr, bawang mera[ dan bawang putih.
Bahan makanan goitrogen yang populer dan banyak dikonsumsi di banyak negara
berkembang adalah singkong. Kadar sianida dalam singkong bervariasi sekitar 70 mg-
400 mg/kg. Bila kadar sianida singkong sekitar 400 mglkg, singkong itu
disebut
singkong pahit, sedang blla 70 mglkg disebut singkong manis. Menurut FAO/WHO
batas aman sianida adalah 10 mg/kg beratkering (Murdiana 2001).
Bahan makanan lain yang mengandung goitrogenik adalah kol, kedelai mentah Setiadi,
1980). Salah satu jenis goihogenik ini adalah golongan tiosianat (SCID Goitrogenik
tiosianat berasal dari prekusor tiosianat yaitu sianogenik glikosida sianohidrin dan
asam sianida (sianida bebas). Perubahan sianida menjadi tiosianat terjadi ketika bahan
makanan goitrogen dicerna dengan bantuan enzim glikosidase serta enzim sulfur
bio.unsoed.ac.id
transferase. Tiosianat merupakan hasil detoksifikasi sianida makanan di dalam tubuh
yang diekskresikan dalam urin. Murdiana et al., (2001) melakukan penelitian untuk
menguftmgi kadar goitrogenik jenis tiosianat di daerah gondok endemik yaitu Pundong
Yogyakarta dan Srumbung Magelang. Rata-rata kadar sianida bahan makanan mentah
bekisar 2 - 18 mgi100 g bahan mentah. Setelah dilalcukan pengolahan pada jenis
sayuam dengan cara rebus dan tumis kadar sianida masih berkisar 50 %. Sedangkan
* Disampaikan pada kegiatan Pengamdian Kepada Masyarakat di desa Gunungwuled Kecamatan
rembang Kabupaten Purbalingga Page 7
pada umbiumbian setelah direbus berkisar 2
-
38 Yo danbila ditumis masih berkisar 40
- 70 %. Selain cara di atas penurunan kadar sianida juga bisa dilakukan dengan
fermentasi dan perendaman.
PENUTUP
Penyakit gondok meskipun tidak menular dan tidak mengancam keselamatan jiwa tetapi
memberikan dakpak sangat serius, terutama pada bayi dan anak-anak. Gejala penyakit
ini sering tidak kita sadari, oleh karena itu pendidikan kepada masyarakat perlu
senantiasa dilakukan agar memahami gejalab penyebab dan akibat yang ditimbulkan.
Dengan demikian tindakan pencegahan dapat dilakukan terutama pada ibu hamil dan
anak-anak, karena anak-anak adalah generasi penerus bangsa.
DAFTAR TUSTAKA
Duars4 A.B. 2013. Perkembangan neurologik bayi dari umur 0 6 bulan dari ibu
-
hamil dengan defisiensi Yodium yang mendapat kapsul yodiol pada trimrster I,
II dan III di daerah gondok endemik kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi,
Jawa Timur. Tesis.
Hetzel BS. Iodine deficiency disorder. Dalam: Garrow JS, James WPT, penyunting.
Human nutrition dan dietetics. Edisi kesembilan. Edinburgh: Ctrurcrutt
Livingstone;1994.
bio.unsoed.ac.id
Lisdiana. 1998 Waspada Terhadap Kelebihan dan Kekurangan Gizi, Trubus
Agriwidaya, Bandar Lampung
Satriono, R., D. Daud dan Yulius. 2010. Pengaruh Pemberian Hormon Tiroksin
Terhadap Intelligence Quotient pada Anak Sekolah yang Menderita Gondok di
Daerah Endemik: Penelitian Terkontrol Acak Tersamar Ganda. Sari Pediatri
12 (2):124-127
Sulistyowati, N., J. Pradono, Y. Wiryawan dan Y. Meida. 2000. Prestasi belajar m,urid
di tiga Sekolah Dasar di daerah gondok endemik di Kecamatan Kandangan,
Propinsi Jawa Tengah. Medio Litbang KesehatanX(1):20-27
Tangin N, dan R. 2000. Satriono Hubungan antara gondok dengan tingkat kecerdasan
anak sekolah dasar di daerah gondok endemik. flesis l. Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin. Makassar
bio.unsoed.ac.id