Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PENGANTAR EKONOMI MAKRO

PERKEMBANGAN EKSPOR IKAN HIAS DI INDONESIA

DISUSUN OLEH:

1. Trixy Ayu R. (B12.2012.02063)


2. Sylvina Retnaning Koes S. (B12.2012.02190)
3. Dita Septiana (B12.2013.02568)
KELOMPOK : B12.1.4

AKUNTANSI S-1
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2014
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
A. PENGERTIAN EKSPOR ............................................................................................................... 1
B. TUJUAN EKSPOR ......................................................................................................................... 1
C. MANFAAT EKSPOR .................................................................................................................... 1
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN EKSPOR ............................................................. 2
E. PERKEMBANGAN EKSPOR IKAN HIAS DI INDONESIA ...................................................... 3
F. FAKTOR PENYEBAB KALAHNYA PENGUASAAN PASAR INDONESIA .......................... 4
G. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI IKAN
HIAS INDONESIA......................................................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 8

ii
A. PENGERTIAN EKSPOR
Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain
secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor pada umumnya adalah
tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk
memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan
campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Ekspor adalah
bagian penting dari perdagangan internasional, lawannya adalah impor. Secara garis
besar. Ekspor di Indonesia terdiri atas dua macam, yaitu :
1. Minyak bumi dan gas alam (Migas).
Barang-barang yang termasuk migas antara lain : minyak tanah, bensin, solar, dan
elpiji.
2. Non Migas
Barang-barang yang termasuk non migas antara lain : hasil pertanian dan perkebunan
(karet, kopi, dan kopra); hasil laut (ikan dan kerang); hasil industri (kayu lapis,
minyak kelapa sawit, pupuk, kertas, dan bahan kimia); serta hasil tambang non migas
(bijih nikel, bijih tembaga, dan batu bara)

B. TUJUAN EKSPOR
Tujuan kegiatan ekspor antara lain :
1. Meningkatkan laba perusahaan melalui perluasan pasar serta untuk memperoleh
harga jual yang lebih baik
2. Membuka pasar baru di luar negeri sebagai perluasan pasar dalam negeri
3. Memanfaatkan kelebihan komoditas yang telah dimiliki
4. Membiasakan diri bersaing dalam pasar internasional sehingga mampu bersaing
dengan negara lain.

C. MANFAAT EKSPOR
Kegiatan ekspor membawa banyak masyarakat bagi masyarakat. Berikut ini beberapa
manfaat dari kegiatan ekspor :

1. Memperluas Pasar bagi Produk Indonesia


Kegiatan ekspor merupakan salah satu cara untuk memasarkan produk Indonesia ke
luar negeri. Misalnya, pakaian batik merupakan salah satu produk Indonesia yang
mulai dikenal oleh masyarakat dunia. Apabila permintaan terhadap pakaian batik

1
buatan Indonesia semakin meningkat, pendapatan para produsen batik semakin besar.
Dengan demikian, kegiatan produksi batik di Indonesia akan semakin berkembang.

2. Menambah Devisa Negara


Perdagangan antarnegara memungkinkan eksportir Indonesia untuk menjual barang
kepada masyarakat luar negeri. Transaksi ini dapat menambah penerimaan devisa
negara. Dengan demikian, kekayaan negara bertambah karena devisa merupakan
salah satu sumber penerimaan negara.

3. Memperluas Lapangan Kerja


Kegiatan ekspor akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Dengan semakin
luasnya pasar bagi produk Indonesia, kegiatan produksi di dalam negeri akan
meningkat. Semakin banyak pula tenaga kerja yang dibutuhkan sehingga lapangan
kerja semakin luas.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN EKSPOR

Sejauh manakah sesuatu negara akan mengekspor barang-barang yang diproduksinya?


Banyak faktor yang akan menentukan hal ini dan pada dasarnya kepentingan ekspor di
sesuatu negara selalu berbeda dengan negara lain. Di sebagian negara ekspor sangat
penting, yaitu meliputi bagian yang cukup besar dari pendapatan nasional. Akan tetapi di
sebagian negara lain peranannya relatif kecil.
Sesuatu negara dapat mengekspor barang produksinya ke negara lain apabila barang
tersebut diperlukan negara lain dan mereka tidak dapat memproduksi barang tersebut atau
produksinya tidak dapat memenuhi keperluan dalam negeri. Ekspor karet, kelapa sawit
dan petroleum dari beberapa negara Asia Tenggara berlaku oleh karena barang-
barang tersebut dibeli oleh negara-negara yang tidak dapat memproduksinya. Sebaliknya
pula negara-negara Asia Tenggara mengimpor kapal terbang, dan berbagai jenis barang
modal oleh karena mereka tidak dapat menghasilkan sendiri barang-barang tersebut.
Walau bagaimanapun faktor di atas bukanlah faktor yang terpenting yang menentukan
ekspor sesuatu negara. Faktor yang lebih penting lagi adalah kemampuan dari
negara tersebut untuk mengeluarkan barang-barang yang dapat bersaing dalam
pasaran luar negeri. Maksudnya, mutu dan harga barang yang diekspor tersebut
haruslah paling sedikit sama baiknya dengan yang diperjualbelikan dalam pasaran luar

2
negeri. Cita rasa masyarakat di luar negeri terhadap barang yang dapat diekspor ke luar
negara sangat penting peranannya dalam menentukan ekspor sesuatu negara. Secara
umum boleh dikatakan bahwa semakin banyak jenis barang yang mempunyai
keistimewaan yang sedemikian yang dihasilkan olehh sesuatu negara, semakin banyak
ekspor yang dapat dilakukan.
Pendapatan nasional dianggap bukan penentu penting dari ekspor sesuatu negara. Ekspor
akan secara langsung mempengaruhi pendapatan nasional. Akan tetapi hubungan yang
sebaliknya tidak selalu berlaku, yaitu kenaikan pendapatan nasional belum tentu
menaikkan ekspor oleh karena pendapatan nasional dapat mengalami kenaikan sebagai
akibat kenaikan pengeluaran rumah tangga, investasi perusahaan, pengeluaran pemerintah
dan penggantian barang impor dengan barang buatan dalam negeri.
Ciri yang baru diterangkan ini menyebabkan ekspor dipandang sebagai pengeluaran
otonomi- yaitu seperti yang diterangkan sebelumnya, adalah pengeluaran yang besarnya
tidak tergantung kepada pendapatan nasional. Dalam persoalan ini ciri ekspor adalah
sama dengan investasi perusahaan dan pengeluaran pemerintah, yaitu jumlahnya tidak
ditentukan oleh pendapatan nasional. (Sukirno, 2013)

E. PERKEMBANGAN EKSPOR IKAN HIAS DI INDONESIA


Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor resources based industries
yang memiliki keuanggulan kompetitif untuk menggerakan perekonomian nasional,
sehingga sudah sepatutnya sektor tersebut dikembangkan. Sektor ini memiliki beragam
potensi, baik perikanan maupun potensi sumber daya alam lainnya. Ikan hias merupakan
salah satu komoditi perikanan yang potensial dalam menghasilkan devisa bagi negara dan
sumber pendapatan masyarakat perikanan (pembudidaya). Potensi ikan hias di Indonesia
tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, Maluku, dan Papua.

Perkembangan Ekspor Ikan Hias Tahun 2011

Perkembangan bisnis produk perikanan nonkonsumsi termasuk komoditas ikan hias di


Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat dan memiliki prospek yang
menjanjikan secara ekonomi. Hal ini dapat dilihat, pada tahun 2011 nilai perdagangan
produk perikanan nonkonsumsi mencapai Rp 565 milyar dari target sebesar Rp 350 milyar
(161,43 %). Hal itu dapat disimpulkan bahwa nilai perdagangan ikan nonkonsumsi
melebihi target yang ditentukan.

3
Perkembangan Ekspor Ikan Hias Tahun 2012

Pada tahun 2012, nilai perdagangan ikan nonkonsumsi yang semula mencapai Rp 565
milyar meningkat menjadi Rp 1,4 triliun dari target sebesar Rp 1 triliun. Peningkatan nilai
perdagangan ikan nonkonsumsi ini lantaran pasokannya yang cukup tinggi. Data
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP menyebutkan, produksi budidaya ikan hias
pada tahun 2012 mencapai 938 juta ekor. Pemasaran ikan hias di Indonesia didominasi
untuk pasar ekspor. Berdasarkan data dari United Nation Commodity Trade Statistics
Data Base, nilai ekspor ikan hias Indonesia pada 2012 sebesar US$ 21,01 juta, atau 8,12%
dari total nilai ekspor ikan hias di seluruh dunia yang sebesar US$ 258,8 juta. Indonesia
menempati posisi kelima setelah Singapura, Spanyol, Jepang, dan Malaysia.

Perkembangan Ekspor Ikan Hias Tahun 2013

Menurut data Direktorat Pengembangan Produk Nonkonsumsi (DPPN), Kementrian


Kelautan dan Perikanan, sampai akhir tahun 2013, kelima daerah sentra budidaya ikan
hias terbesar ada di Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, dan D.I. Yogyakarta,
dengan wilayah produksi tersebar di 18 provinsi seluruh Indonesia. Dari sisi suplai,
perkembangan produksi ikan hias dalam tiga tahun terakhir ini cukup menggeembirakan,
hal ini terlihat dari produksi ikan hias yang terus meningkat setiap tahunnya. Data di
DPPN mencatat, pada tahun 2013, dari target produksi ikan hias sebesar 1,1 milyar ekor,
sampai dengan bulan Desember 2013 tercapai 1,04 milyar ekor atau 94,26 %. Nilai
perdagangan ikan nonkonsumsi menanjak lagi yakni sebesar Rp 1,7 triliun dari target Rp
1,5 triliun.

F. FAKTOR PENYEBAB KALAHNYA PENGUASAAN PASAR INDONESIA

Sumber daya alam yang melimpah menyebabkan potensi ikan hias Indonesia sangat
besar, baik itu ikan hias yang berasal dari alam maupun ikan hias yang sudah
dibudidayakan. Besarnya potensi tidak dapat menjadikan Indonesia sebagai penguasa
pangsa pasar ikan hias di dunia, hal tersebut dibuktikan melalui fakta bahwa selama ini
Singapura selalu menjadi penguasa pasar. Beberapa faktor yang menyebabkan Indonesia
kalah dalam hal peguasaan pasar dibanding Singapura, Spanyol, Jepang, dan Malaysia
adalah :

4
1. Rendahnya penguasaan teknologi budidaya dan penanganan ikan hias yang baik;
2. Pembudidaya banyak yang skala kecil dan menengah dengan metode tradisional serta
tidak bergerak secara kelompok;
3. Channeling antara Supply dengan Demand belum tertata dengan baik;
4. Branding ikan hias Indonesia masih lemah;
5. Kebijakan pemerintah yang masih sering overlapping satu sama lain dan belum
mendukung pengembangan industri ikan hias;
6. Koordinasi antar stakeholder ikan hias yang masih rendah.

G. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI


IKAN HIAS INDONESIA
1. Peningkatan produksi nasional dengan kualitas yang dapat bersaing di pasar
global dan market driven
Ikan hias yang diproduksi harus sesuai dengan permintaan pasar dengan kualitas baik,
serta memperhatikan kontinuitas jumlah dan ukuran seragam, sehingga ikan hias
Indonesia dapat bersaing di pasar global. Ikan hias harus dibudidaya berdasarkan
permintaan pasar karena ikan hias adalah komoditas yang pemasarannya tergantung
pada nilai-nilai yang lebih ke arah sentimen atau pengaruh dari gaya hidup. Sehingga
jika suatu jenis ikan hias memiliki nilai sentimen yang tinggi seperti ikan arwana super
red atau golden red yang dipercaya mampu memberikan keberuntungan bagi beberapa
kaum, maka ikan tersebut akan benilai sangat tinggi.
2. Pengembangan dan penguatan kawasan minapolitan
Ikan Koi, salah satu ikan hias di Indonesia yang sudah dapat bersaing dengan produk
impor. Pengembangan kawasan minapolitan diperlukan karena pembudidaya yang
bergerak individual dengan skala kecil menengah akan sulit berkembang dan bersaing
dengan perusahaan besar. Kawasan akan memperkokoh industri ikan hias per
komoditas, sebagai contoh adalah Blitar yang berkembang sebagai kawasan industri
ikan hias koi yang dapat menghasilkan koi-koi berkualitas dan bersaing dengan koi
impor.
3. Penguatan regulasi perdagangan produk nonkonsumsi
Pengembangan ikan hias di Indonesia terkendala oleh regulasi yang tidak optimal dan
masih banyak yang tumpang tindih (overlapping). Panjangnya rantai birokasi seperti
perijinan yang harus dilalui oleh pengusaha ikan hias yang ingin ekspor. Selain itu,
Kementerian Kehutanan dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan berkaitan

5
dengan ikan Arwana Super Red sebagai pihak pengelola ikan hias punya kebijakan
yang belum sinergis. Padahal berdasarkan PP No. 60 Tahun 2007 seharusnya
kewenangannya harus sudah dilimpahkan kepada Kementrian Kelautan dan Perikanan
dan ditangani oleh Direktorat Jenderal KP3K.
4. Penguatan dan pengembangan jejaring pemasaran domestik
Penyangga utama industri ikan hias Indonesia adalah jejaring pemasaran domestik,
karena berapapun besarnya produksi ikan hias Indonesia, jejaring pemasaran domestik
harus dapat menyerap produksi dan mendistribusikan dengan baik agar kualitas dapat
terjaga. Jejaring pemasaran ini berkaitan dengan pihak-pihak pemangku kepentingan
yang lain, seperti sarana prasarana transportasi yang berkaitan dengan Kementerian
PU, Kementerian Perhubungan, dan lainnya.

5. Perluasan dan penguatan pasar tujuan eskpor


Pada ikan hias, ekspor merupakan kegiatan pemasaran yang dominan dilakukan para
pengusaha, karena pasar yang besar serta terbukti industri ini menyumbang
keuntungan kepada para eksportir saat Indonesia terpuruk krisis ekonomi, hal tersebut
karena para eksportir mendapatkan keuntungan dari hasil ekspor sedangkan sebagian
industri lainnya yang mengandalkan teknologi tinggi dan mengandalkan input dari
impor yang tinggi mengalami kerugian yang cukup besar pada masa tersebut.

6. Penguatan branding dan promosi


Branding ikan hias Indonesia merupakan hal yang penting, karena walaupun potensi
ikan hias besar, tetapi nilai ikan hias dengan jenis dan ukuran yang sama tetap lebih
rendah dibandingkan dengan ikan hias dari Singapura. Minimnya promosi di luar
negeri serta penyebaran informasi mengenai ikan hias Indonesia, serta rendahnya
kepercayaan negara lain terhadap Indonesia menyebabkan ada beberapa ikan hias
endemik Indonesia yang diakui milik negara lain. Sehingga penguatan branding ikan
hias adalah mutlak dalam rangka peningkatan daya saing.
7. Pengembangan industri produk nonkonsumsi
Hal ini diperlukan dalam rangka merubah pola usaha para pembudidaya dari
tradisional menjadi industri, yang berarti usaha dijalankan secara profesional dengan
menerapkan teknologi tepat guna. Sehingga diharapkan dengan merubah dari
tradisional dan kecil serta menengah menjadi industri, akan meningkatkan daya saing
ikan hias Indonesia yang berdampak pada peningkatan devisa, pendapatan

6
pembudidaya atau pengusaha, menumbuhkan usaha-usaha lain seperti aksesoris
akuarium, serta membuka lapangan pekerjaan.
Penerapan strategi pengembangan industri dan peningkatan daya saing ikan hias
Indonesia diharapkan dapat meningkatan nilai perdagangan ikan hias baik itu ekspor
maupun domestik. Melalui hal tersebut, diharapkan dapat menempatkan Indonesia
yang merupakan salah satu produsen terbesar ikan hias di dunia sebagai pemimpin
pasar ikan hias di dunia.

7
DAFTAR PUSTAKA

[1]
http://nylabintang.wordpress.com/tutorial-3/ekspor-dan-import/
[2]
http://suheri37.blogspot.com/2012/12/ekspor-impor-indonesia.html
[3]
http://www.kkp.go.id/ppn/index.php/arsip/c/251/?category_id=1
[4]
Sukirno, S. (2013). Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai