Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID

Browse Home Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap LAPORAN PENDAHULUAN


ARTRITIS REUMATOID

LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID

LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID

A. PENGERTIAN ARTRITIS REUMATOID


Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi. Kedua,
itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan
Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi
tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002).
Engram (1998) mengatakan bahwa, Reumatoid arthritis adalah penyakit jaringan
penyambung sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran
sinovial dari sendi diartroidial.
Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi
utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan
seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi
tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi.(www.medicastore.com)
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara
simetris. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 )
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses
inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia
lanjut.Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi
Darmojo, 2002).
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang
mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.( Susan Martin
Tucker.2003 )
Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai mengenai
membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri
persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. (Diane C. Baughman.
2000 )
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour. 2005 )
Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan
pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).

B. KLASIFIKASI ARTRITIS REUMATOID


Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Reumatoid arthritis klasik
pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung
terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. Reumatoid arthritis defisit
pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable Reumatoid arthritis
pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible Reumatoid arthritis
pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :


1. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi,
edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan
kekakuan.
2. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan
gangguan fungsi secara menetap.

C. ETIOLOGI ARTRITIS REUMATOID


Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor
Reumatoid
2. Gangguan Metabolisme
3. Genetik
4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun
faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik,
dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).

Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis
reumatoid adalah;
Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya adalah 2-3:1.
Umur.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun penyakit ini
juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid juvenil)
Riwayat Keluarga.
Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis Reumatoid maka
anda kemungkinan besar akan terkena juga.
Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

D. PATOFISIOLOGI ARTRITIS REUMATOID


Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya)
terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim
dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema,
proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah
menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut
terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan
menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial
menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian
ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus
masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang
menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan
osteoporosis setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan
adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang
sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada
sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi
yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).

Pathway Artritis Reumatoid


LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID
ARTRITIS REUMATOID

E. TANDA DAN GEJALA ARTRITIS REUMATOID


Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
Nyeri persendian
Bengkak (Reumatoid nodule)
Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
Terbatasnya pergerakan
Sendi-sendi terasa panas
Demam (pireksia)
Anemia
Berat badan menurun
Kekuatan berkurang
Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
Pasien tampak anemik
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
Gerakan menjadi terbatas
Adanya nyeri tekan
Deformitas bertambah pembengkakan
Kelemahan
Depresi
Gejala Extraartikular :
Pada jantung : Reumatoid heard diseasure, Valvula lesion (gangguan
katub),Pericarditis, Myocarditis
Pada mata : Keratokonjungtivitis, Scleritis
Pada lympa : Lhymphadenopathy
Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
Pada otot : Mycsitis
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis
reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan
oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan
demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun
biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi
diartrodial dapat terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tatapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada
osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu
kurang dari 1 jam.
4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan
sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat pada
radiogram.
5. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal,
deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang
sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal
yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga dapat
terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam
melakukan gerak ekstensi.
6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga orang dewasa penderita arthritis Reumatoid. Lokasi yang paling sering dari
deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang permukaan
ekstensor dari lengan; walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada
tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk
suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
7. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang organ-organ lain di
luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah dapat
rusak.
Gejala umum Reumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung pada tingkat
peradangan jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif. Ketika jaringan
berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif. Remisi dapat terjadi secara spontan atau
dengan pengobatan dan pada minggu-minggu terakhir bisa bulan atau tahun. Selama
remisi, gejala penyakit hilang dan orang-orang pada umumnya merasa sehat ketika
penyakit ini aktif lagi (kambuh) ataupun gejala kembali (Reeves, Roux & Lockhart,
2001).
Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi,
kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi dan kekakuan. Otot
dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping itu juga manifestasi
klinis Reumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium serta
beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi
merupakan gambaran klinis yang klasik untuk Reumatoid arthritis (Smeltzer & Bare,
2002). Gejala sistemik dari Reumatoid arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu,
takikardi, berat badan menurun, anemia (Long, 1996).
Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada persendian
kecil di tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai persendian, lutut,
bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular.
Awitan biasanya akut, bilateral dan simetris. Persendian dapat teraba hangat, bengkak,
kaku pada pagi hari berlangsung selama lebih dari 30 menit. Deformitas tangan dan
kaki adalah hal yang umum.
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
1. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi,
edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan
kekakuan.
2. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan
gangguan fungsi secara menetap.
Keterbatasan fungsi sendi dapat terjadi sekalipun stadium pada penyakit yang
dini sebelum terjadi perubahan tulang dan ketika terdapat reaksi inflamasi yang akut
pada sendi-sendi tersebut. Persendian yang teraba panas, membengkak, tidak mudah
digerakkan dan pasien cendrung menjaga atau melinddungi sendi tersebut dengan
imobilisasi. Imobilisasi dalam waktu yang lama dapat menimbulkan kontraktur sehingga
terjadi deformitas jaringan lunak. Deformitas dapat disebabkan oleh ketidaksejajajran
sendi yang terjadi ketika sebuah tulang tergeser terhadap lainnya dan menghilangkan
rongga sendi (Smeltzer & Bare, 2002).
Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi
pada lanjut usia menurut Buffer (2010), yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari, bermula
sakit dan kekakuan pada daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki, juga
pada jari-jari, mulai terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba akan terasa
hangat, terjadi kemerahan dan terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak tertahan dapat
menyebabkan demam, dapat terjadi berulang

LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID

F. KOMPLIKASI ARTRITIS REUMATOID

1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di


bawah kulit yang disebut subcutan nodule.

2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.

3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.

4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
adanya darah yang membeku.

5. Terjadi splenomegali.

6. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya untuk


menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi
menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid
(OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid
drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada
arthritis reumatoid.
Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan
dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat
vaskulitis.

G. KRITERIA DIAGNOSTIK ARTRITIS REUMATOID


Kriteria American Rheumatism Association untuk Artritis Reumatoid, Revisi 1987.
No Kriteria Definisi
1 Kaku pagi hari Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan
disekitarnya, sekurangnya selama 1 jam
sebelum perbaikan maksimal
2 Artritis pada 3 daerah Pembengkakan jaringan lunak atau persendian
atau lebih efusi (bukan pertumbuhan tulang)
pada sekurang-kurangnya 3 sendi secara
bersamaan yang diobservasi oleh seorang
dokter. Dalam kriteria ini terdapat 14 persendian
yang memenuhi kriteria yaitu PIP, MCP,
pergelangan tangan, siku pergelangan kaki dan
MTP kiri dan kanan.
3 Artritis Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan
pada persendian satu persendian tangan seperti yang tertera
tangan diatas.
4 Artritis simetris Keterlibatan sendi yang sama (seperti yang
tertera pada kriteria 2 pada kedua belah sisi,
keterlibatan PIP, MCP atau MTP bilateral dapat
diterima walaupun tidak mutlak bersifat simetris.
5 Nodul Reumatoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ekstensor atau daerah juksta-
artrikular yang diobservasi oleh seorang dokter.
6 Faktor Reumatoid Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid
serum serum yang diperiksa dengan cara yang
memberikan hasil positif kurang dari 5%
kelompok kontrol yang diperiksa.
7 Perubahan gambaran Perubahan gambaran radiologis yang radiologis
khas bagi arthritis reumotoid pada periksaan
sinar X tangan posteroanterior atau pergelangan
tangan yang harus menunjukkan adanya erosi
atau dekalsifikasi tulang yang berlokalisasi pada
sendi atau daerah yang berdekatan dengan
sendi (perubahan akibat osteoartritis saja tidak
memenuhi persyaratan).
Untuk keperluan klasifikasi, seseorang dikatakan menderita artritis reumatoid
jika ia sekurang-kurangnya memenuhi 4 dari 7 kriteria di atas. Kriteria 1 sampai 4 harus
terdapat minimal selama 6 minggu. Pasien dengan dua diagnosis tidak dieksklusikan.
Pembagian diagnosis sebagai artritis reumatoid klasik, definit, probable atau possible
tidak perlu dibuat.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG ARTRITIS REUMATOID


1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan
leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi
sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang
menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi
tulang pada sendi
5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal:
buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-produk
pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen ( C3 dan C4 ).
6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.
7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi;
cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental
dibanding cairan sendi yang normal.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang
mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-
kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi
peri-artikuler pada foto rontgen
Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada penegakan
diagnosis Reumatoid arthritis, yaitu nodul Reumatoid, inflamasi sendi yang ditemukan
pada saat palpasi dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaaan
laboratorium menunjukkan peninggian laju endap darah dan factor Reumatoid yang
positif sekitar 70%; pada awal penyakit faktor ini negatif. Jumlah sel darah merah dan
komplemen C4 menurun. Pemeriksaan C- reaktifprotein (CRP) dan antibody
antinukleus (ANA) dapat menunjukan hasil yang positif. Artrosentesis akan
memperlihatkan cairan sinovial yang keruh, berwarna mirip susu atau kuning gelap dan
mengandung banyak sel inflamasi, seperti leukosit dan komplemen (Smeltzer & Bare,
2002). Pemeriksaan sinar-X dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis dan
memantau perjalanan penyakitnya. Foto rongen akan memperlihatkan erosi tulang yang
khas dan penyempitan rongga sendi yang terjadi dalam perjalanan penyakit tersebut
(Smeltzer & Bare, 2002).

LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID

I. PENATALAKSANAAN ARTRITIS REUMATOID


Tujuan utama terapi adalah:
1. Meringankan rasa nyeri dan peradangan
2. memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.
3. Mencegah atau memperbaiki deformitas
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan
sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
1. Istirahat
2. Latihan fisik
3. Panas
4. Pengobatan
a. Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang
diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
b. Natrium kolin dan asetamenofen meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap
terapi obat
c. Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 600 mg/hari mengatasi
keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan kebutuhan steroid
yang diperlukan.
d. Garam emas
e. Kortikosteroid
5. Nutrisi diet untuk penurunan berat badan yang berlebih
Bila Reumatoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan
dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan
indikasinya sebagai berikut:
a. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk mempertahankan
fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi.
b. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
c. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
d. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada persendian.
Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan
penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara
pasien dan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya.
Tanpa hubungan yang baik akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien
untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu yang lama (Mansjoer, dkk. 2001).

Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID dalam dosis terapeutik.


Kalau diberikan dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-obat ini akan memberikan
efek anti inflamasi maupun analgesik. Namun pasien perlu diberitahukan untuk
menggunakan obat menurut resep dokter agar kadar obat yang konsisten dalam darah
bisa dipertahankan sehingga keefektifan obat anti-inflamasi tersebut dapat mencapai
tingkat yang optimal (Smeltzer & Bare, 2002).
Kecenderungan yang terdapat dalam penatalaksanaan Reumatoid arthritis
menuju pendekatan farmakologi yang lebih agresif pada stadium penyakit yang lebih
dini. Kesempatan bagi pengendalian gejala dan perbaikan penatalaksanaan penyakit
terdapat dalam dua tahun pertama awitan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).
Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari,
sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat
pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa
mencegah datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara berlebihan,
menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu seimbang sesuai
dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut. Mengkonsumsi
suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung Omega 3. Didalam omega
3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara persendian agar tetap lentur.
ASUHAN KEPERAWATAN ARTRITIS REUMATOID
J. PENGKAJIAN ARTRITIS REUMATOID
Pemeriksaan Fisik
o Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit,
ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
o Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
Catat bila ada krepitasi
Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
o Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
Ukur kekuatan otot
o Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
o Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi
pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya
kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi
berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya
aspek body image dan harga diri klien.

Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan


organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya
eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
Pengkajian 11 Pola Gordon
1. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
Riwayat keluarga dengan RA
Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
2. Pola Nutrisi Metabolik
Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak
mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
Riwayat gangguan metabolic
3. Pola Eliminasi
Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
Jenis aktivitas yang dilakukan
Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
Tidak mampu melakukan aktifitas berat
5. Pola Istirahat dan Tidur
Apakah ada gangguan tidur?
Kebiasaan tidur sehari
Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
6. Pola Persepsi Kognitif
Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?

8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama


Bagaimana hubungan dengan keluarga?
Apakah ada perubahan peran pada klien?
9. Pola Reproduksi Seksualitas
Adakah gangguan seksualitas?
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
11. Pola Sistem Kepercayaan
Agama yang dianut?
Adakah gangguan beribadah?
Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN ARTRITIS REUMATOID


1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/
proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, penurunan,
kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
5. Kebutuhan pembelajaran mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat, kesalahan interpretasi
informasi.

LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID

L. PERENCANAAN ARTRITIS REUMATOID


DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RA
KEPERAWATAN
Nyeri berhubungan Setelah dilakukan Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan Membantu
dengan agen tindakan intensitas (skala 0-10). Catat faktor- kebutuhan ma
pencedera, keperawatan faktor yang mempercepat dan keefektifan prog
distensi jaringan selama 3x24 jam tanda-tanda rasa sakit non verbal Matras yang l
oleh akumulasi diharapkan tidak Berikan matras/ kasur keras, bantal yang besar
cairan/ proses ada Keluhan nyeri, kecil,. Tinggikan linen tempat tidur pemeliharaan k
inflamasi, destruksi dengan kriteria : sesuai kebutuhan tepat, menempa
sendi. Menunjukkan nyeri Tempatkan/ pantau penggunaan yang sakit. Pe
hilang/ terkontrol bantl, karung pasir, gulungan tidur menurunka
Terlihat rileks, dapat trokhanter, bebat, brace. yang terinflamas
tidur/beristirahat Dorong untuk sering mengubah Mengistirahatka
dan berpartisipasi posisi,. Bantu untuk bergerak di sakit dan me
dalam aktivitas tempat tidur, sokong sendi yang netral. Pengg
sesuai kemampuan. sakit di atas dan bawah, hindari menurunkan
Mengikuti program gerakan yang menyentak. mengurangi keru
farmakologis yang Anjurkan pasien untuk mandi air Mencegah terja
diresepkan hangat atau mandi pancuran pada dan kekakuan
Menggabungkan waktu bangun dan/atau pada waktu sendi, mengura
keterampilan tidur. Sediakan waslap hangat pada sendi
relaksasi dan untuk mengompres sendi-sendi Panas mening
aktivitas hiburan ke yang sakit beberapa kali sehari. dan mobilitas, m
dalam program Pantau suhu air kompres, air dan melepaskan
kontrol nyeri. mandi, dan sebagainya. Sensitivitas p
Berikan masase yang lembut dihilangkan da
Ajarkan teknik non farmakologi disembuhkan
(relaksasi, distraksi, relaksasi Meningkatkan
progresif) nyeri
Beri obat sebelum aktivitas/ latihan Meningkatkan r
yang direncanakan sesuai petunjuk. tegangan otot/
Kolaborasi: Berikan obat-obatan untuk ikut serta
sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat) Sebagai anti
Berikan kompres dingin jika analgesik ringa
dibutuhkan kekakuan dan m
Rasa dingin
nyeri dan bengk
Gangguan Setelah dilakukan Evaluasi/ lanjutkan pemantauan Tingkat aktivita
mobilitas fisiktindakan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada dari perkemba
berhubungan keperawatan sendi peoses inflamas
dengan deformitas selama 3x24 jam Pertahankan istirahat tirah baring/ Istirahat sistem
skeletal, nyeri,diharapkan duduk jika diperlukan jadwal eksaserbasi ak
penurunan, mobilitas fisik baik aktivitas untuk memberikan periode penyakit yang p
kekuatan otot. dengan kriteria : istirahat yang terus menerus dan kelelahan memp
Mempertahankan tidur malam hari yang tidak Mempertahanka
fungsi posisi terganmggu. fungsi sendi,
dengan tidak Bantu dengan rentang gerak stamina umum.
hadirnya/ aktif/pasif, demikiqan juga latihan adekuat menimb
pembatasan resistif dan isometris jika karenanya akti
kontraktur. memungkinkan dapat merusak s
Mempertahankan Ubah posisi dengan sering dengan Menghilangkan
ataupun jumlah personel cukup. dan meningkatk
meningkatkan Demonstrasikan/ bantu tehnik Mempermudah
kekuatan dan fungsi pemindahan dan penggunaan kemandirian
dari dan/ atau bantuan mobilitas, mis, trapeze pemindahan
kompensasi bagian Posisikan dengan bantal, kantung mencegah robe
tubuh pasir, gulungan trokanter, bebat, Meningkatkan s
Mendemonstrasikan brace resiko cidera )
tehnik/ perilaku Gunakan bantal kecil/tipis di bawah posisi sendi
yang leher. kesejajaran
memungkinkan Dorong pasien mempertahankan kontraktor
melakukan aktivitas postur tegak dan duduk tinggi, Mencegah fleks
berdiri, dan berjalan Memaksimalkan
Berikan lingkungan yang aman, mempertahanka
misalnya menaikkan kursi, Menghindari cid
menggunakan pegangan tangga jatuh
pada toilet, penggunaan kursi roda. Berguna dala
Kolaborasi: konsul dengan program latih
fisoterapi. berdasarkan pa
Kolaborasi: Berikan matras busa/ dan dalam meng
pengubah tekanan. Menurunkan te
Kolaborasi: berikan obat-obatan yang mudah pe
sesuai indikasi (steroid). risiko imobilitas
Mungkin dibutu
sistem inflamasi
Gangguan CitraSetelah dilakukan Dorong pengungkapan mengenai Berikan k
Tubuh / Perubahan tindakan masalah tentang proses penyakit, mengidentifikas
Penampilan Peran keperawatan harapan masa depan. konsep dan m
berhubungan selama 3x24 jam Diskusikan arti dari kehilangan/ langsung
dengan perubahan diharapkan perubahan pada pasien/orang Mengidentifikas
kemampuan untuk gangguan citra terdekat. Memastikan bagaimana mempengaruhi
melaksanakan tubuh berkurang pandangaqn pribadi pasien dalam interaksi deng
tugas-tugas umum, dengan criteria: memfungsikan gaya hidup sehari- menentukan
peningkatan Mengungkapkan hari, termasuk aspek-aspek intervensi/ konse
penggunaan peningkatan rasa seksual. Isyarat verba
energi, percaya diri dalam Diskusikan persepsi terdekat dapat
ketidakseimbangan kemampuan untuk pasienmengenai bagaimana orang mayor pada
mobilitas. menghadapi terdekat menerima keterbatasan. memandang diri
penyakit, perubahan Akui dan terima perasaan berduka, Nyeri konstan
pada gaya hidup, bermusuhan, ketergantungan. perasaan mar
dan kemungkinan Perhatikan perilaku menarik diri, umum terjadi
keterbatasan penggunaan menyangkal atau Dapat menu
Menyusun rencana terlalu memperhatikan perubahan ataupun metod
realistis untuk masa Susun batasan pada perilaku mal membutuhkan in
depan. adaptif. Bantu pasien untuk Membantu
mengidentifikasi perilaku positif mempertahanka
yang dapat membantu koping dapat meningk
Ikut sertakan pasien dalam diri
merencanakan perawatan dan Meningkatkan
membuat jadwal aktivitas mendorong
Bantu dalam kebutuhan perawatan mendorong berp
yang diperlukan Mempertahanka
Berikan bantuan positif bila perlu. dapat meningka
Kolaborasi: Rujuk pada konseling Memungkinkan
psikiatri, mis: perawat spesialis senang terhad
psikiatri, psikolog. Menguatkan
Kolaborasi: Berikan obat-obatan Meningkatkan ra
sesuai petunjuk, mis; anti ansietas Pasien/orang
dan obat-obatan peningkat alam membutuhkan
perasaan. berhadapan de
panjang/ ketidak
Mungkin dib
munculnya de
pasien menge
koping yang leb
Defisit perawatan Setelah dilakukan Diskusikan tingkat fungsi umum (0- Mungkin dapat
diri berhubungan tindakan 4) sebelum timbul awitan/ umum dengan
dengan kerusakan keperawatan eksaserbasi penyakit dan potensial yang diperluka
musculoskeletal, selama 3x24 jam perubahan yang sekarang saat ini
penurunan diharapkan klien diantisipasi. Mendukung
kekuatan, daya dapat mengatur Pertahankan mobilitas, kontrol fisik/emosional
tahan, nyeri pada kegiatan sehari-hari, terhadap nyeri dan program latihan. Menyiapkan
waktu bergerak,dengan criteria Kaji hambatan terhadap partisipasi kemandirian, ya
depresi. hasil: dalam perawatan diri. Identifikasi harga diri
Melaksanakan /rencana untuk modifikasi Berguna untuk
aktivitas perawatan lingkungan untuk memenuh
diri pada tingkat Kolaborasi: Konsul dengan ahli Mis; mem
yang konsisten terapi okupasi. menggunakan
dengan Kolaborasi: Atur evaluasi sepatu, mengg
kemampuan kesehatan di rumah sebelum untuk mandi pan
individual pemulangan dengan evaluasi Mengidentifikas
Mendemonstrasikan setelahnya. yang mungkin d
perubahan teknik/ Kolaborasi : atur konsul dengan kemampuan act
gaya hidup untuk lembaga lainnya, mis: pelayanan Mungkin me
memenuhi perawatan rumah, ahli nutrisi. bantuan tamba
kebutuhan situasi
perawatan diri.
Mengidentifikasi
sumber-sumber
pribadi/ komunitas
yang dapat
memenuhi
kebutuhan
perawatan diri.
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi 11. Alih
bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC
Harris ED Jr., 1993, Etiology and Pathogenesis of Reumatoid Arthritis. Dalam: Textbook of
Rheumatology.Philadhelpia:Saunders Co
Hirmawan, Sutisna., 1973. PATOLOGI. Jakarta : Bagian Patologi Anatomik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, pp : 437, 1
Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis MA
(Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange,
International Edition, Connecticut 2005, 729-32.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC. 2002.
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. BUKU AJAR PATOLOGI Edisi 7. Jakarta :
EGC
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000. KAPITA SELEKTA
KEDOKTERAN Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius
Nasution..1996.Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku Ajar Penyakit
Dalam Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Price, SA. Dan Wilson LM., 1993, Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit bag 2.
Jakarta: EGC
KASUS RHEUMATOID ARTHRITIS
BAB I
PENDAHULUAN

Artritis rheumatoid (AR) adalah penyakit autoimmune yang ditandai oleh inflamasi sistemik
kronik dan progresif, dimana sendi adalah target utama. Manifestasi klinik klasik AR adalah poliarthritis
simetrik yang terutama mengenai sendi-sendi kecil pada tangan dan kaki. Selain lapisan synovial sendi,
AR juga bisa mengenai organ-organ diluar persendian seperti kulit, jantung, paru-paru, dan mata.
Mortalitasnya meningkat akibat adanya komplikasi kardiovaskular, infeksi, penyakit ginjal, keganasan,
dan adanya komorbiditas. Menegakkan diagnosis dan memulai terapi sedini mungkin, dapat
menurunkan progresifitas penyakit.

Terdapat berbagai prevalensi kasus AR di daerah di Indonesia. Hasil survey yang dilakukan di
Jawa Tengah mendapatkan prevalensi AR sebesar 0,2% di daerah rural dan 0,3% di daerah urban. Di
poliklinik Reumatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta, kasus baru AR merupakan 4,1% dari
seluruh kasus baru tahun 2000 dan pada periode Januari s/d Juni 2007 didapatkan sebanyak 203 kasus
AR dari jumlah seluruh kunjungan sebanyak 1.346 orang (15,1%).

Prevalensi AR lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki dengan
rasio 3:1 dan dapat terjadi pada semua kelompok umur, dengan angka kejadian tertinggi didapatkan
pada decade keempat dan kelima.

BAB II
LAPORAN KASUS

Sesi 1

Wanita 40 tahun, perokok, datang berobat kepada seorang GP dengan keluhan nyeri pangkal jari-
jari tangan.

Pada anamnesis dan pemeriksaan selanjutnya, sendi yang nyeri dan bengkak, serta kemerahan,
teraba hangat, pada kedua tangan di metacarpophalangeal . pasien sedang minum obat-obat tbc dalam
6 bulan ini.

Sesi 2
Pada pemeriksaan lebih lanjut, ternyata pagi hari sendi-sendi pangkal jari tangan kiri dan kanan
kaku lebih dari ! jam. Rupanya keluhan tersebut telah berlangsung sekitar 2 bulan. Pasien sudah minum
obat-obat rematik sendiri.

Pemeriksaan laboratorium memperlihatkan asam urat 9 mg/dL dan RF (-)

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 IDENTIFIKASI PASIEN

Nama : X

Umur : 40 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Status perkawinan : -

Alamat : -

Agama : -

3.2 ANAMNESIS

Keluhan utama : Nyeri pangkal jari-jari tangan

Riwayat penyakit sekarang : -

Riwayat penyakit dahulu : -

aan : perokok, sedang minum obat-obat tbc dalam 6 bulan ini, sudah minum obat-obat rematik sendiri.

ng diperlukan, sebagai berikut:

Kapan nyeri terjadi ?

Ini untuk mengindikasikan apakah pasien sakit reumatoid artritis, osteoartritis ataukah gout, karena
pada ketiga penyakit tersebut memiliki sifat nyeri yang berbeda dimana reumatoid artritis lebih sering
terjadi pada pagi hari sedangkan pada osteoartritis terjadi setelah melakukan suatu aktivitas tertentu
dan gout lebih sering terjadi pada sore hari tanpa didahului oleh aktivitas tertentu.

Pada saat nyeri berlangsung, apakah daerah nyeri tampak bengkak, hangat dan merah atau tidak ?

Hal ini dapat mengindikasikan bahwa jika pada daerah nyeri tampak bengkak, hangat dan merah ini
menandakan bahwa adanya inflamasi. Dan inflamasi dapat terjadi pada reumatoid artritis dan gout.

Sejak kapan rasa nyeri dirasakan ?

Hal ini untuk mengindikasikan perjalanan penyakit antara akut ataukah kronis.

Selain nyeri di metacarpophalangeal dimana lagi nyeri tersebut terjadi ?

Jika meluas ke sendi-sendi besar hal ini mengindikasikan kepada osteoartritis

Nyerinya pada kanan atau kiri saja apa kanan kiri ?

Jika nyeri simetris biasanya terjadi pada reumatoid artritis sedangkan jika asimetris kemungkinannya
osteoartritis dan gout.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK

Suhu :-

Denyut Nadi :-

Tekanan Darah :-

Pernapasan :-

Keluhan Utama : Nyeri pangkal jari jari tangan

Keluhan Tambahan : Sendi nyeri dan bengkak.

Kemerahan dan teraba hangat pada kedua tangan di metacarpophalangeal.

3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang bisa digunakan sebagai berikut:

Faktor reumatoid

Hasilnya negatif pada 30% penderita AR stadium dini. Jika pemeriksaan awal negatif dapat diulang
setelah 6-12 bulan dari onset penyakit. Bisa memberikan hasil positif pada beberapap penyakit seperti ;
SLE ,sklerodema, penyakit keganasan,sarkoidosis, infeksi (virus,parasit atau bakteri)

Laju endap darah


Sering meningkat >30 mm/jam, bisa digunakan untuk memonitor perjalan penyakit

C-reactive protein

Umumnya meningkat sampai . 0,7 picogram/mL. Bisa digunakan untuk memonitor perjalanan penyakit

Foto polos (plain radiograph)

Terlihat adanya osteopenia atau erosi dekat celah sendi pada stadium dini penyakit. Foto pergelangan
tangan dan pergelangan kaki penting untuk data dasar,sebagai pembanding dalam penelitian
selanjutnya.

MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Mampu mendeteksi adanya erosi sendi lebih awal dibandingkan dengan foto polos, tampilan struktur
sendi lebih rinci

Pemeriksaan cairan sendi

Dilakukan jika diagnosa meragukan . pada AR tidak ditemukan kristal kultur negatif dan kadar glukosit
rendah.

Sedangkan pada pasien didapatkan hasil sebagai berikut:

Hb 12 g%.

Nilai normal Hb pada wanita dewasa adalah 11,5 - 16,5 g/dl). Maka, kadar Hb pada pasien ini masih
dalam batas normal.

Kadar Leukosit 7500/mm3.

Nilai normal leukosit adalah 5000 - 10000/mm3. Maka, kadar leukosit pada pasien ini masih dalam batas
normal.

LED 25 mm/jam.Nilai normal LED untuk wanita dewasa :

-westergren <15 mm/jam


-wintrobe <20 mm/jam

Menurut ICSH ( international commitee for standarization in hematology) yg dianjurkan untuk


pemeriksaan hematologi adalah westergren. Kadar LED pada pasien ini meningkat diakibatkan penyakit
kronis yang dideritanya, yaitu penyakit kronis TBC yang diakibatkan oleh kebiasaan merokok pada
pasien. Sedangkan untuk penyakit RA itu sendiri masih pada stadium awal atau stadium dini karena hasil
RF pasien (-).

Differential count : 0/2/2/70/20/6. Secara keseluruhan nilai basofil, eosinofil, neutrofil batang, neutrofil
segmen, limfosit, dan monosit adalah normal pada pasien ini.

3.4 DIAGNOSIS KERJA

Diagnosis kerja dapat di tegakkan berdasarkan kriteria :

Pada awalnya American College of Rheumatology mendefinisikan criteria sebagai acuan untuk
menegakkan diagnosis RA, tetapi pada tahun 2010 dilakukan revisi terhadap criteria tersebut.

American College of Rheumatology telah didefinisikan (1987) kriteria berikut untuk klasifikasi
Rheumatoid Arthritis:

Pagi kekakuan> 1 jam setiap pagi selama minimal 6 minggu.

1. Arthritis dan jaringan lunak pembengkakan> 3 dari 14 sendi / kelompok bersama, hadir selama minimal
6 minggu

2. Arthritis sendi tangan (metacarpophalanx dan proximal interphalanx) , hadir selama minimal 6 minggu

3. Symmetric arthritis, hadir selama minimal 6 minggu

4. Nodul subkutan di tempat-tempat tertentu

5. Rheumatoid Faktor pada tingkat di atas persentil ke-95

6. Radiologi sugestif erosi sendi perubahan


Setidaknya empat kriteria yang harus dipenuhi untuk klasifikasi sebagai RA. Kriteria ini tidak
dimaksudkan untuk diagnosis klinis untuk perawatan rutin namun ditujukan untuk mengkategorikan
penelitian.3

The 2010 ACR-EULAR classification criteria for rheumatoid arthritis

Score

Target population (Who should be tested?): Patients who

1. have at least 1 joint with definite clinical synovitis (swelling)*


2. with the synovitis not better explained by another disease

Classification criteria for RA (score-based algorithm: add score of categories AD;


a score of 6/10 is needed for classification of a patient as having definite RA)

A. Joint involvement

1 large joint 0

2-10 large joints 1

1-3 small joints (with or without involvement of large joints)# 2

4-10 small joints (with or without involvement of large joints) 3

>10 joints (at least 1 small joint)** 5

B. Serology (at least 1 test result is needed for classification)

Negative RF and negative ACPA 0

Low-positive RF or low-positive ACPA 2

High-positive RF or high-positive ACPA 3

C. Acute-phase reactants (at least 1 test result is needed for classification)

Normal CRP and normal ESR 0


Abnormal CRP or abnormal ESR 1

D. Duration of symptoms

<6 weeks 0

6 weeks 1

* Kriteria tersebut ditujukan untuk klasifikasi pasien yang baru. Selain itu, pasien dengan penyakit erosif
khas rheumatoid arthritis (RA) dengan sejarah yang kompatibel dengan pemenuhan sebelumnya dari
kriteria 2010 diklasifikasi sebagai pengidap penyakit RA. Pasien dengan penyakit menetap, termasuk
mereka yang penyakitnya tidak aktif (dengan atau tanpa pengobatan) yang berdasarkan data
retrospektif, sebelumnya telah memenuhi kriteria tahun 2010 harus diklasifikasikan sebagai memiliki RA.

Diagnosa Diferensial bervariasi antara pasien dengan presentasi yang berbeda, dapat
mencakup kondisi seperti SLE, arthritis psoriasis, dan asam urat. Jika tidak
jelas tentangdiagnosa diferensial yang relevan untuk dipertimbangkan, harus dikonsultasikan harus
dikonsultasikan kepada ahli rheumatologist.

Walaupun pasien dengan skor <6/10 tidak diklasifikasikan sebagai memiliki RA, status
merekadapat ditinjau kembali dan kriteria dapat dipenuhi secara kumulatif dari waktu ke waktu.

Sendi yang terlibat mengacu pada setiap sendi yang bengkak atau sendi tender pada pemeriksaan
yang dapat dilihat dengan gambar sinovitis. Sendi interphalangeal distal, sendi carpometacarpal
pertama, dan sendi metatarsophalangeal pertama dikecualikan dari penilaian. Kategori distribusi
gabungan diklasifikasikan sesuai dengan lokasi dan jumlah sendi yang terlibat, dengan penempatan ke
dalam kategori tertinggi yang mungkin didasarkan pada pola keterlibatan sendi.

Sendi besar mengacu kepada sendi bahu, sendi panggul, sendi lutut, dan sendi pergelangan kaki.

# Sendi kecil mengacu kepada sendi metacarpophalangeal, sendi interphalangeal proximal,


sendi metatarsophalangeal kedua sampai kelima, sendi ibu jari interphalangeal, dan sendi pergelangan
tangan.

** Dalam kategori ini, setidaknya 1 dari sendi yang terlibat berupa sendi kecil, sendi lainnya dapat
mencakup kombinasi dari sendi besar dan tambahan sendi kecil, serta sendi lain tidak secara khusus
tercantum di tempat lain (misalnya, temporomandibular, acromioclavicular, sternoklavikularis , dll).
negatif mengacu pada nilai-nilai IU yang kurang dari atau sama dengan batas atas normal (ULN)
untuk uji laboratorium dan assay, low-positif mengacu pada nilai-nilai IU yang lebih tinggi dari ULN
tetapi 3 kali ULN untuk uji laboratorium dan assay, high-positif mengacu pada nilai-nilai IU yang> 3 kali
ULN untuk uji laboratorium dan assay. Dimana Informasi faktor rheumatoid (RF) hanya tersedia positif
atau negatif, hasil positif harus mencetak low-positif untuk RF. ACPA = anti-citrullinated protein
antibodi.

Normal / abnormal ditentukan oleh standar laboratorium lokal. CRP = C-reactive protein, ESR = laju
endap darah.

Durasi gejala mengacu pada laporan-diri pasien durasi tanda-tanda atau gejala sinovitis (misalnya
nyeri, pembengkakan, tender) sendi yang terlibat pada saat penilaian klinis, terlepas dari status
pengobatan.

3.5 DIAGNOSIS BANDING

Osteo arthritis

Gout arthritis

Polimialgia reumatik

3.6 PENATALAKSANAAN

Tujuan utama dari penatalaksanan pada Atritis Reumatoid adalah:

- Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan

- Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari penderita

- Untuk mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi

- Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang lain.

Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien ini adalah:

Asimptomatik:

- Memberikan pendidikan yang cukup tentang penyakit kepada penderita, keluarganya dan siapa saja
yang berhubungan dengan penderita.
- Istirahat merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah yang hebat.

- Latihan Fisik dan Termoterapi Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi
sendi.

Simptomatik :

Pemberian obat adalah bagian yang penting dari seluruh program penatalaksanaan penyakit
reumatik. Pemberian OAINS digunakan sebagai terapi awal untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.
Prednison (glukokortikosteroid) kurang dari 10 mg per hari cukup efektif untuk meredakan gejala dan
dapat memperlambat kerusakan sendi. Atau pemakaian obat-obatan golongan DMARD, seperti
leflunomide, infliximab, dan etanercept. Sulfasalazin atau hidrosiklorokuin atau klorokuin fosfat sering
digunakan sebagai terapi awal, tetapi pada kasus yang lebih berat, MTX atau kombinasi terapi mungkin
digunakan sebagai terapi lini pertama.

3.7 PROGNOSIS

Ad vitam : ad bonam

Karena pada penyakit rheumatoid artritis tidak merusak organ-organ vital yang menyebabkan kematian.

Ad fungsionam : dubia ad bonam

Karena hasil reumatoid faktornya masih negatif dan belum ditemukan tanda-tanda destruksi tulang,
kartilago, fibrosis dan belum Ada komplikasi yang timbul akibat ra Nya pada pasien ini.

Ad sanationam : dubia ad bonam

Karena kemungkinan penyebab Utama pada kasus ini adalah penyakit TBC yang mencetuskan terjadinya
rheumatoid artritis, apabila penyakit tbcnya diberikan terapi secara adekuat dan pasien menjaga Gaya
hidup yang sehat maka kemungkinan rekurensidari penyakit tbc sebagai penyebab ra pada kasus ini
dapat dicegah.
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

4.1 AUTOIMUNITAS

4.11 Definisi

1. Autoimunitas didefiniskan sebagai respon imun yang melawan antigen diri. Faktor-faktor yang berperan
dalam mengembangkan autoimunitas adalah kerentanan gen dan lingkungan, seperti infeksi.2

4.12 Penyakit Autoimun

Penyakit autoimun terdiri dari dua golongan, yaitu :

1. Khas organ (organ specific) dengan pembentukan antibodi pada organ spesifik; contoh : Thiroiditis,
dengan auto-antibodi terhadap tiroid; Diabetes Mellitus, dengan auto-antibodi terhadap pankreas;
sclerosis multiple, dengan auto-antibodi terhadap susunan saraf; penyakit radang usus, dengan auto-
antibodi terhadap usus.

2. Bukan khas organ (non-organ specific), dengan pembentukan auto antibodi yang tidak terbatas pada
satu organ.

Contoh : Systemic lupus erythemathosus (SLE), arthritis rheumatoid, vaskulitis sistemik dan scleroderma,
dengan auto-antibodi terhadap berbagai organ.
4.2 KASUS RHEUMATIK

Ada 4 jenis kasus rheumatic yang sering terjadi yaitu :

- Reumathoid Arthritis

Penyakit yang tersebar luas serta melibatkan semua kelompok ras dan etnik di dunia. Penyakit ini
merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosive simetrik yang
walaupun mengenai jaringan persendian, sering kali juga melibatkan organ tubuh lainnya.1

- Gout arthritis

Penyakit yang sering tersebar di seluruh dunia. Gout arthritis merupakan kelompok penyakit heterogen
sebagai akibat deposisi Kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat super saturasi asam urat di
dalam cairan ekstra seluler.2

- Osteo arthritis

Penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut,
dan pergelangan kaki paling sering terkena OA.3
- Polimialgia reumatik

Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan kekakuan yang terutama
menyerang ekstremitas proximal, leher, bahu, dan panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau
lanjut usia, sekitar 50 tahun ke atas.

4.3 ARTRITIS REUMATOID

Arthritis Reumatoid adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh inflamasi sistemik kronik dam
progresif, dimana sendi merupakan target utama. Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti tapi
ada beberapa factor yang dianggap mencetuskan penyakit ini yaitu factor genetic, hormone sex, protein
heat shock(HSP) dan beberapa factor resiko.

a. Factor genetic

Terdapat interaksi yang kompleks antara factor genetic dan lingkungan. Factor grnrtic berperan penting
terhadap kejadian AR, dengan angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60%. Hubungan gen HLA-
DRB1 dengan kejadian AR telah diketahui dengan baik, walaupun beberapa lokus non-HLA juga
berhubungan dengan AR seperti daerah 18q21 dari gen TNFRSR11A yang mengkode activator
reseptor nuclear factor kappa B. gen ini berperan penting dalam resorpsi tulang pada AR.

b. Hormone sex

Prevalensi AR lebih besar pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki, sehingga diduga hormone sex
berperanan dalam perkembangan penyakit ini.

c. Protein heat shock (HSP)

HSP adalah keluarga protein yang di produksi oleh sel pada semua spesies sebagai respon homolog
terhadap stress. Protein ini mengandung untaian asam amino. HSP tertentu manusia dan HSP
mikobaktrium tuberculosis mempunyai 65% untaian yang homolog. Hipotesisnya adalah antibody dan
sel T mengenali epitop HSP pada agen infeksi dan sel host. Hal ini memfasilitasi reaksi silang limfosit
dengan sel host sehingga mencetuskan reaksi kemiripan molekul (molecular mimicry).

d. Factor resiko

Factor resiko yang berhubungan dengan peningkatan terjadinya AR antara lain jenis kelamin
perempuan, ada riwayat keluarga yang menderita AR, umur lebih tua, paparan salisilat dan merokok,
sering mengonsumsi kopi decaffeinated.

4.4. PATOGENESIS

Patogenesis
Arthritis rheumatoid adalah penyakit peradangan kronik yang menyebabkan degenerasi jaringan ikat.
Peradangan (inflamasi) pada AR terjadi secara terus-menerus terutama pada organ sinovium dan
menyebar ke struktur sendi di sekitarnya seperti tulang rawan, kapsul fibrosa sendi, ligamen dan
tendon. Inflamasi ditandai dengan penimbunan sel darah putih, pengaktifan komplemen, fagositosis
ekstensif dan pembentukan jaringan granular. Inflamasi kronik menyebabkan hipertropi dan penebalan
pada membran sinovium, terjadi hambatan aliran darah dan nekrosis sel dan inflamasi berlanjut

Inflamasi menyebabkan pelepasan berbagai protein sitokin. Sitokin memiliki fungsi antara lain
memelihara keseimbangan tubuh selama terjadi respon imun, infeksi, kerusakan, perbaikan jaringan,
membersihkan jaringan mati, darah yang membeku dan proses penyembuhan. Jika produksi sitokin
meningkat, kelebihan sitokin dapat menyebabkan kerusakan yang serius pada sendi saat inflamasi AR.
Sitokin yang berperan penting pada AR antara lain adalah IL-1, IL-6, TNF- dan NO. Nitrit oksida,
diketahui dapat menyebabkan kerusakan sendi dan berbagai manifestasi sistemik
Leukosit adalah bagian sistem imun tubuh yang secara normal dibawa ke sinovium dan
menyebabkan reaksi inflamasi atau sinoviositis saat antigen berkenalan dengan sistem imun. Elemen-
elemen sistem imun (gambar 1) dibawa ke tempat antigen, melalui peningkatan suplai darah (hiperemi)
dan permeabilias kapiler endotel, sehingga aliran darah yang menuju ke lokasi antigen lebih banyak
membawa makrofag dan sel imun lain.

Saat inflamasi leukosit berfungsi menstimulasi produksi molekul leukotriens, prostaglandin (membuka
pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah) dan NO (gas yang berperan dalam fleksibilitas dan
dilatasi pembuluh darah, dalam jumlah yang tinggi merupakan substansi yang berperan besar pada
berbagai kerusakan AR) (Visioli 2002).
Peningkatan permeabilitas vaskular lokal menyebabkan anafilatoksin (C3, C5). Local
vascular pada endotel melepas NO dengan vasodilatasi, meningkatkan permeabilitas vaskular, ekspresi
molekul adhesi pada endothel, pembuluh darah, ekspresi molekul MHC kelas II dan infiltrasi sel neutrofil
dan makrofag

(Sumber: Arthritis research & therapy,2007)

Gambar 1. Mekanisme inflamasi yang terlibat dalam proses AR

Inflamasi sinovial dapat terjadi pada pembuluh darah, yang menyebabkan hiperplasia sel
endotel pembuluh darah kecil, fibrin, platelet dan inflamasi sel yang dapat menurunkan aktivitas
vaskuler pada jaringan sinovial. Hal ini menyebabkan gangguan sirkulasi darah dan berakibat pada
peningkatan metabolisme yang memacu terjadinya hipertropi (bengkak) dan hiperplasia (membesar)
dan sel dalam keadaan hipoksia (gambar 2). Sel yang hipoksia dalam sinovium berkembang menjadi
edema dan menyebabkan multiplikasi sel sinovial. Sel pada sinovium tumbuh dan membelah secara
abnormal, membuat lapisan sinovium menebal, sehingga sendi membesar dan bengkak

(Sumber: Arthritis research & therapy,2007)

Gambar 2. Perbandingan sel normal dan kondisi hipoksia

Berkembangnya fase penyakit, ditunjukkan dengan penebalan synovial membentuk jaringan


yang disebut panus. Panus adalah lembaran/lapisan yang menebal membentuk granulasi. Panus dapat
menyebar ke dalam sinovium sendi dan bersifat destrukstif terhadap elemen sendi).

Interaksi antara antibodi dan antigen menyebabkan perubahan komposisi cairan sinovial, cairan sinovial
kurang mampu mempertahankan fungsi normal dan bersifat agresif-destruktif. Respons dari perubahan
dalam sinovium dan cairan sinovial, menyebabkan kerusakan sejumlah besar sendi dan jaringan lunak
secara bertahap berdasarkan fase perkembangan penyakit (tabel 1)

Destruksi yang terjadi pada tulang menyebabkan kelemahan tendon dan ligamen, perubahan
struktur tulang dan deformitas sendi sehingga mempengaruhi aktivitas harian dan menghilangkan fungsi
normal sendi. Destruksi dapat terjadi oleh serangan panus (proliferasi sel pada lining sinovial) ke
subkodral tulang. Destruksi tulang menyebabkan area hialin kartilago danlining synovial tidak dapat
menutupi tulang, sendi dan jaringan lunak.

Tahap lebih lanjut, terjadi kehilangan struktur artikular kartilago dan menghasilkan instabilitas
terhadap fungsi penekanan sendi, menyebabkan aktivitas otot tertekan oleh destruksi tulang, lebih jauh
menyebabkan perubahan struktur dan fungsi sendi yang bersifat ireversibel dan dapat terjadi
perubahan degeneratif terutama pada densitas sendi. Destruksi dapat menyebabkan terbatasnya
pergerakan sendi secara signifikan, ditandai dengan ketidak stabilan sendi.

BAB V

KESIMPULAN

Pada kasus pasien wanita ini, keluhan nyeri pada persendian jari-jari tangannya yang disertai
pembengkakan dan inflamasi menunjukkan gejala rematik, yang mengacu kepada Reumathoid Artritis.
Hal ini didukung oleh hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan sejumlah indicator
Reumathoid Artritis, walaupun skor berdasarkan klasifikasi ACR-EULAR 2010 belum menunjukkan angka
6. Gejala reumatik yang ditimbulkan lebih dikarenakan adanya pemicu berupa infeksi bakteri
tuberculosis, sehingga tatalaksana pada pasien ini adalah bersifat simtomatik untuk menyembuhkan
tuberkulosisnya serta gejala nyeri, namun tidak diberikan TNF blocker karena mengurangi daya
opsonisasi pada pathogen tuberculosis.

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu penyakit dalam. In: Suarjana
I.N. Artritis Reumatoid. Edisi ke-5. Jakarta: Internal Publishing; 2009. P. 2495-2513.

American College of Rheumatology. 1987 Criteria for the Classification of Acute Arthritis of
Rheumatoid Arthritis. Diunduh dari: http://www.rheumatology.org. Diakses 23 september 2012

American College of Rheumatology. The 2010 ACR-EULAR classification criteria for rheumatoid
arthritis. Diunduh dari: http://www.rheumatology.org. Diakses 23 september 2012

Daud R. Artritis rheumatoid. Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. In: Buku
ajar ilmu penyakit dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;
2006.p. 1174.

Daud R. Artritis rheumatoid. Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. In: Buku
ajar ilmu penyakit dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;
2006.p. 1208.

Daud R. Artritis rheumatoid. Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. In: Buku
ajar ilmu penyakit dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;
2006.p. 1195.
Abbas KA, Lichtman AH. Basic Immunology. 2nd ed. Philadelphia: Independences Square West; 2004.
p. 182.

Helbert M. Flesh and Bones of Immunology. Elseivers Health Sciences Right Departement; 2006. p. 82

Anda mungkin juga menyukai

  • S 2
    S 2
    Dokumen10 halaman
    S 2
    ginarsih99_hutami
    Belum ada peringkat
  • Edema Cerebri
    Edema Cerebri
    Dokumen7 halaman
    Edema Cerebri
    ginarsih99_hutami
    100% (1)
  • N2N
    N2N
    Dokumen12 halaman
    N2N
    ginarsih99_hutami
    Belum ada peringkat
  • Bab II Refferat
    Bab II Refferat
    Dokumen69 halaman
    Bab II Refferat
    ginarsih99_hutami
    Belum ada peringkat