Anda di halaman 1dari 14

Cedera Kepala

A. Pendahuluan
Cedera kepala merupakan keadaan yang serius dan perlu mendapatkan penanganan
yang cepat. Tindakan pemberian oksigen yang adekuat dan mempertahankan
tekanan darah yang cukup untuk perfusi otak dan menghindarkan terjadinya cedera
otak sekunder merupakan pokok-pokok tindakan yang sangat penting untuk
keberhasilan kesembuhan penderita.
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada
kelompok usia produktif dan sebagian besar terjad akibat kecelakaan.

B. Etiologi
Cedera Kepala dapat disebabkan banyak hal antara lain:
1. Kecelakaan lalu lintas
2 Kecelakaan kerja
3. Trauma pada olah raga
4. Kejatuhan benda
5. Luka tembak

C. Klasifikasi
Berdasarkan mekanisme, keparahan dan morfologi cedera :
1. Mekanisme ; berdasarkan adanya penetrasi duramater
a. Trauma tumpul ; - kecepatan tinggi ( tabrakan otomobil )
- kecepatan rendah ( jatuh/dipukul )
b. Trauma tembus ; luka tembus dan cidera tembus lainnya.
2. Keparahan cedera
a. Ringan ; GCS 14 15
b. Sedang ; GCS 9 - 13
c. Berat; GCS 3 8
3. Morfologi
a. Fraktur tengkorak
- Kranium : garis / lintang, depresi / non
depresi, terbuka / tertutup.
- Basis kranii : dengan / tanpa kebocoran cairan
serebrospinal, dengan / tanpa kelumpuhan N VII.
b. Lesi intrakranial
- Fokal : epidural, sub dural, intra serebral.

Sulistyo Wibowo/04.03.0321/ 2007 1


- Difus : komosio ringan, komosio klasik, cedera
aksonal difus.
B. Tanda Dan Gejala
Secara umum tanda dan gejala cedera kepala adalah :
1. Gangguan kesadaran
2. Konvulsi
3. Abnormalitas pupil ,respon pupil negatif.
4. Defisit neurologis
5. Disfungsi sensorik motorik
6. Kejang
7. Sakit kepala
8. Hipovolemik Syok.
9. Perubahan perilaku kognitif, bicara dan gerakan
10. Pola pernafasan dapat secara progresif menjadi tidak abnormal

C. Patofisiologi

Trauma kepala

Cedera jaringan otak

Rusaknya sawar darah otak Vasodilatasi dan edema otak

Peningkatan TIK

Penurunan aliran darah otak

Peningkatan P CO2, PH Iskemi jaringan otak, Hipoksia

Sel mati

Sulistyo Wibowo/04.03.0321/ 2007 2


Edema otak barangkali merupakan penyebab yang paling lazim dari peningkatan
intrakranial dan memiliki daya penyebab antara lain peningkatan cairan intra sel,
hipoksia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, iskemi serebral, meningitis dan
cedera.
Tekanan intrakranial (TIK) pada umumnya meningkat secara berangsur-angsur
setelah cedera kepala, timbulnya edema memerlukan waktu 36 48 jam untuk
mencapai maksimum. Peningkatan TIK sampai 33 mmHg (450 mmH2O) mengurangi
aliran darah otak (ADO) secara bermakna, iskemi yang timbul merangsang
vasomotor dan tekanan darah sistemik meningkat. Rangsangan pada pusat inhibisi
jantung mengakibatkan bradikardi dan pernafasan menjadi lebih lambat.
Tekanan darah sistemik akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya TIK,
walaupun akhirnya dicapai suatu titik dimana TIK melebihi tekanan arteri dan sirkulasi
otak berhenti dengan akibat kematian otak. Pada umumnya kejadian ini didahului
oleh penurunan yang cepat dari tekanan daraaaah arteri.
Trauma otak menyebabkan fragmentasi jaringan dan kontosio akan merusak sawar
darah otak (SDO) disertai vasodilatasi dan eksudasi cairan sehingga timbul edema.
Edema menyebabkan peningkatan tekanan pada jaringan dan akhirnya
meningkatkan TIK, yang pada gilirannya akan menurunkan aliran darah otak (ADO),
iskemia, hipoksia, asidosis (penurunan pH dan peningkatan PCO2) dan kerusakan
SDO lebih lanjut.
Siklus ini akan terus berlanjut sehingga terjadi kematian sel dan edema bertambah
secara progresif kecuali bila dilakukan intervensi.

D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik dari adanya peningkatan tekanan intra cranial adalah banyak dan
bervariasi serta dapat tidak jelas.
1. Perubahan tingkat kesadaran (paling sensitive diantara tanda
peningkatan TIK)
2. Trias klasik :
Nyeri kepala karena regangan duramater dan pembuluh darah
Papil edema yang disebabkan oleh tekanan dan pembengkakan diskus aptikus
Muntah, seringkali proyektil.
3. Tekanan nadi yang lebar, berkurangnya denyut nadi dan pernafasan
menandakan dekompensasi otak dan kematian yang mengancam
4. Hipertermia
5. perubahan motorik dan sensorik ( Kejang )

Sulistyo Wibowo/04.03.0321/ 2007 3


6. Perubahan bicara
E. Pemeriksaan Penunjang Dan Diagnostik
Diagnosis cedera kepala ditegakkan berdasarkan :
1. Riwayat trauma
Sebab trauma
Adanya kelainan neurologik awal ; kejang, hilang kesadaran, kelemahan
motorik dan gangguan bicara
Derajat ketidak-sadaran , amnesia
Nyeri kepala, mual dan muntah
2. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital
Tingkat kesadaran cedera luar yang terlihat ; cedera kulit kepala, perdarahan
hidung, mulut, telinga, dan hematoperiorbital
Tanda-tanda neurologis fokal ; ukuran pupil, gerakan mata, aktivitas motorik.
Reflek tendon
Sistem sensorik perlu diperiksa, jika pasien sadar.
3. Pemeriksaan penunjang
CT-Scan (dengan atau tanpa kontras) : mengidentifikasi luasnya lesi,
perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak. Catatan :
Untuk mengetahui adanya infark / iskemia jangan dilekukan pada 24 - 72 jam
setelah injuri.
MRI : Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
Cerebral Angiography: Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti :
perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
Serial EEG: Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis
X-Ray: Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur
garis(perdarahan/edema), fragmen tulang.
CSF, Lumbal Punksi :Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan
subarachnoid.
ABGs: Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan
(oksigenisasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial
Kadar Elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat
peningkatan tekanan intrkranial
Laboratorium rutin
Foto kepala AP lateral
Foto servikal

Sulistyo Wibowo/04.03.0321/ 2007 4


CT Scan / MRI kepala
Arteriografi bila perlu.

F. Penatalaksanaan
Pedoman resusitasi dan penilaian awal
1. Menilai jalan nafas
Bersihkan jalan nafas dari debris dan muntahan, lepaskan gigi palsu, pertahankan
tulang servikal segaris dengan badan, pasang gudel bila dapat ditoleransi. Jika
cedera mengganggu jalan nafas, maka pasien harus diintuasi.
2. Menilai pernafasan
Tentukan apakah pasien bernafas dengan spontan atau tidak, jika tidak, beri O2
melalui masker oksigen. Jika bernafas spontan selidiki cedera dada berat seperti
pneumotoraks, hemopneumotoraks.
3. Menilai sirkulasi
Otak yang rusak tidak mentoleransi hipotensi. Hentikan semua perdarahan dengan
menekan arterinya. Perhatikan secara khusus adanya cedera intra abdomen atau
dada. Ukur dan catat frekuensi denyut jantung dan tekanan darah. Ambil darah
vena untuk pemeriksaan darah perifer lengkap, ureum, kreatinin, elektrolit,
glukosa, AGD. Berikan larutan koloid, sedangkan larutan kristaloid (dektrose atau
dektrose dalam saline) menimbulkan eksaserbasi edema serebri pasca cedera
kepala.
4. Obati kejang
Kejang konvulsiv dapat terjad setelah cedera kepala dan harus diobati.
5. Menilai tingkat keparahan
a. Cedera Kepala Ringan (kelompok resiko ringan)
Skor GCS 14 15
Tidak ada kehilangan kesadaran
Tidak ada intoksikasi alcohol atau obat terlarang
Pasien dpat mengeluh nyeri kepala dan pusing
Pasien dapat menderita abrasi, laserasi atau hematoma kulit kepala.
Tidak ada criteria cedera sedang berat.
b. Cedera kepala Sedang (kelompok resiko sedang)
Skor GCS 9 13
Konkusi
Muntah
Tanda kemungkinan fraktur kranium (mata rabun, hematimpanium, otorea)
Kejang

Sulistyo Wibowo/04.03.0321/ 2007 5


c. Cedera Kapala Berat (kelompok resiko berat)
Skor GCS 3 8 (koma)
Penurunan kesadaran secara progresif
Tanda neurologis fokal
Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi kranium

Penanganan pembedahan:
a. Indikasi pembedahan
Perlukaan pada kulit kepala.
Fraktur tulang kepala
Hematoma intracranial.
Kontusio jaringan otak yang mempunyai diameter > 1 cm dan atau
laserasi otak
Subdural higroma
Kebocoran cairan serebrospinal.
b. Kontra indikasi
Adanya tanda renjatan / shock, bukan karena trauma tapi karena sebab
lain missal : rupture alat viscera ( rupture hepar, lien, ginjal), fraktur berat
pada ekstremitas.
Trauma kepala dengan pupil sudah dilatasi maksimal dan reaksi cahaya
negative, denyut nadi dan respirasi irregular.
c. Tujuan pembedahan
Mengeluarkan bekuan darah dan jaringan otak yang nekrose
Mengangkat tulang yang menekan jaringan otak
Mengurangi tekanan intracranial
Mengontrol perdarahan
Menutup / memperbaiki durameter yang rusak
Menutup defek pada kulit kepala untuk mencegah infeksi atau
kepentingan kosmetik.
d. Pesiapan pembedahan
Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas
Pasang infuse
Observasi tanda-tanda vital
Pemeriksaan laboratorium
Pemberian antibiotic profilaksi
Pasang NGT, DC

Sulistyo Wibowo/04.03.0321/ 2007 6


Therapy untuk menurunkan TIK, dan anti konvulsan
2. Tahap IV :
a. Pembedahan spesifik
Debridemen
Kraniotomi yang cukup luas
- EDH bila CT Scan menunjukkan lesi yang jelas, bila < 1,5 1 cm
belum perlu operasi
- SDH akut diperlukan craniotomy luas.
- Hematom intra serebral dan kontusio serebri dengan efek massa yang
jelas.
- Intra ventrikuler hematoma 9 kraniotomi aspirasi hematoma, bila
timbul tanda-tanda hidrosepalus dilakukan vpshunt)
- Pada laserasi otak
- Pada fraktur kepala terbuka dan fraktur yang menekan tertutup
b. Evaluasi komplikasi yang perlu diperhatikan
Perdarahan ulang
Kebocoran cairan otak
Infekso pada luka atau sepsis
Timbulnya edea cerebri
Timbulnya edema pulmonum neurogenik, akibat peningkatan TIK
Nyeri kepala setelah penderita sadar
Konvulsi

Tabel GCS
Buka Mata (E) Respon Motorik (M) Respon verbal (V)
4 = Spontan 6 = mengikuti perintah 5 = orientasi baik, sesuai
3 = dengan perintah 5 = melokalisir perintah 4 = disorientasi tempat
2 = dengan rangsang 4 = menghindari nyeri dan waktu
nyeri 3 = fleksi abnormal
3= bicara kacau,
2 = ekstensi abnormal
1=Tidak ada respon mengerang
1 = tidak ada gerakan
membuka mata 1 = tidak ada suara

Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
Pengkajian pada klien gawat darurat berbeda dengan klien yang mengalami
gangguan kesehatan lainnya. Pengkajian didahului dengan mengkaji keluhan dan

Sulistyo Wibowo/04.03.0321/ 2007 7


masalah yang dialami klien, alasan klien masuk rumah sakit, riwayat kejadian.
Selanjutnya dilakukan pengkajian primer dan sekunder. Pengkajian dan penanganan
klien gawat darurat dilakukan dengan cepat dan tepat.
Primary Survey ( A B C D )
1. Airway ( Jalan Nafas )
Mengkaji kebersihan jalan nafas ( mulut, hidung), Klien dapat
mengalami obstruksi jalan nafas, bila terdapat secret atau perdarahan massif
pada jalan nafas.
2. Breathing ( Pernafasan )
Mengkaji pernafasan klien ( irama dan kedalaman ) apakah spontan ?
Pada klien Cedera Kepala dapat terjadi gangguan pernafasan akibat
penurunan sitem saraf pusat.
3. Circulation
TD : .. mmHg, Nadi : . / menit, regular, Suhu: .. C
Tidak tampak ada tanda perdarahan, baik internal maupun eksternal ?
4. Disability
Tingkat Kesadaran :Kualitatif : Compos Mentis
Kuantitatif ( GCS ) : 15. E4 V5 M6

Secundary Survey
1. Pemeriksaan fisik
Mengkaji kondisi umum Klien dan mengkaji system organ pada klien meliputi:
a. Kepala
Bentuk , simetris pada kepala ?
terdapat benjolan pada kepala/tidak ?
memar, bengkak, perdarahan, bila ada darimana perdarahannya?.
b. Mata
conjungtiva anemis ?
Sklera tidak ikterik ?
pupil isokor kanan dan kiri ?

c. Hidung
Bentuk simetris kanan dan kiri ?
tidak terdapat sekret yang keluar dari hidung ?
d. Telinga
Bentuk simetris kanan dan kiri ?

Sulistyo Wibowo/04.03.0321/ 2007 8


tidak terdapat sekret / darah yang keluar dari hidung ?
e. Mulut dan Gigi
Tidak terdapat radang / stomatitiss di bagian mulut
Klien tidak menggunakan gigi palsu dan alat alat Bantu
Apakah terdapat perdarahan yang dapat menyumbat jalan nafas.
f. Leher
- tidak ada pembesaran tyroid, tidak ada peningkatan JVP.
g. Dada
Apakah terdapat trauma ( memar/ lecet ? )
Bentuk simetris kanan dan kiri ?
Pergerakan saat pernafasan simetris. ?
tidak ada nyeri tekan ?
Frekuensi dan irama pernafasan teratur ?
h. Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada luka trauma
Palpasi : nyeri tekan pada kuadran ?
Perkusi : Suara tympani ?
Auskultasi : frekuensi peristaltik usus dan kekuatannya ?.
i.Genetalia dan Ekstremitas
tidak terdapat luka pada genetalia
Apakah perlu pasang dower cateter ?
Diagnosa Keperawatan yang bisa muncul pada klien cedera kepala a.l:
1. Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.
2. Tidak efektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum.
3. Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak
4. Defisit perawata Diri sehubungan dengan penurunan kesadaran (soporos - coma )
5. Gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya
sirkulasi perifer.
6. Kecemasan keluarga sehubungan keadaan yang kritis pada pasien

1.Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di
otak.
Tujuan :
Mempertahankan pola napas yang efektif melalui ventilator.
Kriteria evaluasi :

Sulistyo Wibowo/04.03.0321/ 2007 9


Penggunaan otot bantu napas tidak ada, sianosis tidak ada atau tanda-tanda
hipoksia tidak ada dan gas darah dalam batas-batas normal.
Rencana tindakan :
Hitung pernapasan pasien dalam satu menit. pernapasan yang cepat dari
pasien dapat menimbulkan alkalosis respiratori dan pernapasan lambat
meningkatkan tekanan Pa Co2 dan menyebabkan asidosis respiratorik.
Cek pemasangan tube, untuk memberikan ventilasi yang adekuat dalam
pemberian tidal volume.
Observasi ratio inspirasi dan ekspirasi pada fase ekspirasi biasanya 2 x lebih
panjang dari inspirasi, tapi dapat lebih panjang sebagai kompensasi
terperangkapnya udara terhadap gangguan pertukaran gas.
Perhatikan kelembaban dan suhu pasien keadaan dehidrasi dapat
mengeringkan sekresi / cairan paru sehingga menjadi kental dan
meningkatkan resiko infeksi.
Cek selang ventilator setiap waktu (15 menit ), adanya obstruksi dapat
menimbulkan tidak adekuatnya pengaliran volume dan menimbulkan
penyebaran udara yang tidak adekuat.
Siapkan ambu bag tetap berada di dekat pasien, membantu membarikan
ventilasi yang adekuat bila ada gangguan pada ventilator.

2. Tidak efektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan obstruksi jalan


nafas (darah, sputum)
Tujuan :
Mempertahankan jalan napas dan mencegah aspirasi
Kriteria Evaluasi :
Suara napas bersih, tidak terdapat suara sekret pada selang dan bunyi alarm
karena peninggian suara mesin, sianosis tidak ada.
Rencana tindakan :
Kaji dengan ketat (tiap 15 menit) kelancaran jalan napas. Obstruksi dapat
disebabkan pengumpulan sputum, perdarahan, bronchospasme atau
masalah terhadap tube.
Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi dada (tiap 1 jam ). Pergerakan
yang simetris dan suara napas yang bersih indikasi pemasangan tube yang
tepat dan tidak adanya penumpukan sputum.
Lakukan pengisapan lendir dengan waktu kurang dari 15 detik bila sputum
banyak. Pengisapan lendir tidak selalu rutin dan waktu harus dibatasi untuk

Sulistyo Wibowo/04.03.0321/ 2007 10


mencegah hipoksia.
Lakukan fisioterapi dada setiap 2 jam. Meningkatkan ventilasi untuk semua
bagian paru dan memberikan kelancaran aliran serta pelepasan sputum.

3. Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak


Tujuan :
Mempertahankan dan memperbaiki tingkat kesadaran fungsi motorik.
Kriteria hasil :
Tanda-tanda vital stabil, tidak ada peningkatan intrakranial.
Rencana tindakan :
1. Monitor dan catat status neurologis dengan menggunakan metode GCS.
Rasional : Refleks membuka mata menentukan pemulihan tingkat kesadaran.
Respon motorik menentukan kemampuan berespon terhadap
stimulus eksternal dan indikasi keadaan kesadaran yang baik.
Reaksi pupil digerakan oleh saraf kranial oculus motorius dan untuk
menentukan refleks batang otak.
Pergerakan mata membantu menentukan area cedera dan tanda
awal peningkatan tekanan intracranial adalah terganggunya abduksi
mata.
2. Monitor tanda-tanda vital tiap 30 menit.
Peningkatan sistolik dan penurunan diastolik serta penurunan tingkat
kesadaran dan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial. Adanya pernapasan
yang irreguler indikasi terhadap adanya peningkatan metabolisme sebagai reaksi
terhadap infeksi. Untuk mengetahui tanda-tanda keadaan syok akibat perdarahan.
1. Pertahankan posisi kepala yang sejajar dan tidak menekan.
Perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan
pada vena jugularis dan menghambat aliran darah otak, untuk itu dapat
meningkatkan tekanan intrakranial.
2. Hindari batuk yang berlebihan, muntah, mengedan, pertahankan pengukuran
urin dan hindari konstipasi yang berkepanjangan.
Dapat mencetuskan respon otomatik penngkatan intrakranial.

3. Observasi kejang dan lindungi pasien dari cedera akibat kejang.


Kejang terjadi akibat iritasi otak, hipoksia, dan kejang dapat meningkatkan
tekanan intrakrania.
4. Berikan oksigen sesuai dengan kondisi pasien.
Dapat menurunkan hipoksia otak.

Sulistyo Wibowo/04.03.0321/ 2007 11


5. Berikan obat-obatan yang diindikasikan dengan tepat dan benar (kolaborasi).
Membantu menurunkan tekanan intrakranial secara biologi / kimia seperti
osmotik diuritik untuk menarik air dari sel-sel otak sehingga dapat menurunkan
udem otak, steroid (dexametason) untuk menurunkan inflamasi, menurunkan
edema jaringan. Obat anti kejang untuk menurunkan kejang, analgetik untuk
menurunkan rasa nyeri efek negatif dari peningkatan tekanan intrakranial.
Antipiretik untuk menurunkan panas yang dapat meningkatkan pemakaian
oksigen otak

4. Defisit Perawatan Diri sehubungan dengan penurunan kesadaran


Tujuan :
Kebutuhan dasar pasien dapat terpenuhi secara adekuat.
Kriteria hasil :
Kebersihan terjaga, kebersihan lingkungan terjaga, nutrisi terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan, oksigen adekuat.
Rencana Tindakan :
Berikan penjelasan tiap kali melakukan tindakan pada pasien.
Penjelasan dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan kerja sama
yang dilakukan pada pasien dengan kesadaran penuh atau menurun.
Beri bantuan untuk memenuhi kebersihan diri.
Kebersihan perorangan, eliminasi, berpakaian, mandi, membersihkan mata
dan kuku, mulut, telinga, merupakan kebutuhan dasar akan kenyamanan
yang harus dijaga oleh perawat untuk meningkatkan rasa nyaman,
mencegah infeksi dan keindahan.
Berikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan.
Makanan dan minuman merupakan kebutuhan sehari-hari yang harus
dipenuhi untuk menjaga kelangsungan perolehan energi. Diberikan sesuai
dengan kebutuhan pasien baik jumlah, kalori, dan waktu.
Jelaskan pada keluarga tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga
lingkungan yang aman dan bersih.
Keikutsertaan keluarga diperlukan untuk menjaga hubungan klien - keluarga.
Penjelasan perlu agar keluarga dapat memahami peraturan yang ada di
ruangan.
Berikan bantuan untuk memenuhi kebersihan dan keamanan lingkungan.
Lingkungan yang bersih dapat mencegah infeksi dan kecelakaan.

Sulistyo Wibowo/04.03.0321/ 2007 12


5. Kecemasan sehubungan dengan kurang pengetahuan keluarga dan klien
tentang penyakit dan keadaan yang kritis pada pasien.
Tujuan :
Kecemasan keluarga dapat berkurang
Kriteri evaluasi :
Ekspresi wajah tidak menunjang adanya kecemasan
Keluarga mengerti cara berhubungan dengan pasien
Pengetahuan keluarga mengenai keadaan, pengobatan dan tindakan meningkat.
Rencana tindakan :
Bina hubungan saling percaya.
Untuk membina hubungan terpiutik perawat - keluarga.
Dengarkan dengan aktif dan empati, keluarga akan merasa diperhatikan.
Beri penjelasan tentang semua prosedur dan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien.
Penjelasan akan mengurangi kecemasan akibat ketidak tahuan.
Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertemu dengan klien.
Mempertahankan hubungan pasien dan keluarga.
Berikan dorongan spiritual untuk keluarga.
Semangat keagamaan dapat mengurangi rasa cemas dan meningkatkan keimanan
dan ketabahan dalam menghadapi krisis.

6. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan truma mekanik /immobilisasi,


tidak adekuatnya sirkulasi perifer.
Tujuan :
Gangguan integritas kulit tidak terjadi
Rencana tindakan :
Kaji fungsi motorik dan sensorik pasien dan sirkulasi perifer untuk menetapkan
kemungkinan terjadinya lecet pada kulit.
Kaji kulit pasien setiap 8 jam : palpasi pada daerah yang tertekan.
Berikan posisi dalam sikap anatomi dan gunakan tempat kaki untuk daerah yang
menonjol.
Ganti posisi pasien setiap 2 jam
Pertahankan kebersihan dan kekeringan pasien : keadaan lembab akan
memudahkan terjadinya kerusakan kulit.
Massage dengan lembut di atas daerah yang menonjol setiap 2 jam sekali.
Pertahankan alat-alat tenun tetap bersih dan tegang.

Sulistyo Wibowo/04.03.0321/ 2007 13


Kaji daerah kulit yang lecet untuk adanya eritema, keluar cairan setiap 8 jam.
Berikan perawatan kulit pada daerah yang rusak / lecet setiap 4 - 8 jam dengan
menggunakan H2O2.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ).
Philadelpia, F.A. Davis Company.

Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing


Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.

Asikin Z (1991) Simposium Keperawatan Penderita Cedera Kepala.


Panatalaksanaan Penderita dengan Alat Bantu Napas, Jakarta.

Harsono (1993) Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press

Sulistyo Wibowo/04.03.0321/ 2007 14

Anda mungkin juga menyukai