Anda di halaman 1dari 57

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN

BERKELANJUTAN
MODUL
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah
Kejuruan (SMA/ SMK)

Kelompok Kompetensi B

Pedagogik : Teori Belajar Bahasa

Penulis:
Hari Wibowo, SS. M.Pd. dkk.

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik


dan Tenaga Kependidikan Bahasa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

i
Penulis:
1. Hari Wibowo, S.S., M.Pd. 085714080776, hari.wibowo@kemdikbud.go.id
2. Abdul Wahab, M.Pd.- 08539644499, alwahhabe@yahoo.co.id
3. Uti Martimbang, M.Pd.- 08577713411
4. Asmawati, S.Pd. asmawatiagoes@yahoo.com

Penelaah:
1. Drs. Sam Muchtar Chaniago, M.Si- samkalahari@yahoo.com
2. Drs. Aris Daryono, M.Pd.- arisdaryono43@yahoo.com

Design Grafis dan Ilustrasi:


TIM Disain Grafis

Copyright 2017
Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial
tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan.
KATA SAMBUTAN

Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai kunci
keberhasilan belajar siswa. Guru profesional adalah guru yang kompeten
membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan
pendidikan yang berkualitas. Hal tersebut menjadikan guru sebagai komponen
yang menjadi fokus perhatian pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
dalam peningkatan mutu pendidikan terutama menyangkut kompetensi guru.

Pengembangan profesionalitas guru melalui program Guru Pembelajar


merupakan upaya peningkatan kompetensi untuk semua guru. Sejalan dengan
hal tersebut, pemetaan kompetensi guru telah dilakukan melalui uji kompetensi
guru (UKG) untuk kompetensi pedagogik profesional pada akhir tahun 2015.
Hasil UKG menunjukkan peta kekuatan dan kelemahan kompetensi guru dalam
penguasaan pengetahuan. Peta kompetensi guru tersebut dikelompokkan
menjadi 10 (sepuluh) kelompok kompetensi. Tindak lanjut pelaksanaan UKG
diwujudkan dalam bentuk pelatihan guru paska UKG melalui program Guru
Pembelajar. Tujuannya untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai agen
perubahan dan sumber belajar utama bagi peserta didik. Program Guru
Pembelajar dilaksanakan melalui pola tatap muka, daring (online), dan kombinasi
(blended) tatap muka dengan online.

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan


(PPPPTK), Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Kelautan Perikanan Teknologi Informasi danKomunikasi (LP3TK
KPTK) dan Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah
(LP2KS) merupakan Unit Pelaksanana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan yang bertanggung jawab dalam
mengembangkan perangkat dan melaksanakan peningkatan kompetensi guru
sesuai bidangnya. Adapun perangkat pembelajaran yang dikembangkan tersebut
adalah modul untuk program Guru Pembelajar tatap muka dan daring untuk

ii
semua mata pelajaran dan kelompok kompetensi. Dengan modul ini diharapkan
program guru pembelajar memberikan sumbangan yang besar dalam
peningkatan kualitas kompetensi guru.

Mari kita sukseskan program Guru Pembelajar ini untuk mewujudkan Guru Mulia
Karena Karya.

Jakarta, Maret 2017

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,

Sumarna Surapranata, Ph.D.

NIP 19590801198503100

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya Modul
Pendidikan dan Pelatihan (diklat) Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA.
Modul ini merupakan dokumen wajib untuk kegiatan diklat Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan bagi guru pembelajar.

Program diklat guru pembelajar merupakan tindak lanjut dari hasil Uji
Kompetensi Guru (UKG) dan bertujuan meningkatkan kompetensi guru dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya.

Sebagai salah satu upaya untuk mendukung keberhasilan suatu program diklat,
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(PPPPTK) Bahada pada tahun 2017 melaksanakan pengembangan modul
pembelajaran yang akan dipelajari oleh peserta selama mengikuti program diklat
tersebut.

Modul diklat guru pembelajar bahasa ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan
wajib bagi para peserta diklat untuk dapat meningkatkan pemahaman tentang
kompetensi pedagogik dan profesional terkait dengan tugas pokok dan
fungsinya.

Saya sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada para
pejabat, widyaiawara di PPPPTK Bahasa, dosen perguruan tinggi, dan guru yang
telah berpartisipasi pada penyusunan modul ini.

Jakarta, Januari 2017

Kepala PPPPTK Bahasa,

Dr. Luizah F. Saidi, M.Pd.

NIP. 196312191986012002

iv
DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN ii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR TABEL vii

PENDAHULUAN 9

A. Latar Belakang 9

B. Tujuan Error! Bookmark not defined.

C. Peta Kompetensi Error! Bookmark not defined.

D. Ruang Lingkup 11

F. Cara Penggunaan Modul 12

KEGIATAN PEMBELAJARAN 19

TEORI BELAJAR BAHASA 19

A. Tujuan Error! Bookmark not defined.

B. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi Error! Bookmark not


defined.

C. Uraian Materi Error! Bookmark not defined.

D. Aktivitas Pembelajaran Error! Bookmark not defined.

E. Latihan / Kasus /Tugas Error! Bookmark not defined.

F. Rangkuman Error! Bookmark not defined.

G. Pembahasan Latihan / Tugas / Kasus Error! Bookmark not defined.

v
PENUTUP Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA 51

GLOSARIUM 53

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Alur Model Pembelajaran Tatap Muka 12

Gambar 2.Alur Pembelajaran Tatap Muka Penuh 13

Gambar 3.Alur Pembelajaran Tatap Muka model In-On-In 15

vi
DAFTAR TABEL

vii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan mutu pendidikan akan berhasil dengan baik apabila ditunjang
oleh mutu guru yang baik. Peran guru sangat dibutuhkan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, kehadiran guru profesional akan mampu
memberikan kesejahteraan pedagogik kepada setiap peserta didik yang
akan meningkatkan kecerdasan bangsa yang selanjutnya akan bermuara
pada kesejahteraan umum. Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa masa
depan masyarakat, bangsa, dan negara di dunia ini termasuk Indonesia
sebagian besar ditentukan oleh peran guru.

Salah satu upaya yang perlu dilakukan oleh para pendidik untuk menjadikan
dirinya sebagai pendidik yang profesional adalah selalu meningkatkan
kompetensinya, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional,
maupun sosial. Hal ini mengacu kepada peraturan perundangan yang
berlaku, yaitu: Peraturan Pemerintah (PP) nomor 74 tahun 2008 tentang
Guru yang menyatakan bahwa pengembangan dan peningkatan kompetensi
Guru dilakukan dalam rangka memenuhi kualifikasi dan menjaga agar
kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni dan budaya dan/atau olah raga.

Masyarakat dan pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan dengan dan seluruh pemangku kepentingan jajarannya memikul
berkewajiban untuk mewujudkan kondisi yang memungkinkan guru
melaksanakan pekerjaan/jabatannya secara profesional. Oleh karena itu,
sebagai aktualisasi tugas guru sebagai tenaga professional, sebagaimana
yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan, pemerintah (Kemendikbud) akan memfasilitasi

9
guru untuk dapat mengembangkan keprofesiannya secara berkelanjutan
melalui program Pendidikan dan Pelatihan Pasca-Uji Kompetensi Guru
(Diklat Pasca-UKG).

Program pendidikan dan pelatihan (Diklat) merupakan bagian penting dari


pengembangan profesi pendidik dan tenaga kependidikan. Pelaksanaan Diklat
juga tidak lepas dari tujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan mata pelajaran/ tugas yang diampunya.

Modul materi Teori Belajar pembelajaran bahasa Indonesia di SMA, yang telah
disusun sesuai dengan Standar Kompetensi Guru yang diturunkan dari
Permendikbud No 16 Tahun 2007. Modul ini dilengkapi dengan aktivitas
pembelajaran yang terintegrasi dengan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
karena karakter ini akan menjadi watak, budi pekerti, yang menjadi ruh dalam
dunia pendidikan. Pengintegrasian Penguatan Pendidikan Karakter dalam modul
Pembinaan Karier Guru ini dikembangkan dengan mengintegrasikan lima nilai
utama PPK yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas.
Kelima nilai utama tersebut terintegrasi dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran
yang terdapat dalam modul.

Pendidikan karakter ini sudah menjadi sebuah gerakan pendidikan di sekolah


untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati, olah rasa
(estetik), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik). Implementasi Gerakan
PPK ini dapat berbasis kelas, berbasis budaya sekolah, dan berbasis masyarakat
(keluarga dan komunitas). Modul ini dilengkapi juga dengan latihan yang berisi
masalah dan kasus pembelajaran untuk mengukur pemahaman dan melatih
keterampilan peserta,.

Penyusunan modul ini juga bertujuan untuk memberikan referensi kepada para
guru Bahasa Indonesia SMA agar dapat menguasai kompetensi pedagogik
dalam hal ini, materi Teori Belajar.

Setelah mempelajari modul ini, guru dapat meningkatkan kompetensi pedagogik


dan mengimplementasikan PPK, khususnya PPK yang berbasis kelas.

10
B. Tujuan
Tujuan umum modul ini disusun guna mendukung pelaksanaan diklat
Pembinaan Karier Guru Bahasa Indonesia untuk kompetensi pedagogik.

Tujuan khusus modul ini, setelah menempuh proses pembelajaran peserta


mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan khususnya kompetensi
pedagogik dengan mengintegrasikan nilai-nilai penguatan pendidikan
karakter.

C. Peta Kompetensi
Kompetensi yang akan dicapai atau ditingkatkan melalui modul ini mengacu
pada kompetensi Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 sebagai berikut.

Tabel 1. Peta Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Inti Kompetensi Guru Mapel Indikator Pencapaian


(Ki) (Kg) Kompetensi (Ipk)

Menguasai teori 2.1 Memahami berbagai 2.1.1 Menjelaskan berbagai


belajar dan prinsip- teori belajar dan prinsip- teori belajar
prinsip prinsip pembelajaran yang
2.1.2 Menyebutkan prinsip-
pembelajaran yang mendidik terkait dengan
prinsip pembelajaran
mendidik. mata pelajaran yang
2.1.3 Membandingkan
diampu.
berbagai teori belajar

2.1.4 Membandingkan
prinsip-prinsip pembelajaran

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup modul ini mencakupi materi sebagai berikut: (1) menjelaskan
berbagai teori belajar; (2) menyebutkan prinsip-prinsip pembelajaran; (3)
membandingkan berbagai teori belajar; (4) membandingkan prinsip-prinsip
pembelajaran.

11
E. Cara Penggunaan Modul
Secara umum, cara penggunaan modul pada setiap kegiatan pembelajaran
disesuaikan dengan skenario setiap penyajian mata diklat. Modul ini dapat
digunakan dalam kegiatan pembelajaran guru, baik untuk moda tatap muka
dengan model tatap muka penuh maupun model tatap muka In-On-In. Alur
model pembelajaran secara umum dapat dilihat pada bagan di bawah.

Gambar 1.Alur Model Pembelajaran Tatap Muka

1. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka Penuh


Kegiatan pembelajaran diklat tatap muka penuh adalah kegiatan fasilitasi
peningkatan kompetensi guru melalui model tatap muka penuh yang
dilaksanakan oleh unit pelaksana teknis di lingkungan Ditjen GTK maupun
lembaga diklat lainnya. Kegiatan tatap muka penuh ini dilaksanan secara
terstruktur pada suatu waktu yang dipandu oleh fasilitator.

Tatap muka penuh dilaksanakan menggunakan alur pembelajaran yang


dapat dilihat pada alur di bawah ini.

12
Gambar 2.Alur Pembelajaran Tatap Muka Penuh

Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model tatap muka penuh dapat
dijelaskan sebagai berikut:

a. Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan fasilitator memberi kesempatan kepada
peserta diklat untuk mempelajari:

latar belakang yang memuat gambaran materi

tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi

kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul

ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran

langkah-langkah penggunaan modul

b. Mengkaji Materi
Pada kegiatan mengkaji materi Modul Guru Pembelajar SMA Kelompok
Kompetensi Profesional B Kajian Materi Teori Belajar, fasilitator
memberi kesempatan kepada guru sebagai peserta untuk mempelajari
materi yang diuraikan secara singkat sesuai dengan indikator pencapaian
hasil belajar. Guru sebagai peserta dapat mempelajari materi secara

13
individual maupun berkelompok dan dapat mengkonfirmasi permasalahan
kepada fasilitator.

c. Melakukan Aktivitas Pembelajaran


Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan dipandu
oleh fasilitator. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini
menggunakan pendekatan secara langsung berinteraksi antara fasilitator
dan peserta dapat dilaksanakan dengan berdiskusi tentang materi,
malaksanakan praktik, dan latihan kasus.

Lembar kerja pada pembelajaran tatap muka penuh adalah menerapkan


pemahaman materi-materi yang berada pada kajian materi.

Pada aktivitas pembelajaran peserta secara aktif menggali informasi,


mengumpulkan dan mengolah data sampai pada peserta dapat membuat
kesimpulan kegiatan pembelajaran.

d. Presentasi dan Konfirmasi


Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi hasil kegiatan,
sedangkan fasilitator melakukan konfirmasi terhadap materi dan dibahas
bersama. Pada bagian ini juga peserta dan penyaji me-review materi
berdasarkan seluruh kegiatan pembelajaran.

e. Persiapan Tes Akhir


Pada bagian ini fasilitator didampingi oleh panitia menginformasikan tes
akhir yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang dinyatakan layak tes
akhir.

2. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka In-On-In


Kegiatan diklat tatap muka dengan model In-On-In adalah kegiatan fasilitasi
peningkatan kompetensi guru menggunakan tiga kegiatan utama, yaitu In
Service Learning 1 (In-1), on the job learning (On), dan In Service Learning 2
(In-2). Secara umum, kegiatan pembelajaran diklat tatap muka In-On-In
tergambar pada alur berikut ini.

14
Gambar 3.Alur Pembelajaran Tatap Muka model In-On-In

Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model In-On-In dapat dijelaskan


sebagai berikut,

a. Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan disampaikan bertepatan pada saat
pelaksanaan In service learning 1 fasilitator memberi kesempatan kepada
peserta diklat untuk mempelajari :

latar belakang yang memuat gambaran materi

tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi

kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul.

ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran

langkah-langkah penggunaan modul

15
b. In Service Learning 1 (In-1)
1) Mengkaji Materi

Pada kegiatan mengkaji materi Modul Pelatihan SMA kelompok


kompetensi B Pedagogik. Kajian Materi Teori Belajar, fasilitator
memberi kesempatan kepada guru sebagai peserta untuk
mempelajari materi yang diuraikan secara singkat sesuai dengan
indikator pencapaian hasil belajar. Guru sebagai peserta dapat
mempelajari materi secara individual maupun berkelompok dan dapat
mengkonfirmasi permasalahan kepada fasilitator.

2) Melakukan aktivitas pembelajaran

Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai


dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan
dipandu oleh fasilitator. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas
pembelajaran ini akan menggunakan pendekatan/metode yang
secara langsung berinteraksi di kelas pelatihan, baik itu dengan
menggunakan metode berpikir reflektif, diskusi, brainstorming,
simulasi, maupun studi kasus yang kesemuanya dapat melalui
lembar kerja (LK) yang telah disusun sesuai dengan kegiatan pada
In1.

Pada aktivitas pembelajaran materi ini peserta secara aktif menggali


informasi, mengumpulkan dan mempersiapkan rencana
pembelajaran pada on the job learning.

c. On the Job Learning (On)


1) Mengkaji Materi

Pada kegiatan mengkaji materi Modul Pelatihan SMA kelompok


kompetensi B Profesional Kajian Materi Teori Belajar, guru sebagai
peserta akan mempelajari materi yang telah diuraikan pada in service
learning 1 (In1). Guru sebagai peserta mempelajari kembali materi
sebagai bahan untuk mengerjakan tugas-tugas yang ditagihkan.

2) Melakukan Aktivitas Pembelajaran

16
Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran di
sekolah maupun di kelompok kerja berbasis pada rencana yang telah
disusun pada In1 dan sesuai dengan rambu-rambu atau instruksi
yang tertera pada modul. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas
pembelajaran ini akan menggunakan pendekatan/metode praktik,
eksperimen, sosialisasi, implementasi, peer discussion yang secara
langsung dilakukan di sekolah maupun kelompok kerja melalui
tagihan berupa LK yang telah disusun sesuai dengan kegiatan pada
On.

Pada aktivitas pembelajaran materi pada On, peserta secara aktif


menggali informasi, mengumpulkan dan mengolah data dengan
melakukan pekerjaan dan menyelesaikan tagihan pada On the job
learning.

d. In Service Learning 2 (In-2)


Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi produk-produk tagihan
On yang akan dikonfirmasi oleh fasilitator dan dibahas bersama pada
bagian ini juga peserta dan penyaji me-review materi berdasarkan seluruh
kegiatan pembelajaran.

e. Persiapan Tes Akhir


Pada bagian ini fasilitator didampingi oleh panitia menginformasikan tes
akhir yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang dinyatakan layak tes
akhir.

3. Lembar Kerja (LK)


Modul pembinaan karier guru Bahasa Indonesia SMA, kelompok komptetansi
B pedagogik teridiri atas beberapa kegiatan pembelajaran yang di dalamnya
terdapat aktivitas-aktivitas pembelajaran sebagai pendalaman dan penguatan
pemahaman materi yang dipelajari.

Modul ini mempersiapkan LK yang akan dikerjakan oleh peserta. LK


tersebut dapat lihat pada tabel berikut.

17
Table 1. Daftar Lembar Kerja Modul

No Kode LK Nama LK Keterangan

1. LK 1.1 Konsep/pengertian belajar TM, IN1

2. LK 1.2 Prinsip-prinsip belajar TM, IN1

3. LK 1.3 Beberapa aliran teori belajar On

4. LK 1.4 Keaktifan dan pengulangan dalam teori On


belajar

5. LK 1.5 Perbedaan pandangan tentang teori belajar TM, ON

6. LK 1.6 Perbedaan prinsip-prinsip belajar TM, IN1

Keterangan.

TM : Digunakan pada Tatap Muka Penuh

In1 : Digunakan pada In service learning 1

On : Digunakan pada on the job learning

18
KEGIATAN PEMBELAJARAN
TEORI BELAJAR BAHASA

A. Tujuan
Setelah mempelajari mata diklat ini, Anda diharapkan mampu menguasai
teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik dengan baik
dan terintegrasi dengan penguatan pendidikan karakter karakter religius,
nasionalisme, gotong royong , mandiri dan integritas,

B. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi dan indikator pencapaian kompetensi guru pada materi teori
belajar bahasa terdapat pada tabel berikut ini.

Table 2. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Guru Indikator Pencapaian Kompetensi

2.1. Memahami 2.1.1 Menjelaskan berbagai teori belajar dengan


berbagai teori belajar percaya diri
dan prinsip-prinsip
2.1.2 Menjelaskan prinsip-prinsip pembelajaran
pembelajaran yang
dengan sikap menghargai
mendidik terkait
2.1.3 Membandingkan berbagai teori belajar dengan
dengan mata
menghargai keragaman budaya
pelajaran yang
diampu dengan
karakter karakter
religius, 2.1.4 Membandingkan prinsip-prinsip pembelajaran
nasionalisme, gotong dengan menghargai pendapat orang lain
royong , mandiri dan
integritas,

19
C. Urian Materi

1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang kompleks ditandai dengan adanya
perubahan tingkah laku, bersifat relatif permanen dan prosesnya ditandai
dengan adanya interaksi dengan lingkungan sekitar pebelajar baik
lingkungan alam maupun sosial budayanya. UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) Pasal 1 ayat 20 menjelaskan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Sedangkan belajar merupakan proses atau usaha dalam merubah jati diri
seseorang. Gagne berpendapat bahwa belajar merupakan sejenis perubahan
yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku yang keadaannya berbeda
dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan
tindakan serupa. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau
latihan. Berbeda dengan perubahan spontanitas atau refleks atau perilaku
yang bersifat naluriah. Dari pendapat tersebut bisa disimpulkan bahwa
belajar merupakan semua aktifitas mental atau psikis yang dilakukan oleh
seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda
antara sesudah belajar dan sebelum belajar.

Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi,


memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri
peserta didik. Bicara tentang pembelajaran, prinsip-prinsip pembelajaran juga
diperlukan oleh seorang pengajar, mengingat prinsip belajar adalah landasan
berpikir dan sumber motivasi agar proses belajar dan pembelajaran dapat
berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik.

Belajar merupakan proses atau usaha dalam merubah jati diri seseorang.
Gagne berpendapat bahwa belajar merupakan sejenis perubahan yang
diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku yang keadaannya berbeda dari
sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan
tindakan serupa. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau

20
latihan. Berbeda dengan perubahan spontanitas atau refleks atau perilaku
yang bersifat naluriah. Dari pendapat tersebut bisa disimpulkan bahwa,
semua aktifitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga
menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar
dan sebelum belajar.

2. Macam-macam Teori Belajar

a. Teori Belajar Behaviorisme


Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh
Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman.Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar
yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik
pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
behavioristik.Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar

Tokoh aliran ini adalah John B Watson (1878-1958) yang di Amerika


dikenal sebagai bapak Behaviorisme. Menurut Watson seseorang
dilahirkan dengan beberapa refleks serta reaksi emosional terhadap cinta
dan kegusaran. Perilaku lainnya dapat dibangun melalui hubungan
stimulus-respon dalam pengkondisian.

Teorinya memfokuskan perhatiannya pada aspek yang dirasakan secara


langsung pada perilaku berbahasa serta hubungan antara stimulus dan
respons pada dunia sekeliling. Menurut teori ini, semua perilaku,
termasuk tindak balas (respons) ditimbulkan oleh karena adanya
ransangan (stimulus). Watson menolak pengaruh naluri (instinc) dan
kesadaran terhadap perilaku. Setiap perilaku dapat dipelajari menurut
hubungan stimulus-respons.

Tokoh behavioris lainnya adalah Skinner (1957) yang terkenal dengan


percobaannya tentang perilaku binatang yang terkenal dengan kotak
skiner. Menurut Skiner, perilaku verbal adalah perilaku yang dikendalikan
oleh akibatnya. Bila akibatnya itu berupa hadiah, maka perilaku itu akan
terus dipertahankan. Jika akibatnya berupa hukuman, atau bila kurang
penguatan, perilaku itu akan diperlemah atau perlahan-lahan akan hilang.

21
Implikasi dari teori ini adalah perlu kehati-hatian guru dalam memberikan
hukuman dan ganjaran (hadiah) kepada siswa.

Penganut teori behaviorisme menganggap bahwa perilaku berbahasa


yang efektif merupakan hasil respons tertentu yang dikuatkan. Respons
itu akan menjadi kebiasaan atau terkondisikan, baik respons yang
merupakan pemahaman atau respons yang berupa ujaran. Seseorang
belajar memahami ujaran dengan merekasi stimulus secara memadai dan
memperoleh penguatan untuk reaksi tersebut.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,


mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon
atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Ringkasan dari teori behaviorisme yang dikemukakan Pavlov, Thorndike,


Watson, dan Skinner sebagai berikut:

1. Menekankan perhatian pada perubahan tingkah laku yang dapat


diamati setelah seseorang diberi perlakuan,

2. Perilaku dapat dikuatkan atau dihentikan melalui ganjaran atau


hukuman,

3. Pengajaran direncanakan dengan menyusun tujuan instruksional


yang dapat diukur atau diamati,

4. Guru tidak perlu mengetahui apa yang telah dipahami dan apa yang
terjadi pada proses berpikir seseorang.

Implikasi dari teori behavioris dalam pendidikan sangat mendalam.Guru


menulis tujuan instruksional dalam persiapan mengajar, yang kemudian
akan diukur pada akhir pembelajaran. Guru tidak memperhatikan hal-hal
apa yang telah diketahui peserta didik, atau apa yang peserta didik
pikirkan selama proses pengajaran berlangsung. Guru mengatur strategi
dengan memberikan ganjaran (berupa nilai tinggi atau pujian) dan
hukuman (nilai rendah atau hukuman lain). Guru lebih menekankan pada

22
apa yang harus dikerjakan peserta didik bukan pada pemahaman peserta
didik terhadap sesuatu.

Teori belajar behaviorisme ini telah lama dianut oleh para guru dan
pendidik, namun dari semua pendukung teori ini, teori Skinnerlah yang
paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar
Behaviorisme. Program-program pembelajaran seperti Teaching
Machine, pembelajaran berprogram, modul dan program-program
pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons
serta mementingkan faktor-faktor penguat merupakan program-program
pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh
Skinner.

b. Teori Belajar Kognitivisme


Menurut penganut kognitivistik, kemampuan berbahasa seseorang
berasal dan diperoleh sebagai akibat dari kematangan kognitif anak.
Mereka beranggapan bahwa bahasa itu distrukturkan atau dikendalikan
oleh nalar manusia. Oleh sebab itu perkembangan bahasa harus
berlandas pada atau diturunkan dari perkembangan dan perubahan yang
lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi manusia. Dengan
demikian urutan-urutan perkembangan kognisi seorang anak akan
meneuntukan urutan-urutan perkembangan bahasa dirinya.

Konsep sentral teori kognitif adalah kemampuan berbahasa anak berasal


dari kematangan kognitifnya. Proses belajar bahasa secara kognitif
merupakan proses berpikir yang kompleks karena menyangkut lapisan
bahasa yang terdalam. Lapisan bahasa tersebut meliputi ingatan,
persepsi, pikiran, makna, dan emosi yang saling berpengaruh pada
struktur jiwa manusia. Bahasa dipandang sebagai manifestasi dari
perkembangan aspek kognitif dan afektif yang menyatakan tentang dunia
dan diri manusia itu sendiri.

Lauhlin dalam Elizabeth (1993:54) mengatakan bahwa dalam belajar


berbahasa seorang anak perlu proses pengendalian dalam berinteraksi
dengan lingkungan. Pendekatan kognitif dalam belajar bahasa lebih
menekankan pemahaman, proses mental atau pengaturan dalam

23
pemerolehan, dan memandang anak sebagai sesorang yang berperan
aktif dalam proses belajar bahasa.

Ausabel (dalam Elizabeth, 1993:59) mengatakan bahwa proses belajar


bahasa terjadi bila anak mampu mengasimilasikan pengetahuan yang
dimiliki dengan pengetahuan baru. Proses itu melalui tahapan
memperhatikan stimulus yang diberikan, memahami makna stimulus,
menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.

Bruner (dalam Pateda, 1990:49) menjelaskan bahwa proses belajar


bahasa lebih ditentukan oleh cara anak mengatur materi bahasa bukan
usia anak. Proses belajar bahasa dapat dilalui melalui (1) enaktif, yaitu
aktivitas untuk memehami lingkungan, (2) ikonik yaitu melihat dunia lewat
gambar dan visualisasi verbal, dan (3) simbolik yaitu memahami
gagasan-gasan abstrak.

Beberapa tokoh lain yang mengembangkan teori kognitivisme:

1) Attribution Theory (Weiner)

Weiner mengembangkan sebuah kerangka teoretis yang telah


menjadi sangat berpengaruh dalam psikologi sosial hari ini. Teori
atribusi mengasumsikan bahwa orang mencoba untuk menentukan
mengapa orang melakukan apa yang mereka lakukan, yaitu
menafsirkan menyebabkan untuk suatu peristiwa atau perilaku.

2) Teori Pemrosesan Informasi (Robert Gagne)

Asumsi yang mendasari teori ini adalah pembelajaran merupakan


faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan
merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa
dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk
kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil
belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara
kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi
internal, yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk
mencapai hasil belajar dan proses kognitif,sedangkan kondisi
eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi
individu dalam proses pembelajaran.

24
3) Teori Elaborasi (Reigeluth)

Pergeseran paradigma dari guru-sentris instruksi ke instruksi yang berpusat


pada peserta didik telah menimbulkan "kebutuhan baru cara-cara urutan
instruksi" (Reigeluth, 1999).

Charles Reigeluth dari Indiana University mengemukakan Teori Elaborasi,


sebuah model desain instruksional yang bertujuan untuk membantu
memilih dan urutan konten dalam cara yang akan mengoptimalkan
pencapaian tujuan pembelajaran. Pendukung merasa penggunaan
motivator, analogi, ringkasan dan sintesis mengarah pada pembelajaran
yang efektif. Sementara teori yang tidak efektif terutama konten, memang
ditujukan untuk menengah ke kompleks jenis kognitif dan psikomotorik
belajar.

4) Teori Belajar Gestalt

Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai
bentuk atau konfigurasi. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek
atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang
terorganisasikan. Menurut Gestalt anak dipandang sebagai suatu
keseluruhan, yakni suatu organisme yang dinamis, yang senantiasa dalam
keadaan berintekrasi dengan dunia sekitarnya untuk mencapai tujuan-
tujuannya. Interaksi di sini dimaksudkan bahwa anak selalu menerima
stimulus (respons) dari luar dirinya. Stimulus tersebut tidak diterimanya
begitu saja, melainkan ia melakukan seleksi sesuai dengan tujuannya,
setelah itu mereka bereaksi terhadap stimulus-stimulus itu dengan cara
mengolahnya.

5) Tahap Teori Perkembangan Kognitif (Piaget)

Ahli Biologi dan psikolog Swiss, Jean Piaget (1896-1980) mengamati anak-
anak (dan proses pembuatannya mereka memahami dunia di sekitar
mereka) dan akhirnya mengembangkan empat tahap model bagaimana
proses pikiran informasi baru dijumpai. Dia mengemukakan bahwa
kemajuan anak-anak melalui empat tahap dan bahwa mereka semua
melakukannya dalam urutan yang sama. Keempat tahapan ini adalah:

25
a) Sensorimotor stage (Birth to 2 years old).Tahap sensorimotor(lahir
sampai 2 tahun). Bayi membangun pemahaman tentang dirinya sendiri
dan realitas (dan bagaimana segala sesuatu bekerja) melalui interaksi
dengan lingkungan.

b) Preoperational stage (ages 2 to 4).Tahapan (berusia 2 sampai 4). Anak


belum mampu memahami konsep abstrak dan membutuhkan
situasi fisik yang konkret. Objek diklasifikasikan dalam cara-cara
sederhana, terutama dengan fitur-fitur penting.

c) Concrete operations (ages 7 to 11). Operasi konkret (usia 7


hingga 11). Seperti pengalaman fisik terakumulasi, akomodasi
meningkat. Si anak mulai berpikir secara abstrak dan konsep,
menciptakan struktur logis yang menjelaskannya pengalaman
fisik.

d) Formal operations (beginning at ages 11 to 15).Operasi formal


(mulai pada usia 11-15). Kognisi mencapai bentuk akhirnya. Pada
tahap ini, orang tidak lagi memerlukan objek konkret untuk
membuat penilaian rasional. Dia mampu melakukan penalaran
deduktif dan hipotetis. Dia mampu untuk berpikir abstrak yang
sangat mirip dengan orang dewasa.

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran


adalah sebagai berikut.

(1) Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang


dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan
bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.

(2) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi


lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar
dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.

(3) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru


tetapi tidak asing.

(4) Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap


perkembangannya.

26
(5) Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk
saling berbicara dan diskusi dengan teman-temannya.

c. Teori Belajar Konstruktivisme


Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan
dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata
susunan hidup yang berbudaya modern.

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran


konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit
demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan
tidak sekonyong-konyong.

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah


yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Dengan
teori konstruktivisme siswa dapat berpikir untuk menyelesaikan masalah,
mencari ide dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena
mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan
lebih paham dan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi.
Selain itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat
lebih lama semua konsep.

d. Teori Belajar Humanistik


Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan
manusia. Proses balajar dianggap berhasil jika seorang pelajar telah
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik- baiknya. Teori belajar ini berusaha
memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya bukan dari
sudut pandang pengamatnya. Peran guru dalam teori ini adalah sebagai
fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi,
kesadaran mengenai makna kehidupan siswa. Guru memfasilitasi
pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama
yang memaknai.

27
e. Teori Belajar Sosial
Dalam dasawarsa terakhir, penganut teori konstruktivisme memperluas
fokus tradisionalnya pada pembelajaran individual ke dimensi
pembelajaran kolaboratif dan sosial. Konstruktivisme sosial bisa
dipandang sebagai perpaduan antara aspek-aspek dari karya Piaget
dengan karya Bruner dan karya Vygotsky. Istilah Konstruktivisme
komunal dikenalkan oleh Bryn Holmes di tahun 2001. Dalam model ini,
"siswa tidak hanya mengikuti pembelajaran seperti halnya air mengalir
melalui saringan namun membiarkan mereka membentuk dirinya." Dalam
perkembangannya muncullah istilah teori belajar sosial dari para pakar
pendidikan.

Pijakan awal teori belajar sosial adalah bahwa manusia belajar melalui
pengamatannya terhadap perilaku orang lain. Pakar yang paling banyak
melakukan riset teori belajar sosial adalah Albert Bandura dan Bernard
Weiner.

Meskipun classical dan operant conditioning dalam hal-hal tertentu masih


merupakan tipe penting dari belajar, namun orang belajar tentang
sebagian besar apa yang ia ketahui melalui observasi (pengamatan).
Belajar melalui pengamatan berbeda dari classical dan operant
conditioning karena tidak membutuhkan pengalaman personal langsung
dengan stimuli, penguatan kembali, maupun hukuman. Belajar melalui
pengamatan secara sederhana melibatkan pengamatan perilaku orang
lain, yang disebut model, dan kemudian meniru perilaku model tersebut.

Baik anak-anak maupun orang dewasa belajar banyak hal dari


pengamatan dan imitasi (peniruan) ini. Anak muda belajar bahasa,
keterampilan sosial, kebiasaan, ketakutan, dan banyak perilaku lain
dengan mengamati orang tuanya atau anak yang lebih dewasa. Banyak
orang belajar akademik, atletik, dan keterampilan musik dengan
mengamati dan kemudian menirukan gurunya. Menurut psikolog Amerika
Serikat kelahiran Kanada Albert Bandura, pelopor dalam studi tentang
belajar melalui pengamatan, tipe belajar ini memainkan peran yang
penting dalam perkembangan kepribadian anak. Bandura menemukan
bukti bahwa belajar sifat-sifat seperti keindustrian, keramahan,

28
pengendalian diri, keagresivan, dan ketidak sabaran sebagian dari meniru
orang tua, anggota keluarga lain, dan teman-temannya.

f. Teori Belajar Sibernetik


Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan atau pemrosesan informasi.
Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu
informasi. Teori ini juga lebih mementingkan sistem informasi dari pesan
atau materi yang dipelajari. Bagaimana proses belajar akan berlangsung
sangat ditentukan oleh system informasi dari pesan tersebut. Oleh sebab
itu, teori subernetik berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar
yang ideal untuk segala situasi. Karena cara belajar sangat ditentukan
oleh sistem informasi.

3. Prinsip-prinsip Belajar
Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap
batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan
pembelajaran, pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip belajar dapat
membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat. Banyak teori dan prinsip
belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki
persamaan dan perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat
beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat digunakan sebagai
dasar dalam upaya pembelajaran. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan
perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman,
pengulangan, tantangan, balikan atau penguatan, serta perbedaan individual.
Berikut ini dijelaskan lebih rinci prinsip-prinsip pembelajaran terbut.

a. Perhatian dan Motivasi


Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari
kajian belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya
perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage dan Berliner, 1984: 355). Di
samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan
belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan
aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan
kemudi pada mobil (Gage dan Berliner, 1984: 372).

29
Motivasi mempunyai kaitan erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat
terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya
dan timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi
dapat bersifat internal maupun eksternal.

b. Keaktifan
Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan
dan aspirasinnya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain
dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya
mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.

c. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang
lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang
dituangkan dalam kerucut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar
yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam
belajar melalui pengalaman langsung siswa yang tidak hanya mengamati
secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam
perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.

d. Pengulangan
Pada teori Psikologi Asosiasi atau Koneksionisme mengungkapkan
bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons,
dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar
peluang timbulnya respons benar. Pengulangan dalam belajar akan
melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya
mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, hingga
berpikir yang akan membuat daya-daya tersebut berkembang.

e. Tantangan
Dalam situasi belajar siswa mengahadapi suatu tujuan yang ingin dicapai,
tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka
timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari
bahan belajar tersebut.

30
f. Balikan atau Penguatan
Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam
ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi.
Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan
positif. Sebaliknya, anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu
ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas
ia terdorong untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan
negatif.

g. Perbedaan Indiviual
Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa
yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang
lainnya. Perbedaan individu ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar
siswa.

D. Aktivitas Pembelajaran

1. Langkah-langkah untuk aktivitas pembelajaran Diklat Tatap Muka Penuh


Kegiatan1: Pendahuluan

a. Sebelum melakukan aktivitas pembelajaran, peserta berdoa menurut


keyakinannya dan cara masing-masing agar aktivitas pembelajaran
dapat berjalan dengan lancar. Berdoa dipimpin oleh fasilitator/ketua kelas.

b. Fasilitator menyapa peserta dengan menanyakan kabar peserta.

c. Fasilitator menyampaikan tujuan, indikator pembelajaran, dan kegiatan


pembelajaran yang akan dilaksanakan, agar pembelajaran lebih terarah
dan terukur.

Kegiatan 2: Inti

a. Peserta bersama fasilitator melakukan curah pendapat tentang materi


apa itu teori belajar, aliran teori belajar, prinsip belajar, perebedaan
pandangan tentang teori belajar .

31
b. Peserta secara berkelompok mendiskusikan materi yang akan dipelajari
dengan membuat peta konsep dari materi tersebut dengan kreatif dan
percaya diri..

c. Hasil diskusi setiap kelompok dipajang. Perwaklian kelompok menunggu


pajangan (hasil diskusi) dan sebagian wakil kelompok mengunjungi
pajangan (hasil diskusi) kelompok lain. Saat perwakilan kelompok
mengunjungi hasil diskusi kelompok lain, perwakilan kelompok yang
berkunjung dapat menanyakan hal-hal yang belum dipahami dari hasil
diskusi kelompok lain. Perwakilan kelompok yang menunggu pajangan
(hasil diskusi) memberikan penjelasan terhadap pertanyaan-pertanyaan
dari kelompok lain yang berkunjung. Hal ini menunjukkan sikap komitmen
atas keputusan bersama.

d. Wakil dari masing-masing kelompok melaporkan hasil kunjungannya di


depan kelas dengan semangat dan percaya diri.

e. Saat wakil kelompok melaporkan hasil kunjungannya, peserta lain


menyimak dengan seksama dan antusias.

f. Fasilitator memberikan penguatan terhadap materi yang telah


didiskusikan.

Kegiatan 3: Penutup

a. Peserta melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajari dengan


jujur dan bahasa yang santun.

b. Fasilitator memberi penguatan atas semua materi yang telah dipelajari


serta tugas-tugas dalam kegiatan modul ini.

c. Setelah selesai melakukan aktivitas pembelajaran, peserta berdoa


menurut keyakinannya maing-masing dan dipimpin oleh ketua kelas.

2. Langkah-langkah untuk aktivitas pembelajaran Diklat Tatap Muka In-On-


In
Pendahulauan (In 1)

32
a. Sebelum peserta melakukan aktivitas pembelajaran, peserta berdoa
menurut keyakinan dan cara masing-masing agar aktivitas pembelajaran
berjalan dengan lancar. Berdoa dipimpin oleh ketua kelas.

b. Peserta memahami kompetensi, tujuan, indikator pembelajaran, dan


kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan, agar pembelajaran
lebih terarah dan terukur.

Kegiatan 2: Inti (In 1)

a. Peserta bersama fasilitator melakukan Curah pendapat tentang materi


Teori Belajar dengan menghargai pendapat teman dalam kelas.

b. Peserta secara berkelompok mendiskusikan materi yang akan dipelajari


dengan membuat peta konsep dari materi tersebut dengan kreatif dan
percaya diri.

c. Peserta diklat berdiskusi dalam kelompok mengerjakan LK 1.1 ( teori


belajar ) Sesama peserta saat berdiskusi menghargai semangat
kerjasama dalam menyelesaikan persoalan bersama, komitmen atas
keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, dan
solidaritas. Para peserta mampu menghormati keragaman pendapat
dalam berdiskusi dan tidak memaksakan kehendak.

d. Fasilitator memberikan penguatan terhadap materi yang telah


didiskusikan.

33
Kegiatan 3: Penutup

a. Peserta melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajari dengan


jujur dan bahasa yang santun.

b. Fasilitator memberi penguatan terutama teori belajar , serta tugas-tugas


dalam kegiatan modul ini.

c. Fasilitator memberi penjelasan tentang penyelesaian tugas-tugas yang


menjadi tagihan pembelajaran saat On mengerjakan (LK 1.6 dan 1.7 )
dengan tekun dan antusias.

d. Setelah peserta melakukan aktivitas pembelajaran, peserta berdoa


menurut keyakinannya Berdoa dapat dipimpin oleh ketua kelas dalam
pelatihan ini.

3. Mengkaji Materi (On)


Peserta pelatihan mempelajari materi yang telah diuraikan pada (In 1).
Peserta membuka dan mempelajari kembali materi sebagai bahan dalam
mengerjakan tugas-tugas yang ditagihkan kepada peserta dengan penuh
rasa tanggung jawab.

4. Melakukan Aktivitas Pembelajaran (On)


Peserta mengerjakan tugas-tagas sesuai dengan LK yang wajib dikerjakan
saat On sesuai rencana yang telah disusun pada In1 dan sesuai dengan
rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dengan tekun dan rasa
percaya diri.

5. Presentasi (In2)
a. Peserta melakukan presentasi produk-produk tagihan On (LK ) yang
akan dikonfirmasi oleh fasilitator dan dibahas bersama dengan
menghargai pendapat orang lain.

b. Peserta dan penyaji me-review materi berdasarkan seluruh kegiatan


pembelajaran dengan rasa percaya diri

Pendahuluan

34
a. Fasilitator membuka kegiatan pembelajaran diawali dengan berdoa
bersama sesuai dengan agama keyakinan dan cara masing-masing.
Kemudian menjelaskan kompetensi, tujuan dan indikator pembelajaran
dan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

b. Fasilitator meminta peserta berbagi kedalam beberapa kelompok (


A,B,C,D).

c. Setiap kelompok terdiri atas empat orang ( tiga orang anggota dan satu
orang ketua) dan setiap orang diberi nomor 1,2,3, dan 4.

d. Dengan senang hati mereka dari setiap anggota kelompok dengan


nomor yang sama bergabung membentuk kelompok baru.

Kegiatan Inti

a. Bacalah bahan bacaan tentang teori belajar dan prinsip-prinsip belajar


secara mandiri dengan saksama dan penuh tanggung jawab.

b. Diskusikanlah bahan bacaan tersebut dalam kelompok (A,B,C atau D).


Pada saat berdiskusi Anda harus saling menghargai pendapat teman,
tidak boleh egois atau merasa paling benar.

c. Kemudian setiap anggota kelompok menjelaskan konsep teori belajar,


prinsip pembelajaran, perbedaan aliran belajar dan prinsip pembelajaran
sesuai dengan tugas yang diberikan. Alokasi waktu yang disediakan
untuk masing-masing topik bahasan 10-20 menit. Manfaatkanlah waktu
seefisien mungkin.

Orang ke-1 : Menjelaskan teori belajar

Perhatikan ilustrasi di bawah ini.

Berbagai teori belajar yang dikemukakan para ahli menempatkan


siswa dengan berbagai pandangan. Pandangan ini melahirkan
berbagai respons atau perilaku tertentu terhadap siswa.

Teori belajar mana menurut Anda yang paling sesuai dengan ilustrasi
tersebut? Beri alasan

35
Jelaskanlah beberapa teori belajar yang Anda ketahui!

Tulislah jawaban pada lembar kerja ( LK) 1.

Orang ke-2 : Menjelaskan prinsip belajar

Tulislah hasil diskusi Anda pada LK 2

Orang ke-3 : Mengidentifikasilah prinsip pembelajaran yang sesuai dengan


ilustrasi di bawah ini!

Tulislah hasil kerja Anda pada LK 3

Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai


kemauan dan aspirasinnya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh
orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar
hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.

Orang ke-4 : Menjelaskan berbagai aliran teori belajar

Tulislah hasil kerja Anda pada LK 4

d. Silakan Anda bergabung dengan teman sesuai dengan nomor anggota


setiap kelompok. Kelompok A, nomor anggota satu bergabung dengan
kelompok B nomor anggota satu dan seterusnya. Kelompok ini disebut
kelompok ahli.

1) Kelompok anggota nomor satu membahas masalah : teori


belajar.

2) Kelompok anggota nomor membahas masalah kedua: prinsip


pembelajaran

3) Kelompok anggota nomor tiga membahas masalah ketiga:


Identifikasilah prinsip pembelajaran

4) Kelompok anggota nomor empat membahas masalah keempat,


tentang berbagai aliran teori belajar

e. Setelah mendiskusikan masalah dalam kelompok, kembalilah ke


kelompok asal dan informasikanlah hasil diskusi yang diperoleh dari

36
kelompok ahli secara bergantian (masing-masing mendapat waktu 3-5
menit). Simaklah informasi yang disampaikan dengan baik.

f. Anda diperkenankan bertanya jika masih ada waktu tersisa.

g. Selanjutnya rangkumlah seluruh hasil bahasan ke dalam kertas kerja


Anda secara berkelompok dalam bentuk nonnarasi ( dapat barupa peta
konsep, cerita bergambar, puisi, dan sebagainya).

Penutup

a. Simpulan dan refleksi proses pembelajaran

b. Beberapa orang peserta secara sukarela diminta untuk memberikan


refleksi terhadap hasil dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

c. Fasilitator memberi penguatan terutama tentang teori belajar dan prinsip-


prinsip pembelajaran.

E. Latihan/Kasus/Tugas
Apakah materi yang disajikan telah Anda pahami ? Jika ingin memantapkan
pemahaman Anda tentang teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran,
maka jawabah pertanyaan atau kerjakanlah latihan/tugas pada lembar kerja
berikut ini!

37
LK 1.1 Teori belajar

Cermati ilustrasi berikut ini!

Dalam pembelajaran bahasa, siswa perlu diberi stimulus agar muncul


respon siswa. Agar stimulus tersebut dapat bertahan, guru perlu
memberikan ganjaran atau hadiah.

Aliran teori belajar apa yang sesuai dengan ilustrasi tersebut! Jelaskanlah
pengertian aliran belajar tersebut.

LK 1.2 Prinsip belajar

Jelaskanlah prinsip dalam pembelajaran!

Cermati ilustrasi berikut ini!

Jelaskan prinsip pembelajaran yang sesuai dengan ilustrasi tersebut!

Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan


dan aspirasinnya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan
juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin
terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.

38
LK 1.3 Aliran teori belajar

Jelaskan empat aliran teori belajar!

LK 1.4 Pengetian teori belajar

Jelaskan pengertian teori belajar humanistik dan aliran sibernetik!

LK 1.6

Jelaskan pengertian keaktifan dan pengulangan dalam prinsip-prinsip


pembelajaran.

39
LK 1.7 Perbedaan teori belajar

Jelaskan perbedaan teori belajar behavioristik dengan humanistik!

LK 1.8 Perbedaan prinsip pembelajaran

Jelaskan perbedaaan antara pengertian keaktifan dan keterlibatan langsung


dalam prinsip pembelajaran!

F. Rangkuman
Belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan
tingkah laku yang keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam
situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan serupa. Perubahan terjadi akibat
adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan spontanitas
atau refleks atau perilaku yang bersifat naluriah. Dari pendapat tersebut bisa
disimpulkan bahwa, semua aktifitas mental atau psikis yang dilakukan oleh
seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara
sesudah belajar dan sebelum belajar.

40
Teori belajar antara lain 1) teori belajar behaviorisme, 2) teori belajar nativisme,
3) teori belajar kognitivisme, 4) teori belajar konstruktivisme, 5) teori belajar
humanistik, 6) teori belajar sosial, dan 7) teori belajar sibernetik.

Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap


batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran. Prinsip-prinsip itu berkaitan
dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman,
pengulangan, tantangan, balikan atau penguatan, serta perbedaan indivual.

Ada empat aliran teori belajar (1) aliran behavioristik; (2) aliran kognitif-
konstruktivisme; (3) aliran humanistik; dan (4) aliran sibernetik.

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Isilah umpan balik/refleksi pembelajaran pada tabel berikut!

1. Nilai-nilai karakter apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mendiskusikan


materi Teori Belajar?

2. Nilai-nilai karakter apa yang dapat Bapak dan Ibu terapkan kepada
peserta didik setelah mempelajari materi ini?

41
3. Nilai karakter apa yang sudah Bapak dan Ibu implementasikan dalam
kegiatan pembelajaran?

4. Bagaimanakah Bapak dan Ibu mengaplikasikan nilai karakter tersebut


dalam kegiatan pembelajaran di kelas?

H. Kunci Jawaban dan Pembahasan


LK 1.1 Teori Belajar

Teori belajar yang sesuai dengan ilustrasi tersebut adalah teori belajar
behaviorisme

LK 1.2 Prinsip-prinsip pembelajaran yakni:

42
1. Perhatian dan Motivasi 5. Tantangan

2. Keaktifan 6. Balikan atau penguatan

3. Keterlibatan Langsung 7. Perbedaan Indiviual

4. Berpengalaman

5. Pengulangan

Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai


kemauan dan aspirasinnya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan
oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain.
Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak mengalami sendiri.

LK 1.3 Prinsip pembelajaran yang sesuai dengan ilustrasi tersebut adalah


prinsip keaktifan.

LK 1.4 Empat aliran teori belajar yaitu

1. Aliran behavioristik.

2. Aliran Kognitif-konstruktivisme

3. Aliran humanistik

4. Aliran Sibernetik

LK 1.5 Perbedaan teori belajar humanistik dan aliran sibernetik sebagai


berikut:

a. Alairan humanistik

Aliran humanistik merupakan aliran yang menekankan


pemahaman yang tepat terhadap karakteristik peserta didik dan
budayanya sebagai pijakan dalam pembelajaran. Aliran humanistik
hadir untuk memahami kegiatan belajar dari aspek kejiwaan
43
peserta didiknya. Tidak punya teori belajar yang spesifik, yang
penting bagaimana siswa belajar. Sukar dipraktikkan dalam kondisi
kelas besar.Sukar diterapkan dalam kontek praktis terlalu dekat
dengan dunia filsafat, terlalu ideal untuk diterapkan dalam praktik
pendidikan di Indonesia.

b. Aliran sibernetik

Aliran sibernetik merupakan aliran yang menekankan bagaimana


kegiatan pembelajaran menjadi menarik. artinya mendapatkan
perhatian dari peserta didik diperlukan alat bantu. Alat bantu ini
sejalan dengan perkembangan teknologi informasi. Dengan adanya
alat bantu yang bisa menarik perhatian peserta didik, diharapkan
terjadi pengolahan informasi. Ini merupakan aliran yang beru
berkembang. Karena lebih menekankan pada system informasi
yang akan dipelajari kurang terhadap proses pembelajaran yang
sedang berlangsung. Sulit untuk dipaktekkan. Sangat berkaitan
dengan alat bantu/media untuk menarik perhatian peserta didik.
Alat bantu digunakan mempermudah pengolahan informasi dalam
diri peserta didik. Jika pendidik salah memilih alat bantu, maka
peserta didik tidak akan memberikan perhatian terhadap informasi
yang terkandung dalam materi pelajaran.

44
LK 1.6 Pengertian keaktifan dan pengulangan dalam prinsip pembelajaran
yaitu:

Pada keaktifan, anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu,


mempunyai kemauan dan aspirasinnya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan
oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar
hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.

Pada pengulangan, dijelaskan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan


antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap pengalaman-
pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons benar. Pengulangan
dalam belajar akan melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri
atas daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan,
hingga berfikir yang akan membuat daya-daya tersebut berkembang.

LK 1.7 Perbedaan teori belajar behaviorisme dengan humanistik yaitu:

Teori Belajar Behavioristik Teori Belajar Humanistik

Aliran behavioristik yang banyak Aliran ini sangat menekankan


digunakan dalam kegiatan pendidikan pemahaman yang tepat terhadap
dan pembelajaran selama ini kurang karakteristik peserta didik dan budayanya
dapat menjawab masalah-masalah sebagai pijakan dalam pembelajaran.
sosial. Pendekatan ini banyak dianut Aliran humanistik hadir untuk memahami
dalam praktikpraktik pendidikan dan kegiatan belajar dari aspek kejiwaan
pembelajaran mulai dari pendidikan peserta didiknya. Tidak punya teori belajar
tingkat yang paling dini hingga yang spesifik, yang penting bagaimana
pendidikan tinggi, namun ternyata tidak siswa belajar. Sukar dipraktekkan dalam
mampu menjawab masalah-masalah kondisi kelas besar.Sukar diterapkan
dan tuntutan kehidupan global. dalam kontek praktis terlalu dekat dengan
dunia filsafat, terlalu ideal untuk diterapkan
dalam praktek pendidikan di Indonesia.

45
LK 1.8 Perbedaaan keaktifan dengan keterlibatan langsung dalam prinsip
pembelajaran yaitu:

Keterlibatan
Keaktifan
Langsung/Berpengalaman

Anak mempunyai dorongan untuk Belajar adalah mengalami, belajar


berbuat sesuatu, mempunyai kemauan tidak bisa dilimpahkan kepada orang
dan aspirasinnya sendiri. Belajar tidak lain. Edgar Dale dalam penggolongan
bisa dipaksakan oleh orang lain dan pengalaman belajar yang dituangkan
juga tidak bisa dilimpahkan kepada dalam kerucut pengalamannya
orang lain. Belajar hanya mungkin mengemukakan bahwa belajar yang
terjadi apabila anak aktif mengalami paling baik adalah belajar melalui
sendiri. pengalaman langsung. Dalam belajar
melalui pengalaman langsung siswa
yang tidak hanya mengamati secara
langsung tetapi ia harus menghayati,
terlibat langsung dalam perbuatan,
dan bertanggung jawab terhadap
hasilnya.

46
I. Evaluasi
Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih salah satu pilihan A, B, C, atau
D!

1. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 ayat 20, belajar
adalah

A. proses mengubah jati diri seseorang

B. aktivitas yang dilakukan seseorang

C. pengalaman atau pelatihan seseorang

D. semua aktivitas mental seseorang

2. Teori belajar yang mendudukkan siswa sebagai individu yang pasif.


Respons atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan
atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman
merupakan pengertian dari teori belajar.

A. Behaviorisme

B. Humanistik

C. Sibernetik

D. Kontruktivis

3. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan


dan aspirasinnya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain
dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya
mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. Pernyataan tersebut
merupakan prinsip pembelajaran.

A. Perhatian dan Motivasi

B. Keaktifan

C. Keterlibatan Langsung

D. Pengulangan

47
4. Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai
protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya.
Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah .

A. Bandura, Wielkeiwicks, Ausubel

B. Ausubel, Bruner,Bandura

C. Wielkeiwicks, Ausubel,Burner

D. Ausubel, Bruner, dan Gagne

5. Teori ini menggabungkan antara potensi-potensi otak kanan dan otak kiri
sehingga potensi-potensi tersebut dapat berjalan optimal. Kecerdasan
merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat diaktifkan melalui
proses belajar, interaksi dengan keluarga, guru, teman dan nilai-nilai budaya
yang berkembang.Teori belajar ini disebut.

A. Teori Belajar Revolusi Sosiokultural

B. Teori Kecerdasan Ganda

C. Teori Belajar Sosial

D. Teori Pembelajaran Sosial

6. Aliran ini lebih menekankan bagaimana kegiatan pembelajaran menjadi


menarik. Artinya, mendapatkan perhatian dari peserta didik diperlukan alat
bantu. Alat bantu ini sejalan dengan perkembangan teknologi informasi.Teori
ini tergolong aliran .

A. Behaviorisme

B. Humanistik

C. Sibernetik

D. Konstruktivism

7. Berbagai prinsip belajar yang relatif berlaku umum dapat digunakan sebagai
dasar dalam pembelajaran. Prinsip tersebut adalah .

A. Perhatian dan motivasi

B. Keaktifan dan pandangan

48
C. Keterlibatan langsung dan pandangan hidup

D. Pengulangan dan pola individual

8. Paham behaviorisme adalah paham yang mengemukakan bahwa proses


berbahasa merupakan proses rangsang-tanggap (stimulus-respons) Paham
tersebut termasuk aliran:

A. Strukturalisme

B. Deskriptif

C. Fungsional

D. nativisme

9. Dalam perencanaan pembelajaran ada beberapa prinsip yang harus


diperhatikan. Belajar hanya terjadi hanya apabila anak aktif mengalami
sendiri. Pernyataan tersebut merupakan prinsip pembelajaran

E. Motivasi

F. keaktifan

G. tantangan

H. pengulangan

10. Pernyataan berikut ini yang sesuai dengan pandangan kaum strukturalis
adalah

A. Fokus perhatian pada fonologi dan morfologi, sedikit sekali pada


sintaksis, dan sama sekali tidak pada semantik.

B. Fokus perhatian pada fonologi, morfologi, sedikit, sintaksis, dan sama


sekali tidak pada semantik.

C. Fokus perhatian pada fonologi dan morfologi, sedikit sekali pada


sintaksis, dan semantik.

D. Fokus perhatian pada fonologi dan morfologi, sama sekali tidak


memperhatikan sintaksis dan semantik.

49
Kunci Jawaban

No Jawaban No Jawaban No Jawaban

1 A 5 C 9 B

2 B 6 B 10 A

3 D 7 D

4 B 8 A

50
Penutup

Dengan mempelajari materi Teori Belajar dalam Modul Pembinaan Karier Guru
Bahasa Indonesia SMA melalui Kelompok Kompetensi B ini, Bapak/Ibu dapat
menambah wawasan dan pengetahuan tentang teori belajar. Mudah-mudahan
materi yang disajikan ini dapat memotivasi dan meningkatkan kompetensi
Bapak/Ibu sebagai guru yang profesional.

51
DAFTAR PUSTAKA

Anderson and Kratwohl. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and


Assesing: A Revision of Bloos Taxonomy Educational Objectives.
New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Budiyono, Herman. 2005. Menulis Secara Sistematis dan Terarah. Jambi:


Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Unja.

Dalyono. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiyono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Elizabeth, Rieken. 1993. Teaching Language in Context. Boston: Heinle&Heinle


Publisher.

Fitriati. 2010. Pengembangan Media Visual Gambar Seri Bergerak Berbasis


Microsoft Power Point untuk Pembelajaran Menulis Narasi Siswa
Sekolah Dasar, Tesis, Universitas Jambi.

Gagnon Jr and Collay. 2000. Designing for Learning. California: Corwin Press
Inc.

Hadley, Alice Omaggio. 2005. Learning and Teaching: Humanistic Aproaches to


Learning Pedagogy 2th Edition. USA: Heinle&Heinle Publisher.

Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas.

Pateda, Masnoer. 1990. Aspek-Aspek Psikolinguistik. Flores: Nusa Endah

Slavin, Robert E. 2009. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik jilid 2. Jakarta:
PT Indeks.

Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Terjemahan Tri Wibowo BS.


Jakarta: Prenada Media Grup.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.


Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

52
Uno, Hamzah B. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Bandung:
Bumi Aksara.

53
GLOSARIUM

Desain instruksional : merancang pembelajaran.

Elaborasi : penggarapan secara tekun dan cermat.

Generalisasi : proses penalaran yang bertolak dari fenomena


individual menuju kesimpulan umum.

Hipotetis : anggapan dasar atau sesuatu yang dianggap benar


untuk alasan atau pengutaraan pendapat (teori,
prosisi, dsb), meskipun kebenarannya masih harus
dibuktikan.

Interaksi : suatu jenis tindakan yang terjadi ketika dua atau lebih
objek memperngaruhi atau memiliki efek satu sama
lain.

Kondisi eksternal : rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi


individu dalam proses pembelajaran.

Kondisi internal : keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk


mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi
dalam individu.

Konfigurasi : bentuk.

Penalaran deduktif : proses berpikir dari hal umum ke hal khusus.

Perilaku molar : perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar,


sepertiberlari, berjalan, mengikuti kuliah, bermain
sepakbola, dsb.

Perilaku molekular : perilaku dalam bentuk kontraksi otot atau keluarnya


kelenjar.

Sensoris : berhubungan dengan pancaindera.

Stimulus : rangsangan

54
Teori behavioristik : teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman.

Teori kognitivisme : teori belajar yang berfokus pada aktivitas mental batin
- membuka "kotak hitam" dari pikiran manusia yang
berharga dan diperlukan untuk memahamibagaimana
orang belajar.

Teori Konstruksivisme : teori belajar yang mengutamakan perilaku mental,


pengetahuan, berpikir kritis, dan intelegensi yang
terbentuk karena adanya interaksi siswa dengan
lingkungannya.

55

Anda mungkin juga menyukai