Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di negara berkembang, sekitar 10 juta bayi mengalami kematian, dan sekitar 60% dari
kematian tersebut seharusnya dapat ditekan salah satunya adalah dengan menyusui, karena
Air Susu Ibu (ASI) sudah terbukti dapat meningkatkan status kesehatan bayi sehingga 1,3
juta bayi dapat diselamatkan (WHO, 2005)

Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children
Foundation (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan agar anak
sebaiknya disusui hanya ASI selama paling sedikit 6 bulan. Makanan padat seharusnya
diberikan sesudah anak berumur 6 bulan, dan pemberian ASI seharusnya dilanjutkan sampai
umur dua tahun (WHO, 2005).

Program ASI eksklusif merupakan program promosi pemberian ASI saja pada bayi
tanpa memberikan makanan atau minuman lain. Tahun 1990, pemerintah mencanangkan
Gerakan Nasional Peningkatan Pemberian ASI (PPASI) yang salah satu tujuannya adalah
untuk membudayakan perilaku menyusui secara eksklusif kepada bayi dari lahir sampai usia
4 bulan. Tahun 2004, sesuai dengan anjuran WHO, pemberian ASI eksklusif ditingkatkan
menjadi 6 bulan sebagaimana dinyatakan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.450/MENKES/SK/VI/2004.

Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun
2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa
menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat,
vitamin, dan mineral). ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena
mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi
sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2015, cakupan pemberian ASI eksklusif di


negara Indonesia tahun 2015 menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan cakupan
tahun 2016, yaitu dari 39% naik menjadi 55,7%. Angka tersebut telah memenuhi target

1
cakupan pemberian ASI eksklusif. Propinsi Jawa Timur memiliki angka cakupan pemberian
ASI eksklusif di atas rata-rata, yaitu 74,1%.

Pada bulan Maret 2017, dilakukan survey di kecamatan Kaliwates kabupaten Jember
mengenai angka cakupan pemberian ASI eksklusif. Angka terendah ditemukan di kelurahan
Tegal Besar, yakni hanya 36,3%. Berdasarkan fakta tersebut penulis tertarik untuk meneliti
gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku para ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran perilaku para ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada
bayi usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017?

2. Bagaimana gambaran alasan para ibu yang memberi ASI eksklusif pada bayi usia
0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017?

3. Bagaimana gambaran alasan para ibu yang tidak memberi ASI eksklusif pada
bayi usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017?

4. Bagaimana gambaran pengetahuan para ibu terhadap pemberian ASI eksklusif


pada bayi usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017?

5. Bagaimana gambaran sikap para ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi
usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017?
6. Bagaimana gambaran umur para ibu di kelurahan Tegal Besar tahun 2017?
7. Bagaimana gambaran pendidikan para ibu di kelurahan Tegal Besar tahun 2017?
8. Bagaimana gambaran pekerjaan para ibu di kelurahan Tegal Besar tahun 2017?
9. Bagaimana gambaran Inisiasi Menyusui Dini para ibu di kelurahan Tegal Besar
tahun 2017?
10. Bagaimana gambaran fasilitas persalinan para ibu kelurahan Tegal Besar tahun
2017?
11. Bagaimana gambaran status kesehatan para ibu di kelurahan Tegal Besar tahun
2017?
12. Bagaimana gambaran dukungan keluarga para ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017?

2
13. Bagaimana gambaran sumber informasi para ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku para ibu


terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar
tahun 2017

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran perilaku para ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada
bayi usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017.

2. Mengetahui gambaran alasan para ibu yang memberi ASI eksklusif pada bayi
usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017.

3. Mengetahui gambaran alasan para ibu yang tidak memberi ASI eksklusif pada
bayi usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017.

4. Mengetahui gambaran pengetahuan para ibu terhadap pemberian ASI eksklusif


pada bayi usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017.

5. Mengetahui gambaran sikap para ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi
usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017.

6. Mengetahui gambaran umur para ibu di kelurahan Tegal Besar tahun 2017.

7. Mengetahui gambaran pendidikan para ibu di kelurahan Tegal Besar tahun 2017.
8. Mengetahui gambaran pekerjaan para ibu di kelurahan Tegal Besar tahun 2017.
9. Mengetahui gambaran Inisiasi Menyusui Dini para ibu di kelurahan Tegal Besar
tahun 2017.
10. Mengetahui gambaran fasilitas persalinan para ibu kelurahan Tegal Besar tahun
2017.
11. Mengetahui gambaran status kesehatan para ibu di kelurahan Tegal Besar tahun
2017.
3
12. Mengetahui gambaran dukungan keluarga para ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017.
13. Bagaimana gambaran sumber informasi para ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian diharapkan dapat menelaah kekurangan-kekurangan dalam
upaya peningkatan cakupan pemberian ASI eksklusif untuk bayi di kelurahan Tegal
Besar, serta dapat membantu pelayan kesehatan masyarakat untuk melakukan
intervensi terkait pemberian ASI eksklusif.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI dan ASI Eksklusif

2.1.1 Definisi ASI dan ASI Eksklusif

Air Susu Ibu yang selanjutnya disebut ASI adalah cairan hidup yang
mengandung sel-sel darah putih, imunoglobulin, enzim dan hormon, serta
protein spesifik, dan zat-zat gizi lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan
dan perkembangan anak (Peraturan Bersama Menteri Pemberdayaan
Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Menteri Kesehatan,
2008).

ASI eksklusif adalah pemberian ASI sja sejak bayi dilahirkan sampai
sekitar usia 6 bulan. Selama itu bayi tidak diharapkan mendapat tambahan
cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air teh, madu, air putih. Pada
pemberian ASI eksklusif bayi juga tidak diberikan makanan tambahan seperti
pisang, biskuit, bubur susu, bubur nasi, tim, dan sebagainya. Pemberian ASI
secara benar akan dapat memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan,
tanpa makanan pendamping. Di atas usia enam bulan, bayi memerlukan
makanan tambahan tetapi pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai ia berumur
dua tahun (Perinasia, 2007).

2.1.2 Manfaat dan Keunggulan ASI

A. Bagi Bayi

1. Sebagai sumber nutrisi

Seperti halnya nutrisi pada umumnya, ASI mengandung komponen makro dan
mikro nutrien. Yang termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein, dan lemak
sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral. Air susu ibu hampir 90% terdiri
dari air. Volume dan komposisi nutrien ASI berbeda untuk setiap ibu tergantung dari
kebutuhan bayi. Perbedaan volume dan komposisi di atas juga terlihat pada masa

5
menyusui (kolostrum, ASI transisi, ASI matang, dan ASI pada saat penyapihan).
Kandungan zat gizi ASI awal dan akhir pada setiap ibu yang menyusui juga berbeda.
Kolostrum yang diproduksi antara hari 1-5 menyusui kaya akan zat gizi terutama
protein (IDAI, 2008).

2. Tidak Menimbulkan Alergi


Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu formula akan
merangsang aktivasi sistem ini dan dapat menimbulkan alergi. ASI tidak
menimbulkan efek ini. Pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6 bulan
akan mengurangi kemungkinan alergi ini (Perinasia, 2007).

3. Memunyai efek psikologis yang menguntungkan


Waktu menyusu kulit bayi akan menempel pada kulit ibu. Kontak kulit yang dini
ini akan sangat besar pengaruhnya pada perkembangan bayi kelak. Walaupun seorang
ibu dapat memberikan kasih sayang yang besar dengan memberikan susu formula,
tetapi menyusui sendiri akan memberikan efek psikologis yang besar. Dengan foto
inframerah, payudara ibu menyusui lebih hangat dibanding payudara ibu yang tidak
menyusui (Perinasia, 2007).
Interaksi yang timbul waktu menyusui antara ibu dan bayi akan menimbulkan rasa
aman bagi bayi. Perasaan aman ini penting untuk menimbulkan dasar kepercayaan
pada bayi (basic sense of trust), yaitu dengan mulai dapat mempercayai orang lain
(ibu) maka akan timbul rasa percaya pada diri sendiri (Perinasia, 2007).

4. Menyebabkan pertumbuhan yang baik


Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah
lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi kemungkinan
obesitas. Ibu-ibu yang diberi penyuluhan tentang ASI danlaktasi, turunnya berat
badan bayi (pada minggu pertama kelahiran) tidak sebanyak ibu-ibu yang tidak diberi
penyuluhan. Alasannya ialah bahwa kelompok ibu-ibu tersebut segera memberikan
ASInya setelah melahirkan. Frekuensi menyusui yang sering (tidak dibatasi) juga
dibuktikan bermanfaat, karena volume ASI yang dihasilkan lebih banyak, sehingga
penurunan berat badan bayi hanya sedikit (Perinasia, 2007).

6
5. Mengurangi kejadian karies dentis
Insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi
dibanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui dengan botol dan dot
terutama pada waktu akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan sisa susu
formula dan menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi. Kecuali itu ada
anggapan bahwa kadar selenium yang tinggi dalam ASI akan mencegah karies dentis
(Perinasia, 2007).

6. Mengurangi kejadian maloklusi


Telah dibuktikan bahwa salah satu penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan
lidah yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan botol dan dot (Perinasia,
2007).

B. Bagi Ibu

1. Aspek Kesehatan ibu


Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar
hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mecegah terjadinya perdarahan
pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan
mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma mammae pada ibu
yang menyusui lebih rendah dibanding yang tidak menyusui.

2. Aspek keluarga berencana


Menyusui secara murni (eksklusif) dapat menjarangkan kehamilan. Ditemukan
rerata jarak kelahiran ibu yang menyusui adalah 24 bulan, sedangkan yang tidak
menyusui 11 bulan. Hormon yang mempertahankan laktasi bekerja menekan hormon
untuk ovulasi, sehingga dapat menunda kembalinya kesuburan. Ibu yang sering hamil
kecuali menjadi beban bagi ibu sendiri, juga merupakan risiko tersendiri bagi ibu
untuk mendapatkan penyakit seperti anemia, risiko kesakitan, dan kematian akibat
persalinan.

3. Aspek psikologis

7
Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk ibu.
Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.

2.1.3 Keberhasilan Menyusui (IDAI, 2008)


Untuk memaksimalkan manfaat menyusui, bayi sebaiknya disusui selama 6
bulan pertama. Beberapa langkah yang dapat menuntun ibu agar sukses menyusui
secara eksklusif selama 6 bulan pertama, antara lain:
1. Biarkan bayi menyusu sesegera mungkin setelah bayi lahir terutama dalam 1
jam pertama (inisiasi menyusui dini), karena bayi baru lahir sangat aktif dan
tanggap dalam 1 jam pertama dan setelah itu akan mengantuk dan tertidur.
Bayi mempunyai refleks menghisap (sucking reflex) sangat kuat pada saat itu.
Jika ibu melahirkan dengan operasi kaisar juga dapat melakukan hal ini (bila
kondisi ibu sadar, atau bila ibu telah bebas dari efek anestesi umum). Proses
menyusui dimulai segera setelah lahir dengan membiarkan bayi diletakkan di
dada ibu sehingga terjadi kontak kulit dengan kulit. Bayi akan mulai
merangkak untuk mencari puting ibu dan menghisapnya. Kontak kulit dengan
kulit ini akan merangsang aliran ASI, membantu ikatan batin (bonding) ibu
dan bayi serta perkembangan bayi.
2. Yakinkan bahwa hanya ASI makanan pertama dan satu-satunya bagi bayi.
Tidak ada makanan atau cairan lain (seperti gula, air, susu formula) yang
diberikan, karena akan menghambat keberhasilan proses menyusui. Makanan
atau cairan lain akan mengganggu produksi dan suplai ASI, menciptakan
bingung puting, serta meningkatkan risiko infeksi.
3. Susui bayi sesuai kebutuhannya sampai puas. Bila bayi puas, maka ia akan
melepas puting dengan sendirinya.

2.1.4 Keterampilan Menyusui

Agar proses menyusui dapat berjalan lancar, maka seorang ibu harus
mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke
bayi secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi menyusui dan
perlekatan bayi pada payudara yang tepat (IDAI, 2008).

8
Posisi menyusui harus senyaman mungkin, dapat dengan posisi berbaring
atau duduk. Posisi yang kurang tepat akan menghasilkan perlekatan yang tidak baik.
Posisi dasar menyusui terdiri dari posisi badan ibu, posisi badan bayi, serta posisi
mulut bayi dan payudara ibu (perlekatan/ attachment). Posisi badan ibu saat menyusui
dapat posisi duduk, posisi tidur terlentang, atau posisi tidur miring (IDAI, 2008).

Saat menyusui, bayi harus disanggah sehingga kepala lurus menghadap


payudara dengan hidung menghadap ke puting dan badan bayi menempel dengan
badan ibu (sanggahan bukan hanya pada bahu dan leher). Sentuh bibir bawah bayi
dengan puting, tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar dan secepatnya dekatkan bayi
dan payudara dengan cara menekan punggung dan bahu bayi (bukan kepala bayi).
Arahkan puting susu ke atas, lalu masukkan ke mulut bayi sehingga hanya sedikit
bagian areola bawah yang terlihat dibanding areola bagian atas. Bibir bayi akan
memutar keluar, dagu bayi menempel pada payudara dan puting susu terlipat di
bawah bibir atas bayi (IDAI, 2008).

Posisi tubuh yang benar dapat dilihat sebagai berikut: (IDAI, 2008)

Posisi muka bayi menghadap ke payudara (chin to breast)


Perut/dada bayi menempel pada perut/dada ibu (chest to chest)
Seluruh badan bayi menghadap ke badan ibu hingga telinga bayi membentuk
garis lurus dengan lengan bayi dan leher bayi
Seluruh punggung bayi tersanggah dengan baik
Ada kontak mata antara ibu dengan bayi
Pegang belakang bahu jangan kepala bayi
Kepala terletak di lengan bukan di daerah siku

9
Gambar 2.1.4.1 Posisi menyusui yang benar

Bagaimana sebaiknya bayi menghisap pada payudara?

Agar bayi dapat menghisap secara efektif, maka bayi harus mengambil cukup
banyak payudara ke dalam mulutnya agar lidahnya dapat memeras sinus laktiferus.
Bayi harus menarik keluar atau memeras jaringan payudara sehingga membentuk
puting buatan yang bentuknya lebih panjang dari puting susu. Puting susu sendiri
hanya membentuk sepertiga dari puting buatan. Hal ini dapat kita lihat saat bayi
selesai menyusui. Dengan cara inilah bayi mengeluarkan ASI dari payudara. Hisapan
efektif tercapai bila bayi menghisap dengan hisap dalam dan lambat. Bayi terlihat
menghentikan sejenak hisapannya dan kita dapat mendengar suara ASI yang ditelan
(IDAI, 2008).

Tanda perlekatan bayi dan ibu yang baik: (IDAI, 2008)

Dagu menyentuh payudara


Mulutnya terbuka lebar
Bibir bawah terputar keluar
Lebih banyak areola bagian atas yang terlihat dibanding bagian bawah
Tidak menimbulkan rasa sakit pada puting susu

Gambar 2.1.4.2 Perlekatan bayi dan ibu yang baik

10
Jika bayi tidak melekat dengan baik maka akan menimbulkan luka dan nyeri
pada puting susu dan payudara akan membengkak karena ASI tidak dapat dikeluarkan
secara efektif. Bayi merasa tidak puas dan ia ingin menyusui sering dan lama. Bayi
akan mendapat ASI sangat sedikit dan berat badan bayi tidak naik dan lambat laun ASI
akan mengering (IDAI, 2008).

Perlekatan yang benar adalah kunci keberhasilan menyusui (IDAI, 2008)

Bayi datang dari arah bawah payudara


Hidung bayi berhadapan dengan puting susu
Dagu bayi merupakan bagian pertama yang melekat pada payudara (titik
pertemuan)
Puting diarahkan ke atas langit-langit bayi
Telusuri langit-langit bayi dengan puting sampai di daerah yang tidak ada
tulangnya, di antara uvula (tekak) dengan pangkal lidah yang lembut.
Puting susu hanya 1/3 atau dari bagian puting buatan yang terbentuk dari
jaringan payudara

Berapa lama sebaiknya bayi menyusu?

Lamanya menyusu berbeda-beda tiap periode menyusu. Rata-rata bayi


menyusu selama 5-15 menit, walaupun terkadang lebih. Bayi dapat mengukur
sendiri kebutuhannya. Bila proses menyusu berlangsung sangat lama (lebih dari 30
menit) atau sangat cepat (kurang dari 5 menit) mungkin ada masalah. Pada hari-hari
pertama atau pada bayi berat lahir rendah (kurang dari 2500 gram), proses menyusu
terkadang sangat lama dan hal ini merupakan hal yang wajar. Sebaiknya bayi
menyusu pada satu payudara sampai selesai baru kemudian bila bayi masih
menginginkan dapat diberikan pada payudara yang satu lagi sehingga kedua
payudara mendapat stimulasi yang sama untuk menghasilkan ASI (IDAI, 2008).

11
Berapa sering bayi menyusu dalam sehari?

Susui bayi sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan bayi, sedikitnya lebih
dari 8 kali dalam 24 jam. Awalnya bayi menyusu sangat sering, namun pada usia 2
minggu frekuensi menyusu akan berkurang. Bayi sebaiknya disusui sesering dan
selama bayi menginginkannya bahlkan pada malam hari. Menyusui pada malam hari
membantu mempertahankan suplai ASI marena hormon prolaktin dikeluarkan
terutama pada malam hari. Bayi yang menyusu akan melepaskan payudara ibu
dengan sendirinya, ibu tidak perlu menyetopnya (IDAI, 2008).

Bagaimana menilai kecukupan ASI? (IDAI, 2008)

1. ASI akan cukup bila posisi dan perlekatan benar


2. Bila buang air kecil lebih dari 6 kali sehari dengan warna urin yang tidak pekat dan
bau tidak menyengat
3. Berat badan naik lebih dari 500 gram dalam sebulan dan telah melebihi berat lahir
pada usia 2 minggu
4. Bayi akan relaks dan puas setelah menyusu dan melepas sendiri dari payudara ibu

12
Gambar 2.1.4.3 Formulir Manajemen Terpadu Bayi Muda Mengenai Masalah Pemberian
ASI pada Bayi

13
Gambar 2.1.4.4 Formulir `Manajemen Terpadu Bayi Muda Mengenai Masalah Pemberian ASI Pada
Ibu

14
Gambar 2.1.4.5 Formulir Manajemen Terpadu Bayi Muda Mengenai Alternatif Pemberian
Minum

15
Gambar 2.1.4.6 Formulir Manajemen Terpadu Bayi Muda Mengenai Edukasi Ibu

2.1.5 Ibu Bekerja

Ibu bekerja bukan merupakan alasan untuk menghentikan pemberian ASI


eksklusif. Ibu yang ingin kembali bekerja diharapkan berkunjung ke Klinik Laktasi
untuk menyiapkan cara memberikan ASI bila bayi harus ditinggal

Langkah-langkah bila ibu ingin kembali bekerja: (IDAI, 2008)

1. Siapkan pengasuh bayi (nenek, kakek, anggota keluarga lain, baby sitter,
pembantu) sebelum ibu mulai bekerja kembali.

16
2. Berlatihlah memerah ASI sebelum ibu bekerja kembali. ASI yang diperah dapat
dibekukan untuk persediaan / tambahan apabila ibu mulai bekerja. ASI beku dapat
disimpan antara 1-6 bulan, bergantung dari jenis lemari esnya. Di dalam lemari es
dua pintu ASI beku dapat disimpan lebih dari 3 bulan.
3. Latihlah pengasuh bayi untuk terampil memberikan ASI perah dengan cangkir.
4. Hindari pemakaian dot/empeng karena kemungkinan bayi akan menjadi bingung
puting.
5. Susuilah bayi sebelum ibu berangkat bekerja, dan pada sore hari segera setelah ibu
pulang, dan diteruskan pada malam hari.
6. Selama di kantor, perah ASI setiap 3-4 jam dan disimpan di dalam lemari es,
diberi label tanggal dan jam ASI diperah. ASI yang disimpan di lemari es
pendingin dapat bertahan selama 2 x 24 jam. ASI perah ini akan diberikan esok
harinya selama ibu tidak di rumah. ASI yang diperah terdahulu diberikan lebih
dahulu.
7. ASI yang disimpan di lemari es perlu dihangatkan sebelum diberikan kepada bayi
dengan merendamnya dalam air hangat. ASI yang sudah dihangatkan tidak boleh
dikembalikan ke dalam lemari es. Maka yang dihangatkan sejumlah yang habis
diminum bayi satu kali.
8. Apabila ASI yang diperah kemarin tidak mencukupi kebutuhan bayi sampai ibu
kembali bekerja, dapat digunakan ASI beku yang sudah disiapkan sebelumnya.
ASI beku ini kalau akan diberikan harus ditempatkan di lemari es pendingin
supaya mencair dan harus digunakan dalam 24 jam.

1. Pengeluaran ASI
Apabila ASI berlebihan, sampai keluar memancar, maka sebelum menyusui
sebaiknya ASI dikeluarkan terlebih dahulu untuk menghindari bayi tersedak atau
enggan menyusu. Pengeluaran ASI juga berguna pada ibu bekerja yang akan
meninggalkan ASI bagi bayinya di rumah, ASI yang merembes karena payudara
penuh, pada bayi yang mempunyai masalah (misalnya BBLR), menghilangkan
bendungan atau memacu produksi ASI saat ibu sakit dan tidak dapat langsung
menyusui bayinya (Perinasia, 2007).

Pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan dua cara: (Perinasia, 2007)

17
1. Pengeluaran dengan tangan
a. Ibu diminta mencuci tangan sampai bersih.
b. Ibu atau keluarganya menyiapkan cangkir/gelas tertutup yang telah dicuci
dengan air mendidih.
c. Ibu melakukan masase atau pemijatan payudara dengan kedua telapak
tangan dari pangkal ke arah areola. Minta ibu mengulangi pemijatan ini
pada sekeliling payudara secara merata.
d. Pesankan kepada ibu untuk menekan daerah areola ke arah dada dengan
ibu jari di sekitar areola bagian atas dan jari telunjuk pada sisi areola yang
lain.
e. Peras areola dengan ibu jari dan jari telunjuk, jangan memijat/menekan
puting karena dapat menyebabkan rasa nyeri/lecet.
f. Minta ibu mengulangi tekan-peras-lepas-tekan-peras-lepas. Pada mulanya
ASI tak keluar, jangan berhenti, setelah beberapa kali maka ASI akan
keluar.
g. Pesankan kepada ibu agar mengulangi gerakan ini pada sekeliling areola
dari semua sisi sehingga yakin bahwa ASI telah diperas dari semua
segmen payudara.

Gambar 2.1.5.1 Pengeluaran ASI dengan tangan

2. Pengeluaran ASI dengan pompa


a. Tekan bola karet untuk mengeluarkan udara.

18
b. Letakkan ujung lebar tabung pada payudara dengan puting susu tepat di
tengah, dan tabung benar-benar melekat pada kulit.
c. Lepas bola karet, sehingga puting dan areola tertarik ke dalam.
d. Tekan dan lepas beberapa kali, sehingga ASI akan keluar dan terkumpul
pada lekukan penampung pada sisi tabung.
e. Cucilah alat dengan bersih, menggunakan air mendidih, setelah selesai
dipakai atau akan dipakai. Bola karet sukar dibersihkan, oleh karenanya
bila memungkinkan lebih baik pengeluaran ASI dengan tangan.
2. Penyimpanan ASI (Perinasia, 2007)
6-8 jam di temperatur ruangan (19-25 celcius), bila masih kolostrum
(susu awal, 1-7 hari) bisa sampai 12 jam
1-2 hari di lemari es (4 celcius)
2 minggu-4bulan di freezer dalam lemari es (-4 celcius)
Bertahun-tahun dalam deep freezer (-18 celcius)

ASI beku perlu dicairkan dahulu dalam lemari es 4 celcius. ASI kemudian
tidak boleh dimasak/dipanaskan, hanya dihangatkan dengan merendam
cangkir dalam air hangat.

2.2 Perilaku

Perilaku sama dengan kelakuan dan juga tingkah laku seseorang dalam
melakukan suatu tindakan. Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam
pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam
bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan (Sarwono, 1993).

Faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi dua yakni


faktor intern dan ekstern. Faktor intern mencakup: pengetahuan, kecerdasan, persepsi,
emosi, motivasi, dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar.
Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik, maupun non fisik,
seperti: iklim, manusia, sosial-ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya (Notoatmodjo,
1997).

19
Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) perilaku manusia
dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu:

1. Faktor Pemicu (Predisposing Factors)


Di antaranya adalah pengetahuan, sikap, persepsi, nilai, keyakinan, dan variabel
demografi (umur, jenis kelamin, pendidikan)
2. Faktor Pemungkin (Enabling Factors)
Terdiri dari fasilitas penunjang, peraturan, dan sumber daya.
3. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)
Merupakan faktor yang mendorong untuk berperilaku seperti yang diharapkan,
terwujud dalam ketersediaan dukungan dari orang lain seperti keluarga, petugas
kesehatan, dan media.

20
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep terdiri dari variabel terikat (dependen) dan variabel bebas
(independen). Variabel terikat pada penelitian ini adalah perilaku pemberian ASI
eksklusif. Sedangkan variabel bebas dibagi menjadi tiga kelompok.
a. Faktor pemicu : pengetahuan, sikap, usia, pendidikan, pekerjaan
b. Faktor pemungkin : inisiasi menyusui dini, fasilitas persalinan
c. Faktor penguat : status kesehatan ibu, dukungan keluarga, sumber informasi

Hubungan antara variabel tersebut digambarkan dalam bagan di bawah ini:

Variabel bebas

FAKTOR PEMICU
Pengetahuan
Sikap
Usia Variabel terikat
Pendidikan
Pekerjaan
PERILAKU PEMBERIAN
ASI EKSKLUSIF

FAKTOR PEMUNGKIN
Inisiasi menyusui dini
Fasilitas persalinan

FAKTOR PENGUAT
Status kesehatan ibu
Dukungan keluarga
Sumber informasi

Gambar 3.1.1 Kerangka Konsep

21
3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.2.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Hasil Ukur
Ukur
1. Pengetahuan Fakta atau ide yang Kuesioner Menyebar 1. Baik
didapat melalui kan 2. Kurang Baik
proses observasi, kuesioner
belajar, atau kepada
penelitian. ibu
Yang ingin diteliti
adalah pengetahuan
responden mengenai
pemberian ASI
eksklusif.
2. Sikap Kecenderungan yang Kuesioner Menyebar 1. Setuju
dipelajari untuk kan 2. Tidak Setuju
bertingkah laku kuesioner
secara konsisten kepada
terhadap seseorang, ibu
sekelompok orang,
suatu obyek.
Yang ingin diteliti
adalah sikap
responden tentang
pemberian ASI
eksklusif
3. Usia Lamanya hidup Kuesioner Menyebar 1. < 30 tahun
responden dihitung kan 2. >= 30 tahun
dalam tahun sejak kuesioner
lahir sampai saat kepada
penelitian ibu
berlangsung

22
4. Pendidikan Pendidikan formal Kuesioner Menyebar 1. Rendah
tertinggi yang pernah kan (Tidak
ditamatkan oleh kuesioner sekolah,
responden kepada tamat SD,
ibu tamat SMP)
2. Tinggi
(Tamat SMA,
tamat
Perguruan
Tinggi)
5. Pekerjaan Kegiatan rutin yang Kuesioner Menyebar 1. Bekerja
dilakukan dalam kan 2. Tidak bekerja
upaya mendapatkan kuesioner
penghasilan untuk kepada
pemenuhan ibu
kebutuhan hidup
keluarga.
6. Inisiasi Pemberian ASI Kuesioner Menyebar 1. Ya
Menyusui Dini pertama sejak bayi kan 2. Tidak
lahir hingga 1 jam kuesioner
setelah lahir. kepada
ibu
7. Fasilitas Tempat di mana Kuesioner Menyebar 1. Dokter
Persalinan responden kan Spesialis
melahirkan kuesioner Kandungan
kepada 2. Dokter umum
ibu 3. Bidan
4. Perawat
5. Dukun
beranak
6. Tanpa
pertolongan
profesional

23
8. Status Kondisi fisik dan Kuesioner Menyebar 1. Ya
Kesehatan Ibu rohani responden saat kan 2. Tidak
setelah melahirkan kuesioner
hingga 6 bulan kepada
pertama kehidupan ibu
bayi.
Yang ingin diteliti
adalah pengalaman
menderita penyakit
hingga perlu
perawatan khusus
dan tidak mampu
memberikan ASI.
9. Dukungan Bentuk sikap positif Kuesioner Menyebar 1. Ada
Keluarga dari suami dan kan 2. Tidak ada
anggota keluarga lain kuesioner
dalam mendorong kepada
responden untuk ibu
memberikan ASI
eksklusif
10. Sumber Bentuk informasi Kuesioner Menyebar 1. Petugas
Informasi positif yang diterima kan kesehatan
responden yang kuesioner Puskesmas
mendukung kepada (dokter,
pengetahuan tentang ibu bidan,
ASI eksklusif perawat,
kader
posyandu)
2. Dokter
praktik
swasta
3. Bidan praktik

24
swasta
4. Media cetak
(buku,
brosur,
majalah,
koran, poster)
5. Media
elektronik
(televisi,
radio,
internet)
6. Anggota
keluarga
7. Tetangga
8. Tidak ada
11. Perilaku Hal yang telah Kuesioner Menyebar 1. Ya
dilakukan oleh kan 2. Tidak
responden berkenaan kuesioner
dengan faktor-faktor kepada
yang menjadi ibu
variabel bebas.
Yang ingin diteliti
adalah perilaku
memberikan ASI
eksklusif pada bayi
usia 0-6 bulan

25
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey yaitu penelitian yang mengambil
sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data pokok.
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Yaitu penelitian
yang bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian yang terjadi atau
dengan kata lain, rancangan ini mendeskripsikan seperangkat peristiwa atau kondisi populasi
saat itu (Hidayat, 2008).

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di kelurahan Tegal Besar Kecamatan Kaliwates Kabupaten
Jember 8-10 Mei 2017.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki batita umur 0-24
bulan di Aster 5, 8, dan 12B kelurahan Tegal Besar kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive accidental sampling


berdasarkan kriteria berikut ini :
a. Kriteria Inklusi
Ibu yang memiliki batita umur 0-24 bulan dan bayi hidup hingga saat
pengambilan sampel
Ibu yang memiliki batita umur 0-24 bulan dan datang pada saat Posyandu
tanggal 8-10 Mei 2017
b. Kriteria Eksklusi
Ibu yang memiliki batita umur 0-24 bulan yang memiliki cacat fisik seperti
bibir sumbing dan gizi buruk
Ibu yang memiliki batita umur 0-24 bulan dan bayi tersebut sudah
meninggal sebelum pengambilan sampel
Ibu yang memiliki batita umur 0-24 bulan dan tidak datang saat Posyandu
tanggal 8-10 Mei 2017

26
4.4. Manajemen Data
a. Pengkodean / coding
Pengkodean merupakan kegiatan merubah data berdasarkan golongan-golongan
yang telah ditetapkan dalam definisi operasional. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan peneliti ketika melakukan analisis data. Kode data ditetapkan oleh
peneliti.
b. Pengeditan / editing
Setelah dilakukan wawancara dan kuesioner telah terkumpul sesuai besar sampel,
dilakukan pengeditan/penyuntingan untuk memastikan kelengkapan data dan
meneliti tiap lembar data jawaban, apakah jawaban sudah relevan dan konsisten.
c. Pemasukan data / entry data
Pemasukan data dilakukan setelah selesai pengeditan dan dilakukan dengan
memasukkan kode yang telah ditetapkan ke dalam sistem data menggunakan
komputer.
d. Pembersihan / cleaning
Setelah data dimasukkan, dilakukan proses cleaning/pembersihan untuk
memeriksa kembali untuk melihat kesalahan, missing data, variasi data, dan
ketidakkonsistenan jawaban.

4.5 Analisis data


Analisis data pada penelitian ini dilakukan hanya dengan analisis univariat yaitu
untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk
analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Pada umumnya hanya menghasilkan
distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Soekidjo Notoadmodjo, 2013).

27
BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1 Subyek Penelitian


Subyek penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki batita usia 0-24 bulan di
Posyandu Aster 5, 8, 12B yang berada di Kelurahan Tegal Besar, Kecamatan Kaliwates,
Kabupaten Jember. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara pada ibu batita
yang hadir saat Posyandu tanggal 8-10 Mei dengan instrumen kuesioner. Desain penelitian
dengan metode penelitian deskriptif dilakukan mulai dari 8 Mei 2017 sampai 10 Mei 2017.
Jumlah responden yang diteliti sebanyak 50 orang (total sampling) dan pengambilan sampel
menggunakan metode accidental sampling. Sebanyak 50 kuesioner telah disebarkan. Dari
kuesioner yang disebarkan tersebut, terkumpul 40 kuesioner yang layak untuk dianalisis.

5.2 Hasil analisis


Tabel 5.2.1 Gambaran Perilaku Responden Tentang Pemberian ASI Eksklusif
Variabel Perilaku Frekuensi Presentase
Ya 12 30
Tidak 28 70
Total 40 100
Tabel di atas menunjukkan gambaran perilaku pemberian ASI eksklusif para
responden. Data menunjukkan bahwa responden yang memberi ASI eksklusif secara tepat
baik teknik maupun jangka waktu terdapat 12 responden (30 %), sedangkan responden yang
tidak memberi ASI eksklusif secara tepat terdapat 28 responden (70%)

Tabel 5.2.2 Gambaran Alasan Responden Memberikan ASI Eksklusif


Alasan Memberikan ASI Eksklusif Frekuensi
Perintah Agama 7
Ikut kebiasaan orang-orang 0
Banyak manfaat bagi bayi dan ibu 12
Saran keluarga 5
Tabel di atas merupakan data pendukung yang diajukan kepada 12 responden yang
mempunyai perilaku positif terhadap pemberian ASI eksklusif, yaitu alasan mengapa

28
responden memberikan ASI eksklusif. Dalam pertanyaan ini responden diperbolehkan untuk
memilih jawaban lebih dari satu.
Seluruh responden terpilih mengungkapkan bahwa pemberian ASI eksklusif didasari
oleh keyakinan bahwa banyak manfaat bagi bayi dan ibu. 5 di antara mereka menambahkan
alasan karena mendapat saran dari keluarga. 7 di antara responden menambahkan alasan
bahwa memberikan ASI eksklusif merupakan perintah agama.
Tabel 5.2.3 Gambaran Alasan Responden Tidak Memberikan ASI Eksklusif
Alasan Tidak Memberikan ASI Eksklusif Frekuensi
ASI tidak keluar 20
Bayi terlanjur mendapat susu formula / 6
minuman yang lain
Takut karena nyeri 0
Takut payudara kendor 0
Ibu bekerja 7
Ibu hamil lagi 9
Dilarang suami/keluarga 0
Tidak tahu caranya 0
Ibu sakit berat saat anak berusia 0-6 bulan 4
Tabel di atas merupakan data pendukung yang diajukan kepada 28 responden yang
mempunyai perilaku negatif terhadap pemberian ASI eksklusif, yaitu alasan mengapa
responden tidak memberikan ASI eksklusif dengan tepat. Dalam pertanyaan ini responden
diperbolehkan untuk memilih lebih dari satu jawaban.
Mayoritas responden yaitu sejumlah 20 orang mengungkapkan alasan bahwa ASI
tidak keluar. 9 responden mengungkapkan alasan bahwa ibu hamil lagi saat anak berusia 0-6
bulan. 7 responden mengungkapkan alasan bahwa ibu bekerja. 6 responden mengungkapkan
alasan bahwa bayi terlanjur mendapat susu formula/minuman lain. 4 responden
mengungkapkan alasan bahwa ibu menderita sakit berat ketika anak masih berusia 0-6 bulan.
Tabel 5.2.4 Gambaran Pengetahuan Responden Tentang ASI Eksklusif
Variabel Pengetahuan Frekuensi Presentase
Baik 7 17.5
Kurang 33 82.5
Total 40 100

29
Tabel di atas menunjukkan gambaran pengetahuan responden tentang ASI eksklusif.
Data menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan tentang ASI eksklusif yang baik
terdapat 7 responden (17.5%), dan responden dengan pengetahuan tentang ASI eksklusif
yang kurang baik terdapat 33 responden (82.5%)

Tabel 5.2.5 Gambaran Sikap Responden Terhadap Pemberian ASI Eksklusif


Variabel Sikap Frekuensi Presentase
Setuju 40 100
Tidak 0 0
Total 40 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada variabel sikap ditemukan 40 responden
(100%) memiliki sikap positif terhadap pemberian ASI eksklusif.

Tabel 5.2.6 Gambaran Karakteristik Umur Responden


Variabel Umur Frekuensi Presentase
<30 11 27.5
>= 30 29 72.5
Total 40 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada variabel umur ditemukan 11 responden
(27.5%) yang berusia di bawah 30 tahun saat pengambilan data. 29 responden (72.5%)
responden berusia di atas 30 tahun saat pengambilan data.

Tabel 5.2.7 Gambaran Karakteristik Pendidikan Responden


Variabel Pendidikan Frekuensi Presentase
Rendah 0 0
Tinggi 40 100
Total 40 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada variabel umur ditemukan seluruh responden
yang berjumlah 40 orang (100%) berpendidikan tinggi yaitu tamat SMA dan tamat perguruan
tinggi.

30
Tabel 5.2.8 Gambaran Karakteristik Pekerjaan Responden
Variabel Pekerjaan Frekuensi Presentase
Bekerja 7 17.5
Tidak bekerja 33 82.5
Total 40 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada variabel pekerjaan ditemukan 7 responden
(17.5%) bekerja di luar rumah. 33 responden (82.5%) tidak bekerja di luar rumah atau
berprofesi sebagai ibu rumah tangga.

Tabel 5.2.9 Gambaran Inisiasi Menyusui Dini


Variabel IMD Frekuensi Presentase
Melakukan IMD 30 75
Tidak melakukan IMD 10 25
Total 40 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada variabel Inisiasi Menyusui Dini ditemukan
30 responden (75%) melakukan IMD dengan tepat, sedangkan 10 responden (25%) tidak
melakukan IMD dengan tepat.

Tabel 5.2.10 Gambaran Fasilitas Persalinan Responden


Variabel Fasilitas Persalinan Frekuensi Presentase
Dokter Spesialis Kandungan 18 45
Bidan 21 52.5
Perawat 1 2.5
Dokter Umum 0 0
Dukun Beranak 0 0
Tanpa Pertolongan 0 0
Profesional
Total 40 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada variabel fasilitas persalinanditemukan 21
responden (52.5%) mendapat pertolongan bidan saat persalinannya. 18 responden (45%)
mendapat pertolongan dokter spesialis kandungan. Sedangkan 1 responden (2.5%) mendapat
pertolongan perawat saat persalinannya.

31
Tabel 5.2.11 Gambaran Status Kesehatan Responden
Variabel Status Kesehatan Frekuensi Presentase
Sakit Berat 4 10
Tidak Sakit Berat 36 90
Total 40 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada variabel status kesehatan ditemukan 4
responden (10%) mengalami sakit berat ketika anak berusia 0-6 bulan sehingga tidak bisa
memberikan ASI eksklusif. 36 responden (90%) tidak mengalami sakit berat ketika anak
berusia 0-6 bulan.

Tabel 5.2.12 Gambaran Dukungan Keluarga terhadap Pemberian ASI


Eksklusif
Variabel Dukungan Frekuensi Presentase
Keluarga
Mendukung 40 100
Tidak Mendukung 0 0
Total 40 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada variabel dukungan keluarga ditemukan
seluruh responden yang berjumlah 40 orang (100%) mendapat dukungan positif dari
keluarga.

Tabel 5.2.13 Gambaran Sumber Informasi Mengenai ASI Eksklusif


Variabel Sumber Informasi Frekuensi
Petugas Kesehatan 25
Puskesmas
Dokter Praktik Swasta 1
Bidan Praktik Swasta 5
Media Cetak 15
Media Elektronik 19
Anggota Keluarga 12
Tetangga 1
Tidak Ada 0

32
Tabel di atas merupakan gambaran sumber informasi yang didapat responden
mengenai ASI eksklusif. Pada variabel ini responden diperbolehkan memilih lebih dari satu
jawaban. Tabel di atas menunjukkan bahwa sumber informasi yang paling banyak
menjangkau responden adalah petugas kesehatan puskesmas, yaitu berjumlah 25 responden.
Sumber informasi yang paling sedikit menjangkau responden adalah dokter praktik swasta
dan tetangga atau masyarakat setempat, yaitu masing-masing 1 responden. Tidak ada
responden yang mengaku tidak bisa mendapat sumber informasi mengenai ASI eksklusif.

33
BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Gambaran Perilaku Pemberian ASI Eksklusif


Pada tabel 5.2.1 didapatkan data 30% responden memberikan ASI eksklusif secara
tepat, sedangkan 70% sisanya tidak memberikan ASI eksklusif secara tepat. Angka tersebut
sesuai dengan survey yang dilakukan sebelumnya di kecamatan Kaliwates mengenai angka
cakupan pemberian ASI eksklusif. Angka cakupan ASI eksklusif di kelurahan Tegal Besar
adalah sebesar 36,3%, dan menempati ranking paling bawah sekecamatan Kaliwates
Kabupaten Jember. Hal ini membuktikan bahwa responden yang dijadikan sampel pada
penelitian ini cukup mewakili gambaran angka cakupan ASI eksklusif di kelurahan Tegal
Besar.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2015, cakupan pemberian ASI eksklusif di
negara Indonesia tahun 2015 menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan cakupan
tahun 2016, yaitu dari 39% naik menjadi 55,7%. Angka tersebut telah memenuhi target
cakupan pemberian ASI eksklusif. Propinsi Jawa Timur memiliki angka cakupan pemberian
ASI eksklusif di atas rata-rata, yaitu 74,1%.Jika dibandingkan dengan angka yang diraih oleh
Propinsi Jawa Timur, kecamatan Tegal Besar terhitung masih memerlukan usaha untuk
mengejar ketertinggalan.

6.2 Gambaran Alasan Para Ibu Memberi ASI Eksklusif


Seluruh responden terpilih mengungkapkan bahwa pemberian ASI eksklusif didasari
oleh keyakinan bahwa banyak manfaat bagi bayi dan ibu. 5 di antara mereka menambahkan
alasan karena mendapat saran dari keluarga. 7 di antara responden menambahkan alasan
bahwa memberikan ASI eksklusif merupakan perintah agama.
Dari data tersebut dapat diasumsikan bahwa para ibu yang telah memberi ASI
eksklusif dengan tepat paham mengenai manfaat ASI bagi bayi dan ibu. Namun hal ini pun
tidak menunjang angka tingkat pengetahuan para ibu mengenai ASI eksklusif.

6.3 Gambaran Alasan Para Ibu Tidak Memberi ASI Eksklusif


Alasan yang dikemukakan oleh responden yang tidak memberikan ASI eksklusif
secara tepat pun beragam. 20 responden beralasan bahwa ASI tidak keluar atau produksi ASI

34
hanya sedikit. Padahal hal tersebut dapat diatasi dengan pemberian pengetahuan bahwa bila
ASI tidak keluar maka ibu harus terus berusaha memposisikan bayi untuk menyedot puting
susu, karena gerakan dari mulut bayi yang menyedot puting akan merangsang hormon
oksitosin untuk memancing kelenjar susu memproduksi ASI.
9 responden beralasan bahwa ibu hamil lagi ketika bayi masih berusia di bawah 6
bulan. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa jarak kelahiran juga bisa menjadi faktor
pemicu, jika jarak kelahiran kurang dari satu tahun. Untuk itu sebaiknya jarak kehamilan
tidak terlalu dekat sehingga bayi mendapat ASI sampai usia 2 tahun. Untuk itu program
keluarga berencana perlu digalakkan kembali.
7 responden beralasan bahwa ibu bekerja sehingga tidak dapat memberikan ASI
eksklusif. Jika petugas kesehatan mampu meningkatkan pengetahuan ibu mengenai teknik
penyimpanan ASI dan pemberian ASI pada ibu yang bekerja, maka alasan tersebut bisa
ditiadakan.
6 responden beralasan bahwa bayi terlanjur mendapat susu formula atau minuman
lain. Peraturan larangan promosi susu formula pada rumah sakit bersalin maupun klinik
bersalin telah lama ditetapkan, dalam Kepmenkes No. 237 tahun 1997, namun
pelaksanaannya masih banyak terabaikan. Padahal peraturan tersebut mendukung Global
Strategy for Infant and Young Child Feeding yang merekomendasikan pola pemberian makan
terbaik bagi bayi dan anak sampai usia 2 tahun yaitu; 1) memberikan kesempatan pada ibu
dan bayi untuk melakukan insiasi menyusu dini dalam 1 jam setelah lahir; 2) menyusui bayi
secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan; 3? Mulai memberi makanan pendamping
ASI yang bergizi sejak bayi berusia 6 bulan; dan 4) meneruskan menyusui sampai anak
berusia 24 bulan atau lebih (WHO, 2001)

6.4 Gambaran Pengetahuan Ibu Terhadap ASI Eksklusif


Pada tabel 5.2.2 didapatkan data tentang gambaran tingkat pengetahuan ibu terhadap
pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan. Terdapat 6 pertanyaan yang diajukan.
Peneliti membagi menjadi dua kategori; pengetahuan baik jika pertanyaan yang berhasil
dijawab dengan tepat berjumlah lebih dari 4, sedangkan kategori pengetahuan kurang jika
pertanyaan yang berhasil dijawab kurang atau sama dengan 4 buah.
Data yang didapat responden dengan pengetahuan tentang pemberian ASI eksklusif
pada bayi usia 0-6 bulan yang baik sebesar 17,5%. Sedangkan sisanya yaitu 82,5% memiliki
pengetahuan yang kurang.

35
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terhadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra
penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan seseorang dibagi dalam enam tingkatan yaitu tahu,
memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Notoatmodjo, 2007).
Terdapat dalam teori perilaku yang dikemukakan, menyatakan bahwa perilaku
seseorang dipengaruhi salah satunya oleh pengetahuan. Tingkat pengetahuan tentang ASI
eksklusif dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendidikan, pekerjaan, umur, minat,
pengalaman, kebudayaan, dan informasi (Mubarak, 2011).
Sebagian besar menyatakan mereka tahu tentang ASI eksklusif, namun ada pula yang
memang belum paham betul apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif. Tetapi pada
pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang membahas lebih dalam tentang teknik pemberian
maupun penyimpanan ASI, sebagian besar responden tidak tahu cara dan waktu yang tepat
untuk memberi dan menyimpan ASI.
Gambaran pengetahuan pada penelitian ini berbanding lurus dengan gambaran
perilaku pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
Amiruddin (2007) yang menunjukkan bahwa presentase responden yang memberikan ASI
eksklusif dan memiliki pengetahuan tentang ASI eksklusif cukup (11,8%) lebih besar dari
responden yang memberikan ASI eksklusif dan memiliki pengetahuan tentang ASI eksklusif
kurang (7,7%) sedangkan presentase responden yang tidak memberikan ASI eksklusif dan
memiliki pengetahuan kurang (92,3%) lebih besar dari responden yang tidak memberikan
ASI eksklusif dan memiliki pengetahuan yang cukup (88,2%).

6.5 Gambaran Sikap Para Ibu Terhadap ASI Eksklusif


Gambaran sikap responden terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6
bulan ialah seluruh responden (100%) menyatakan sikap setuju. Faktor sikap responden tidak
berperan kuat terhadap rendahnya perilaku pemberian ASI eksklusif pada sampel penelitian
ini.

6.6 Gambaran Umur Para Ibu


Gambaran karakteristik usia responden mayoritas berusia lebih atau sama dengan 30
tahun (72,5%), sisanya kurang dari 30 tahun (27,5%). Bertambahnya umur seseorang akan

36
mengalami perubahan aspek fisik dan psikologi (mental). Perubahan ini terjadi karena
pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologi atau mental, taraf berpikir seseorang menjadi
semakin matang dan dewasa. Data yang didapat bahwa mayoritas responden berusia dewasa
tidak dapat menunjang angka tingkat pemahaman dan perilaku positif responden terhadap
pemberian ASI eksklusif.

6.7 Gambaran Pendidikan Para Ibu


Pada gambaran karakteristik ditemukan bahwa seluruh responden berpendidikan
tinggi yaitu tamat SMA dan tamat perguruan tinggi (100%). Pendidikan berarti bimbingan
yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Semakin
tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula menerima informasi dan pada akhirnya
pengetahuan yang dimilikinya semakin banyak (Tirtarahardjo dan Sulo, 2005)
Hal ini seharusnya menjadi pendukung tingkat perilaku ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif, namun justru pada penelitian ini bertolak belakang.

6.8 Gambaran Pekerjaan Para Ibu


Gambaran karakteristik pekerjaan responden mayoritas tidak bekerja di luar rumah
yaitu sebanyak 82,5%. Jenis pekerjaan ibu berhubungan dengan kegiatan sehari-hari yan
dilakukan ibu. Ibu rumah tangga memiliki waktu yang lebih banyak untuk memberikan ASI
eksklusif kepada anak. Data tersebut juga tidak menunjang angka tingkat pemahaman dan
perilaku positif responden terhadap pemberian ASI eksklusif.

6.9 Gambaran Inisiasi Menyusui Dini Para Ibu


Gambaran Inisiasi Menyusui Dini pada responden adalah 75% responden melakukan
IMD dengan tepat, sedangkan sisanya 25% tidak melakukan IMD dengan tepat.
Inisiasi menyusui dini sangat penting dilakukan, untuk menekan kematian neonatus.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa insiasi menyusu dini adalah faktor pemungkin,
di mana sebagian besar ibu belum memahami tentang insiasi menyusu dini. Pengetahuan ibu
berdasarkan pendidikan maupun pekerjaan tidak jauh berbeda. Kondisi ini menunjukkan
bahwa sosialisasi tentang inisiasi menyusu dini belum maksimal, dan pesan-pesan yang
disampaikan belum semua sampai kepada ibu hamil selain itu faktor penentu untuk inisiasi

37
menyusui dini adalah dari penolong persalinan. Jika penolong tidak mau melakukan maka
proses inisiasi dini tidak akan berjalan. Selain itu, kemungkinan tata laksana rumah sakit atau
tempat bersalin tidak mendukung keberhasilan menyusui karena prosedur yang harus
dilakukan, seperti memandikan bayi, atau pembuatan identitas bayi, dan lain-lain (Solihah,
dkk. 2010)

6.10 Gambaran Fasilitas Persalinan Para Ibu


Gambaran fasilitas persalinan responden adalah 52,5% mendapat pertolongan bidan.
45% mendapat pertolongan dokter spesialis kandungan, dan 2,5% mendapat pertolongan
perawat. Tidak ada responden yang melahirkan tanpa pertolongan profesional. Seharusnya
pembimbingan dan transfer of knowledge semasa melahirkan, inisiasi menyusui dini, dan
ASI eksklusif dapat berjalan lebih lancar dengan adanya penolong persalinan yang kompeten.

6.11 Gambaran Status Kesehatan Para Ibu


Gambaran status kesehatan responden saat memiliki bayi usia 0-6 bulan adalah
sebagai berikut; sakit berat sehingga tidak bisa memberikan ASI eksklusif sebanyak 4 orang
(10%), sedangkan yang tidak mengalami sakit berat sehingga tidak bisa memberikan ASI
eksklusif sebanyak 36 orang (90%).
Data ini berbanding terbalik dengan rendahnya perilaku para ibu terhadap pemberian
ASI eksklusif.

6.12 Gambaran Dukungan Keluarga Para Ibu Terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Gambaran dukungan keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6
bulan ditemukan seluruh responden (100%) mendapat dukungan positif dari keluarga.
Dengan dukungan positif dari keluarga harusnya menunjang agar angka cakupan ASI
eksklusif tinggi.

6.13 Gambaran Sumber Informasi Para Ibu Terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Gambaran sumber informasi yang didapat oleh responden mengenai pemberian ASI
eksklusif adalah sebagai berikut; mayoritas responden, yaitu sejumlah 25 responden,

38
menjawab bahwa sumber informasi yang didapat adalah dari petugas kesehatan Puskesmas.
19 responden mendapat sumber informasi dari media elektronik, 15 responden mendapat dari
media cetak, 12 responden mendapat dari keluarga, 5 responden mendapat dari bidan praktik
swasta, 1 responden mendapat dari dokter praktik swasta, dan 1 responden mendapat dari
tetangga sekitar. Tidak ada responden yang mengaku tidak mendapat sumber informasi
manapun.
Didapatkan tenaga kesehatan yang belum maksimal dalam menjangkau kebutuhan
informasi responden, yaitu antara lain bidan praktik swasta dan dokter praktik swasta.
Namun, pengaruh dari keluarga juga perlu diperhatikan karena intensitas pertemuan lebih
dominan dibandingkan dengan petugas kesehatan.
Asumsi peneliti di atas sesuai dengan hasil penelitian Amiruddin (2007), bahwa
presentase responden yang memberikan ASI eksklusif dan pernah menerima informasi dari
petugas kesehatan (12,0%) lebih besar dari responden yang memberikan ASI eksklusif dan
tidak pernah menerima informasi dari petugas kesehatan (8,2%) sedangkan presentase
responden yang tidak memberikan ASI eksklusif dan tidak pernah mendapat informasi dari
petugas kesehatan (91,8%) lebih besar dari responden yang tidak memberikan ASI eksklusif
dan mendapat informasi dari petugas kesehatan (88,0%).

39
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa;

1. Gambaran perilaku para ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6
bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017 sebanyak 12 responden (30%)
memberikan ASI eksklusif secara tepat, dan sebanyak 28 responden (70%) tidak
memberikan ASI eksklusif secara tepat.

2. Gambaran alasan para ibu yang memberi ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan
di kelurahan Tegal Besar tahun 2017yaitu seluruh responden terpilih
mengungkapkan bahwa pemberian ASI eksklusif didasari oleh keyakinan bahwa
banyak manfaat bagi bayi dan ibu. 5 di antara responden menambahkan alasan
karena mendapat saran dari keluarga. 7 di antara responden menambahkan alasan
bahwa memberikan ASI eksklusif merupakan perintah agama.

3. Gambaran alasan para ibu yang tidak memberi ASI eksklusif pada bayi usia 0-6
bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017 yaitu 20 orang mengungkapkan alasan
bahwa ASI tidak keluar. 9 responden mengungkapkan alasan bahwa ibu hamil
lagi saat anak berusia 0-6 bulan. 7 responden mengungkapkan alasan bahwa ibu
bekerja. 6 responden mengungkapkan alasan bahwa bayi terlanjur mendapat susu
formula/minuman lain. 4 responden mengungkapkan alasan bahwa ibu menderita
sakit berat ketika anak masih berusia 0-6 bulan.
4. Gambaran pengetahuan para ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi usia
0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017 sebanyak 7 responden (17,5%)
memiliki pengetahuan baik, dan sebanyak 33 responden (82,5%) memiliki
pengetahuan kurang.

5. Gambaran sikap para ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6
bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017 sebanyak 40 responden (100%)
memiliki sikap setuju.

6. Gambaran umur para ibu di kelurahan Tegal Besar tahun 2017 yaitu sebagai
berikut; 11 responden (27.5%) berusia kurang dari 30 tahun dan 29 responden
(72.5%) berusia lebih sama dengan 30 tahun.

40
7. Gambaran pendidikan para ibu di kelurahan Tegal Besar tahun 2017 yaitu 40
responden (100%) berpendidikan tinggi.

8. Gambaran pekerjaan para ibu di kelurahan Tegal Besar tahun 2017 yaitu 7
responden (17.5%) bekerja di luar rumah dan 33 responden (82.5%) tidak bekerja
di luar rumah.

9. Gambaran Inisiasi Menyusui Dini para ibu di kelurahan Tegal Besar tahun 2017
30 responden (75%) melaksanakan IMD dan 10 responden (25%) tidak
melaksanakan IMD.

10. Gambaran fasilitas persalinan para ibu di keluarahan Tegal Besar tahun 2017 18
responden (45%) mendapatkan pertolongan persalinan dari dokter spesialis
kandungan, 21 responden (52.5%) mendapatkan pertolongan persalinan dari
bidan, dan 1 responden (2.5%) mendapatkan pertolongan persalinan dari perawat.

11.Gambaran status kesehatan para ibu di kelurahan Tegal Besar tahun 2017 4
responden (10%) menderita sakit berat saat anak berusia 0-6 bulan dan 36
responden (90%) tidak menderita sakit berat saat anak berusia 0-6 bulan.

12. Gambaran dukungan keluarga para ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada
bayi usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017 40 responden (100%)
mendapat dukungan dari keluarga.

13. Gambaran sumber informasi para ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada
bayi usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017 25 responden mendapat
informasi dari petugas kesehatan Puskesmas, 19 responden mendapat dari media
elektronik, 15 responden mendapat dari media cetak, 12 responden mendapat dari
keluarga, 5 responden mendapat dari bidan praktik swasta, 1 responden mendapat
dari dokter praktik swasta, 1 responden mendapat dari tetangga, tidak ada
responden yang tidak mendapat informasi sama sekali.

7.2 Saran
1. Petugas kesehatan lebih gencar dalam memberikan penyuluhan terkait cara
pemberian dan penyimpanan ASI.
2. Sarana ruangan untuk menyusui di tempat-tempat umum perlu diperbanyak.
3. Diadakan kelas ASI untuk wadah berkonsultasi para ibu.

41
4. Diadakan kelas hamil untuk mempersiapkan calon orang tua untuk
memberikan Inisiasi Menyusui Dini dan ASI eksklusif.
5. Lebih melibatkan suami dan keluarga ibu menyusui agar turut serta
mendukung proses menyusui.
6. Digalakkan kembali larangan promosi susu formula di rumah sakit atau klinik
bersalin.

42
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, R. 2007. Surveilans Masyarakat. IPB Press. Jakarta.


Departemen Kesehatan RI, 2009. Buku Bagan Manajemen Terpadu Bayi Sakit
(MTBS).Jakarta
Departemen Kesehatan RI, 2009. Formulir MTBS. Jakarta
Departemen Kesehatan, RI. 1997. Petunjuk Pelaksanaan Peningkatan ASI Eksklusif bagi
Petugas Puskesmas. Direktorat Jenderal Binkesmas, Direktorat Bina Gizi
Masyarakat, Departemen Kesehatan. Jakarta.
Green, Lawrence W. 1991. Health Promotion Planning An Education and Environmental
Approach. Mayfield Publishing Company.
IDAI. 2008. Bedah ASI. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2015.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Mubarak.2011. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Salemba Medika. Jakarta
Notoatmodjo, S. 1991. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta.
Perinasia. 2007. Manajemen Laktasi. Perkumpulan Perinatologi Indonesia. Jakarta.
Sarwono, S. 1993. Psikologi Sosial. Balai Pustaka. Jakarta.
Siagian, Sondang. 1987. Filsafat Administrasi. Gunung Agung. Jakarta.
Solihah, I, et al. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI dalam Satu
Jam Pertama Setelah Lahir di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Media
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Vol. 20, No. 2 Jun (2010)
Tirtarahardja, U dan Sulo, S.L.L. 2005. Pengantar Pendidikan. Edisi Revisi, Rineka Cipta.
Jakarta
World Health Organization, 2001. Global Strategy for Infant and Young Child Feeding.
Geneva.

43
LAMPIRAN

KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PARA
IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI
KELURAHAN TEGAL BESAR TAHUN 2017

NOMOR KUESIONER :

Persetujuan Peserta Penelitian


Saya mengerti sepenuhnya risiko dan manfaat keikutsertaan saya pada penelitian ini dan
menyatakan setuju untuk ikut serta sebagai subyek penelitian.

Nama : ....................................................................................................
Usia : ...................................................................................................

Jember, ..../..../.........
Jam : .... / ....

dr. Andi Gita F.M.D. ....................................


Peneliti Responden

44
I. IDENTITAS ANAK
1. Nama Anak
2. Umur ............ bulan
3. Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan
II. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Ibu
2. Umur ........... tahun
3. Pendidikan 1. Tidak pernah sekolah
2. Tidak tamat SD
3. Tamat SD
4. Tamat SMP
5. Tamat SMU
6. Tamat Perguruan Tinggi
4. Pekerjaan 1. Bekerja
2. Tidak bekerja
III. PENGETAHUAN RESPONDEN
1. ASI Eksklusif adalah 1. Pemberian ASI sedini mungkin setelah
melahirkan, diberikan tanpa jadwal,
tidak diberi makanan atau minuman lain
sampai bayi berusia 6 bulan
2. Pemberian ASI setelah melahirkan,
selanjutnya bayi juga diberikan air putih
atau makanan lain.
3. Tidak tahu
2. Berapa lama ibu harus 1. Sampai 6 bulan
memberikan hanya ASI tanpa 2. Kurang dari 6 bulan
makanan dan minuman lain? 3. Lebih dari 6 bulan
4. Tidak tahu
3. Apa yang dilakukan ibu ketika 1. Membuang
cairan kuning keluar dari 2. Memberikannya pada bayi
payudara setelah melahirkan? 3. Tidak tahu
4. Waktu pemberian ASI yang 1. >30 menit, semakin lama semakin
efektif bagus

45
2. <5 menit, semakin sebentar semakin
bagus
3. 5-15 menit hingga bayi melepas puting
sendiri
4. Tidak tahu
5. ASI yang diperas selanjutnya 1. Dimasukkan botol dot
diberikan dengan cara 2. Disendokkan ke mulut bayi / memakai
cangkir
3. Tidak tahu
6. Bagaimana penyajian ASI yang 1. Dimasak di atas kompor
telah disimpan di kulkas? 2. Dihangatkan dengan merendam cangkir
susu dalam air hangat
3. Tidak tahu
IV. SIKAP RESPONDEN
1. Bayi harus diberi ASI Eksklusif 1. Setuju
2. Tidak setuju
2. ASI bermanfaat bagi tumbuh 1. Setuju
kembang anak 2. Tidak setuju
3. Memberikan ASI juga bermanfaat 1. Setuju
bagi kesehatan payudara ibu 2. Tidak setuju
4. Ibu perlu tahu cara yang benar 1. Setuju
dalam menyusui 2. Tidak setuju
V. INISIASI MENYUSUI DINI
1. Sesaat setelah melahirkan apakah 1. Ya (lanjut ke nomor 2)
penolong persalinan langsung 2. Tidak
menyerahkan bayi untuk disusui
ibu?
VI. FASILITAS PERSALINAN
1 Saat persalinan ibu dibantu oleh 1. Dokter Spesialis Kandungan
2. Dokter umum
3. Bidan
4. Perawat
5. Dukun beranak

46
6. Tanpa pertolongan profesional

VII. STATUS KESEHATAN RESPONDEN


1. Apakah ketika anak berusia 0-6 1. Ya (tulis nama penyakitnya)
bulan, ibu menderita sakit berat .........................................
yang butuh perawatan khusus .........................................
sehingga tidak bisa memberikan .........................................
ASI? 2. Tidak
VIII. DUKUNGAN KELUARGA
1. Bagaimana sikap suami/anggota 1. Mendukung
keluarga lain kepada anda tentang 2. Melarang (jelaskan alasannya)
memberikan ASI eksklusif? .........................................
IX. SUMBER INFORMASI
1. Darimana anda tahu manfaat cara 1. Petugas kesehatan Puskesmas (dokter,
memberi ASI? (boleh jawab lebih bidan, perawat, kader posyandu)
dari satu) 2. Dokter praktik swasta
3. Bidan praktik swasta
4. Media cetak (buku, brosur, majalah,
koran, poster)
5. Media elektronik (televisi, radio,
internet)
6. Anggota keluarga
7. Tetangga
8. Tidak ada
X. PERILAKU RESPONDEN
1. Apakah ibu memberi ASI kepada 1. Ya (lanjut ke nomor 2)
(NAMA ANAK) 2. Tidak (lanjut ke nomor 5)
2. Berapa lama memberikan ASI 1. Sampai umur 6 bulan
saja tanpa makanan dan minuman 2. Kurang dari 6 bulan
lain? 3. Lebih dari 6 bulan
3. Apa ibu memberikan minuman 1. Ya
atau makanan lain selain ASI pada 2. Tidak
bayi usia 0-6 bulan?

47
4. Apa alasan ibu memberikan ASI? 1. Perintah agama
(jawaban boleh lebih dari 1) 2. Ikut kebiasaan orang-orang
3. Banyak manfaat bagi bayi dan ibu
4. Disarankan oleh suami/keluarga
5. Apa alasan ibu tidak memberikan 1. ASI tidak keluar
ASI? 2. Bayi terlanjur mendapat susu formula /
(jawaban boleh lebih dari 1) minuman lain
3. Takut karena nyeri
4. Takut payudara kendor
5. Ibu bekerja
6. Ibu hamil lagi
7. Dilarang suami / keluarga
8. Tidak tahu caranya
9. Ibu menderita sakit berat

TERIMA KASIH

48
LAMPIRAN
CONTOH LEAFLET

49
LAMPIRAN
FOTO KEGIATAN

Pengambilan sampel penelitian

Penyuluhan ASI eksklusif

50

Anda mungkin juga menyukai