Orpinim
Orpinim
PENDAHULUAN
Di negara berkembang, sekitar 10 juta bayi mengalami kematian, dan sekitar 60% dari
kematian tersebut seharusnya dapat ditekan salah satunya adalah dengan menyusui, karena
Air Susu Ibu (ASI) sudah terbukti dapat meningkatkan status kesehatan bayi sehingga 1,3
juta bayi dapat diselamatkan (WHO, 2005)
Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children
Foundation (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan agar anak
sebaiknya disusui hanya ASI selama paling sedikit 6 bulan. Makanan padat seharusnya
diberikan sesudah anak berumur 6 bulan, dan pemberian ASI seharusnya dilanjutkan sampai
umur dua tahun (WHO, 2005).
Program ASI eksklusif merupakan program promosi pemberian ASI saja pada bayi
tanpa memberikan makanan atau minuman lain. Tahun 1990, pemerintah mencanangkan
Gerakan Nasional Peningkatan Pemberian ASI (PPASI) yang salah satu tujuannya adalah
untuk membudayakan perilaku menyusui secara eksklusif kepada bayi dari lahir sampai usia
4 bulan. Tahun 2004, sesuai dengan anjuran WHO, pemberian ASI eksklusif ditingkatkan
menjadi 6 bulan sebagaimana dinyatakan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.450/MENKES/SK/VI/2004.
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun
2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa
menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat,
vitamin, dan mineral). ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena
mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi
sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2015).
1
cakupan pemberian ASI eksklusif. Propinsi Jawa Timur memiliki angka cakupan pemberian
ASI eksklusif di atas rata-rata, yaitu 74,1%.
Pada bulan Maret 2017, dilakukan survey di kecamatan Kaliwates kabupaten Jember
mengenai angka cakupan pemberian ASI eksklusif. Angka terendah ditemukan di kelurahan
Tegal Besar, yakni hanya 36,3%. Berdasarkan fakta tersebut penulis tertarik untuk meneliti
gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku para ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017.
1. Bagaimana gambaran perilaku para ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada
bayi usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017?
2. Bagaimana gambaran alasan para ibu yang memberi ASI eksklusif pada bayi usia
0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017?
3. Bagaimana gambaran alasan para ibu yang tidak memberi ASI eksklusif pada
bayi usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017?
5. Bagaimana gambaran sikap para ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi
usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017?
6. Bagaimana gambaran umur para ibu di kelurahan Tegal Besar tahun 2017?
7. Bagaimana gambaran pendidikan para ibu di kelurahan Tegal Besar tahun 2017?
8. Bagaimana gambaran pekerjaan para ibu di kelurahan Tegal Besar tahun 2017?
9. Bagaimana gambaran Inisiasi Menyusui Dini para ibu di kelurahan Tegal Besar
tahun 2017?
10. Bagaimana gambaran fasilitas persalinan para ibu kelurahan Tegal Besar tahun
2017?
11. Bagaimana gambaran status kesehatan para ibu di kelurahan Tegal Besar tahun
2017?
12. Bagaimana gambaran dukungan keluarga para ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017?
2
13. Bagaimana gambaran sumber informasi para ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017?
1. Mengetahui gambaran perilaku para ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada
bayi usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017.
2. Mengetahui gambaran alasan para ibu yang memberi ASI eksklusif pada bayi
usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017.
3. Mengetahui gambaran alasan para ibu yang tidak memberi ASI eksklusif pada
bayi usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017.
5. Mengetahui gambaran sikap para ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi
usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017.
6. Mengetahui gambaran umur para ibu di kelurahan Tegal Besar tahun 2017.
7. Mengetahui gambaran pendidikan para ibu di kelurahan Tegal Besar tahun 2017.
8. Mengetahui gambaran pekerjaan para ibu di kelurahan Tegal Besar tahun 2017.
9. Mengetahui gambaran Inisiasi Menyusui Dini para ibu di kelurahan Tegal Besar
tahun 2017.
10. Mengetahui gambaran fasilitas persalinan para ibu kelurahan Tegal Besar tahun
2017.
11. Mengetahui gambaran status kesehatan para ibu di kelurahan Tegal Besar tahun
2017.
3
12. Mengetahui gambaran dukungan keluarga para ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017.
13. Bagaimana gambaran sumber informasi para ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air Susu Ibu yang selanjutnya disebut ASI adalah cairan hidup yang
mengandung sel-sel darah putih, imunoglobulin, enzim dan hormon, serta
protein spesifik, dan zat-zat gizi lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan
dan perkembangan anak (Peraturan Bersama Menteri Pemberdayaan
Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Menteri Kesehatan,
2008).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI sja sejak bayi dilahirkan sampai
sekitar usia 6 bulan. Selama itu bayi tidak diharapkan mendapat tambahan
cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air teh, madu, air putih. Pada
pemberian ASI eksklusif bayi juga tidak diberikan makanan tambahan seperti
pisang, biskuit, bubur susu, bubur nasi, tim, dan sebagainya. Pemberian ASI
secara benar akan dapat memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan,
tanpa makanan pendamping. Di atas usia enam bulan, bayi memerlukan
makanan tambahan tetapi pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai ia berumur
dua tahun (Perinasia, 2007).
A. Bagi Bayi
Seperti halnya nutrisi pada umumnya, ASI mengandung komponen makro dan
mikro nutrien. Yang termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein, dan lemak
sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral. Air susu ibu hampir 90% terdiri
dari air. Volume dan komposisi nutrien ASI berbeda untuk setiap ibu tergantung dari
kebutuhan bayi. Perbedaan volume dan komposisi di atas juga terlihat pada masa
5
menyusui (kolostrum, ASI transisi, ASI matang, dan ASI pada saat penyapihan).
Kandungan zat gizi ASI awal dan akhir pada setiap ibu yang menyusui juga berbeda.
Kolostrum yang diproduksi antara hari 1-5 menyusui kaya akan zat gizi terutama
protein (IDAI, 2008).
6
5. Mengurangi kejadian karies dentis
Insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi
dibanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui dengan botol dan dot
terutama pada waktu akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan sisa susu
formula dan menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi. Kecuali itu ada
anggapan bahwa kadar selenium yang tinggi dalam ASI akan mencegah karies dentis
(Perinasia, 2007).
B. Bagi Ibu
3. Aspek psikologis
7
Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk ibu.
Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
Agar proses menyusui dapat berjalan lancar, maka seorang ibu harus
mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke
bayi secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi menyusui dan
perlekatan bayi pada payudara yang tepat (IDAI, 2008).
8
Posisi menyusui harus senyaman mungkin, dapat dengan posisi berbaring
atau duduk. Posisi yang kurang tepat akan menghasilkan perlekatan yang tidak baik.
Posisi dasar menyusui terdiri dari posisi badan ibu, posisi badan bayi, serta posisi
mulut bayi dan payudara ibu (perlekatan/ attachment). Posisi badan ibu saat menyusui
dapat posisi duduk, posisi tidur terlentang, atau posisi tidur miring (IDAI, 2008).
Posisi tubuh yang benar dapat dilihat sebagai berikut: (IDAI, 2008)
9
Gambar 2.1.4.1 Posisi menyusui yang benar
Agar bayi dapat menghisap secara efektif, maka bayi harus mengambil cukup
banyak payudara ke dalam mulutnya agar lidahnya dapat memeras sinus laktiferus.
Bayi harus menarik keluar atau memeras jaringan payudara sehingga membentuk
puting buatan yang bentuknya lebih panjang dari puting susu. Puting susu sendiri
hanya membentuk sepertiga dari puting buatan. Hal ini dapat kita lihat saat bayi
selesai menyusui. Dengan cara inilah bayi mengeluarkan ASI dari payudara. Hisapan
efektif tercapai bila bayi menghisap dengan hisap dalam dan lambat. Bayi terlihat
menghentikan sejenak hisapannya dan kita dapat mendengar suara ASI yang ditelan
(IDAI, 2008).
10
Jika bayi tidak melekat dengan baik maka akan menimbulkan luka dan nyeri
pada puting susu dan payudara akan membengkak karena ASI tidak dapat dikeluarkan
secara efektif. Bayi merasa tidak puas dan ia ingin menyusui sering dan lama. Bayi
akan mendapat ASI sangat sedikit dan berat badan bayi tidak naik dan lambat laun ASI
akan mengering (IDAI, 2008).
11
Berapa sering bayi menyusu dalam sehari?
Susui bayi sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan bayi, sedikitnya lebih
dari 8 kali dalam 24 jam. Awalnya bayi menyusu sangat sering, namun pada usia 2
minggu frekuensi menyusu akan berkurang. Bayi sebaiknya disusui sesering dan
selama bayi menginginkannya bahlkan pada malam hari. Menyusui pada malam hari
membantu mempertahankan suplai ASI marena hormon prolaktin dikeluarkan
terutama pada malam hari. Bayi yang menyusu akan melepaskan payudara ibu
dengan sendirinya, ibu tidak perlu menyetopnya (IDAI, 2008).
12
Gambar 2.1.4.3 Formulir Manajemen Terpadu Bayi Muda Mengenai Masalah Pemberian
ASI pada Bayi
13
Gambar 2.1.4.4 Formulir `Manajemen Terpadu Bayi Muda Mengenai Masalah Pemberian ASI Pada
Ibu
14
Gambar 2.1.4.5 Formulir Manajemen Terpadu Bayi Muda Mengenai Alternatif Pemberian
Minum
15
Gambar 2.1.4.6 Formulir Manajemen Terpadu Bayi Muda Mengenai Edukasi Ibu
1. Siapkan pengasuh bayi (nenek, kakek, anggota keluarga lain, baby sitter,
pembantu) sebelum ibu mulai bekerja kembali.
16
2. Berlatihlah memerah ASI sebelum ibu bekerja kembali. ASI yang diperah dapat
dibekukan untuk persediaan / tambahan apabila ibu mulai bekerja. ASI beku dapat
disimpan antara 1-6 bulan, bergantung dari jenis lemari esnya. Di dalam lemari es
dua pintu ASI beku dapat disimpan lebih dari 3 bulan.
3. Latihlah pengasuh bayi untuk terampil memberikan ASI perah dengan cangkir.
4. Hindari pemakaian dot/empeng karena kemungkinan bayi akan menjadi bingung
puting.
5. Susuilah bayi sebelum ibu berangkat bekerja, dan pada sore hari segera setelah ibu
pulang, dan diteruskan pada malam hari.
6. Selama di kantor, perah ASI setiap 3-4 jam dan disimpan di dalam lemari es,
diberi label tanggal dan jam ASI diperah. ASI yang disimpan di lemari es
pendingin dapat bertahan selama 2 x 24 jam. ASI perah ini akan diberikan esok
harinya selama ibu tidak di rumah. ASI yang diperah terdahulu diberikan lebih
dahulu.
7. ASI yang disimpan di lemari es perlu dihangatkan sebelum diberikan kepada bayi
dengan merendamnya dalam air hangat. ASI yang sudah dihangatkan tidak boleh
dikembalikan ke dalam lemari es. Maka yang dihangatkan sejumlah yang habis
diminum bayi satu kali.
8. Apabila ASI yang diperah kemarin tidak mencukupi kebutuhan bayi sampai ibu
kembali bekerja, dapat digunakan ASI beku yang sudah disiapkan sebelumnya.
ASI beku ini kalau akan diberikan harus ditempatkan di lemari es pendingin
supaya mencair dan harus digunakan dalam 24 jam.
1. Pengeluaran ASI
Apabila ASI berlebihan, sampai keluar memancar, maka sebelum menyusui
sebaiknya ASI dikeluarkan terlebih dahulu untuk menghindari bayi tersedak atau
enggan menyusu. Pengeluaran ASI juga berguna pada ibu bekerja yang akan
meninggalkan ASI bagi bayinya di rumah, ASI yang merembes karena payudara
penuh, pada bayi yang mempunyai masalah (misalnya BBLR), menghilangkan
bendungan atau memacu produksi ASI saat ibu sakit dan tidak dapat langsung
menyusui bayinya (Perinasia, 2007).
17
1. Pengeluaran dengan tangan
a. Ibu diminta mencuci tangan sampai bersih.
b. Ibu atau keluarganya menyiapkan cangkir/gelas tertutup yang telah dicuci
dengan air mendidih.
c. Ibu melakukan masase atau pemijatan payudara dengan kedua telapak
tangan dari pangkal ke arah areola. Minta ibu mengulangi pemijatan ini
pada sekeliling payudara secara merata.
d. Pesankan kepada ibu untuk menekan daerah areola ke arah dada dengan
ibu jari di sekitar areola bagian atas dan jari telunjuk pada sisi areola yang
lain.
e. Peras areola dengan ibu jari dan jari telunjuk, jangan memijat/menekan
puting karena dapat menyebabkan rasa nyeri/lecet.
f. Minta ibu mengulangi tekan-peras-lepas-tekan-peras-lepas. Pada mulanya
ASI tak keluar, jangan berhenti, setelah beberapa kali maka ASI akan
keluar.
g. Pesankan kepada ibu agar mengulangi gerakan ini pada sekeliling areola
dari semua sisi sehingga yakin bahwa ASI telah diperas dari semua
segmen payudara.
18
b. Letakkan ujung lebar tabung pada payudara dengan puting susu tepat di
tengah, dan tabung benar-benar melekat pada kulit.
c. Lepas bola karet, sehingga puting dan areola tertarik ke dalam.
d. Tekan dan lepas beberapa kali, sehingga ASI akan keluar dan terkumpul
pada lekukan penampung pada sisi tabung.
e. Cucilah alat dengan bersih, menggunakan air mendidih, setelah selesai
dipakai atau akan dipakai. Bola karet sukar dibersihkan, oleh karenanya
bila memungkinkan lebih baik pengeluaran ASI dengan tangan.
2. Penyimpanan ASI (Perinasia, 2007)
6-8 jam di temperatur ruangan (19-25 celcius), bila masih kolostrum
(susu awal, 1-7 hari) bisa sampai 12 jam
1-2 hari di lemari es (4 celcius)
2 minggu-4bulan di freezer dalam lemari es (-4 celcius)
Bertahun-tahun dalam deep freezer (-18 celcius)
ASI beku perlu dicairkan dahulu dalam lemari es 4 celcius. ASI kemudian
tidak boleh dimasak/dipanaskan, hanya dihangatkan dengan merendam
cangkir dalam air hangat.
2.2 Perilaku
Perilaku sama dengan kelakuan dan juga tingkah laku seseorang dalam
melakukan suatu tindakan. Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam
pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam
bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan (Sarwono, 1993).
19
Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) perilaku manusia
dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu:
20
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
Variabel bebas
FAKTOR PEMICU
Pengetahuan
Sikap
Usia Variabel terikat
Pendidikan
Pekerjaan
PERILAKU PEMBERIAN
ASI EKSKLUSIF
FAKTOR PEMUNGKIN
Inisiasi menyusui dini
Fasilitas persalinan
FAKTOR PENGUAT
Status kesehatan ibu
Dukungan keluarga
Sumber informasi
21
3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.2.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Hasil Ukur
Ukur
1. Pengetahuan Fakta atau ide yang Kuesioner Menyebar 1. Baik
didapat melalui kan 2. Kurang Baik
proses observasi, kuesioner
belajar, atau kepada
penelitian. ibu
Yang ingin diteliti
adalah pengetahuan
responden mengenai
pemberian ASI
eksklusif.
2. Sikap Kecenderungan yang Kuesioner Menyebar 1. Setuju
dipelajari untuk kan 2. Tidak Setuju
bertingkah laku kuesioner
secara konsisten kepada
terhadap seseorang, ibu
sekelompok orang,
suatu obyek.
Yang ingin diteliti
adalah sikap
responden tentang
pemberian ASI
eksklusif
3. Usia Lamanya hidup Kuesioner Menyebar 1. < 30 tahun
responden dihitung kan 2. >= 30 tahun
dalam tahun sejak kuesioner
lahir sampai saat kepada
penelitian ibu
berlangsung
22
4. Pendidikan Pendidikan formal Kuesioner Menyebar 1. Rendah
tertinggi yang pernah kan (Tidak
ditamatkan oleh kuesioner sekolah,
responden kepada tamat SD,
ibu tamat SMP)
2. Tinggi
(Tamat SMA,
tamat
Perguruan
Tinggi)
5. Pekerjaan Kegiatan rutin yang Kuesioner Menyebar 1. Bekerja
dilakukan dalam kan 2. Tidak bekerja
upaya mendapatkan kuesioner
penghasilan untuk kepada
pemenuhan ibu
kebutuhan hidup
keluarga.
6. Inisiasi Pemberian ASI Kuesioner Menyebar 1. Ya
Menyusui Dini pertama sejak bayi kan 2. Tidak
lahir hingga 1 jam kuesioner
setelah lahir. kepada
ibu
7. Fasilitas Tempat di mana Kuesioner Menyebar 1. Dokter
Persalinan responden kan Spesialis
melahirkan kuesioner Kandungan
kepada 2. Dokter umum
ibu 3. Bidan
4. Perawat
5. Dukun
beranak
6. Tanpa
pertolongan
profesional
23
8. Status Kondisi fisik dan Kuesioner Menyebar 1. Ya
Kesehatan Ibu rohani responden saat kan 2. Tidak
setelah melahirkan kuesioner
hingga 6 bulan kepada
pertama kehidupan ibu
bayi.
Yang ingin diteliti
adalah pengalaman
menderita penyakit
hingga perlu
perawatan khusus
dan tidak mampu
memberikan ASI.
9. Dukungan Bentuk sikap positif Kuesioner Menyebar 1. Ada
Keluarga dari suami dan kan 2. Tidak ada
anggota keluarga lain kuesioner
dalam mendorong kepada
responden untuk ibu
memberikan ASI
eksklusif
10. Sumber Bentuk informasi Kuesioner Menyebar 1. Petugas
Informasi positif yang diterima kan kesehatan
responden yang kuesioner Puskesmas
mendukung kepada (dokter,
pengetahuan tentang ibu bidan,
ASI eksklusif perawat,
kader
posyandu)
2. Dokter
praktik
swasta
3. Bidan praktik
24
swasta
4. Media cetak
(buku,
brosur,
majalah,
koran, poster)
5. Media
elektronik
(televisi,
radio,
internet)
6. Anggota
keluarga
7. Tetangga
8. Tidak ada
11. Perilaku Hal yang telah Kuesioner Menyebar 1. Ya
dilakukan oleh kan 2. Tidak
responden berkenaan kuesioner
dengan faktor-faktor kepada
yang menjadi ibu
variabel bebas.
Yang ingin diteliti
adalah perilaku
memberikan ASI
eksklusif pada bayi
usia 0-6 bulan
25
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki batita umur 0-24
bulan di Aster 5, 8, dan 12B kelurahan Tegal Besar kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember.
26
4.4. Manajemen Data
a. Pengkodean / coding
Pengkodean merupakan kegiatan merubah data berdasarkan golongan-golongan
yang telah ditetapkan dalam definisi operasional. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan peneliti ketika melakukan analisis data. Kode data ditetapkan oleh
peneliti.
b. Pengeditan / editing
Setelah dilakukan wawancara dan kuesioner telah terkumpul sesuai besar sampel,
dilakukan pengeditan/penyuntingan untuk memastikan kelengkapan data dan
meneliti tiap lembar data jawaban, apakah jawaban sudah relevan dan konsisten.
c. Pemasukan data / entry data
Pemasukan data dilakukan setelah selesai pengeditan dan dilakukan dengan
memasukkan kode yang telah ditetapkan ke dalam sistem data menggunakan
komputer.
d. Pembersihan / cleaning
Setelah data dimasukkan, dilakukan proses cleaning/pembersihan untuk
memeriksa kembali untuk melihat kesalahan, missing data, variasi data, dan
ketidakkonsistenan jawaban.
27
BAB V
HASIL PENELITIAN
28
responden memberikan ASI eksklusif. Dalam pertanyaan ini responden diperbolehkan untuk
memilih jawaban lebih dari satu.
Seluruh responden terpilih mengungkapkan bahwa pemberian ASI eksklusif didasari
oleh keyakinan bahwa banyak manfaat bagi bayi dan ibu. 5 di antara mereka menambahkan
alasan karena mendapat saran dari keluarga. 7 di antara responden menambahkan alasan
bahwa memberikan ASI eksklusif merupakan perintah agama.
Tabel 5.2.3 Gambaran Alasan Responden Tidak Memberikan ASI Eksklusif
Alasan Tidak Memberikan ASI Eksklusif Frekuensi
ASI tidak keluar 20
Bayi terlanjur mendapat susu formula / 6
minuman yang lain
Takut karena nyeri 0
Takut payudara kendor 0
Ibu bekerja 7
Ibu hamil lagi 9
Dilarang suami/keluarga 0
Tidak tahu caranya 0
Ibu sakit berat saat anak berusia 0-6 bulan 4
Tabel di atas merupakan data pendukung yang diajukan kepada 28 responden yang
mempunyai perilaku negatif terhadap pemberian ASI eksklusif, yaitu alasan mengapa
responden tidak memberikan ASI eksklusif dengan tepat. Dalam pertanyaan ini responden
diperbolehkan untuk memilih lebih dari satu jawaban.
Mayoritas responden yaitu sejumlah 20 orang mengungkapkan alasan bahwa ASI
tidak keluar. 9 responden mengungkapkan alasan bahwa ibu hamil lagi saat anak berusia 0-6
bulan. 7 responden mengungkapkan alasan bahwa ibu bekerja. 6 responden mengungkapkan
alasan bahwa bayi terlanjur mendapat susu formula/minuman lain. 4 responden
mengungkapkan alasan bahwa ibu menderita sakit berat ketika anak masih berusia 0-6 bulan.
Tabel 5.2.4 Gambaran Pengetahuan Responden Tentang ASI Eksklusif
Variabel Pengetahuan Frekuensi Presentase
Baik 7 17.5
Kurang 33 82.5
Total 40 100
29
Tabel di atas menunjukkan gambaran pengetahuan responden tentang ASI eksklusif.
Data menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan tentang ASI eksklusif yang baik
terdapat 7 responden (17.5%), dan responden dengan pengetahuan tentang ASI eksklusif
yang kurang baik terdapat 33 responden (82.5%)
30
Tabel 5.2.8 Gambaran Karakteristik Pekerjaan Responden
Variabel Pekerjaan Frekuensi Presentase
Bekerja 7 17.5
Tidak bekerja 33 82.5
Total 40 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada variabel pekerjaan ditemukan 7 responden
(17.5%) bekerja di luar rumah. 33 responden (82.5%) tidak bekerja di luar rumah atau
berprofesi sebagai ibu rumah tangga.
31
Tabel 5.2.11 Gambaran Status Kesehatan Responden
Variabel Status Kesehatan Frekuensi Presentase
Sakit Berat 4 10
Tidak Sakit Berat 36 90
Total 40 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada variabel status kesehatan ditemukan 4
responden (10%) mengalami sakit berat ketika anak berusia 0-6 bulan sehingga tidak bisa
memberikan ASI eksklusif. 36 responden (90%) tidak mengalami sakit berat ketika anak
berusia 0-6 bulan.
32
Tabel di atas merupakan gambaran sumber informasi yang didapat responden
mengenai ASI eksklusif. Pada variabel ini responden diperbolehkan memilih lebih dari satu
jawaban. Tabel di atas menunjukkan bahwa sumber informasi yang paling banyak
menjangkau responden adalah petugas kesehatan puskesmas, yaitu berjumlah 25 responden.
Sumber informasi yang paling sedikit menjangkau responden adalah dokter praktik swasta
dan tetangga atau masyarakat setempat, yaitu masing-masing 1 responden. Tidak ada
responden yang mengaku tidak bisa mendapat sumber informasi mengenai ASI eksklusif.
33
BAB VI
PEMBAHASAN
34
hanya sedikit. Padahal hal tersebut dapat diatasi dengan pemberian pengetahuan bahwa bila
ASI tidak keluar maka ibu harus terus berusaha memposisikan bayi untuk menyedot puting
susu, karena gerakan dari mulut bayi yang menyedot puting akan merangsang hormon
oksitosin untuk memancing kelenjar susu memproduksi ASI.
9 responden beralasan bahwa ibu hamil lagi ketika bayi masih berusia di bawah 6
bulan. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa jarak kelahiran juga bisa menjadi faktor
pemicu, jika jarak kelahiran kurang dari satu tahun. Untuk itu sebaiknya jarak kehamilan
tidak terlalu dekat sehingga bayi mendapat ASI sampai usia 2 tahun. Untuk itu program
keluarga berencana perlu digalakkan kembali.
7 responden beralasan bahwa ibu bekerja sehingga tidak dapat memberikan ASI
eksklusif. Jika petugas kesehatan mampu meningkatkan pengetahuan ibu mengenai teknik
penyimpanan ASI dan pemberian ASI pada ibu yang bekerja, maka alasan tersebut bisa
ditiadakan.
6 responden beralasan bahwa bayi terlanjur mendapat susu formula atau minuman
lain. Peraturan larangan promosi susu formula pada rumah sakit bersalin maupun klinik
bersalin telah lama ditetapkan, dalam Kepmenkes No. 237 tahun 1997, namun
pelaksanaannya masih banyak terabaikan. Padahal peraturan tersebut mendukung Global
Strategy for Infant and Young Child Feeding yang merekomendasikan pola pemberian makan
terbaik bagi bayi dan anak sampai usia 2 tahun yaitu; 1) memberikan kesempatan pada ibu
dan bayi untuk melakukan insiasi menyusu dini dalam 1 jam setelah lahir; 2) menyusui bayi
secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan; 3? Mulai memberi makanan pendamping
ASI yang bergizi sejak bayi berusia 6 bulan; dan 4) meneruskan menyusui sampai anak
berusia 24 bulan atau lebih (WHO, 2001)
35
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terhadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra
penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan seseorang dibagi dalam enam tingkatan yaitu tahu,
memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Notoatmodjo, 2007).
Terdapat dalam teori perilaku yang dikemukakan, menyatakan bahwa perilaku
seseorang dipengaruhi salah satunya oleh pengetahuan. Tingkat pengetahuan tentang ASI
eksklusif dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendidikan, pekerjaan, umur, minat,
pengalaman, kebudayaan, dan informasi (Mubarak, 2011).
Sebagian besar menyatakan mereka tahu tentang ASI eksklusif, namun ada pula yang
memang belum paham betul apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif. Tetapi pada
pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang membahas lebih dalam tentang teknik pemberian
maupun penyimpanan ASI, sebagian besar responden tidak tahu cara dan waktu yang tepat
untuk memberi dan menyimpan ASI.
Gambaran pengetahuan pada penelitian ini berbanding lurus dengan gambaran
perilaku pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
Amiruddin (2007) yang menunjukkan bahwa presentase responden yang memberikan ASI
eksklusif dan memiliki pengetahuan tentang ASI eksklusif cukup (11,8%) lebih besar dari
responden yang memberikan ASI eksklusif dan memiliki pengetahuan tentang ASI eksklusif
kurang (7,7%) sedangkan presentase responden yang tidak memberikan ASI eksklusif dan
memiliki pengetahuan kurang (92,3%) lebih besar dari responden yang tidak memberikan
ASI eksklusif dan memiliki pengetahuan yang cukup (88,2%).
36
mengalami perubahan aspek fisik dan psikologi (mental). Perubahan ini terjadi karena
pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologi atau mental, taraf berpikir seseorang menjadi
semakin matang dan dewasa. Data yang didapat bahwa mayoritas responden berusia dewasa
tidak dapat menunjang angka tingkat pemahaman dan perilaku positif responden terhadap
pemberian ASI eksklusif.
37
menyusui dini adalah dari penolong persalinan. Jika penolong tidak mau melakukan maka
proses inisiasi dini tidak akan berjalan. Selain itu, kemungkinan tata laksana rumah sakit atau
tempat bersalin tidak mendukung keberhasilan menyusui karena prosedur yang harus
dilakukan, seperti memandikan bayi, atau pembuatan identitas bayi, dan lain-lain (Solihah,
dkk. 2010)
6.12 Gambaran Dukungan Keluarga Para Ibu Terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Gambaran dukungan keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6
bulan ditemukan seluruh responden (100%) mendapat dukungan positif dari keluarga.
Dengan dukungan positif dari keluarga harusnya menunjang agar angka cakupan ASI
eksklusif tinggi.
6.13 Gambaran Sumber Informasi Para Ibu Terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Gambaran sumber informasi yang didapat oleh responden mengenai pemberian ASI
eksklusif adalah sebagai berikut; mayoritas responden, yaitu sejumlah 25 responden,
38
menjawab bahwa sumber informasi yang didapat adalah dari petugas kesehatan Puskesmas.
19 responden mendapat sumber informasi dari media elektronik, 15 responden mendapat dari
media cetak, 12 responden mendapat dari keluarga, 5 responden mendapat dari bidan praktik
swasta, 1 responden mendapat dari dokter praktik swasta, dan 1 responden mendapat dari
tetangga sekitar. Tidak ada responden yang mengaku tidak mendapat sumber informasi
manapun.
Didapatkan tenaga kesehatan yang belum maksimal dalam menjangkau kebutuhan
informasi responden, yaitu antara lain bidan praktik swasta dan dokter praktik swasta.
Namun, pengaruh dari keluarga juga perlu diperhatikan karena intensitas pertemuan lebih
dominan dibandingkan dengan petugas kesehatan.
Asumsi peneliti di atas sesuai dengan hasil penelitian Amiruddin (2007), bahwa
presentase responden yang memberikan ASI eksklusif dan pernah menerima informasi dari
petugas kesehatan (12,0%) lebih besar dari responden yang memberikan ASI eksklusif dan
tidak pernah menerima informasi dari petugas kesehatan (8,2%) sedangkan presentase
responden yang tidak memberikan ASI eksklusif dan tidak pernah mendapat informasi dari
petugas kesehatan (91,8%) lebih besar dari responden yang tidak memberikan ASI eksklusif
dan mendapat informasi dari petugas kesehatan (88,0%).
39
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa;
1. Gambaran perilaku para ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6
bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017 sebanyak 12 responden (30%)
memberikan ASI eksklusif secara tepat, dan sebanyak 28 responden (70%) tidak
memberikan ASI eksklusif secara tepat.
2. Gambaran alasan para ibu yang memberi ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan
di kelurahan Tegal Besar tahun 2017yaitu seluruh responden terpilih
mengungkapkan bahwa pemberian ASI eksklusif didasari oleh keyakinan bahwa
banyak manfaat bagi bayi dan ibu. 5 di antara responden menambahkan alasan
karena mendapat saran dari keluarga. 7 di antara responden menambahkan alasan
bahwa memberikan ASI eksklusif merupakan perintah agama.
3. Gambaran alasan para ibu yang tidak memberi ASI eksklusif pada bayi usia 0-6
bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017 yaitu 20 orang mengungkapkan alasan
bahwa ASI tidak keluar. 9 responden mengungkapkan alasan bahwa ibu hamil
lagi saat anak berusia 0-6 bulan. 7 responden mengungkapkan alasan bahwa ibu
bekerja. 6 responden mengungkapkan alasan bahwa bayi terlanjur mendapat susu
formula/minuman lain. 4 responden mengungkapkan alasan bahwa ibu menderita
sakit berat ketika anak masih berusia 0-6 bulan.
4. Gambaran pengetahuan para ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi usia
0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017 sebanyak 7 responden (17,5%)
memiliki pengetahuan baik, dan sebanyak 33 responden (82,5%) memiliki
pengetahuan kurang.
5. Gambaran sikap para ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6
bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017 sebanyak 40 responden (100%)
memiliki sikap setuju.
6. Gambaran umur para ibu di kelurahan Tegal Besar tahun 2017 yaitu sebagai
berikut; 11 responden (27.5%) berusia kurang dari 30 tahun dan 29 responden
(72.5%) berusia lebih sama dengan 30 tahun.
40
7. Gambaran pendidikan para ibu di kelurahan Tegal Besar tahun 2017 yaitu 40
responden (100%) berpendidikan tinggi.
8. Gambaran pekerjaan para ibu di kelurahan Tegal Besar tahun 2017 yaitu 7
responden (17.5%) bekerja di luar rumah dan 33 responden (82.5%) tidak bekerja
di luar rumah.
9. Gambaran Inisiasi Menyusui Dini para ibu di kelurahan Tegal Besar tahun 2017
30 responden (75%) melaksanakan IMD dan 10 responden (25%) tidak
melaksanakan IMD.
10. Gambaran fasilitas persalinan para ibu di keluarahan Tegal Besar tahun 2017 18
responden (45%) mendapatkan pertolongan persalinan dari dokter spesialis
kandungan, 21 responden (52.5%) mendapatkan pertolongan persalinan dari
bidan, dan 1 responden (2.5%) mendapatkan pertolongan persalinan dari perawat.
11.Gambaran status kesehatan para ibu di kelurahan Tegal Besar tahun 2017 4
responden (10%) menderita sakit berat saat anak berusia 0-6 bulan dan 36
responden (90%) tidak menderita sakit berat saat anak berusia 0-6 bulan.
12. Gambaran dukungan keluarga para ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada
bayi usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017 40 responden (100%)
mendapat dukungan dari keluarga.
13. Gambaran sumber informasi para ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada
bayi usia 0-6 bulan di kelurahan Tegal Besar tahun 2017 25 responden mendapat
informasi dari petugas kesehatan Puskesmas, 19 responden mendapat dari media
elektronik, 15 responden mendapat dari media cetak, 12 responden mendapat dari
keluarga, 5 responden mendapat dari bidan praktik swasta, 1 responden mendapat
dari dokter praktik swasta, 1 responden mendapat dari tetangga, tidak ada
responden yang tidak mendapat informasi sama sekali.
7.2 Saran
1. Petugas kesehatan lebih gencar dalam memberikan penyuluhan terkait cara
pemberian dan penyimpanan ASI.
2. Sarana ruangan untuk menyusui di tempat-tempat umum perlu diperbanyak.
3. Diadakan kelas ASI untuk wadah berkonsultasi para ibu.
41
4. Diadakan kelas hamil untuk mempersiapkan calon orang tua untuk
memberikan Inisiasi Menyusui Dini dan ASI eksklusif.
5. Lebih melibatkan suami dan keluarga ibu menyusui agar turut serta
mendukung proses menyusui.
6. Digalakkan kembali larangan promosi susu formula di rumah sakit atau klinik
bersalin.
42
DAFTAR PUSTAKA
43
LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PARA
IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI
KELURAHAN TEGAL BESAR TAHUN 2017
NOMOR KUESIONER :
Nama : ....................................................................................................
Usia : ...................................................................................................
Jember, ..../..../.........
Jam : .... / ....
44
I. IDENTITAS ANAK
1. Nama Anak
2. Umur ............ bulan
3. Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan
II. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Ibu
2. Umur ........... tahun
3. Pendidikan 1. Tidak pernah sekolah
2. Tidak tamat SD
3. Tamat SD
4. Tamat SMP
5. Tamat SMU
6. Tamat Perguruan Tinggi
4. Pekerjaan 1. Bekerja
2. Tidak bekerja
III. PENGETAHUAN RESPONDEN
1. ASI Eksklusif adalah 1. Pemberian ASI sedini mungkin setelah
melahirkan, diberikan tanpa jadwal,
tidak diberi makanan atau minuman lain
sampai bayi berusia 6 bulan
2. Pemberian ASI setelah melahirkan,
selanjutnya bayi juga diberikan air putih
atau makanan lain.
3. Tidak tahu
2. Berapa lama ibu harus 1. Sampai 6 bulan
memberikan hanya ASI tanpa 2. Kurang dari 6 bulan
makanan dan minuman lain? 3. Lebih dari 6 bulan
4. Tidak tahu
3. Apa yang dilakukan ibu ketika 1. Membuang
cairan kuning keluar dari 2. Memberikannya pada bayi
payudara setelah melahirkan? 3. Tidak tahu
4. Waktu pemberian ASI yang 1. >30 menit, semakin lama semakin
efektif bagus
45
2. <5 menit, semakin sebentar semakin
bagus
3. 5-15 menit hingga bayi melepas puting
sendiri
4. Tidak tahu
5. ASI yang diperas selanjutnya 1. Dimasukkan botol dot
diberikan dengan cara 2. Disendokkan ke mulut bayi / memakai
cangkir
3. Tidak tahu
6. Bagaimana penyajian ASI yang 1. Dimasak di atas kompor
telah disimpan di kulkas? 2. Dihangatkan dengan merendam cangkir
susu dalam air hangat
3. Tidak tahu
IV. SIKAP RESPONDEN
1. Bayi harus diberi ASI Eksklusif 1. Setuju
2. Tidak setuju
2. ASI bermanfaat bagi tumbuh 1. Setuju
kembang anak 2. Tidak setuju
3. Memberikan ASI juga bermanfaat 1. Setuju
bagi kesehatan payudara ibu 2. Tidak setuju
4. Ibu perlu tahu cara yang benar 1. Setuju
dalam menyusui 2. Tidak setuju
V. INISIASI MENYUSUI DINI
1. Sesaat setelah melahirkan apakah 1. Ya (lanjut ke nomor 2)
penolong persalinan langsung 2. Tidak
menyerahkan bayi untuk disusui
ibu?
VI. FASILITAS PERSALINAN
1 Saat persalinan ibu dibantu oleh 1. Dokter Spesialis Kandungan
2. Dokter umum
3. Bidan
4. Perawat
5. Dukun beranak
46
6. Tanpa pertolongan profesional
47
4. Apa alasan ibu memberikan ASI? 1. Perintah agama
(jawaban boleh lebih dari 1) 2. Ikut kebiasaan orang-orang
3. Banyak manfaat bagi bayi dan ibu
4. Disarankan oleh suami/keluarga
5. Apa alasan ibu tidak memberikan 1. ASI tidak keluar
ASI? 2. Bayi terlanjur mendapat susu formula /
(jawaban boleh lebih dari 1) minuman lain
3. Takut karena nyeri
4. Takut payudara kendor
5. Ibu bekerja
6. Ibu hamil lagi
7. Dilarang suami / keluarga
8. Tidak tahu caranya
9. Ibu menderita sakit berat
TERIMA KASIH
48
LAMPIRAN
CONTOH LEAFLET
49
LAMPIRAN
FOTO KEGIATAN
50