Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

Meningitis adalah suatu peradangan yang mengenai satu atau semua lapisan
selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang
menimbulkan eksudasi (keluarnya cairan) berupa pus (nanah) atau serosa.
Meningitis biasanya disebabkan oleh infeksi infeksi virus, infeksi bakteri,
jamur, dan parasit, juga bisa dari berbagai penyebab non-infeksius, seperti karena
obat-obatan misalnya atau bisa juga penyebaran ke meninges (malignant
meningitis).
Virus yang dapat menyebabkan meningitis termasuk enterovirus, virus tipe 2
(dan kurang umum tipe 1), varicella zoster virus (dikenal sebagai penyebab cacar
air dan ruam saraf), virus gondok, HIV, dan LCMV. Pemeriksaan yang sangat
penting apabila penderita telah diduga meningitis adalah pemeriksaan lumbal
pungsi (pemeriksaan cairan selaput otak).
Jika berdasarkan pemeriksaan penderita didiagnosa sebagai meningitis,
maka pemberian antibiotik secara infuse (intravenous) adalah langkah yang baik
untuk kesembuhan serta mengurangi atau menghindari resiko komplikasi.
Antibiotik yang diberikan kepada penderita tergantung dari jenis bakteri yang
ditemukan. Adapun beberapa antibiotik yang sering diresepkan oleh dokter pada
kasus meningitis yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae dan
Neisseria meningitidis antara lain Cephalosporin (ceftriaxone atau cefotaxime).
Sedangkan meningitis yang disebabkan oleh bakteri Listeria monocytogenes akan
diberikan Ampicillin, Vancomycin dan Carbapenem (meropenem),
Chloramphenicol atau Ceftriaxone. Terapi lainnya adalah yang mengarah kepada
gejala yang timbul, misalnya sakit kepala dan demam (paracetamol), shock dan
kejang (diazepam) dan lain sebagainya.

1
BAB II

LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : An. AG
Umur : 15 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : RT. 05 Sim. Karmeo Batanghari
Pekerjaan : Tidak Bekerja
MRS : 29 Juli 2016

Datar Masalah
No Masalah Aktif Tanggal
1. Penurunan Kesadaran 01 Agustus 2016
No Masalah Pasif Tanggal
1. Kaku kuduk 01 Agustus 2016
2. Sulit menggerakkan kedua kaki 01 Agustus 2016

2.1 DATA SUBYEKTIF (Anamnesis tanggal 01 Agustus 2016)


1. Keluhan utama : Penurunan kesadaran 2 hari SMRS.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Lokasi : Kepala
Onset : Kepala sakit, sakitnya berdenyut dan terus menerus reda setelah
di beri obat anti nyeri kemudian kambuh kembali.
Kualitas : Kesadaran menurun menyebabkan pasien tidak bisa bicara dan
bergerak.
Kuantitas: Kesadaran yang menurun menyebabkan pasien hanya bisa
berbaring ditempat tidur.

2
Kronologis: Pasien di bawa oleh keluarga ke Rumah Sakit Umum Raden
Mattaher jambi rujukan dari Rumah Sakit Muara Bulian dengan keluhan
tidak sadarkan diri 2 hari SMRS.
5 hari SMRS pasien mengalami demam tinggi kemudian pasien sempat
berobat ke puskesmas terdekat kemudian diberikan obat penurun panas.
Namun selama 3 hari minum obat keadaan demam pasien turun. Kemudian
1 hari sebelum masuk rumah sakit, demamnya kembali meningkat. Pasien
mengeluh sakit kepala, kepala terasa berdenyut dan sakitnya terus-terusan.
Pasien juga mengeluh kedua kakinya sakit dan makin lama membuat pasien
sulit untuk berdiri sendiri. BAB normal, BAK normal. batuk lama (-), batuk
darah (-) riwayat kejang ketika pasien berumur 1 tahun.

Gejala penyerta : kedua kakinya sakit dan makin lama membuat pasien sulit
untuk berdiri sendiri
Faktor memperberat: (-)
Faktor memperigan : (-)

3. Riwayat penyakit dahulu


Riwayat penyakit yang sama sebelumnya di sangkal
Riwayat kejang (+), ketika pasien berusia 1 tahun
Riwayat kontak dengan penderita TBC disangkal
Riwayat TBC disangkal
Riwayat penyakit diabetes melitus disangkal
Riwayat trauma kepala disangkal

4. Riwayat penyakit keluarga


a. Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami keluhan yang
sama seperti pasien.
b. Riwayat TBC disangkal
c. Hipertensi disangkal
d. Diabetes melitus disangkal

3
5. Riwayat social, ekonomi, pribadi
Pasien merupakan anak ke- 2 dari 2 bersaudara. Pasien belum menikah
dan tidak bekerja. Pasien berobat menggunakan Jamkesda dari
Pemerintah Batanghari.

2.2 DATA OBYEKTIF


1. Status Present (01 Agustus 2016)
Kesadaran : Stupor, GCS: 6 E:2 M:2 V: 2
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,4oC
Respirasi : 20x/menit

2. Status Internus
Kepala : Mata : CA-/-, SI -/-,
Pupil : isokor, refleks cahaya (+)
Leher :Kelenjar thyroid tidak membesar, KGB tidak membesar,
tidak ada deviasi trakhea
Dada : Simetris, tidak ada retraksi
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tampak pada SIC V, 2 jari medial
LMC sinistra
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V, 2 jari medial
LMC sinistra, tidak kuat angkat
Perkusi : Batas kiri atas SIC II LPS sinistra
Batas kiri bawah SIC V LMC sinistra
Batas kanan atas SIC II LPS dextra
Batas kanan bawah SIC IV LPS dextra

4
Auskultasi : BJ I/II reguler, bising(-), gallop (-), murmur(-)

Paru :
Inspeksi : simetris, retraksi (-/-), ketinggalan gerak (-/-)
Palpasi : simetris kanan = kiri
Perkusi : Paru kanan sonor = paru kiri
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan
whezzing (-/-), Ronkhi (-/-)
Perut : Inspeksi : datar, luka operasi (-), darm contur (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), tak teraba massa, hepar lien
tidak teraba
Perkusi : tymphani di seluruh lapang abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) N
Alat kelamin : tidak diperiksa
Ekstremitas : akral hangat, simetris, edema (-/-)

3. Status Psikitus
Cara berpikir : Sulit dinilai
Perasaan hati : Sulit dinilai
Tingkah laku : Sulit dinilai
Ingatan : Sulit dinilai
Kecerdasan : Sulit dinilai

4. Status neurologikus
a. Kepala
Bentuk : Normochepal
Nyeri tekan : (-)
Simetri : (+)
Pulsasi : (-)

5
b. Leher
Sikap : Lurus
Pergerakan :-
Kaku kuduk : (+)

c. Susunan Saraf Pusat


Kanan Kiri
N. I (Olfaktorius)
Subjektif Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Dengan Bahan - -

N. II (Optikus)
Visus Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Lapangan penglihatan Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Melihat warna Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Fundus Okuli Sulit Dinilai Sulit Dinilai

N. III (Okulomotorius)
Sela mata Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Ptosis Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Pergerakan bola mata: Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Strabismus Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Nistagmus Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Eksoftalmus Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Pupil; besarnya 3 mm 3 mm
Bentuknya bulat isokor bulat isokor
Reflek thd sinar + +
Reflek konsensual - -
Reflek konvergensi - -
Melihat kembar Sulit Dinilai Sulit Dinilai

6
N. IV (Troklearis)
Pergerakan bola mata
(kebawah keluar) Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Sikap bulbus Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Melihat kembar Sulit Dinilai Sulit Dinilai

N. V (Trigeminus)
Membuka mulut Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Mengunyah Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Menggigit Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Reflek kornea Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Sensibilitas wajah Sulit Dinilai Sulit Dinilai

N. VI (Abdusen)
Pergerakan bola mata
(lateral): Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Sikap bulbus Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Melihat kembar Sulit Dinilai Sulit Dinilai

N. VII (Fascialis)
Mengerutkan Dahi Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Menutup mata Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Memperlihatkan gigi Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Bersiul Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Perasaan lidah (depan) Sulit Dinilai Sulit Dinilai

N. VIII (Vestibulo-cochlearis)
Detik arloji Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Suara berbisik Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Test Weber Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Test Rinne Sulit Dinilai Sulit Dinilai

7
N. IX (Glosofaringeus)
Perasaan Lidah (blkg) Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Sensibilitas faring Sulit Dinilai Sulit Dinilai

N. X (Vagus)
Arkus faring simetris simetris

Berbicara Sulit Dinilai Sulit Dinilai


Gangguan menelan Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Reflek muntah + +

N. XI (Accesorius)
Memalingkan kepala Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Mengangkat bahu Sulit Dinilai Sulit Dinilai

N. XII (Hipoglosus)
Pergerakan lidah Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Tremor lidah Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Atropi papil Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Artikulasi Sulit dinilai Sulit dinilai
Disatria Sulit Dinilai Sulit Dinilai

d. Badan dan Anggota Gerak


a. Badan
Motorik Kanan Kiri
Respirasi simetris simetris
Duduk Sulit Dinilai Sulit Dinilai

8
Sensibilitas
Taktil Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Nyeri Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Thermi Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Diskriminan Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Lokalis Sulit Dinilai Sulit Dinilai

Reflek
Reflek kulit perut atas Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Reflek kulit perut tengah Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Reflek kulit perut bawah Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Reflek kremaster Sulit Dinilai Sulit Dinilai

b. Anggota Gerak atas


Motorik Kanan Kiri
Pergerakan Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Kekuatan Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Tonus Eutonus Eutonus
Trofi Eutropi Eutropi

Sensibilitas
Taktil Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Nyeri Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Thermi Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Diskriminan Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Lokalis Sulit Dinilai Sulit Dinilai

Refleks
Biseps (+) (+)
Triseps (+) (+)
Radius (+) (+)

9
Ulna (+) (+)
Hoffman-Tromner (-) (-)

c. Anggota gerak bawah


Motorik Kanan Kiri
Pergerakan Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Kekuatan Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Tonus Eutonus Eutonus
Trofi Eutropi Eutropi

Sensibilitas
Taktil Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Nyeri Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Thermi Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Diskriminan Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Lokalis Sulit Dinilai Sulit Dinilai

Refleks
Patella (+) (+)
Achilles (+) (+)
Babinsky (-) (-)
Chaddock (-) (-)
Rosolimo (-) (-)
Mendel-Bechtrew (-) (-)
Schaefer (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Klonus paha (-) (-)
Klonus kaki (-) (-)
Test Laseque (-) (-)
Test Kernig (+) (+)
Test Leg 1 (-) (-)

10
Test Leg 2 (-) (-)
Test Patrick- kontra Patrick Tidak dilakukan Tidak dilakukan

e. Koordinasi, Gait, Keseimbangan


Cara berjalan : Tidak dapat dinilai
Test Romberg : Tidak dapat dinilai
Disdiadokinesis : Tidak dapat dinilai
Ataksia : Tidak dapat dinilai
Rebound phenomen : Tidak dapat dinilai
Dismteria : Tidak dapat dinilai

f. Gerakan Abnormal
Tremor : (-)
Atetosis : (-)
Miokloni : (-)
Khorea : (-)
Rigiditas : (-)

g. Alat Vegetatif
Miksi : Terpasang kateter
Defekasi : Normal

h. Test Tambahan
Test Nafziger : (-)
Test Valsava : (-)

2.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Darah rutin : (Tanggal 29 Juli 2016)
- WBC : 12,8 103/mm3 (4.0-10.0)
- RBC : 4,32 106/mm3 (3.50-5.50)

11
- HGB : 11,8 g/dl (11.0-16.0)
- HCT : 31,8 % (36.0-48.0)
- PLT : 229 103/mm3 (150-400)
- PCT : 0.21 % (0.10-0.28)
- GDS : 133 mg/dl
b. Kimia Darah (29 Juli 2016)
Faal Ginjal
- Ureum : 33,5 mg/dl (15-39)
- Kreatinin : 0,6 mg/dl (0.9-1.3)
c. Pemeriksaan Elektrolit (29 Juli 2016)
Natrium : 128,51 mmol/L (135-148)
Kalium : 4.23 mmol/L (3.5-5.3)
Chlorida : 94,33 mmol/L (98-110)
Calsium : 1,15 mmol/L (1.19-1.23)
d. Faal Hati (05 Agustus 2016
- Bilirubin total : 0,6 mg/dl (<1,0)
- Bilirubin direk : 0,5 mg/dl (<0,2)
- Bilirubin indirek : 0,1 mg/dl
- Protein total : 6,6 g/dl (6,4-8,4)
- Albumin : 3,8 g/dl (3,5-5,0)
- Globulin : 2,8 g/dl (3,0-3,6)
- SGOT : 64 U/L (<40)
- SGPT : 73 U/L (<41)
e. Pemeriksaan Elektrolit (06 Agustus 2016)
- Natrium : 133,18 mmol/L (135-148)
- Kalium : 5.08 mmol/L (3.5-5.3)
- Chlorida : 90,70 mmol/L (98-110)
- Calsium : 1,08 mmol/L (1.19-1.23)

12
2.4 RINGKASAN
S : Pasien di bawa oleh keluarga ke Rumah Sakit Umum Raden Mattaher
jambi rujukan dari Rumah Sakit Muara Bulian dengan keluhan tidak
sadarkan diri 2 hari SMRS.
5 hari SMRS pasien mengalami demam tinggi kemudian pasien sempat
berobat ke puskesmas terdekat kemudian diberikan obat penurun panas.
Namun selama 3 hari minum obat keadaan demam pasien turun. Kemudian
1 hari sebelum masuk rumah sakit, demamnya kembali meningkat. Pasien
mengeluh sakit kepala, kepala terasa berdenyut dan sakitnya terus-terusan.
Pasien juga mengeluh kedua kakinya sakit dan makin lama membuat pasien
sulit untuk berdiri sendiri. BAB normal, BAK normal. batuk lama (-), batuk
darah (-) riwayat kejang ketika pasien berumur 1 tahun.

O : Kesadaran : Stupor, GCS: 6 E:2 M:2 V: 2


Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,4oC
Respirasi : 20x/menit

A:
Diagnosa Klinis : Penurunan Kesadaran e.c sus meningitis
Diagnosa Topis : Meningen,Parenkim Otak
Diagnosa Etiologi : Infeksi Bakterialis

Tx :
Medikamentosa:
O2 10 L/menit
Pasang NGT dan kateter
IVFD RL 20 gtt/menit dan diganti dengan Nacl 0.9% 20 gtt/menit
Inj. omeprazole 1x1 mg

13
Inj. Ceftriaxone 2x2gr
Inj. PCT 3x500 mg T >37,5
inj.Metronidazol 3x500mg
inj. Dexamethason 3x2 amp
Anjuran :
Lumbal Punksi
Mx :
Pantau tanda-tanda vital
Keseimbangan elektrolit dijaga
Pemeriksaan gula darah

Ex : Beri penjelasan kepada keluarga dan pasien mengenai keadaan pasien


dan penatalaksanaannya.

2.5 PROGNOSIS
- Quo ad vitam : dubia ad Malam
- Quo ad fungsionam : dubia ad malam
- Quo ad sanam : dubia ad malam

2.6 RIWAYAT PERKEMBANGAN


1. Rawat hari ke-I (01 Agustus 2016)
S : penurunan kesadaran
O : GCS: 6 E:2 M:2 V: 2
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,4oC
Respirasi : 20x/menit
A : Susp. Meningitis

14
P : Medikamentosa:
O2 10 L/menit
Pasang NGT dan kateter
IVFD RL 20 gtt/menit dan diganti dengan Nacl 0.9% 20 gtt/menit
Inj. omeprazole 1x1 mg
Inj. Ceftriaxone 2x2gr
Inj. PCT 3x500 mg T >37,5
inj.Metronidazol 3x500mg
inj. Dexamethason 3x2 amp
Anjuran:
- Lumbal punksi

2. Rawat hari ke-II (02 Agustus 2016)


S : penurunan kesadaran
O : GCS: 6 E:2 M:2 V: 2
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,3oC
Respirasi : 26x/menit
A : Susp. Meningitis
P : Medikamentosa:
O2 3 L/menit
Pasang NGT dan kateter
IVFD Nacl 0.9% 20 gtt/menit
Inj. omeprazole 1x1 mg
Inj. Ceftriaxone 2x2gr
Inj. PCT 3x500 mg T >37,5
inj.Metronidazol 3x500mg
inj. Dexamethason 3x2 amp

15
Anjuran:
- Lumbal punksi

3. Rawat hari ke-III (03 Agustus 2016)


S : kontak mata (+)
O : GCS:9 E:3 M:4 V: 2
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36,4oC
Respirasi : 20x/menit
A : Susp. Meningitis
P : Medikamentosa:
O2 3 L/menit
Pasang NGT dan kateter
IVFD Nacl 0.9% 20 gtt/menit
Inj. omeprazole 1x1 mg
Inj. Ceftriaxone 2x2gr
Inj. PCT 3x500 mg T >37,5
inj.Metronidazol 3x500mg
inj. Dexamethason 3x2 amp
Anjuran:
- Lumbal punksi

4. Rawat hari ke-IV (04 Agustus 2016)


S : kontak mata (+) bicara (+) gerakan alat anggota gerak atas (+)
O : GCS:12 E:4 M:5 V: 3
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 70 x/menit
Suhu : 36,6oC
Respirasi : 21x/menit
A : Susp. Meningitis

16
P : Medikamentosa:
O2 3 L/menit
Pasang NGT dan kateter
IVFD Nacl 0.9% 20 gtt/menit
Inj. omeprazole 1x1 mg
Inj. Ceftriaxone 2x2gr
Inj. PCT 3x500 mg T >37,5
inj.Metronidazol 3x500mg
inj. Dexamethason 3x2 amp
Anjuran:
- Lumbal punksi

5. Rawat hari ke-V (05 Agustus 2016)


S : kontak mata (+) bicara (+) gerakan alat anggota gerak atas (+)
O : GCS:12 E:4 M:5 V: 3
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,0oC
Respirasi : 24x/menit
A : Susp. Meningitis
P : Medikamentosa:
O2 3 L/menit
Pasang NGT dan kateter
IVFD Nacl 0.9% 20 gtt/menit
Inj. omeprazole 1x1 mg
Inj. Ceftriaxone 2x2gr
Inj. PCT 3x500 mg T >37,5
inj.Metronidazol 3x500mg
inj. Dexamethason 3x2 amp

17
Anjuran:
- Lumbal punksi

6. Rawat hari ke-VI (06 Agustus 2016)


S : kontak mata (+) bicara (+) gerakan alat anggota gerak atas (+)
O : GCS:12 E:4 M:5 V: 3
Tekanan darah : 100/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,8oC
Respirasi : 21x/menit
A : Susp. Meningitis
P : Medikamentosa:
O2 3 L/menit
Pasang NGT dan kateter
IVFD Nacl 0.9% 20 gtt/menit
Inj. omeprazole 1x1 mg
Inj. Ceftriaxone 2x2gr
Inj. PCT 3x500 mg T >37,5
inj.Metronidazol 3x500mg
inj. Dexamethason 3x2 amp
Anjuran:
- Lumbal punksi

7. Rawat hari ke-VII (07 Agustus 2016)


S : kontak mata (+) bicara (+) gerakan alat anggota gerak atas (+)
O : GCS:12 E:4 M:5 V: 3
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 66 x/menit
Suhu : 37,0oC
Respirasi : 21x/menit

18
A : Susp. Meningitis
P : Medikamentosa:
O2 3 L/menit
Pasang NGT dan kateter
IVFD Nacl 0.9% 20 gtt/menit
Inj. omeprazole 1x1 mg
Inj. Ceftriaxone 2x2gr
Inj. PCT 3x500 mg T >37,5
inj.Metronidazol 3x500mg
inj. Dexamethason 3x2 amp
Anjuran:
- Lumbal punksi
8. Rawat hari ke-VIII (08 Agustus 2016)
S : kontak mata (+) bicara (+) gerakan alat anggota gerak atas (+)
O : GCS:12 E:4 M:5 V: 3
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,8oC
Respirasi : 24x/menit
A : Susp. Meningitis
P : Medikamentosa:
O2 3 L/menit
Pasang NGT dan kateter
IVFD Nacl 0.9% 20 gtt/menit
Inj. omeprazole 1x1 mg
Inj. Ceftriaxone 2x2gr
Inj. PCT 3x500 mg T >37,5
inj.Metronidazol 3x500mg
inj. Dexamethason 3x2 amp
Anjuran:
- Lumbal punksi

19
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Lapisan Meningea Kranium


Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar gerakan, perilaku dan
fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah,
keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak juga bertanggung jawab
atas fungsi seperti pengenalan, emosi. ingatan, pembelajaran motorik dan
segala bentuk pembelajaran lainnya. Otak dilindungi oleh Kranium,
Meningea/selaput otak dan LCS (Liquor CerebroSpinal). Meningea terdiri
atas 3 lapisan, yaitu:
1) Duramater
Luar : melapisi tengkorak
Dalam : membentuk falk serebri, falk serebelli, tentorium serebellin.
Membentuk sinus sagitalis/longitudinalis superior dan inferior.

Gambar 1 Anatomi lapisan meningea kranium

20
Gambar 2 Anatomi lapisan meningea kranium

2) Arakhnoid : Terdapat granulasi arackhnoid, dilalui LCS

3) Piamater : Melekat pada otak / sumsum tulang.

Gambar 3 Anatomi lapisan meningea kranium(6)

21
LCS (Liquor Cerebro Spinal) berada pada rongga-rongga otak
(ventrikel) di dalam ruang subarakhnoid, diproduksi oleh plexus khoroid.
Pada sumsum tulang berada di kanalis sentralis & ruang subarakhnoid. Sifat
bening, alkali, tekanan 60 140 mm air. Berfungsi sebagai buffer, bantalan
fisik, nutrisi jaringan syaraf. Pemeriksaan LCS dilakukan dengan punksi
Lumbal (VL 1-2) dan punksi fontanel.

2.2 Definisi Penurunan Kesadaran


Penurunan kesadaran atau koma merupakan salah satu kegawatan
neurologi yang menjadi petunjuk kegagalan fungsi integritas otak dan
sebagai final common pathway dari gagal organ seperti kegagalan
jantung, nafas dan sirkulasi akan mengarah kepada gagal otak dengan
akibat kematian. Jadi, bila terjadi penurunan kesadaran menjadi pertanda
disregulasi dan disfungsi otak dengan kecenderungan kegagalan seluruh
fungsi tubuh2. Dalam hal menilai penurunan kesadaran, dikenal beberapa
istilah yang digunakan di klinik yaitu kompos mentis, somnolen, stupor
atau sopor, soporokoma dan koma. Terminologi tersebut bersifat
kualitatif. Sementara itu, penurunan kesadaran dapat pula dinilai secara
kuantitatif, dengan menggunakan skala koma Glasgow.

Menentukan penurunan kesadaran secara kualitatif

Kompos mentis berarti kesadaran normal, menyadari seluruh asupan


panca indera (aware atau awas) dan bereaksi secara optimal terhadap seluruh
rangsangan dari luar maupun dari dalam (arousal atau waspada), atau
dalam keadaaan awas dan waspada.

Somnolen atau drowsiness atau clouding of consciousness, berarti


mengantuk, mata tampak cenderung menutup, masih dapat dibangunkan
dengan perintah, masih dapat menjawab pertanyaan walaupun sedikit
bingung, tampak gelisah dan orientasi terhadap sekitarnya menurun.

22
Stupor atau sopor lebih rendah daripada somnolen. Mata tertutup dengan
rangsang nyeri atau suara keras baru membuka mata atau bersuara satu-dua
kata. Motorik hanya berupa gerakan mengelak terhadap rangsang nyeri.

Semikoma atau soporokoma, mata tetap tertutup walaupun


dirangsang nyeri secara kuat, hanya dapat mengerang tanpa arti, motorik
hanya berupa gerakan primitif.

Koma merupakan penurunan kesadaran yang paling rendah. Dengan


rangsang apapun tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam hal
membuka mata, bicara, maupun reaksi motorik.

Menentukan penurunan kesadaran secara kuantitatif

Secara kuantitatif, kesadaran dapat dinilai dengan menggunakan


Glasgow Coma Scale (GCS) yang meliputi pemeriksaan untuk
Penglihatan/ Mata (E), Pemeriksaan Motorik (M) dan Verbal (V).
Pemeriksaan ini mempunyai nilai terendah 3 dan nilai tertinggi 15.

Pemeriksaan derajat kesadaran GCS untuk penglihatan/ mata:


E1 tidak membuka mata dengan rangsang nyeri
E2 membuka mata dengan rangsang nyeri
E3 membuka mata dengan rangsang suara
E4 membuka mata spontan
Motorik:
M1 tidak melakukan reaksi motorik dengan rangsang nyeri
M2 reaksi deserebrasi dengan rangsang nyeri
M3 reaksi dekortikasi dengan rangsang nyeri
M4 reaksi menghampiri rangsang nyeri tetapi tidak mencapai sasaran
M5 reaksi menghampiri rangsang nyeri tetapi mencapai sasaran
M6 reaksi motorik sesuai perintah

23
Verbal:
V1 tidak menimbulkan respon verbal dengan rangsang nyeri (none)
V2 respon mengerang dengan rangsang nyeri (sounds)
V3 respon kata dengan rangsang nyeri (words)
V4 bicara dengan kalimat tetapi disorientasi waktu dan tempat (confused)
V5 bicara dengan kalimat dengan orientasi baik (orientated)

Klasifikasi Penurunan Kesadaran

Gangguan kesadaran dibagi 3, yaitu gangguan kesadaran tanpa disertai


kelainan fokal/ lateralisasi dan tanpa disertai kaku kuduk; gangguan
kesadaran tanpa disertai kelainan fokal/ lateralisasi disertai dengan kaku kuduk;
dan gangguan kesadaran disertai dengan kelainan fokal.

Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal dan kaku kuduk

1. Gangguan iskemik

2. Gangguan metabolik

3. Intoksikasi

4. Infeksi sistemis

5. Hipertermia

6. Epilepsi

24
Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal tapi disertai kaku kuduk

1. Perdarahan subarakhnoid

2. Radang selaput otak

3. Radang otak

Gangguan kesadaran dengan kelainan fokal

1. Tumor otak

2. Perdarahan otak

3. Infark otak

4. Abses otak

Bahaya Penurunan Kesadaran

Adapun kondisi yang segera mengancam kehidupan terdiri atas


peninggian tekanan intrakranial, herniasi dan kompresi otak dan
meningoensefalitis/ ensefalitis.

Patofisiologi Penurunan Kesadaran

Penurunan kesadaran disebabkan oleh gangguan pada korteks secara


menyeluruh misalnya pada gangguan metabolik, dan dapat pula disebabkan oleh
gangguan ARAS di batang otak, terhadap formasio retikularis di thalamus,
hipotalamus maupun mesensefalon.

Pada penurunan kesadaran, gangguan terbagi menjadi dua, yakni


gangguan derajat (kuantitas, arousal, wakefulness) kesadaran dan gangguan

25
isi (kualitas, awareness, alertness) kesadaran. Adanya lesi yang dapat
mengganggu interaksi ARAS dengan korteks serebri, apakah lesi supratentorial,
subtentorial dan metabolik akan mengakibatkan menurunnya kesadaran.

2.3 MENINGITIS
Definisi
Meningitis adalah infeksi atau inflamasi yang terjadi pada selaput otak
(meningens) yang terdiri dari piamater, arachnoid, dan duramater yang disebabkan
oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan
kronis.

Etiologi
Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit.
1. Meningitis bakterial :
a. Bakteri non spesifik : meningokokus, H. influenzae, S.
pneumoniae, Stafilokokus, Streptokokus, E. coli.
b. Bakteri spesifik : M. tuberkulosa.

26
2. Meningitis virus : Enterovirus, Virus Herpes Simpleks tipe I (HSV-
I), Virus Varisela-zoster (VVZ).
3. Meningitis karena jamur.
4. Meningitis karena parasit, seperti toksoplasma, amoeba.

Klasifikasi
Meningitis berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak sebagai berikut :

1. Meningitis purulenta
Radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi otak dan medulla
spinalis. Penyebabnya adalah bakteri non spesifik, berjalan secara
hematogen dari sumber infeksi (tonsilitis, pneumonia, endokarditis, dll.)

2. Meningitis serosa
Radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang
jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa.
Penyebab lain seperti lues, virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia.

27
Patogenesis

a. Meningitis bakteri
Meningitis bakteri merupakan salah satu infeksi serius pada anak-anak.
Infeksi ini berhubungan dengan komplikasi dan risiko kematian.
Etiologi dari meningitis bakterial pada neonatus yaitu pada periode 0
28 hari. Bakteri menyebabkan meningitis pada neonatus apabila terpapar
dengan flora pada gastrointestinal dan genitourinarius ibu. Contohnya:
streptococcus, E. coli, klebsiella. E.coli merupakan penyebab kedua
tersering pada meningitis neonatus.
Kebanyakan kasus meningitis akibat dari penyebaran hematogen yang
masuk melalui celah subarachnoid. Mikroorganisme masuk ke cerebral
nervous system melalui 2 jalur potensial. Bakteri masuk kedalam kavitas
intrakranial melalui sirkulasi darah atau berasal dari infeksi primer pada
nasofaring, sinus, telinga tengah, sistem kardiopulmonal, trauma atau
kelainan kongenital daripada tulang tengkorak. Frekuensi terbanyak
berasal dari sinusitis. Organisme juga dapat menginvasi meningens dari
telinga tengah. Meningitis yang diikuti terjadinya otitis media merupakan
proses bakteriemia, walaupun bukan kongenital atau adanya posttraumatic
fistula pada tulang temporal yang mensuplai akses ke CSS.

b. Meningitis Virus
Pada umumnya virus masuk melalui sistem limfatik, melalui saluran
pencernaan disebabkan oleh Enterovirus, pada membran mukosa
disebabkan oleh campak, rubella, virus varisela-zoster (VVZ), Virus
herpes simpleks (VHS), atau dengan penyebaran hematogen melalui
gigitan serangga. Pada tempat tersebut, virus melakukan multiplikasi
dalam aliran darah yang disebut fase ekstraneural, pada keadaan ini febris
sistemik sering terjadi. Propagasi virus sekunder terjadi jika menyebar dan

28
multiplikasi dalam organ-organ. VHS mencapai otak dengan penyebaran
langsung melalui akson-akson neuron.
Kerusakan neurologis disebabkan oleh ; (1) Invasi langsung dan
perusakan jaringan saraf oleh virus yang bermultiplikasi aktif. (2) Reaksi
hospes terhadap antigen virus secara langsung, sedangkan respons jaringan
hospes mengakibatkan demielinasi dan penghancuran vascular serta
perivaskuler.
Pada pemotongan jaringan otak biasanya dapat ditemukan kongesti
meningeal dan infiltrasi mononukleus, manset limfosit dan sel-sel plasma
perivaskuler, beberapa nekrosis jaringan perivaskuler dengan penguraian
myelin, gangguan saraf pada berbagai stadium termasuk pada akhirnya
neuronofagia dan proliferasi atau nekrosis jaringan. Tingkat demielinisasi
yang mencolok pada pemeliharaan neuron dan akson, terutama dianggap
menggambarkan ensefalitis pascainfeksi atau alergi.

Manifestasi Klinis

1. Gejala-gejala yang terkait dengan tanda-tanda non spesifik disertai dengan


infeksi sistemik atau bakteremia meliputi, demam, anoreksia, ISPA,
mialgia, arthralgia, takikardia, hipotensi dan tanda-tanda kulit seperti;
ptechie, purpura, atau ruam macular eritematosa. Mulainya tanda-tanda
tersebut diatas mempunyai dua pola dominan yaitu :
- Akut / timbul mendadak berupa ; manifestasi syok progresif, DIC,
penurunan kesadaran cepat, sering menunjukkan sepsis akibat
meningokokus dan pada akhirnya menimbulkan kematian dalam
24 jam.
- Sub akut berupa ; timbul beberapa hari, didahului gejala ISPA atau
gangguan GIT yang disebabkan oleh H.influenza dan
Streptokokus.

29
2. Tanda-tanda peningkatan TIK dikesankan oleh adanya muntah, nyeri
kepala dapat menjalar ke tengkuk dan punggung, moaning cry, kejang
umum, fokal, twitching, UUB menonjol, paresis, paralisis saraf N.III
(okulomotorius) dan N.VI (abdusens), strabismus, hipertensi dengan
bradikardia, apnea dan hiperventilasi, sikap dekortikasi atau deserebrasi,
stopor, koma. Selain tersebut diatas, hal lain yang juga meningkatkkan
TIK dikarenakan :
Peningkatan protein pada CSS :
Karena adanya peningkatan permeabilitas pada sawar otak (Blood
Brain Barier) dan masuknya cairan yang mengandung albumin ke
subdural.

30
Penurunan kadar glukosa dalam LCS :
Karena adanya gangguan transpor glukosa yang disebabkan adanya
peradangan pada selaput otak dan pemakaian gula oleh jaringan otak
Peningkatan metabolisme yang menyebabkan terjadinya asidosis
laktat.

3. Tanda Rangsang Meningeal seperti :

Kaku kuduk
Brudzinsky 1 & 2
Kernig sign
Sakit pada leher dan punggung
Posisi hiperekstensi pada leher & punggung
Kelainan N.II, III, VI, VII, VIII

31
32
Diagnosa
Diagnosa meningitis tergantung dari organisme penyebab yang terisolasi
dari darah, CSS, urin dan cairan tubuh lainnya. Namun terutama berdasar pada
pemeriksaan kultur dari cairan serebrospinal. Lumbal punksi dilakukan pada
setiap anak dengan kecurigaan terjadinya sepsis.
Hasil lumbal pungsi, ditemukan hitung leukosit > 1.000/mm3.
Kekeruhan CSS terlihat leukosit pada CSS melampaui 200 400/mm3. Normal
pada neonatus hanya 30 leukosit/mm3. Sedangkan pada anak-anak < 5
leukosit/mm.
Pada CSS dilakukan pemeriksaan terhadap adanya bakteri, jumlah sel,
protein dan glukosa level. Pada pemeriksaan bakteri dapat ditemukan cairan jernih
dengan beberapa sel mengandung banyak bakteri, yaitu sekitar 80% pada bayi
dengan diagnosa meningitis. Jumlah sel dalam CSS > 60/l dan yang terbanyak
adalah sel neutrofil. Konsentrasi protein yang meningkat dan penurunan glukosa
juga dapat ditemukan. Kadar protein normal pada neonatus dapat mencapai 150
mg/dl, terutama pada bayi prematur. Pada meningitis kadar proteinnya dapat
mencapai beberapa ratus sampai beberapa ribu mg/dl. Kadar glukosanya kurang
dari 40 mg/dl dan 50% lebih rendah dari glukosa darah yang waktu pengambilan
darahnya bersamaan dengan pengambilan likuor.

33
Skema Meningitis
Bakteri Virus TBC
Warna Keruh Jernih Jernih
Sel PMN Limfosit Limfosit
Protein Ringan Tinggi
Glukosa Normal

Pemeriksaan sediaan apus likuor dengan pewarnaan gram dapat menduga


penyebab meningitis serta diagnosis meningitis dapat segera ditegakkan. Biakan
dari bagian tubuh lainnya seperti aspirasi cairan selulitis atau abses, usapan dari
kotoran mata yang purulen, sekret di umbilikus, dan luka sebaiknya dilakukan
pula, mengingat mikroorganisme pada bahan tersebut mungkin sesuai dengan
penyebab meningitis. Pada bayi usia 1 bulan jumlah leukosit berkisar antara 0-5
sel/mL, banyak kasus pada neonatus ditemukan peningkatan jumlah leukosit
dengan polymorphonuclear (PMN) leukosit lebih dominan. Kultur darah pada
meningitis bakterial mempunyai nilai positif pada 85% kasus neonatus.
Pemeriksaan radiologis yaitu foto dada, foto kepala, bila mungkin CT scan.

Penatalaksanaan

a. Meningitis bakterial :
Meningitis pada bayi dan anak dengan sistem imun yang baik, untuk :
S.pneumonia, M.meningitidis dan H.influenza

Cephalosporin generasi III: Cefotaksim 200mg/kgBB/24jam dibagi


4 dosis atau
Ceftriakson 100mg/kgBB/24jam dosis tunggal atau
Ceftriakson 50mg/kgBB/12 jam
Kombinasi dengan Vankomycin 60mg/kgBB/hari dalam 4 dosis.
Lama terapi antibiotik

34
S.pneumonia sensitif penisilin: dengan cephalosporin generasi III
atau penicillin IV dosis 300.000 U/kg/24jam dalam 4-6 dosis
selama 10-14 hari,
Jika resisten: Vankomycin
N.meningitidis: Penicillin IV u/ 5-7 hari
H.influenza type B tanpa komplikasi:7-10 hari

b. Meningitis tuberkulosa :
OAT PO atau parenteral
- Multi drug treatment dengan OAT (INH, Rifampisin, Pirazinamid)
- Bila berat dapat + Etambutol/ Streptomycin
- Pengobatan minimal 9 bulan
OAT
INH
Bakteriosid & bakteriostatik
Dosis 10-20mg/kgBB/hari max. 300mg/hari PO
Komplikasi : Neuropati perifer, dpt dicegah dg Piridoksin 25-
50mg/hari
INH + Rifampisin : Hepatotoksik
Rifampisin
- Bakteriostatik
- Dosis 10-20mg/kgBB/hari PO AC
- Menyebabkan urin merah
- Efek samping : Hepatitis, kelainan GIT, trombositopenia
Pirazinamid
- Bakteriostatik
- Dosis 20-40mg/kgBB/hari PO atau
- 50-70 mg/kgBB/minggu dibagi dalam 2-3 dosis PO selama 2 bulan

35
Etambutol
- Bakteriostatik
- Dosis 15-25mg/kgBB/hari PO atau
- 50mg/kgBB/minggu dibagi dalam 2 dosis PO
- Efek samping : Neuritis optika, atrofi optik

o Rehabilitasi: Fisioterapi & penanganan lanjut bila ada komplikasi


o Diet : Tinggi Kalori Tinggi Protein
o Konsultasi dokter spesialis saraf
o Konsultasi bedah saraf (bila ada hidrosefalus)

c. Meningitis Virus
Istirahat dan pengobatan simptomatis. Likuor serebrospinalis yang
dikeluarkan untuk keperluan diagnosis dapat mengurangi gejala nyeri
kepala.

36
Pengobatan simptomatis
Menghentikan kejang :
Diazepam 0,2-0,5 mg/KgBB/dosis IV atau 0,4-0,6
mg/KgBB/dosis rektal suppositoria, kemudian dilanjutkan
dengan :
Phenytoin 5 mg/KgBB/hari IV/PO dibagi dalam 3 dosis atau
Phenobarbital 5-7 mg/Kg/hari IM/PO dibagi dalam 3 dosis

Menurunkan panas :
Antipiretika : Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen
5-10 mg/KgBB/dosis PO diberikan 3-4 kali sehari
Kompres air hangat/biasa

Pengobatan suportif
Cairan intravena
Oksigen. Usahakan agar konsentrasi O2 berkisar antara 30-
50%.

37
BAB III

ANALISIS KASUS

Pada laporan ini pasien laki-laki usia 15 tahun yang dibawa keluarganya ke
IGD RSUD Raden Mattaher rujukan dari Rumah Sakit Muara Bulian dengan
keluhan tidak sadarkan diri 2 hari SMRS dengan keluhan penurunan kesadaran.
5 hari SMRS pasien mengalami demam tinggi kemudian pasien sempat berobat
ke puskesmas terdekat kemudian diberikan obat penurun panas. Namun selama 3
hari minum obat keadaan demam pasien turun. Kemudian 1 hari sebelum masuk
rumah sakit, demamnya kembali meningkat. Pasien mengeluh sakit kepala, kepala
terasa berdenyut dan sakitnya terus-terusan. Pasien juga mengeluh kedua kakinya
sakit dan makin lama membuat pasien sulit untuk berdiri sendiri. BAB normal,
BAK normal. batuk lama (-), batuk darah (-) riwayat kejang ketika pasien
berumur 1 tahun. Pasien tidak memiliki riwayat trauma kepala, riwayat
hipertensi, diabetes mellitus disangkal, TBC disangkal. Dari informasi tersebut
dapat diambil kesimpulan bahwa penurunan kesadaran dapat disebabkan oleh
proses intrakranial tetapi bukan yang bersifat neurovaskuler dan proses
ekstrakranial (metabolik) dapat dieksklusi tetapi harus dikonfirmasi dahulu
dengan pemeriksaan fisik maupun laboratorium. Pasien juga mengalami gejala-
gejala lain seperti demam yang tinggi, mual, Muntah, nyeri kepala. Gejala-gejala
tersebut memberikan dugaan kuat diagnosis ke arah proses intrakranial.
Pada pemeriksaan fisik umum, kesadaran pasien menurun dengan GCS
E2M2V2, tekanan darah 110/70 mmHg dan tanda vital lain dalam batas normal,
akral hangat, tidak ditemukan ikterik pada sclera, serta thoraks dan abdomen
dalam batas normal. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan tanda rangsang
meningeal berupa kaku kuduk dan Kernig sign serta pada sistem motorik . Refleks
fisiologis dalam batas normal dan tidak ditemukan adanya refleks patologis. Hasil
pemeriksaan fisik mengkonfirmasi diagnosis banding yang telah disusun dari hasil
anamnesis yaitu penurunan kesadaran yang disebabkan oleh proses intrakranial

38
berupa inflamasi pada pada meningen (ditemukan tanda rangsang meningeal) dan
parenkim otak (penurunan kesadaran).
Meningitis adalah infeksi atau inflamasi yang terjadi pada selaput otak
(meningens) yang terdiri dari piamater, arachnoid, dan duramater yang disebabkan
oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan
kronis. Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri (meningokokus, H. influenzae,
S. pneumoniae, Stafilokokus, Streptokokus, E. Coli, M. Tuberkulosa), virus
(Enterovirus, Virus Herpes Simpleks tipe I (HSV-I), Virus Varisela-zoster), jamur
dan parasit (toksoplasma, amoeba).
Pada pasien ini pemeriksaan penunjang laboratorium menunjukkan
leukositosis (12,8x103/mm3), kadar elektrolit natrium yang menurun (128,51
mmol/L) klorida yang menurun (94,33mmol/L ), Faal hati SGOT 64 U/L dan
SGPT 73 U/L serta Kreatinin 0,6 mg/dl.
Pada pasien ini pengobatan yang diberikan berupa cairan rumatan NaCl
0,9% 20 tts sekaligus untuk mengoreksi hiponatremia dan hipokloremia,
antibiotik Ceftriaxone injeksi 2 x 2 gram (iv) sebagai terapi antimikroba empiris,
inj. Metronidazol 3x500mg mengatasi kuman anaerob, Omeprazol injeksi 1 x 1
mg (iv) mencegah stress ulcer dan dexamethason 3 x 2 ampul (iv) untuk
mencegah terjadinya inflamasi .
Prognosis tergantung dari virulensi virus dan variabel-variabel terkait
dengan status kesehatan pasien, seperti usia yang ekstrim, status imunitas, dan
gangguan neurologis yang sudah ada sebelumnya. Hasil yang buruk dapat
diantisipasi pada bayi berusia kurang dari 1 tahun dan orang dewasa yang lebih
dari 55 tahun.

39
DAFTAR PUSTAKA

1. Harris, S. 2004. Penatalaksanaan Pada Kesadaran Menurun dalam Updates


in Neuroemergencies. FKUI. Jakarta. Hal.1-7.
2. George D dkk .2009.Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit
Saraf.EGC:Jakarata.hal:37-54.
3. Balentine, J. Encephalitis and Meningitis. 2010. Available in :
www.emedicine.com.
4. Caroline. MENING\ITIS TBC. FK TRISAKTI.JAKARTA: 2010
5. Lazoff M, Hemphill RR, Pritz T. 2001. Encephalitis. (Online).
http://emedicine.medscape.com/article/791896-overview.
6. A. Sihotang F.MENINGITIS. RSUD A Wahab Sjahranie.Samarinda:
2011.

40

Anda mungkin juga menyukai