PENDAHULUAN
Meningitis adalah suatu peradangan yang mengenai satu atau semua lapisan
selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang
menimbulkan eksudasi (keluarnya cairan) berupa pus (nanah) atau serosa.
Meningitis biasanya disebabkan oleh infeksi infeksi virus, infeksi bakteri,
jamur, dan parasit, juga bisa dari berbagai penyebab non-infeksius, seperti karena
obat-obatan misalnya atau bisa juga penyebaran ke meninges (malignant
meningitis).
Virus yang dapat menyebabkan meningitis termasuk enterovirus, virus tipe 2
(dan kurang umum tipe 1), varicella zoster virus (dikenal sebagai penyebab cacar
air dan ruam saraf), virus gondok, HIV, dan LCMV. Pemeriksaan yang sangat
penting apabila penderita telah diduga meningitis adalah pemeriksaan lumbal
pungsi (pemeriksaan cairan selaput otak).
Jika berdasarkan pemeriksaan penderita didiagnosa sebagai meningitis,
maka pemberian antibiotik secara infuse (intravenous) adalah langkah yang baik
untuk kesembuhan serta mengurangi atau menghindari resiko komplikasi.
Antibiotik yang diberikan kepada penderita tergantung dari jenis bakteri yang
ditemukan. Adapun beberapa antibiotik yang sering diresepkan oleh dokter pada
kasus meningitis yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae dan
Neisseria meningitidis antara lain Cephalosporin (ceftriaxone atau cefotaxime).
Sedangkan meningitis yang disebabkan oleh bakteri Listeria monocytogenes akan
diberikan Ampicillin, Vancomycin dan Carbapenem (meropenem),
Chloramphenicol atau Ceftriaxone. Terapi lainnya adalah yang mengarah kepada
gejala yang timbul, misalnya sakit kepala dan demam (paracetamol), shock dan
kejang (diazepam) dan lain sebagainya.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
Datar Masalah
No Masalah Aktif Tanggal
1. Penurunan Kesadaran 01 Agustus 2016
No Masalah Pasif Tanggal
1. Kaku kuduk 01 Agustus 2016
2. Sulit menggerakkan kedua kaki 01 Agustus 2016
2
Kronologis: Pasien di bawa oleh keluarga ke Rumah Sakit Umum Raden
Mattaher jambi rujukan dari Rumah Sakit Muara Bulian dengan keluhan
tidak sadarkan diri 2 hari SMRS.
5 hari SMRS pasien mengalami demam tinggi kemudian pasien sempat
berobat ke puskesmas terdekat kemudian diberikan obat penurun panas.
Namun selama 3 hari minum obat keadaan demam pasien turun. Kemudian
1 hari sebelum masuk rumah sakit, demamnya kembali meningkat. Pasien
mengeluh sakit kepala, kepala terasa berdenyut dan sakitnya terus-terusan.
Pasien juga mengeluh kedua kakinya sakit dan makin lama membuat pasien
sulit untuk berdiri sendiri. BAB normal, BAK normal. batuk lama (-), batuk
darah (-) riwayat kejang ketika pasien berumur 1 tahun.
Gejala penyerta : kedua kakinya sakit dan makin lama membuat pasien sulit
untuk berdiri sendiri
Faktor memperberat: (-)
Faktor memperigan : (-)
3
5. Riwayat social, ekonomi, pribadi
Pasien merupakan anak ke- 2 dari 2 bersaudara. Pasien belum menikah
dan tidak bekerja. Pasien berobat menggunakan Jamkesda dari
Pemerintah Batanghari.
2. Status Internus
Kepala : Mata : CA-/-, SI -/-,
Pupil : isokor, refleks cahaya (+)
Leher :Kelenjar thyroid tidak membesar, KGB tidak membesar,
tidak ada deviasi trakhea
Dada : Simetris, tidak ada retraksi
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tampak pada SIC V, 2 jari medial
LMC sinistra
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V, 2 jari medial
LMC sinistra, tidak kuat angkat
Perkusi : Batas kiri atas SIC II LPS sinistra
Batas kiri bawah SIC V LMC sinistra
Batas kanan atas SIC II LPS dextra
Batas kanan bawah SIC IV LPS dextra
4
Auskultasi : BJ I/II reguler, bising(-), gallop (-), murmur(-)
Paru :
Inspeksi : simetris, retraksi (-/-), ketinggalan gerak (-/-)
Palpasi : simetris kanan = kiri
Perkusi : Paru kanan sonor = paru kiri
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan
whezzing (-/-), Ronkhi (-/-)
Perut : Inspeksi : datar, luka operasi (-), darm contur (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), tak teraba massa, hepar lien
tidak teraba
Perkusi : tymphani di seluruh lapang abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) N
Alat kelamin : tidak diperiksa
Ekstremitas : akral hangat, simetris, edema (-/-)
3. Status Psikitus
Cara berpikir : Sulit dinilai
Perasaan hati : Sulit dinilai
Tingkah laku : Sulit dinilai
Ingatan : Sulit dinilai
Kecerdasan : Sulit dinilai
4. Status neurologikus
a. Kepala
Bentuk : Normochepal
Nyeri tekan : (-)
Simetri : (+)
Pulsasi : (-)
5
b. Leher
Sikap : Lurus
Pergerakan :-
Kaku kuduk : (+)
N. II (Optikus)
Visus Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Lapangan penglihatan Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Melihat warna Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Fundus Okuli Sulit Dinilai Sulit Dinilai
N. III (Okulomotorius)
Sela mata Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Ptosis Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Pergerakan bola mata: Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Strabismus Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Nistagmus Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Eksoftalmus Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Pupil; besarnya 3 mm 3 mm
Bentuknya bulat isokor bulat isokor
Reflek thd sinar + +
Reflek konsensual - -
Reflek konvergensi - -
Melihat kembar Sulit Dinilai Sulit Dinilai
6
N. IV (Troklearis)
Pergerakan bola mata
(kebawah keluar) Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Sikap bulbus Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Melihat kembar Sulit Dinilai Sulit Dinilai
N. V (Trigeminus)
Membuka mulut Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Mengunyah Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Menggigit Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Reflek kornea Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Sensibilitas wajah Sulit Dinilai Sulit Dinilai
N. VI (Abdusen)
Pergerakan bola mata
(lateral): Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Sikap bulbus Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Melihat kembar Sulit Dinilai Sulit Dinilai
N. VII (Fascialis)
Mengerutkan Dahi Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Menutup mata Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Memperlihatkan gigi Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Bersiul Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Perasaan lidah (depan) Sulit Dinilai Sulit Dinilai
N. VIII (Vestibulo-cochlearis)
Detik arloji Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Suara berbisik Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Test Weber Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Test Rinne Sulit Dinilai Sulit Dinilai
7
N. IX (Glosofaringeus)
Perasaan Lidah (blkg) Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Sensibilitas faring Sulit Dinilai Sulit Dinilai
N. X (Vagus)
Arkus faring simetris simetris
N. XI (Accesorius)
Memalingkan kepala Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Mengangkat bahu Sulit Dinilai Sulit Dinilai
N. XII (Hipoglosus)
Pergerakan lidah Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Tremor lidah Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Atropi papil Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Artikulasi Sulit dinilai Sulit dinilai
Disatria Sulit Dinilai Sulit Dinilai
8
Sensibilitas
Taktil Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Nyeri Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Thermi Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Diskriminan Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Lokalis Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Reflek
Reflek kulit perut atas Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Reflek kulit perut tengah Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Reflek kulit perut bawah Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Reflek kremaster Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Sensibilitas
Taktil Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Nyeri Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Thermi Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Diskriminan Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Lokalis Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Refleks
Biseps (+) (+)
Triseps (+) (+)
Radius (+) (+)
9
Ulna (+) (+)
Hoffman-Tromner (-) (-)
Sensibilitas
Taktil Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Nyeri Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Thermi Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Diskriminan Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Lokalis Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Refleks
Patella (+) (+)
Achilles (+) (+)
Babinsky (-) (-)
Chaddock (-) (-)
Rosolimo (-) (-)
Mendel-Bechtrew (-) (-)
Schaefer (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Klonus paha (-) (-)
Klonus kaki (-) (-)
Test Laseque (-) (-)
Test Kernig (+) (+)
Test Leg 1 (-) (-)
10
Test Leg 2 (-) (-)
Test Patrick- kontra Patrick Tidak dilakukan Tidak dilakukan
f. Gerakan Abnormal
Tremor : (-)
Atetosis : (-)
Miokloni : (-)
Khorea : (-)
Rigiditas : (-)
g. Alat Vegetatif
Miksi : Terpasang kateter
Defekasi : Normal
h. Test Tambahan
Test Nafziger : (-)
Test Valsava : (-)
11
- HGB : 11,8 g/dl (11.0-16.0)
- HCT : 31,8 % (36.0-48.0)
- PLT : 229 103/mm3 (150-400)
- PCT : 0.21 % (0.10-0.28)
- GDS : 133 mg/dl
b. Kimia Darah (29 Juli 2016)
Faal Ginjal
- Ureum : 33,5 mg/dl (15-39)
- Kreatinin : 0,6 mg/dl (0.9-1.3)
c. Pemeriksaan Elektrolit (29 Juli 2016)
Natrium : 128,51 mmol/L (135-148)
Kalium : 4.23 mmol/L (3.5-5.3)
Chlorida : 94,33 mmol/L (98-110)
Calsium : 1,15 mmol/L (1.19-1.23)
d. Faal Hati (05 Agustus 2016
- Bilirubin total : 0,6 mg/dl (<1,0)
- Bilirubin direk : 0,5 mg/dl (<0,2)
- Bilirubin indirek : 0,1 mg/dl
- Protein total : 6,6 g/dl (6,4-8,4)
- Albumin : 3,8 g/dl (3,5-5,0)
- Globulin : 2,8 g/dl (3,0-3,6)
- SGOT : 64 U/L (<40)
- SGPT : 73 U/L (<41)
e. Pemeriksaan Elektrolit (06 Agustus 2016)
- Natrium : 133,18 mmol/L (135-148)
- Kalium : 5.08 mmol/L (3.5-5.3)
- Chlorida : 90,70 mmol/L (98-110)
- Calsium : 1,08 mmol/L (1.19-1.23)
12
2.4 RINGKASAN
S : Pasien di bawa oleh keluarga ke Rumah Sakit Umum Raden Mattaher
jambi rujukan dari Rumah Sakit Muara Bulian dengan keluhan tidak
sadarkan diri 2 hari SMRS.
5 hari SMRS pasien mengalami demam tinggi kemudian pasien sempat
berobat ke puskesmas terdekat kemudian diberikan obat penurun panas.
Namun selama 3 hari minum obat keadaan demam pasien turun. Kemudian
1 hari sebelum masuk rumah sakit, demamnya kembali meningkat. Pasien
mengeluh sakit kepala, kepala terasa berdenyut dan sakitnya terus-terusan.
Pasien juga mengeluh kedua kakinya sakit dan makin lama membuat pasien
sulit untuk berdiri sendiri. BAB normal, BAK normal. batuk lama (-), batuk
darah (-) riwayat kejang ketika pasien berumur 1 tahun.
A:
Diagnosa Klinis : Penurunan Kesadaran e.c sus meningitis
Diagnosa Topis : Meningen,Parenkim Otak
Diagnosa Etiologi : Infeksi Bakterialis
Tx :
Medikamentosa:
O2 10 L/menit
Pasang NGT dan kateter
IVFD RL 20 gtt/menit dan diganti dengan Nacl 0.9% 20 gtt/menit
Inj. omeprazole 1x1 mg
13
Inj. Ceftriaxone 2x2gr
Inj. PCT 3x500 mg T >37,5
inj.Metronidazol 3x500mg
inj. Dexamethason 3x2 amp
Anjuran :
Lumbal Punksi
Mx :
Pantau tanda-tanda vital
Keseimbangan elektrolit dijaga
Pemeriksaan gula darah
2.5 PROGNOSIS
- Quo ad vitam : dubia ad Malam
- Quo ad fungsionam : dubia ad malam
- Quo ad sanam : dubia ad malam
14
P : Medikamentosa:
O2 10 L/menit
Pasang NGT dan kateter
IVFD RL 20 gtt/menit dan diganti dengan Nacl 0.9% 20 gtt/menit
Inj. omeprazole 1x1 mg
Inj. Ceftriaxone 2x2gr
Inj. PCT 3x500 mg T >37,5
inj.Metronidazol 3x500mg
inj. Dexamethason 3x2 amp
Anjuran:
- Lumbal punksi
15
Anjuran:
- Lumbal punksi
16
P : Medikamentosa:
O2 3 L/menit
Pasang NGT dan kateter
IVFD Nacl 0.9% 20 gtt/menit
Inj. omeprazole 1x1 mg
Inj. Ceftriaxone 2x2gr
Inj. PCT 3x500 mg T >37,5
inj.Metronidazol 3x500mg
inj. Dexamethason 3x2 amp
Anjuran:
- Lumbal punksi
17
Anjuran:
- Lumbal punksi
18
A : Susp. Meningitis
P : Medikamentosa:
O2 3 L/menit
Pasang NGT dan kateter
IVFD Nacl 0.9% 20 gtt/menit
Inj. omeprazole 1x1 mg
Inj. Ceftriaxone 2x2gr
Inj. PCT 3x500 mg T >37,5
inj.Metronidazol 3x500mg
inj. Dexamethason 3x2 amp
Anjuran:
- Lumbal punksi
8. Rawat hari ke-VIII (08 Agustus 2016)
S : kontak mata (+) bicara (+) gerakan alat anggota gerak atas (+)
O : GCS:12 E:4 M:5 V: 3
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,8oC
Respirasi : 24x/menit
A : Susp. Meningitis
P : Medikamentosa:
O2 3 L/menit
Pasang NGT dan kateter
IVFD Nacl 0.9% 20 gtt/menit
Inj. omeprazole 1x1 mg
Inj. Ceftriaxone 2x2gr
Inj. PCT 3x500 mg T >37,5
inj.Metronidazol 3x500mg
inj. Dexamethason 3x2 amp
Anjuran:
- Lumbal punksi
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
20
Gambar 2 Anatomi lapisan meningea kranium
21
LCS (Liquor Cerebro Spinal) berada pada rongga-rongga otak
(ventrikel) di dalam ruang subarakhnoid, diproduksi oleh plexus khoroid.
Pada sumsum tulang berada di kanalis sentralis & ruang subarakhnoid. Sifat
bening, alkali, tekanan 60 140 mm air. Berfungsi sebagai buffer, bantalan
fisik, nutrisi jaringan syaraf. Pemeriksaan LCS dilakukan dengan punksi
Lumbal (VL 1-2) dan punksi fontanel.
22
Stupor atau sopor lebih rendah daripada somnolen. Mata tertutup dengan
rangsang nyeri atau suara keras baru membuka mata atau bersuara satu-dua
kata. Motorik hanya berupa gerakan mengelak terhadap rangsang nyeri.
23
Verbal:
V1 tidak menimbulkan respon verbal dengan rangsang nyeri (none)
V2 respon mengerang dengan rangsang nyeri (sounds)
V3 respon kata dengan rangsang nyeri (words)
V4 bicara dengan kalimat tetapi disorientasi waktu dan tempat (confused)
V5 bicara dengan kalimat dengan orientasi baik (orientated)
1. Gangguan iskemik
2. Gangguan metabolik
3. Intoksikasi
4. Infeksi sistemis
5. Hipertermia
6. Epilepsi
24
Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal tapi disertai kaku kuduk
1. Perdarahan subarakhnoid
3. Radang otak
1. Tumor otak
2. Perdarahan otak
3. Infark otak
4. Abses otak
25
isi (kualitas, awareness, alertness) kesadaran. Adanya lesi yang dapat
mengganggu interaksi ARAS dengan korteks serebri, apakah lesi supratentorial,
subtentorial dan metabolik akan mengakibatkan menurunnya kesadaran.
2.3 MENINGITIS
Definisi
Meningitis adalah infeksi atau inflamasi yang terjadi pada selaput otak
(meningens) yang terdiri dari piamater, arachnoid, dan duramater yang disebabkan
oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan
kronis.
Etiologi
Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit.
1. Meningitis bakterial :
a. Bakteri non spesifik : meningokokus, H. influenzae, S.
pneumoniae, Stafilokokus, Streptokokus, E. coli.
b. Bakteri spesifik : M. tuberkulosa.
26
2. Meningitis virus : Enterovirus, Virus Herpes Simpleks tipe I (HSV-
I), Virus Varisela-zoster (VVZ).
3. Meningitis karena jamur.
4. Meningitis karena parasit, seperti toksoplasma, amoeba.
Klasifikasi
Meningitis berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak sebagai berikut :
1. Meningitis purulenta
Radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi otak dan medulla
spinalis. Penyebabnya adalah bakteri non spesifik, berjalan secara
hematogen dari sumber infeksi (tonsilitis, pneumonia, endokarditis, dll.)
2. Meningitis serosa
Radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang
jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa.
Penyebab lain seperti lues, virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia.
27
Patogenesis
a. Meningitis bakteri
Meningitis bakteri merupakan salah satu infeksi serius pada anak-anak.
Infeksi ini berhubungan dengan komplikasi dan risiko kematian.
Etiologi dari meningitis bakterial pada neonatus yaitu pada periode 0
28 hari. Bakteri menyebabkan meningitis pada neonatus apabila terpapar
dengan flora pada gastrointestinal dan genitourinarius ibu. Contohnya:
streptococcus, E. coli, klebsiella. E.coli merupakan penyebab kedua
tersering pada meningitis neonatus.
Kebanyakan kasus meningitis akibat dari penyebaran hematogen yang
masuk melalui celah subarachnoid. Mikroorganisme masuk ke cerebral
nervous system melalui 2 jalur potensial. Bakteri masuk kedalam kavitas
intrakranial melalui sirkulasi darah atau berasal dari infeksi primer pada
nasofaring, sinus, telinga tengah, sistem kardiopulmonal, trauma atau
kelainan kongenital daripada tulang tengkorak. Frekuensi terbanyak
berasal dari sinusitis. Organisme juga dapat menginvasi meningens dari
telinga tengah. Meningitis yang diikuti terjadinya otitis media merupakan
proses bakteriemia, walaupun bukan kongenital atau adanya posttraumatic
fistula pada tulang temporal yang mensuplai akses ke CSS.
b. Meningitis Virus
Pada umumnya virus masuk melalui sistem limfatik, melalui saluran
pencernaan disebabkan oleh Enterovirus, pada membran mukosa
disebabkan oleh campak, rubella, virus varisela-zoster (VVZ), Virus
herpes simpleks (VHS), atau dengan penyebaran hematogen melalui
gigitan serangga. Pada tempat tersebut, virus melakukan multiplikasi
dalam aliran darah yang disebut fase ekstraneural, pada keadaan ini febris
sistemik sering terjadi. Propagasi virus sekunder terjadi jika menyebar dan
28
multiplikasi dalam organ-organ. VHS mencapai otak dengan penyebaran
langsung melalui akson-akson neuron.
Kerusakan neurologis disebabkan oleh ; (1) Invasi langsung dan
perusakan jaringan saraf oleh virus yang bermultiplikasi aktif. (2) Reaksi
hospes terhadap antigen virus secara langsung, sedangkan respons jaringan
hospes mengakibatkan demielinasi dan penghancuran vascular serta
perivaskuler.
Pada pemotongan jaringan otak biasanya dapat ditemukan kongesti
meningeal dan infiltrasi mononukleus, manset limfosit dan sel-sel plasma
perivaskuler, beberapa nekrosis jaringan perivaskuler dengan penguraian
myelin, gangguan saraf pada berbagai stadium termasuk pada akhirnya
neuronofagia dan proliferasi atau nekrosis jaringan. Tingkat demielinisasi
yang mencolok pada pemeliharaan neuron dan akson, terutama dianggap
menggambarkan ensefalitis pascainfeksi atau alergi.
Manifestasi Klinis
29
2. Tanda-tanda peningkatan TIK dikesankan oleh adanya muntah, nyeri
kepala dapat menjalar ke tengkuk dan punggung, moaning cry, kejang
umum, fokal, twitching, UUB menonjol, paresis, paralisis saraf N.III
(okulomotorius) dan N.VI (abdusens), strabismus, hipertensi dengan
bradikardia, apnea dan hiperventilasi, sikap dekortikasi atau deserebrasi,
stopor, koma. Selain tersebut diatas, hal lain yang juga meningkatkkan
TIK dikarenakan :
Peningkatan protein pada CSS :
Karena adanya peningkatan permeabilitas pada sawar otak (Blood
Brain Barier) dan masuknya cairan yang mengandung albumin ke
subdural.
30
Penurunan kadar glukosa dalam LCS :
Karena adanya gangguan transpor glukosa yang disebabkan adanya
peradangan pada selaput otak dan pemakaian gula oleh jaringan otak
Peningkatan metabolisme yang menyebabkan terjadinya asidosis
laktat.
Kaku kuduk
Brudzinsky 1 & 2
Kernig sign
Sakit pada leher dan punggung
Posisi hiperekstensi pada leher & punggung
Kelainan N.II, III, VI, VII, VIII
31
32
Diagnosa
Diagnosa meningitis tergantung dari organisme penyebab yang terisolasi
dari darah, CSS, urin dan cairan tubuh lainnya. Namun terutama berdasar pada
pemeriksaan kultur dari cairan serebrospinal. Lumbal punksi dilakukan pada
setiap anak dengan kecurigaan terjadinya sepsis.
Hasil lumbal pungsi, ditemukan hitung leukosit > 1.000/mm3.
Kekeruhan CSS terlihat leukosit pada CSS melampaui 200 400/mm3. Normal
pada neonatus hanya 30 leukosit/mm3. Sedangkan pada anak-anak < 5
leukosit/mm.
Pada CSS dilakukan pemeriksaan terhadap adanya bakteri, jumlah sel,
protein dan glukosa level. Pada pemeriksaan bakteri dapat ditemukan cairan jernih
dengan beberapa sel mengandung banyak bakteri, yaitu sekitar 80% pada bayi
dengan diagnosa meningitis. Jumlah sel dalam CSS > 60/l dan yang terbanyak
adalah sel neutrofil. Konsentrasi protein yang meningkat dan penurunan glukosa
juga dapat ditemukan. Kadar protein normal pada neonatus dapat mencapai 150
mg/dl, terutama pada bayi prematur. Pada meningitis kadar proteinnya dapat
mencapai beberapa ratus sampai beberapa ribu mg/dl. Kadar glukosanya kurang
dari 40 mg/dl dan 50% lebih rendah dari glukosa darah yang waktu pengambilan
darahnya bersamaan dengan pengambilan likuor.
33
Skema Meningitis
Bakteri Virus TBC
Warna Keruh Jernih Jernih
Sel PMN Limfosit Limfosit
Protein Ringan Tinggi
Glukosa Normal
Penatalaksanaan
a. Meningitis bakterial :
Meningitis pada bayi dan anak dengan sistem imun yang baik, untuk :
S.pneumonia, M.meningitidis dan H.influenza
34
S.pneumonia sensitif penisilin: dengan cephalosporin generasi III
atau penicillin IV dosis 300.000 U/kg/24jam dalam 4-6 dosis
selama 10-14 hari,
Jika resisten: Vankomycin
N.meningitidis: Penicillin IV u/ 5-7 hari
H.influenza type B tanpa komplikasi:7-10 hari
b. Meningitis tuberkulosa :
OAT PO atau parenteral
- Multi drug treatment dengan OAT (INH, Rifampisin, Pirazinamid)
- Bila berat dapat + Etambutol/ Streptomycin
- Pengobatan minimal 9 bulan
OAT
INH
Bakteriosid & bakteriostatik
Dosis 10-20mg/kgBB/hari max. 300mg/hari PO
Komplikasi : Neuropati perifer, dpt dicegah dg Piridoksin 25-
50mg/hari
INH + Rifampisin : Hepatotoksik
Rifampisin
- Bakteriostatik
- Dosis 10-20mg/kgBB/hari PO AC
- Menyebabkan urin merah
- Efek samping : Hepatitis, kelainan GIT, trombositopenia
Pirazinamid
- Bakteriostatik
- Dosis 20-40mg/kgBB/hari PO atau
- 50-70 mg/kgBB/minggu dibagi dalam 2-3 dosis PO selama 2 bulan
35
Etambutol
- Bakteriostatik
- Dosis 15-25mg/kgBB/hari PO atau
- 50mg/kgBB/minggu dibagi dalam 2 dosis PO
- Efek samping : Neuritis optika, atrofi optik
c. Meningitis Virus
Istirahat dan pengobatan simptomatis. Likuor serebrospinalis yang
dikeluarkan untuk keperluan diagnosis dapat mengurangi gejala nyeri
kepala.
36
Pengobatan simptomatis
Menghentikan kejang :
Diazepam 0,2-0,5 mg/KgBB/dosis IV atau 0,4-0,6
mg/KgBB/dosis rektal suppositoria, kemudian dilanjutkan
dengan :
Phenytoin 5 mg/KgBB/hari IV/PO dibagi dalam 3 dosis atau
Phenobarbital 5-7 mg/Kg/hari IM/PO dibagi dalam 3 dosis
Menurunkan panas :
Antipiretika : Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen
5-10 mg/KgBB/dosis PO diberikan 3-4 kali sehari
Kompres air hangat/biasa
Pengobatan suportif
Cairan intravena
Oksigen. Usahakan agar konsentrasi O2 berkisar antara 30-
50%.
37
BAB III
ANALISIS KASUS
Pada laporan ini pasien laki-laki usia 15 tahun yang dibawa keluarganya ke
IGD RSUD Raden Mattaher rujukan dari Rumah Sakit Muara Bulian dengan
keluhan tidak sadarkan diri 2 hari SMRS dengan keluhan penurunan kesadaran.
5 hari SMRS pasien mengalami demam tinggi kemudian pasien sempat berobat
ke puskesmas terdekat kemudian diberikan obat penurun panas. Namun selama 3
hari minum obat keadaan demam pasien turun. Kemudian 1 hari sebelum masuk
rumah sakit, demamnya kembali meningkat. Pasien mengeluh sakit kepala, kepala
terasa berdenyut dan sakitnya terus-terusan. Pasien juga mengeluh kedua kakinya
sakit dan makin lama membuat pasien sulit untuk berdiri sendiri. BAB normal,
BAK normal. batuk lama (-), batuk darah (-) riwayat kejang ketika pasien
berumur 1 tahun. Pasien tidak memiliki riwayat trauma kepala, riwayat
hipertensi, diabetes mellitus disangkal, TBC disangkal. Dari informasi tersebut
dapat diambil kesimpulan bahwa penurunan kesadaran dapat disebabkan oleh
proses intrakranial tetapi bukan yang bersifat neurovaskuler dan proses
ekstrakranial (metabolik) dapat dieksklusi tetapi harus dikonfirmasi dahulu
dengan pemeriksaan fisik maupun laboratorium. Pasien juga mengalami gejala-
gejala lain seperti demam yang tinggi, mual, Muntah, nyeri kepala. Gejala-gejala
tersebut memberikan dugaan kuat diagnosis ke arah proses intrakranial.
Pada pemeriksaan fisik umum, kesadaran pasien menurun dengan GCS
E2M2V2, tekanan darah 110/70 mmHg dan tanda vital lain dalam batas normal,
akral hangat, tidak ditemukan ikterik pada sclera, serta thoraks dan abdomen
dalam batas normal. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan tanda rangsang
meningeal berupa kaku kuduk dan Kernig sign serta pada sistem motorik . Refleks
fisiologis dalam batas normal dan tidak ditemukan adanya refleks patologis. Hasil
pemeriksaan fisik mengkonfirmasi diagnosis banding yang telah disusun dari hasil
anamnesis yaitu penurunan kesadaran yang disebabkan oleh proses intrakranial
38
berupa inflamasi pada pada meningen (ditemukan tanda rangsang meningeal) dan
parenkim otak (penurunan kesadaran).
Meningitis adalah infeksi atau inflamasi yang terjadi pada selaput otak
(meningens) yang terdiri dari piamater, arachnoid, dan duramater yang disebabkan
oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan
kronis. Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri (meningokokus, H. influenzae,
S. pneumoniae, Stafilokokus, Streptokokus, E. Coli, M. Tuberkulosa), virus
(Enterovirus, Virus Herpes Simpleks tipe I (HSV-I), Virus Varisela-zoster), jamur
dan parasit (toksoplasma, amoeba).
Pada pasien ini pemeriksaan penunjang laboratorium menunjukkan
leukositosis (12,8x103/mm3), kadar elektrolit natrium yang menurun (128,51
mmol/L) klorida yang menurun (94,33mmol/L ), Faal hati SGOT 64 U/L dan
SGPT 73 U/L serta Kreatinin 0,6 mg/dl.
Pada pasien ini pengobatan yang diberikan berupa cairan rumatan NaCl
0,9% 20 tts sekaligus untuk mengoreksi hiponatremia dan hipokloremia,
antibiotik Ceftriaxone injeksi 2 x 2 gram (iv) sebagai terapi antimikroba empiris,
inj. Metronidazol 3x500mg mengatasi kuman anaerob, Omeprazol injeksi 1 x 1
mg (iv) mencegah stress ulcer dan dexamethason 3 x 2 ampul (iv) untuk
mencegah terjadinya inflamasi .
Prognosis tergantung dari virulensi virus dan variabel-variabel terkait
dengan status kesehatan pasien, seperti usia yang ekstrim, status imunitas, dan
gangguan neurologis yang sudah ada sebelumnya. Hasil yang buruk dapat
diantisipasi pada bayi berusia kurang dari 1 tahun dan orang dewasa yang lebih
dari 55 tahun.
39
DAFTAR PUSTAKA
40