Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ADIBURROHMAN PUTRA W

NIM : 16710251

Sirkulasi jantung:

Menetapkan batas-batas jantung:


1. Batas kiri jantung Kita melakukan perkusi dari arah lateral ke medial. Perubahan antara
bunyi sonor dari paru-paru ke redup relatif kita tetapkan sebagai batas jantung kiri. Dengan
cara tersebut kita akan dapatkan tempat iktus, yaitu normal pada ruang interkostale V kiri
agak ke medial dari linea midklavikularis sinistra, dan agak di atas batas paru-hepar. Ini
merupakan batas kiri bawah dari jantung.
Batas jantung sebelah kiri yang terletak di sebelah cranial iktus,pada ruang interkostal II
letaknya lebih dekat ke sternum daripada letak iktus cordis ke sternum, kurang lebih di
linea parasternalis kiri. Tempat ini sering disebut dengan pinggang jantung. Sedangkan
batas kiri atas dari jantung adalah ruang interkostal II kiri di linea parasternalis kiri.

2. Batas kanan jantung. Perkusi juga dilakukan dari arah lateral ke medial. Disini agak sulit
menentukan batas jantung karena letaknya agak jauh dari dinding depan thorak. Batas
bawah kanan jantung adalah di sekitar ruang interkostal IIIIV kanan,di line parasternalis
kanan. Sedangkan batas atasnya di ruang interkostal II kanan linea parasternalis kanan.
Perkusi jantung mempunyai arti pada dua macam penyakit jantung yaitu efusi pericardium
dan aneurisma aorta.Kita ketahui bahwa pada emfisema daerah redup jantung mengecil,
tapi pada aneurisma aorta daerah redup jantung meluas sampai ke sebelah kanan sternum
sekitar ruang interkostal II. Suara perkusi pada sternumpun menjadi redup. Pada efusi
pericardium daerah redup jantung meluas terutama bagian bawahnya sehingga bentuknya
menyerupai bentuk jambu

Derajat bising jantung:


1. Derajat 1/6: Bising yang sangat lemah, dan hanya dapat terdengar oleh pemeriksa yang
berpengalaman di ruangan yang tenang
2. Derajat 2/6: Bising yang lemah tetapi mudah terdengar, dengan penjalaran minimal
3. Derajat 3/6: Bising yang kersa, tetapi tidak disertai getaran bising, penjalaran sedang
4. Derajat 4/6: Bising yang keras dan disertai getaran bising, penjalarannya luas
5. Derajat 5/6: Bising yang sangat keras, yag teta[ terdengar bila stetoskop ditempelkan
sebagian saja pada dinding dada, penjalarannya luas
6. Derajat 6/6: bising yang paling keras, tetap terdengar meskipun stetoskop diangkat dari
dinding dada, penjalarannya sangat luas

Gagal Jantung:
Diuretik
Diuretik direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan tanda klinis atau gejala kongesti
(kelas rekomendasi I, tingkatan bukit B).Tujuan dari pemberian diuretik adalah untuk mencapai
status euvolemia (kering dan hangat) dengan dosis yang serendah mungkin, yaitu harus diatur
sesuai kebutuhan pasien, untuk menghindari dehidrasi atau resistensi.
Cara pemberian diuretik pada gagal jantung:
Pada saat inisiasi pemberian diuretik periksa fungsi ginjal dan serum elektrolit
Dianjurkan untuk memberikan diuretik pada saat perut kosong

Sebagain besar pasien mendapat terapi diuretik loop dibandingkan tiazid karena
efisiensi diuresis dan natriuresis lebih tinggi pada diuretik loop. Kombinasi keduanya
dapat diberikan untuk mengatasi keadaan edema yang resisten Tabel 13 Dosis diuretik
yang biasa digunakan pada pasien gagal

Dosis diuretik
Mulai dengan dosis kecil dan tingkatkan sampai perbaikan gejala dan tanda kongesti

Dosis harus disesuaikan, terutama setelah tercapai berat badan kering (tanpa retensi
cairan),untuk mencegah risiko gangguan ginjal dan dehidrasi. Tujuan terapi adalah
mempertahankan berat badan kering dengan dosis diuretik minimal
Pada pasien rawat jalan, edukasi diberikan agar pasien dapat mengatur dosis diuretik
sesuai kebutuhan berdasarkan pengukuran berat badan harian dan tanda-tanda klinis
dari retensi cairan

Vasodilator
DIGOKSIN
Pada pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrial, digoksin dapat digunakan untuk
memperlambat laju ventrikel yang cepat, walaupun obat lain (seperti penyekat beta) lebih
diutamakan. Pada pasien gagal jantung simtomatik, fraksi ejeksi ventrikel kiri 40 % dengan
irama sinus, digoksin dapat mengurangi gejala, menurunkan angka perawatan rumah sakit
karena perburukan gagal jantung,tetapi tidak mempunyai efek terhadap angkakelangsungan
hidup.
Cara pemberian digoksin pada gagal jantung Inisiasi pemberian digoksin
Dosis awal: 0,25 mg, 1 x/hari pada pasien dengan fungsi ginjal normal. Pada pasien usia
lanjut dan gangguan fungsi ginjal dosis diturunkan menjadi 0,125 atau 0,0625 mg, 1 x/hari
Periksa kadar digoksin dalam plasma segera saat terapi kronik. Kadar terapi digoksin harus
antara 0,6 - 1,2 ng/mL
Beberapa obat dapat menaikan kadar digoksin dalam darah (amiodaron, diltiazem, verapamil,
kuinidin)
Efek tidak mengutungkan yang dapat timbul akibat pemberian digoksin:
Blok sinoatrial dan blok AV
Aritmia atrial dan ventrikular, terutama pada pasien hipokalemia
Tanda keracunan digoksin: mual, muntah, anoreksia dan gangguan melihat warna

Anda mungkin juga menyukai