Lirih, pedih, mengiris hati siapapun yang masih punya nurani.
Dan engkau tetap berdiri tegar di sana,
menjaganya, melindunginya memberinya sebuah asa di antara waktu yang tersisa. Secercah mimpi di balik sebuah bencana, yang bisa jadi, bisa jadi akan mengubah hidupnya selamanya.
Mungkin memang baru sekali ini ia mengenalmu
dalam segala kesederhanaanmu, dirimu yang sering kali malu-malu. Bahkan bagi mereka, engkau cuma si bisu yang takkan kuasa buat orang termangu.
Namun, kini kaubuktikan padaku, padanya, pada mereka
Bahwa yang (terlihat) bisu belum tentu tak punya daya Yang (terlihat) dingin dan kaku belum tentu tak punya rasa Karena justru dalam bisumu engkau terdengar lantang Dalam dinginmu engkau buatnya tenang
Terima kasih teramat untukmu,
Dariku yang olehmu separuh nyawanya kembali bersatu Setelah nyala api yang melahap habis pencakar langit itu.