Anda di halaman 1dari 1

Langkahnya yang tertatih,

menyusurimu sembari merintih.


Lirih, pedih,
mengiris hati siapapun yang masih punya nurani.

Dan engkau tetap berdiri tegar di sana,


menjaganya, melindunginya
memberinya sebuah asa di antara waktu yang tersisa.
Secercah mimpi di balik sebuah bencana,
yang bisa jadi, bisa jadi
akan mengubah hidupnya selamanya.

Mungkin memang baru sekali ini ia mengenalmu


dalam segala kesederhanaanmu,
dirimu yang sering kali malu-malu.
Bahkan bagi mereka, engkau cuma si bisu
yang takkan kuasa buat orang termangu.

Namun, kini kaubuktikan padaku, padanya, pada mereka


Bahwa yang (terlihat) bisu belum tentu tak punya daya
Yang (terlihat) dingin dan kaku belum tentu tak punya rasa
Karena justru dalam bisumu engkau terdengar lantang
Dalam dinginmu engkau buatnya tenang

Terima kasih teramat untukmu,


Dariku yang olehmu separuh nyawanya kembali bersatu
Setelah nyala api yang melahap habis pencakar langit itu.

Anda mungkin juga menyukai