Anda di halaman 1dari 8

Dampak Culturstelsel (Tanam Paksa) Bagi Masyarakat Indonesia dari Tahun 1830-1870

Oleh
Wulan Sondarika
Dosen Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Galuh Ciamis
Email: wulansondarika@ymail.com

ABSTRAK
Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kehidupan
masyarakat pada masa sistem tanam paksa dan tanaman wajib apa saja yang harus ditanam.
Metode yang digunakan adalah metode historis yaitu metode yang digunakan untuk
mendeskripsikan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Hasil penelitian ini adalah bahwa
Cultuurstelsel disebut juga sebagai Sistem Tanam Paksa, ini adalah peraturan yang
dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch pada tahun 1830. Motif utama
sistem tanam paksa (culturstelsel) pada tahun 1830 adalah karena kesulitan finansial yang
dihadapi pemerintah Belanda sebagai akibaat perag Jawa tahun 1825-1830. Ciri utama dari
pelaksanaan sistem tanam paksa adalah keharusan bagi rakyat untuk membayar pajak dalam
bentuk pajak in natura, yaitu dalam bentuk hasil-hasil pertanian mereka. Dampak
Culturstelsel dalam tanaman dibagi menjadi dua, diantaranya tanaman musiman dan
tanaman tahunan. Tanaman musiman meliputi; gula, nila dan tembakau sedangkan tanaman
tahunan meliputi; lada, kopi, teh dan karet. Selain dampak terhadap tanaman, terdapat juga
dampak terhadap rakyat diantaranya penduduk desa wajib bekerja untuk kepentingan
kolonial maupun untuk kepala-kepala dan para pejabat.

Kata kunci: Dampak Culturstelsel, Tanam Paksa, Masyarakat Indonesia

PENDAHULUAN Jawa tahun 1825-1830 di Indonesia di


Cultuurstelsel yang oleh sejarawan negeri Belanda sehingga Gubernur Jendral
Indonesia disebut sebagai Sistem Tanam Van Den Bosch mendapat izin khusus
Paksa, adalah peraturan yang dikeluarkan melaksanakan sistem tanam paksa
oleh Gubernur Jenderal Johannes van den (culturstelsel) dengan tujuan utama mengisi
Bosch pada tahun 1830 yang mewajibkan kas pemerintahan Belanda yang kosong
setiap desa menyisihkan sebagian tanahnya atau menutup defisit anggaran pemerintah
(20%) untuk ditanami komoditi ekspor, Belanda.
khususnya kopi, tebu, dan tarum. Hasil Pada tahun 1829 Van den Bosch
tanaman ini akan dijual kepada pemerintah dikirim ke Indonesia dan membuat sebuah
kolonial dengan harga yang sudah peraturan yang mewajibkan kepada rakyat
dipastikan dan hasil panen diserahkan untuk menyerahkan landrento bukan
kepada pemerintah kolonial. Penduduk desa dalam bentuk uang melainkan dalam bentuk
yang tidak memiliki tanah harus bekerja 75 tenaga kerja tertentu untuk menanam
hari dalam setahun (20%) pada kebun- tanaan-tanaman ekspor yang laku di Eropa.
kebun milik pemerintah yang menjadi Selain itu, setiap desa harus menyisihkan
semacam pajak. sebagian tanahnya 20% untuk ditanami
Motif utama sistem tanam paksa komoditi ekspor khususnya kopi, tebu dan
(culturstelsel) pata tahun 1830 adalah nila. Hasil tanaman ini akan dijual kepada
karena kesulitan financial yang dihadapi pemerintah kolonial dengan harga yang
pemerintah Belanda sebagai akibaat perag sudah dipastikan dan hasil panen

Dampak Culturstelsel (Tanam Paksa) Bagi Masyarakat Indonesia Dari Tahun 1830-1870 59
diserahkan kepada pemerintah kolonial melebihi pekerjaan yang diperlukan
dengan harga yang sudah dipastikan dan untuk menanam padi.
hasil panen diserahkan kepada pemerintah d) Bagian dari tanah yang disediakan untuk
kolonial. Dengan cara itu, maka desa akan menanam tanaman dagangan dibebaskan
dapat membayar hutang pajak tanahnya dari dari pembayaran pajak tanah
hasil panen desa tersebut. Jika hasil e) Tanaman dagangan yang dihasilkan di
penjualan panen tersebut lebih banyak dari tanah-tanah yang disediakan wajib
pajak tanah yang harus dibayar, maka desa diserahkan kepada pemerintah Hindia
tersebut akan menerima kelebihannya. Belanda, jika nilai-nilai hasil tanaman
Akan tetapi jika kurang, desa tersebut dagangan yang ditaksir itu melebihi
masih harus membayar kekurangannya pajak tanah yang harus dibayar rakyat,
tersebut dari sumber-sumber lain. Penduduk maka selisih positifnya harus diserahkan
desa yang tidak memiliki tanah harus kepada rakyat.
bekerja 75 hari dalam setahun 20% pada f) Apabila terjadi gagal panen pada
kebun-kebun milik pemerintah yang tanaman dagang harus dibebankan
menjadi semacam pajak. (Wasino, 2008: 3). kepada pemerintah, hal tersebut berlaku
Pada dasarnya sistem tanam paksa apabila kegagalan tersebut tidak
yang pada zaman Belanda terkenal dengan disebabkan oleh kekuranganrajinan atau
nama Clturstelsel, berarti pemulihan sistem ketekunanpada pihak rakyat.
eksploitasi berupa penyerahan-penyerahan g) Dalam mengerjakan tanah-tanah untuk
wajib yang pernah dipraktikkan oleh VOC penanaman tanaman dagang, penduduk
dahulu. desa diawasi oleh para pemimpin desa
Ciri utama dari pelaksanaan sistem mereka, sedangkan pegawai-pegawai
tanam paksa adalah keharusan bagi rakyat Eropa hanya akan membatasi diri pada
untuk membayar pajak dalam bentuk pajak pengawasan apakah pembajakan tanah,
in natura, yaitu dalam bentuk hasil-hasil panen dan pengangkutan tanaman-
pertanian mereka. Ketentuan-ketentuan tanaman berjalan dengan baik dan tepat
sistem tanam paksa, terdapat dalam pada waktunya. (Aman. 2007)
Staatblad (lembaran negara) tahun 1834
No. 22, lebih kurang 4 tahun setelah METODE PENELITIAN
pelaksanaan system taman paksa. Dalam melakukan penelitian, penulis
Ketentuan pokok system tanam paksa, menggunakan Metode Sejarah atau historis
antara lain: yaitu sebuah metode yang digunakan untuk
a) persetujuan-persetujuan akan diadakan mendeskripsikan peristiwa-peristiwa yang
dengan penduduk hal mana mereka telah terjadi di masa lalu.
menyediakan sebagian dari tanahnya Adapun langkah-langkah dalam
untuk menanam tanaman dagang yang metode historis adalah:
dapat dijual dipasaran Eropa. 1. Heuristik, yaitu merupakan tahap awal
b) Bagian dari tanah pertanian yang dalam memproses, mencari dan
disediakan penduduk untuk tujuan mengumpulkan bahan-bahan informasi
tersebut tidak diperbolehkan melebihi yang diperlukan serta berhubungan
seperlima dari tanah pertanian yang dengan masalah yang akan dibahas,
dimiliki penduduk desa. sehingga memperoleh sumber yang
c) Pekerjaan yang diperlukan untuk relevan dengan pokok permasalahan.
menanam tanaman dagangan tidak boleh 2. Kritik, merupakan penilaian secara kritis
terhadap data dan fakta sejarah atau
60 Dampak Culturstelsel (Tanam Paksa) Bagi Masyarakat Indonesia Dari Tahun 1830-1870
bukti sejarah. Apakah bukti sejarah itu 5. Tanaman dagangan yang dihasilkan
benar atau tidak, hal ini dilakukan untuk ditanah-tanah yang disediadakan wajib
memperoleh sumber sejarah yan diserahkan kepada pemerintah Hindia
mempunyai kadar validasi yang tinggi Belanda jika nilai hasil-hasil tanaman
dengan jalan mempelajari dan dagangan yang ditaksir itu melebihi
membandingkan sumber-sumber sejarah pajak tanah yang harus dibayar rakyat,
yang satu dengan yang lain. selisih positifnya harus diserahkan
3. Interpretasi, fekta sejarah yang telah kepada rahyat.
terwujud belumlah secara langsug dapat 6. Panen tanaman dagangan yang gagal
digunakan untuk menyusun cerita harus dibebankan kepada pemerintah,
sejarah dengan fakta yang lain kelihatan sedikit-sedikitnya jika kegagalan ini
sebagai suatu rangkaian yang tidak disebabkan oleh kurang rajin atau
menunjukkan adanya kesesuaian dengan ketekunan dari pihak rakyat.
menafsirkan atau menyimpukan. 7. Penduduk desa mengerjakan tanah-tanah
4. Historiografi, setelah melakulan tahapan mereka dibawah pengawasan kepala-
diatas, maka tahap akhir dari penulisan kepala mereka, sedangkan pegawai-
sejarah adalah menyusun dalam bentuk pegawai Eropa hanya membatasi diri
uraian khusus yaitu dalam wujud laporan pada pengawasan apakah membajak
hasil penelitian dan penulisan cerita tanah, panen dan pengangkutan
sejarah. (Ismaun, 1984: 94). tanaman-tanaman berjalan dengan baik
dan tepat pada waktunya. (Marwati dan
HASIL DAN PEMBAHASAN Nugroho, 2008)
Proses Pelaksanaan Culturstelel di Jawa Menurut ketentuan dalam Lembaran
Ketentuan-ketentuan pokok sistem Negara tahn 1834 No. 22, setiap
tanam paksa yang tertera dalam Stadsblad persetujuan yang diadakan pemerintah
(lembaran negara) tahun 1834 No. 22 Hindia Belanda dengan rakyat mengenai
beberapa tahun setelah tanam paksa mulai pemakaian sebagian tanah pertanian mereka
dijalankan di Pulau Jawa, berbunyi sebagai untuk penanaman tanaman dagangan harus
berikut: didasarkan atas kerelaan dari pihak rakyat
1. Persetujuan-persetujuan akan diadakan tanpa didorong oleh unsur paksaan atau
dengan penduduk agar mereka unsur ketakutan. Akan tetapi, dalam
menyediakan sebagian tanah milik kenyataannya ternyata seluruh pelaksanaan
mereka untuk penanaman tanaman sistem tanam paksa di dasarkan atas unsur
dagangan yang dapat dijual dipasar paksaan. Jelaslah kiranya bahwasannya
Eropa. dalam hal ini pemerintah kolonial
2. Bagian tanah pertanian yang disediakan menyalahgunakan kekuasaan tradisional
penduduk untuk tujuan ini tidak boleh dari para bupati dan kepala-kepala desa
melebihi seperlima tanah pertanian yang untuk memaksa rakyat agar mereka
dimiliki penduduk desa. menyerahkan sebagian tanah mereka untuk
3. Pekerjaan yang diperlukan untuk tujuan sistem tanam paksa.
menanam tanaman dagangan tidak boleh Tanah yang dipergunakan untuk
melebihi pekerjaan yang diperlukan kepentigan tanam paksa sebenarnya tidak
untuk menanam padi. pernah mencakup seluruh tanah pertanian
4. Bagian tanah yang disediakan untuk yang ada di Jawa. Paling luas pada tahun
menanam tanaman dagangan dibebaskan 1845 hanya menempati sekitar 5% dari
dari pembayaran pajak tanah. seluruh tanah pertanian dan seperlima dari
Dampak Culturstelsel (Tanam Paksa) Bagi Masyarakat Indonesia Dari Tahun 1830-1870 61
persawahan yang ada. Sekalipun areal yang
digunakan relatif terbatas, namun sistem Menjelang tahun 1940-an industri
tanam paksa mempengaruhi seluruh gula sudah mulai terpusat di wilayah-
karakter sistem administrasi kolonial. wilayah yang kelak menjadi pusat industri
Jenis tanam paksa ekspor dan luas gula pada abad selanjutnya. Industri gula
tanah inilah yang banyak menyedot tenaga kerja
dari rakyat karena persentase lahan yang
Jenis tanam ekspor Luas tanah ditanami tebu sering melampaui jumlah
Gula 32,722 bahu maksimun yang diizinkan. Pemberian upah
Indigo (nila) 22,141 bahu kepada para petani tidak selalu sejajar
Teh 324 bahu dengan panen karena terjadi korupsi dari
Tembakau 268 bahu para pegawainya. Para petani dan pekerja
Kayu manis 30 bahu Jawa mendapt sekedar imbalan untuk kerja
kapas 5 bahu keras dalam menghasilkan dan mengangkat
(Anne Booth. William J.O Malley, Anna tebu ke pabrik-pabrik. (Daliman, 2001)
Weidemann (ed), 1988).
Penanaman Indigo
Penanaman Tebu Tanaman indigo merupakan salah
Penanaman tebu lebih dominan satu tanaman yang menggunakan sistem
dilakukan di daerah-daerah pantai utara rotasi dengan tanaman utama yaitu padi.
Jawa yang baik, seperti di Karesidenan Sebelm dimulai penanaman, para petani
Cirebon, Pekalongan, Tegal, Semarang, harus membongkar jaringan pematang dan
Jepara, Surabaya dan Pasuruan. Ini saluran yang lazimnya digunakan untuk
dikarenakan dalam menanam tebu penanaman padi setelah panen tanaman
diperlukan tanah persawahan yang baik, ekspor. Untuk tanaman indigo, harus
karena tanaman tebu memerlukan irigasi digarap oleh beberapa desa secara bersama-
yang baik. sama.
Pelaksaan tanaman tebu di berbagai Dalam penanaman indigo para petani
daerah tersebut berbeda-beda, tetapi tidak hanya diwajibkan tanaman dan
tetap dengan patokan-patokan yang merawat tanaman, tetapi juga wajib
diterapkan oleh Batavia. Ini berarti mengambil hasil panen (3-4 kali setahun),
bahwa petani-petani di Jawa diatur oleh mengangkut daun nila ke pabrik kemudian
pemerintah untuk menanami beberapa mengerjakan pengolahan nila dalam proses
persen dari tanah mereka denngan tebu. tidak sedap hingga menghasilkan
Mereka lalu wajib menyetor panen tebu lempengan bahan pewarna indigo.
ke penggilingan di wilayah mereka, Pemberian upah di dasarkan pada
dengan imbalan yang bergantung pada banyaknya bahan pewarna yang dihasilkan
jumlah dan mutu panen yang disetor. dari nila yang diserahkan para petani.
Pabrik penggilingan tebu tersebut (Daliman. 2001)
kemudian menjadi hasil panen dalam
bentuk gula kepada perusahaan dagang Penanaman kopi
pemerintah yaitu Nederladsche Handel Kopi merupakan barang dagangan
Maatschappij. Perusahaan ini bertang- yang sangat menguntungkan dari sistem
gung jawab atas pengiriman gula ke tanam paksa. Berbeda dengan tebu, kopi
negeri Belanda untuk di lelang. biasanya tidak ditanam pada lahan
pertanian biasa, melainkan digabug dengan
62 Dampak Culturstelsel (Tanam Paksa) Bagi Masyarakat Indonesia Dari Tahun 1830-1870
tanaman bahan makanan. Tetapi karena kepulauan Ambon dan Pala di kepulauan
kebijakan dari pemerintah Belanda tersebut, Banda. Sistem tanam paksa di kepulauan
petani seringkalai harus menempuh jarak Maluku ini baru dihapuskan pada tahun
agak jauh untuk menanam kopi, 1860. Dengan demikian, ,eskipun secara
merawatnya dan memanen kopi. umum dikatakan bahwa sistem tanam paksa
Pengolahan biji kopi ini hanya mencakup berlangsung dari tahun 1830-1870, tetapi
penjemuran dan pembersihan biji-biji kopi dalam praktek yang sesungguhnya bahwa
setelah dipetik, yang dilakukan oleh para ssitem tersebut telah berlangsung jauh
petani. sebelum tahun 1830 dan berakhir secara
Kopi merupakan tanaman ekspor total pada awal abad ke-20.
utama di pulau Jawa. Nilai ekspor kopi Untuk pembudidayaan kopi, lahan-
dibawah sistem tanam paksa jauh lebih lahan yang dimanfaatkan adalah tanah
tinggi yang mencapai 80% keuntungan kalekeran, yaitu suatu tanah milik distrik
dibandingkan nilai ekspor gula. yang kosong dan tidak digarap oleh
Keuntungan pemerintah penduduk karena letaknya yang cukup jauh
Tahun kopi Gula Indigo dari tempat tinggal mereka. Dalam hal lain
1840-1844 40.227.637 8.217.907 7.835.77 upah yang diberikan juga tidak mencukupi
1845-1849 24.549.042 4.136.060 7.726.362
untuk kebutuhan mereka. Setiap pikol
(Daliman. 2001) pemerintah Belanda hanya membayar f10,
Dengan demikian, bagi pemerintah padahal setiap keluarga hanya dapat
Belanda keuntungan paling besar datangnya menghasilkan satu pikol belum lagi dengan
dari kopi. Antara tahun 1840-1849 aja adanya kecurangan-kecurangan yang
mereka memperoleh sekitar f 65 juta dari dijalankan oleh para petugas lapangan
penjualan komoditi yang paling banyak di dalam mennimbang kopi. Dalam hal lain,
produksi itu. Sedangkan dalam jangka penduduk juga dibebani oleh biaya
waktu yang sama indigo hanya membawa pengangkutan, dimana pengangkutan kopi
keuntungan besar f15 juta. Keuntungan ke gudang-gudang pemerintah yang berada
yang demikian besar dari kopi disebabkan di wilayah pantai cukup jauh, padahal
harga jualnya memang tinggi, tetapi harga mereka harus dengan memikulnya. Baru
belinya sangat rendah. sejak tahun 1851 pmerintah membuka
gudang-gudang di daerah pegunungan,
Proses Pelaksanaan Culturstelsel di luar sehingga pekerjaan penduduk menjadi lebih
Jawa ringan. Sedanngkan pengangkutan dari
Selain di Jawa, Culturstelsel juga gudang-gudang pegu-nungan ke gudang-
dijalankan diluar pulau Jawa meskipun gudang didaerah pantai dilakukan oleh para
dalam skala yang tidak sebanding dengan di pekerja yan diberi upah. Semenjak tahun
pulau Jawa. Sejak tahun 1822 di Minahasa 1820 hingga tahun 1840 di Minangkabau
telah dilaksanakan Culturstelsel untuk kopi telah di budidaya secara perorangan
menanam kopi. Sementara di Sumatera sebelum diberlakukannya Culturstelsel.
Barat pada tahun 1847 pasca Perang Padri, Sebagaimana halnya di Minahasa di
juga diselenggarakan Culturstelsel untuk Minangkabau juga penanaman kopi
tanaman kopi, sedangkan di Madura juga dilakukan di daerah-daerah pegunungan.
dijalankan Culturstelsel untuk tanaman Lahan-lahan yang dipakai juga dalam
tembakau. Disamping itu di Maluku juga kategori lahan tidur yang kurang produktif
sistem ini dijalankan bahkan sejak masa untuk pertanian lain. Karena sebagian besar
VOC, yakni untuk tanaman cengkeh di kopi ditanam di daerah-daerah pegunungan
Dampak Culturstelsel (Tanam Paksa) Bagi Masyarakat Indonesia Dari Tahun 1830-1870 63
terutama lahan-lahan yang berada dalam b. Munculnya penyakit daun yang me-
kawasan hutan, maka kopi Minangkabau nghingapi pohon-pohon kopi sehingga
lebih sering dikenal sebagai kopi hutan. menyebabkan gagal panen
Seperti halnya di Minahasa, di c. Perang Aceh yang berlangsung relatif
Minangkabau juga penduduk di bebani lama sehingga banyak menguras
dengan kerja tanpa upah untuk membangun perhatian pemerintah Belanda untuk
sarana-sarana terutama jalan-jalan dan menanganinya, sementara budidaya kopi
jembatan untuk keperluan pengangkutan menjadi kurang diperhatikan.
kopi dari daerah pegunungan ke Padang. d. Cara-cara pengelolaan yang kurang baik
Sementara para pemimpin tradisional yang karena terbiasa dengan pola budidaya
bertugas menggerakkan penduduk adalah perseorangan yang telah berlangsung
para penghulu, sehingga dengan ikatan sebelum sistem tanam paksa diterapkan.
tradisioanal tersebut penduduk patuh pada (Aman. 2007).
atasannya. (Wasino. 2008)
Sistem tanam paksa di Sumatera Dampak Culturstelsel bagi rakyat
Barat mengalami kesuksesan yan cukup Jika kita melihat dampak tanam paksa
besar karena beberapa faktor diantaranya yang dijalankan oleh Van Den Bosch, maka
adalah: pihak Belandalah yang mendapatkan
a. Harga kopi yang tetapkan yaitu sekitar f dampak keuntungan dari dilaksanakannya
7 per pikul sehingga membantu me- sistem ini. Sedangkan yang diterima oleh
ningkatkan produksi kopi pada awal bangsa Indonesia sendiri hanya semakin
tahun-tahun pelaksanaan sistem tanam merosotnya kesejahteraan hidup. Namun
paksa. dari sekian banyak dampak negatif, masih
b. Tersedianya tenaga kerja yanng cukup terdapat dampak positif yang dirasakan oleh
banyak yang dapat dikerahkan untuk bangsa Indonesia.
keperluan penerapan budidaya tanam Dampak negatif dari pelaksanaan tana
kopi tersebut. paksa:
c. Adanya tradisi dagang yang telah a. Waktu yang dibutuhkan dalam peng-
tertanam dan menjiwai masyarakat garapan budidaya tanaman ekspor se-
Mnangkabau yang menyebabkan orang ringkali mengganggu kegiatan
terdorong untuk menjalankan pekerjaan penanaman padi. Persiapan lahan untuk
yang menghasilkan uang. tanaman kopi biasanya berbenturan
dengan penanaman padi.
Pada tahun 1864 pelaksanaan sistem b. Penggarapan tanaman ekspor seperti
tanam paksa mencapai puncaknya yaitu tebu membutuhkan air yang sangat besar
meningkat dari 58.000 pikul (3,5 juta kg) sehingga memberatkan petani.
sampai 173.000 pikul (10,5 juta kg) c. Budidaya tebu dan nila menggunakan
setahun. Tapi dalam satu dasawarsa setelah sebagian besar tanah sawah petani yan
mencapai puncak ini produksi kopi baik dan bernilai paling tinggi.
menurun drastis dan pemerintah tidak d. Pelaksanaan sistem tanam paksa ini
mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini melipatgandakan kebutuhan akan hewan
disebabkan oleh beberapa faktor: terak petani, tidak hanya untuk pekerjaan
a. Berkurangnya lahan pertanian yang di ladang tetapi juga sebagai alat angkut
cocok untuk ditanami tanaman kopi hasil tanaman ekspor menuju pabrik atau
pelabuhan.

64 Dampak Culturstelsel (Tanam Paksa) Bagi Masyarakat Indonesia Dari Tahun 1830-1870
e. Timbulnya bahaya kelaparan dan wabah pemerinah kolonial maupun untuk ke-
penyakit dimana-mana sehingga angka pentingan pejabat-pejabat dan kepala-
kematian meningkat drastis. Bahaya kepala sendiri. Hal yang terakhir ini
kelaparan menimbulkan korban jiwa dilakukan dalam bentuk kerja rodi, baik
yang sangat mengerikan di daerah untuk pemerintahan kolonialmaupun untuk
Cirebon (1843). Demak (1849), dan kepala-kepala melakukan pekerjaan wajib,
Grobongan (1850). Kejadian ini seperti menanam, memotong, dan
mengakibatkan jumlah penduduk mengangkut dan bekerja di pabrik-pabrik
menurun drastis. Di sampng itu, juga itu sendiri. (Marwati Djoened
terjadi penyakit busung lapar Poesponegoro, 2008: 363).
(hongorudim) dimana-mana. (Ricklefs
M.C, 2008), PENUTUP
Kesimpulan
Dampak positif dari pelaksanaan Dari penulisan awal hingga akhir,
sistem tanam paksa: maka penulis dapat menarik kesimpulan
a. Rakyat Indonesia mengenal beragai sebagai berikut:
teknik menanam jenis-jenis tanaman 1) Yang menjadi latar belakang atau motif
baru uatama pelaksanaan cuturstelsel adalah
b. Meningkatkan jumlah uang yang beredar dikarenakan pada tahun 1830 pemerin-
di pedesaan, sehingga memberikan tahan Belanda hampir bangkrut yang
rangsangan bagi tumbuhnya diakibatkan dari perang jawa (Perang
perdagangan. Diponegoro 1825-1830) di Indonesia
c. Munculnya tenaga kerja yang ahli dalam dan perang Belgia (1830-1831) di negeri
kegiatan non pertanian yang terkait Belanda sehingga Gubernur Jendral Van
dengan perkebunan dan pepabrikan di den Bosch mendapat izin khusus
pedesaan. melaksanakan sistem tanam paksa
d. Penyempurnaan fasilitas yang digunakan dengan tujuan utamanya yaitu untuk
dalam proses tanam paksa, seperti jalan, mengisi kas pemerintahan Belanda yang
jembatan, penyempurnaan fasilitas kosong, Gubernur Jendral Van den
pelabuhan dan pabrik dan gudang untuk Bosch membuat peraturan yang
hasil budidayanya. (Ricklefs M.C, mewajibkan rakyat untuk menyerahkan
2008), landrento. Selain itu, setiap desa harus
menyisihkan sebagian tanahnya (20%)
Terdapat dampak lain bahwasannya untuk ditanami komoditi ekspor
para pemilik sawah diharuskan diataranya kopi, tebu, nila khususnya di
menyerahkan sebagian dari sawah- daerah-daerah pegunungan yang masih
sawahnya untuk menanam tebu menurut kosong. Dalam sistem tanam paksa asas
suatu skema rotasi tertentu dengan yang diterapkan di daerah Parahyangan
penanaman padi. Selain itu penduduk desa direncanakan untuk diterapkan diseluruh
juga diharuskan melakukan pekerjaan wajib pulau Jawa.
seperti menanam, memotong, mengangkat
tebu ke pabrik-pabrik gula. 2) Proses Pelaksanaan Culturstelel di Jawa
Pekerjaan-pekerjaan wajib ini meru- dan di luar pulau Jawa
pakan beban berat dari penduduk desa. Ciri utama sistem tanam paksa
Kadang-kadang seluruh penduduk desa yang diperkenalkan oleh Van den Bosch
dikerahkan bekerja untuk kepentingan adalah keharusan bagi rakyat di Jawa
Dampak Culturstelsel (Tanam Paksa) Bagi Masyarakat Indonesia Dari Tahun 1830-1870 65
untuk membayar pajak mereka dalam Saran
bentuk barang, yaitu hasil-hasil pertanian Hasil tulisan ini diharapkan dapat
mereka. Sistem tanam paksa mewajibkan memberikan motivasi untuk para insan
para petani di Jawa dan di luar puau pembaca dan khususnya untuk para
Jawa untuk menanam tanaman-tanaman generasi muda terutama mahasiswa dengan
dagangan untuk di ekspor ke pasar dunia mengambil pelajaran dari sistem
diantaranya; kopi, tebu dan indigo. culturstesel, sehingga pada akhirnya dapat
Penanaman tebu lebih dominan menumbuhkan rasa Nasionalisme yang
dilakukan di daerah-daerah pantai utara tinggi dan dapat mempertahankan
Jawa yang baik, seperti di Karesidenan kehormatan bangsa.
Cirebon, Pekalongan, Tegal, Semarang,
Jepara, Surabaya dan Pasuruan.selain DAFTAR PUSTAKA
tanaman tebu, terdapat pula tanaman Aman. 2007. Sejarah Indonesia abad ke-19
wajib lain yatu tanaman Indigo. Dalam Penarapan dan Dampak Sistem
penanaman indigo para petani tidak Tanam Paksa 1870. Yogyakarta:
hanya diwajibkan menanam dan Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas
merawat tanaman, tetapi juga wajib Ilmu Sosial dan Ekonomi UNY.
mengambil hasil panen, mengangkut Anne Booth. William J.O Malley, Anna
daun nila ke pabrik kemudian Weidemann (ed). 1988. Sejarah
mengerjakan pengolahan sehingga Ekonomi Indonesia. Jakarta:
menghasilkan lempengan bahan pewarna LP3ES
indigo. Selanjutnya tanaman wajib Daliman. 2001. Sistem Politik Kolonial Dan
adalah kopi. Kopi biasanya tidak Administrasi Pemerintahan Hindia
ditanam pada lahan pertanian biasa, Belanda. Yogyakarta: fakultas
melainkan digabung dengan tanaman ilmu sosial UNY.
bahan makanan. Pengoahan biji kopi Marwati Djoened poesponegoro dan
hanya mencakup penjemuran dan Nugroho Notosusanto, (2008),
pembersihan biji-biji. Sejarah Nasional Indonesia IV,
3) Dampak Culturstelsel bagi rakyat jakarta, balai Pustaka.
Dalam menganalisis dampak Ricklefs M.C, (2008), Sejarah Indonesia
culturstelsel ini terdapat perbedaan Modern 1200-2008, Jakarta, PT.
antara tanaman musiman dan tanaman Serambi Ilmu Semesta.
tahunan. Selain itu juga pekerjaan wajib Wasino. 2008. Berjuang Menjadi
merupakan beban berat bagi penduduk Wirausahawan: Sejarah Kehidupan
desa. Biasanya seluruh penduduk desa Kapitalis Bumi Putra Indonesia.
dikerahkan bekerja untuk kepentingan Semarang: UNNES PRESS.
pemerintah kolonial maupun untuk
kepentingan pejabat-pejabat dan kepala-
kepala sendiri. Terutama dilakukan
dalam bentuk pekerjaan rodi, baik untuk
pemerintahan kolonial maupun untuk
kepala-kepala melakukan pekerjaan
wajib, seperti menanam, memotong,
mengangkut tebu ke pabrik-pabrik gula,
dan bekerja di pabrik-pabrik itu sendiri.

66 Dampak Culturstelsel (Tanam Paksa) Bagi Masyarakat Indonesia Dari Tahun 1830-1870

Anda mungkin juga menyukai