Anda di halaman 1dari 32

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Hakikat Hasil Belajar Ditinjau dari Penilaian Formatif

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua

lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata belajar

merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut

ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka lakukan

setiap waktu sesuai dengan keinginan. Entah malam hari, siang hari,

sore hari, atau pagi hari.

James O. Whittaker, misalnya, merumuskan belajar

sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui

latihan atau pengalaman.1 Berdasarkan kutipan dia atas bahwa

bealajra merupakan suatu proses aktif seseorang dalam membangun

sebuah pengetahuan yang baru dari sebuah pengalaman. Cronbach

berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a

result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang

ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

1
Syaiful Bahri Djamarah..Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta., 2008. hlm. 12
pengalaman.2 Belajar merupakan suatu cara untuk mengubah tingkah

laku anak dalam berpikir lebih aktif dari sebuah pengalaman yang

pernah didapat. Howard L. Kingskey, mengatakan bahwa,

learning is the process by which behavior (in the broader


sense) is originated or changed through practice or
training. Belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam
arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau
latihan. Sedangkan Geoch merumuskan learning is change is
performance as a result of practice.3

Sedangkan menurut pendapat dari Howard L. Kingskey

bahwa belajar merupakan proses dimana siswa harus banyak

melakukan latihan ataupun prktek agar bisa memiliki pengetahuan

yang baru dan bisa mengembangkan kemampuan yang dia punya.

Drs. Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar.

Menurutnya belajar adalah,

suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk


memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.4

Berdasarkan pendapat Drs. Slameto belajar adalah suatu

proses yang dilakukan oleh siswa untuk memperoleh sebuah

perubahan dalam berinteraksi dalam lingkungan secara

keseluruhan agar bisa mengubah tingkah lakunya. Sudjana

berpendapat belajar adalah,

suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada


diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan
2
Ibid.
3
Ibid
4
Ibid.hlm.13
pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-
aspek yang ada pada individu yang belajar.5
Berdasarkan pendapat dari Sudjana dapat kita artikan

bahwa belajar merupakan proses aktif siswa dalam membangun

pengetahuan yang baru atas dasar pengalamannya sendiri ataupun

pengetahuan yang sudah dimilikinya. Pengalaman ataupun

pengetahuan yang sudah didapat oleh siswa dalam belajar

kemudian diproses dan diinterpretasikan dalam format yang baru.

Menurut John Dewey ,

belajar merupakan bagian interaksi manusia dengan


lingkungannya. Sedangka menurut John Dewey bahwa
belajar adalah suatu bagian interaksi dalam lingkungan baik
sekolah maupun lingkungan sosial.

Dari pendapat John Dewey dapat kita simpulkan

bahwa belajar merupakan suatu interaksi yang berkaitan

dengan lingkungan baik lingkungan sekolah maupun

lingkungan sekitar. Menurut Herman Hudojo (1990),

belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang.


Pengetahuan keterampilan, kegemaran dan sikap
seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang
disebabkan belajar. Karena itu seseorang dikatakan
belajar, nila dapat diasumsikan dalam diri orang itu
menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan
suatu perubahan tingkah laku. 6

Dari pernyataan Herman Hudojo, maka dapat dinyatakan

bahwa belajar merupakan proses kegiatan yang memerlukan

perhatian dari orang tuanya agar bisa membuat perubahan pada


5
Ibid.
6
Asep Jihad dan Abdul Haris. 2012.Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi
Pressindo., hlm. 2-3
tingkah lakunya. Belajar merupakan suatu kegiatan yang

memerlukan sebuah keterampilan, kegemaran agar anak mudah

untuk belajar. Menurut Thomdike belajar adalah,

proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus


yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan
belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang
dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon
yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar,
yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau
gerakan/tindakan.7

Berdasarkan pendapat Thomdike dapat kita artikan bahwa

belajar merupakan proses interaksi yang berpengaruhi pada

pikiran, persaan dan sikap serta alat inderanya. Stimulus itu dapat

merangsang pola pemikiran anak supaya bisa belajar dengan baik

dan memiliki pengetahuan yang luas. Menurut Gagne,

belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa


kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,
pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut
adalah dari (i) simulasi yang berasal dari lingkungan, dan (ii)
proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Menurut Gagne
belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi
eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar.8

Sedangkan menurut Gagne dapat kita simpulkan bahwa

proses belajar adalah sebuah keterampilan, pengetahuan, sikap, dan

nilai yang bisa dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang

menyababkan kepada hasil belajar siswa.

7
C. Asri Budiningsih.2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta, hlm. 21
8
Dimyati dan Mudjiono.2009.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : Rineka Cipta, hlm.10
Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar

yang dikemukakan di atas pendapat dipahami bahwa belajar adalah

suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu

jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan

proses jiwa untuk mendapatkan perubahan. Tentu saja perubahan

yang didapatkan itu bukan perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa

dengan sebab masuknya kesan-kesan yang baru. Dengan demikian,

maka perubahan fisik akibat sengatan serangga, patah tangan,

patah kaki, buta mata, tuli telinga, penyakit bisul, dan sebagainya

bukanlah termasuk perubahan akibat belajar. Oleh karenanya,

perubahan sebagai hasil dari proses belajar adalah perubahan jiwa

yang mempengaruhi tingkah laku seseorang.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam

interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif,

dan psikomotor.

1) Ciri-ciri Belajar

Pada hakikatnya belajar adalah perubahan tingkah laku,

maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke

dalam ciri-ciri belajar sebagai berikut : 9

9
Syaiful Bahri Djamarah. 2008.Psikologi Belajar. Jakarta., hlm. 14-17
1) Perubahan yang Terjadi Secara Sadar
Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya
perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan
telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya
ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah,
kecakapnnya bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi,
perubahan tingkah laku individu yang terjadi karena mabuk
atau dalam keadaan tidak sadar, karena individu yang
bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.
2) Perubahan dalam Belajar Bersifat Fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri
individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu
perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan
berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses
belajar berikutnya. Misalnya, jika seorang anak belajar
menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak
menulis menjadi dapat menulis.
Perubahan itu berlangsung terus menerus hingga kecakapan
menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna. Ia dapat menulis
dengan kapur, dan sebagainya. Di samping itu, dengan
kecakapan menulis yang telah dimilikinya ia dapat
memperoleh kecakapan-kecakapan lain. Misalnya, dapat
menulis surat, menyalin catatan-catatan, mengerjakan soal-
soal, dan sebagainya.
3) Perubahan dalam Belajar Bersifat Positif dan Aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu
bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik
dari sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha
belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik oerubahan
yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa
perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan
karena usaha individu sendiri. Misalnya, perubahan tingkah
laku proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena
dorongan dari dalam, tidak termasuk perubahan dalam
pengertian belajar.
4) Perubahan dalam Belajar Bukan Bersifat Sementara
Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi
hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air
mata, menangis, dan sebagainya tidak dapat digolongkan
sebagai perubahan dalam pengertian belajar. Perubahan yang
terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen.
Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan
bersifat menetap. Misalnya, kecakapan seorang anak dalam
memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang, melainkan
akan terus dimiliki dan bahkan makin berkembang bila terus
dipergunakan atau dilatih.
5) Perubahan dalam Belajar Bertujuan atau Terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena
ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada
perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya
sesorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah
menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar
mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang dicapainya.
Dengan demikian, perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa
terarah pada tingkah laku yang telah ditetapkannya.
6) Perubahan Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu
proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku.
Jika sesorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan
mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam
sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
Misalnya, jika seorang anak telah belajar naik sepeda, maka
perubahan yang paling tampak adalah dalam keterampilan naik
sepeda itu. Akan tetapi, ia telah mengalami perubahan-
perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja
sepeda, pengetahuan tentang jenis-jenis sepeda, pengetahuan
tentang alat-alat sepeda, cita-cita untuk memiliki sepeda yang
lebih bagus, kebiasaan membersihkan sepeda, dan sebagainya.
Jadi, aspek perubahan yang satu berhubungan erat dengan
aspek lainnya.

Proses belajar terjadi karena usaha sendiri untuk

memperoleh perubahan. Jika seseorang mengalami perubahan dia

akan sadar bahwa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya yang

meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan akan

terus terjadi ke arah yang lebih baik dan akan berkembang jika

dilatih sehingga dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

2). Prinsip Belajar

Dengan mempelajari uraian-uraian yang terdahulu, maka

calon guru/pembimbing seharusnya sudah dapat menyusun sendiri

prinsip belajar, yaitu prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam

situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara
individual. Namaun demikian marilah kita susun prinsip-prinsip

belajar itu, sebagai berikut:10

a) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar


1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,
meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan
instruksional;
2. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi
yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional;
3. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat
mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar
dengan efektif;
4. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.
b) Sesuai hakikat belajar
1. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap
menurut perkembangannya;
2. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan
discovery;
3. Belajar adalah proses kontinguitas ( hubungan antara
pengertian yang satu dengan penegrtian yang lain ) sehingga
mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang
diberikan menimbulkan response yang diharapakan.
c) Sesuai materi / bahan yang harus dipelajari
1. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki
struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah
menangkap pengertiannya;
2. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu
sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.
d) Syarat keberhasilan belajar
1. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat
belajar dengan tenang;
2. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar
pengertian / keterampilan / sikap itu mendalam pada siswa.

Prinsip belajar yaitu suatu kondisi yang harus ada pada seorang siswa

dalam menunjang proses belajar, karena perubahan belajar yang bersifat

aktif. Menurut perkembangannya materi yang diajarkan harus terstruktur

supaya tidak menyulitkan siswa untuk mencapai tujuannya.

10
Slemato.2015.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi.Jakarta : Rineka Cipta,
hlm 27-28
3). Jenis Belajar

Setiap perbuatan belajar mempunyai ciri-ciri masing-

masing. Para ahli dengan melihat ciri-ciri yang ada didalamnya,

mencoba membagi jenis-jenis belajar ini, disebabkan perbedaan

sudut pandang. Oleh karena itu, sampai saat ini belum ada

kesepakatan atau keseragaman dalam merumuskannya. A. De

Block misalnya berbeda dengan C. Van Parren dalam

merumuskan sistematika jenis-jenis belajar. Demikian juga

antara rumus sistematika jenis-jenis belajar yang dikemukakan

oleh C. Van Parren dengan Robert M. Gagne.

Jenis jenis belajar yang diuraikan dalam pembahasan

berikut ini merupakan penggabungan dari pendapat ketiga ahli

diatas. Walaupun begitu, dari pendapat ketiga para ahli diatas,

ada jenis-jenis belajar tertentu yang tidak dibahas dalam

kesempatan ini, deengan pertimbangan sifat buku yang dibahas.

Oleh karena itu, jenis-jenis belajar yang diuraikan berikut

ini menyangkut masalah belajar arti kata-kata, belajar kognitif,

belajar menghafal, belajar teoritis, belajar kaidah, kaidah, belajar

konsep/pengertian, belajar keterampilan motorik, dan belajar

estetik. Untuk jelasnya ikutilah uraian berikut:11

11
Opcit.hlm 27-37
1) Belajar Arti Kata-kata
Belajar arti kata-kata makksudnya adalah orangmulai
menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang
digunakan. Pada mulanya suatu kata sudah dikenal, tetapi belum
tahu artinya. Misalnya, pada anak kecil, dia sudah mengetahui
kata kucing atau anjing, tetapi dia belum mengetahui
bendanya, yaitu binatang yang disebutkan dengan kata itu.
Setiap pelajar atau mahasiswa pasti belajar arti kata-kata tertentu
yang belum diketahui. Tanpa hal ini, maka sukar
menggunakannya.
2) Belajar Kognitif
Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan
masalah mental. Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam
diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang yang
merupakan sesuatu bersifat mental. Misalnya, seseorang
menceritakan hasil perjalanannya berupa pengalaman kepada
temannya.
Dalam belajar kognitif, objek-objek yang ditanggapi tidak
hanya bersifat materil, tetapi juga yang bersifat tidak materil.
Objek-objek yang bersifat materil misalnya antara lain, orang,
binatang, bangunan, kendaraan, perabot rumah tangga, dan
tumbuh-tumbuhan. Objek-objek yang bersifat tidak materil
misalnya seperti ide kemajuan, keadilan, perbaikan,
pembangunan, dan sebagainya. Belajar kognitif penting dalam
belajar. Dalam belajar, seseorang tidak bisa melepaskan diri dari
kegiatan belajar kognitif.
3) Belajar Menghafal
Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi
verbal di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan
(diingat) kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli.
Peristiwa menghafal merupakan proses mental untuk
mencamkan dan menyimpan kesan-kesan, yang nantinya suatu
waktu bila diperlukan dapat diingat kembali ke alam sadar.
Ciri khas dari hasil belajar/kemampuan yang diperoleh
adalah reproduksi secara harfiah dan adanya skema kognitif.
Dalam menghafal, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan,
yaitu mengenai tujuan, pengertian, perhatian, dan ingatan.
Efektif tidaknya dalam menghafal tanpa tujuan menjadi tidak
terarah, menghafal tanpa pengertian menjadi kabur, menghafal
tanpa perhatian adalah kacau, dan menghafal tanpa ingatan
adalah sia-sia.
4) Belajar Teoretis
Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data
dan fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi
mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk
memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi
ilmiah.
5) Belajar Konsep
Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili
sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Orang
yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap
objek-objek yang dihadapi, sehingga objek ditempatkan dalam
golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadarn
orang dalam bentuk representasi mental tak berperaga.
Dalam bentuk belajar ini, orang mengadakan abstraksi,
yaitu dalam objek-objek yang meliputi benda, kejadian dan
orang, hanya ditinjau pada aspek-aspek tertentu saja.
Dengan demikian, benarlah bahwa konsep/pengertian
adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki
ciri-ciri yang sama. Belajar konsep merupakan salah satu cara
belajar dengan pemahaman. Ciri khas dari konsep yang
diperoleh sebagai hasil belajar pengertian ini adalah adanya
skema konseptual. Skema konseptual adalah suatu keseluruhan
kognitif, yang mencakup semua ciri khas yang terkandung
dalam suatu pengertian.
Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang
harus didefinisikan. Konsep konkret adalah pengertian yang
menunjuk pada objek-objek dalam lingkungan fisik. Konsep ini
mewakili benda tertentu, seperti meja, kursi, tumbuhan, rumah,
mobil, sepeda motor, dan sebaginya. Konsep yang didefinisikan
adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak
langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik,
karena realitas itu tidak berbadan. Hanya dirasakan adanya
melalui proses mental.
Akhirnya, belajar konsep adalah berpikir dalam konsep
dan belajar pengertian. Taraf ini adalah taraf komprehensif.
Taraf kedua dalam taraf berpikir. Taraf pertamanya adalah taraf
pengetahuan, yaitu belajar reseptif atau menerima.
6) Belajar Kaidah
Belajar kaidah (rule) termasuk dari jenis belajar kemahiran
intelektual (intelectual skill), yang dikemukakan oleh Gagne.
Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih dihibungkan
satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang
merepresentasikan suatu keteraturan. Orang yang telah
mempelajari suatu kaidah, mampu menghubungkan beberapa
konsep.
Selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi,
seseorang akan menemukan kaidah-kaidah. Kaidah adalah suatu
pegangan yang tidak dapat di ubah-ubah. Kaidah merupakan
suatu representasi (gambaran) mental dari kenyataan hidup dan
sangat berguna dalam mengatur kehidupan sehari-hari. Hal ini
berarti bahwa kaidah merupakan suatu keteraturan yang berlaku
sepanjang masa. Oleh karena itu, belajar kaidah sangat penting
bagi seseorang sebagai salah satu upaya penguasaan ilmu
selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi (universitas)
7) Belajar Berpikir
Belajar berpikir sangat diperlukan selama belajar di sekolah atau
di perguruan tinggi. Masalah dalam belajar terkadang ada yang
harus dipecahkan seorang diri, tanpa bantuan orang lain.
Pemecahan atas masalh itulah yang memerlukan pemikiran.
Berpikir itu sendiri adalah kemampuan jiwa untuk meletakkan
hubungan antara bagian-bagian pengetahuan. Ketiak berpikir
dilakukan, maka disana terjadi suatu proses. Oleh karena itulah,
John Dewey dan Werthimer memandan berpikir sebagai proses.
Dalam proses itu tekanannya terletak pada penyusunan kembali
kecakapan kognitif (yang bersifat ilmu pengetahuan).
Dalam konteks ini ada istilah berpikir konvergen dan
berpikir divergen. Bepikir konvergen adalah berpikir menuju
satu arah yang benar atau satu jawaban yang paling tepat atau
satu pemecahan dari suatu masalah. Berpikir divergen adalah
berpikir dalam arah yang berbeda-beda, akan diperoleh
jawaban-jawaban unit yang bebeda-beda, tetapi benar.
Konsep Dewey tentang berpikir menjadi dasar untuk
pemecahan masalah adalah sebagai berikut.
a) Adanya kesulitan yang dirasakan dan kesadaran akan
adanya masalah.
b) Masalah itu diperjelas dan dibatasi.
c) Mencari informasi atau data dan kemudian data itu
diorganisasikan.
d) Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan
hipotesis, kemudian hipotesis-hipotesis itu dinilai, diuji
agar dapat ditentukan untuk diterima atau ditolak.
e) Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi
sekaligus berlaku sebagai pengujian kebenaran
pemecahan tersebut untuk dapat sampai pada
kesimpulan.
Menurut Dewey, langkah-langkah dalam pemecahan
masalah adalah sebagai berikut.
a) Kesadaran akan adanya masalah.
b) Merumuskan masalah.
c) Mencari data dan merumuskan hipotesis-hipotesis.
d) Menguji hipotesis-hipotesis.
e) Menerima hipotesis yang benar.
8) Belajar Keterampilan Motorik (Motor Skill)
Orang yang memiliki suatu keterampilan motorik, mampu
melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan
tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik
berbagai anggota badan secara terpadu. Keterampilan
semacam ini disebut motorik, karena otot, urat dan
persendian terlibat secara langsung, sehingga keterampilan
sungguh-sumgguh berakar dalam kejasmanian. Ciri khas dari
keterampilan motorik adalah otomatisme, yaitu rangkaian
gerak-gerik berlangsung secara teratur dan berjalan dengan
lancar dan supel, tanpa dibutuhkan banyak refleksi tentang
apa yang harus dilakukan dan mengapa diikuti urutan gerak-
gerik tertentu.
Dalam kehidupan manusia, keterampilan motorik
memegang peranan sangat pokok. Pada waktu masuk sekolah
dasar, anak memperoleh keterampilan-keterampilan baru,
seperti menulis dengan memegang alat tulis dan membuat
gambar-gambar, keterampilan-keterampilan ini menjadi bekal
dalam perkembangan kognitifnya.
9) Belajar Estetis
Bentuk belajar ini bertujuan membentuk kemampuan
menciptakan dan menghayati keindahan alam dalam berbagai
bidang kesenian. Belajar ini mencakup fakta, seperti nama
Mozart sebagai penggubah musik klasik; konsep-konsep,
seperti ritme, tema, dan komposisi; relasi-relasi, seperti
hubungan antara bentuk dan isi; struktur-struktur, seperti
sistematika warna dan aliran-aliran dalam seni lukis; metode-
metode, seperti menilai mutu dan originalitas suatu karya
seni.

Jenis belajar diantaranya adalah belajar kata-kata

dimana seseorang harus memahami suatu kata agar tidak

salah dalam penggunaan kata. Belajar kognitif adalah

pengetahuan seseorang mengenai suatu objek yang

dikemukakan dalam suatu gagasan. Selain belajar kata-kata

dan belajar kognitif ada lagi yang harus kita pahami yaitu

bekajar menghafal dimana seorang yang belajar untuk

meyimpen atau menyerap suatu materi dalam ingatan agar

jika diperlukan bisa mengingat kembali. Kemudian ada lagi

mengenai belajar teoritis, yakni menempatkan pengetahuan


dalam suatu kerangka agar dapat digunakan untuk

memecahkan suatu masalah secara baik. Belajar konsep

adalah belajar yang dimana untuk memberikan pengertian

pada semua objek yang memiliki ciri-ciri. Belajar merupakan

proses kontinu yang dimana selama kegiatan belajar siswa

akan terus dihapadkan pada sebuah masalah yang harus

dipecahkan melalui sebuah pemikiran.

Dari beberapa uraian diatas dapat kita simpulkan

bahwa belajar adalah suatu proses atau serangkaian aktivitas

interaksi aktif antara seseorang dan lingkungan sekitar yang

dilakukan secara sadary yang menghasilkan perubahan

tingkah laku berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Dalam proses belajar harus terdapat situasi dan kondiusi yang

sangat menunjang proses belajar salah satunya adalah siswa

harus aktif, berprestasi dalam proses belajar yang dilakukan

secara bertahap. Selain itu, agar pengetahuan, keterampilan,

dan sikap dapat lebih di perdalam maka harus ada yang

namanya ulangan. Belajar terdiri dari beberpa jenisnya yaitu,

belajar arti kata, belajar kognitif, belajar menghafal, belajar

konsep, belajar teoritis dan lain sebagainya.

b. Pengertian Hasil Belajar

Ketika individu melewati fase belajar, dimana didalamnya terjadi

proses perubahan dari keadaan tidak mengetahui menjadi keadaan


mengetahui maka keadaan mengetahui itulah yang dinamakan hasil

belajar.

Menurut Juliah dalam Asep dan Abdul, Hasil belajar adalah

sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar

yang dilakukannya.12 Berdasarkan pendapat Asep dan Abdul dapat kita

artikan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dimiliki dari siswa yang

berhubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukannya akan menjadi

miliknya.Hasil belajar merupan akibat dari proses pembelajaran yang

dialami oleh siswa, maka apapun yang diperoleh oleh siswa dalam

belajar akan menjadi sesuatu yang berarti untuk siswa dan akan

disimpan baik-baik oleh siswa, itulah yang dimaksud hasil belajar yaitu

segala sesuatu yang menjadi milik siswa.

Adapun menurut Hamalik dalam Asep Jihad hasil-hasil belajar

adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pegertian dan sikap-

sikap, serta apersepsi dan abilitas.13 Hasil belajar yang dimaksud

Hamalik yaitu perubahan yang terlihat dari perbuatan, sikap ataupun

pemahaman yang diperoleh oleh siswa setelah siswa mengalami proses

belajar.

Sudjana berpendapat dalam Asep Jihad, hasil belajar adalah

kemampan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pegalaman belajarnya.14 Setelah siswa mengalami proses beajar

mengajar, maka akan terjadi perubahan dalam diri siswa tersebut, baik
12
Asep Jihad dan Abdul Haris. 2012.Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta., hlm. 15
13
Ibid
14
Ibid
berupa sikap ataupun pengetahuan. Segala kemampuan yang dimiliki

siswa setelah proses belajar itulah yang dinamakan hasil belajar.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat di simpulkan bahwa

hasil belajar yaitu suatu hasil berupa perbuatan, nilai, sikap, apersepsi

serta pengertian-pengertian yang diiliki siswa setelah siswa tersebut

merasakan dan mengalai proses belajar mengajar.

Menurut Suprijono hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-

nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.

Merajuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa hal-hal berikut:15

1. Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan


pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan
spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi
simbol, pemecahan masalah, maupun penerapan aturan.
2. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan
konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari
kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintetis
fakta-konsep, dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan
aktivitas kognitif bersifat khas.
3. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan
mengarahkan aktivitas kognitifnya. Kemampuan ini meliputi
penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan
serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi
sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek
berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa
kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai.
Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai
standar perilaku.
Menurut Bloom (dalam Suprijono, 2002: 2), hasil belajar
mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
1. Domain Kognitif mencakup:
a. Knowledge (pengetahuan, ingatan);

15
Thobroni.2015. Belajar & Pembelajaran : Teori & Praktik. Yogyakarta,hlm.20-22
b. Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas,
contoh);
c. Application (menerapkan);
d. Analiysis (menguraikan, menentukan hubungan);
e. Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk
bangunan baru);
f. Evaluating (menilai).

2. Domain Afektif mencakup:


a. Receiving (sikap menerima);
b. Responding ( memberikan respon);
c. Valuing (nilai);
d. Organization (organisasi);
e. Characterization (karakterisasi)
3. Domain Psikomotor mencakup:
a. Initiatory;
b. Pre-routine;
c. Rountinized;
d. Keterampialan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan
intelektual.

Selain itu, menurut Lindgren dalam Suprijono hasil pembelajaran

meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara

keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.

Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasikan pleh para pakar

pendidikan sebagaimana disebutkan diatas tidak dilihat secara

fragmentaris atau terpisah, tetapi secara komprehensif.

1). Ranah Hasil Belajar

Menurut Bloom hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang meliputi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan

psikomotorik.16 Keberhasilan belajar tidak lepas dari ranah-

16
Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning. Bogor, hlm.8
ranah pembelajaran yang termasuk didalamnya seperti ranah

kognitif yang berkenaan dengan nilai intelektual siswa, ranah

afektif yang berkenaan dengan sikap siswa dan ranah

psikomotorik yang berkenaan dengan nilai kreativitas siswa.

2). Indikator Hasil Belajar

Dalam proses pencapaian hasil belajar terdapat indikator

yang menjadi patokan apakah pengajaran yang dilakukan

berhasil dengan baik atau tidak. Berikut adalah kriteria

keberhasilan pengajaran menurut Sudjana dalam Asep Jihad dan

Abdul Haris:17

1) Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya


Kriteria dari sudut prosesnya menekankan kepada
pengajaran sebagai suatu proses yang merupakan interaksi
dinamis sehingga siswa sebagai subjek mampu
mengembangkan potensinya melalui belajar sendiri. Untuk
mengukur keberhasilan pengajaran dari sudut prosesnya
dapat dikaji melalui beberapa persoalan dibawah ini:
a) Apakah pengajaran direncanakan dan dipersiapkan
terlebih dahulu oleh guru dengan melibatkan siswa
secara sistematik?
b) Apakah kegiatan siswa belajar dimotivasi guru
sehingga ia melakukan kegiatan belajar dengan
penuh kesabaran, kesungguhan dan tanpa paksaan
untuk memperoleh tingkat penguasaan,
pengetahuan, kemampuan serta sikap yang
dikendaki dari pengajaran itu?
c) Apakah guru memakai multi media
d) Apakah siswa mempunyai kesempatan untuk
mengontrol dan menilai sendiri hasil belajar yang
dicapainya?
e) Apakah proses pengajaran dapat melibatkan semua
siswa dalam kelas?

17
Asep Jihad dan Abdul Haris. 2012.Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta., hlm. 20-21
f) Apakah suasana pengajaran atau proses belajar
mengajar cukup menyenangkan dan merangsang
siswa belajar?
g) Apakah kelas memiliki sarana belajar yang cukup
kaya, sehingga menjadi laboratorium belajar?
2) Kriteria ditinjau dari hasilnya
Disamping tinjauan dari segi proses, keberhasilan
pengajaran dapat dilihat dari segi hasil. Berikut ini adalah bebrapa
persoalan yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan
keberhasilan pengajaran ditinjau dari segi hasil atau produk yang
dicapai siswa:
a) Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa dari
proses pengajaran nampak dalam bentuk
perubahan tingkah laku secara menyeluruh?
b) Apakah hasil belajar yang dicapai siswa dari proses
pengajaran dapat diaplikasikan dalam kehidupan
siswa?
c) Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa tahan
lama diingat dan mengendap dalam pikirannya,
serta cukup mempengaruhi perilaku dirinya?
d) Apakah yakin bahwa perubahan yang ditunjukan
oleh siswa merupakan akibat dari proses
pengajaran?

Guru dikatakan berhasil dalam mengajar jika memperoleh hasil

belajar yang baik pula. Namun terkadang guru sulit untuk menilai

apakah pembelajaran yang dilakukan berlangsung secara baik ataupun

tidak, dari itu ada bebrapa indikator hasil belajar yang menjadi patokan

apakah pembelajaran tersebut berlangsung secara baik atau tidak.

Indikator hasil belajar memiliki dua kriteria yaitu, kriteria yang

ditinjau dari prosesnya dan kriteria yang ditinjau dari hasilnya.

Persoalan yang muncul dari kriteria yang ditinjau dari prosesnya

diantaranya yaitu, apakah kegiatan belajar mengajar dimotivasi oleh

guru? Mengapa hal tersebut menjadi salah satu kriteria? Jawabannya

yaitu karena siswa akan menghasilkan suatu pembelajaran yang baik


jika dari awal dia memiliki motivasi untuk belajar, motivasi belajar

haruslah diberikan oleh guru agar siswa termotivasi untuk belajar

sehingga memacu diri siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang

baik. Kemudian, persoalan yang muncul dari kriteria yang ditinjau dari

hasilnya diantaranya yaitu, apakah hasil belajar terlihat dari segi

kognitif, afektif dan psikomotorik siswa? Proses belajar mengajar

dikatakan berhasil jika memiliki hasil belajar yang baik.

Hasil belajar tersebut tidak hanya dilihat dari satu segi saja, namun

haruslah menyeluruh. Hasil belajar yang baik akan menampakan hasil

dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik siswa secara menyeluruh.

Dari berbagai uraian mengenai hakikat hasil belajar yang telah

dikemukakan, terdapat persamaan umum yaitu hasil belajar adalah

proses perubahan tingkah laku yang dicapai oleh siswa setelah

melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar tersebut ditunjukkan dalam

perubahan seseorang terhadap tingkah lakunya, cara berpikirnya, cara

bersikap dan lain sebagainya.

Ranah yang di capai sebagai hasil dari belajar meliputi ranah

kognitif yang berkenaan dengan intelektual nya yang terdiri dari aspek

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

Ranah afektif yang berkenaan dengan sikap dan nilai, meliputi cara

seseorang berinteraksi, menjawab ataupun memberi pertanyaan dan

yang terakhir adalah ranah psikomotorik yang berkenaan dengan

keterampilan, meliputi kegiatan fisik dari mulai kegiatan yang


sederhana sampai dengan kegiatan yang komplek. Adapula indikator

pencapaian hasil belajar dilihat dari dua kriteria yaitu kriteia yang

ditinjau dari sudut prosesnya, salah satu contoh yaitu tindakan guru

yang memotivasi siswa untuk mau belajar dengan baik sehingga akan

memperoleh hasil belajar yang baik juga dan kriteria yang ditinjau dari

sudut hasilnya, salah satu contoh yaitu hasil belajar siswa yang

menyeluruh. Pembelajaran dikatakan berhasil jika memiliki hasil

belajar yang baik, semua itu akan terlihat dari sisi kognitif, afektif dan

psikomotorik siswa, aspek-aspek tersebut akan menampakkan

perubahan kearah yang lebih baik dari sebelumnya, saat siswa belum

menerima pembelajaran.

c. Pengertian Penilaian Formatif

Penilaian adalah prose memberikan atau menentukan nilai kepada

objek tertentu berdasarkan suatu kriteria teretentu. Proses pemberian

nilai tersebut berlangsung dalam bentuk interprestasi yang diakhiri

dengan judgment.

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap

hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini

mengisyaratkan pada hakikatnya bahwa objek yang dinilainya adalah

hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan

tingkah laku yang telah dijelkaskan di muka. Oleh sebab itu, penilaian
hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lainnya sebab hasil

merupakan akibat dari proses.18

Salah satu jenis penilaian dalam proses belajar yaitu, penilaian

formatif. Penilaian formatif adalah yang dilaksanakan pada akhir

proses belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses

belajar mengajar itu sendiri. Dengan demikian, penilaian formatif

berorientasi kepada proses belajar mengajar. Dengan penilaian

formatif diharapkan guru dapat memperbaiki program pengajaran dan

strategi pelaksanaannya.19

Berdasarkan uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa peniliat

formatif merupaka suatu penilaian yang melihat diakhir proses belajar

mengajar dengan berbagai cara pelaksanaannnya. Penilaian juga tak

hanya sebagai alat ukur untuk mengetahui hasil belajar siswa atau

mengetahui tujuannya tercapai atau tidak, tetapi juga sebagau bahan

dalam melakukan perbaikan program.

Penilaian formatif merupakan pengembangan cara dan teknik

untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik. Dengan menggunakan

hasil penilaian tersebut untuk melihat kelamahan peserta didik dan

masalah masalah yang dihadapi guru. Dari penilain tersebut guru

18
Nana Sudjana.2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:Remaja
Rosdakarya.,hlm 3
19
Ibid.,hlm 5
harus mencari metode yang tepat ataupun yang sesuai supaya tujuan

yang di inginka tercapai.20

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa penilaian formatif

merupakan pengembangan teknik untuk melihat hasil belajar pesefrta

didik serta melihat kelemahan dari peserta didik dalam belajar. Oleh

sebab itu, guru harus bisa memilih metode yang tepat agar bisa

mencapai tujuan yang di inginkan.

2. Hakikat Pendekatan Keterampilan Proses pada Metode Pictorial

Riddle

a. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses

Menurut Mulyasa,
Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan
pembelajaran yang menenkankan pada proses belajar,
aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam memperoleh
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.21

Indikator indikator pendekatan keterampilan proses antara

lain kemampuan mengidentifikasi, mengklasifikasi, menghitung,

mengukur, mengamati, mencari hubungan, menafsirkan,

menyimpulkan, menerapkan, mengkomunikasikan, dan

mengekspresikan diri dalam suatu kegiatan untuk menghasilkan

suatu karya.

20
Janawi. 2013. Metodologi dan Pendekatan pembelajaran. Yogyakarta : Anggota
IKAPI.,hlm213
21
Mulyasa.2009.Menjadi Guru Profesional.Bandung, hlm 99
Kemampuan kemampuan yang menunjukkan keterlibatan

peserta didik dalam kegiatan pembelajaran tersebut dapat lihat

melalui partisipasi dalam kegiatan pembelajaran :22

a. Kemampuan bertanya
b. Kemampuan melakukan pengamatan
c. Kemampuan mengidentifikasi dan mengklasifikasi hasil
pengamatan
d. Kemampuan menafsirkan hasil identifikasi dan
klasifikasi
e. Kemampuan menggunakan alat dan bahan untuk
memperoleh pengalaman secara langsung.
f. Kemampuan merencanakan suatu kegiatan penelitian.
g. Kemampuan menggunakan dan menerapkan konsep
yang telah dikuasai dalam suatu situai baru.
h. Kemampuan menyajikan suatu hasil pengamatan dan
hasil penelitian.

Berdasarkan pendapat Mulyasa kita dapat menyimpulkan

bahwa pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan

pembelajaran yang sangat menekankan pada aktivitas belajar dan

kreatifitas belajar peserta didik dalam memperoleh tiga aspek yaitu

aspek pengetahuan, aspek efektif, dan aspek psikomotorik yang

bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut

Dekdikbud,

Pendekatan keterampilan proses adalah meliputi tujuh


keterampilan proses yaitu mengamati, menggolongkan,
menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan
penelitian dan mengkomunikasikan.23

Sedangkan berdasarkan pendapat Depdikbud dapat

disimpulkan bahwa pendekatan keterampilan proses adalah sebuah

22
Ibid.hlm.100
23
Dimyanti dan Mudjiono.2009.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta, hlm 141
pendekatan pembelajaran yang memiliki tujuh hal penting yaitu,

mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan,

menerapkan, merencanakan pendidikan, dan

menggkomunikasikan. Menurut Funk,

Pendekatan keterampilan proses adalah


mengemukakan, meskipun keterampilan-keterampilan
tersebut saling bergantungan, masing-masing menitik
beratkan pada pengembangan suatu keterampilan
khusus.24

Berdasarkan pendapat Funk dapat disimpulkan bahwa

pendekatan keterampilan proses adalah suatu pendekatan

dimana siswa dapat menegembangkan keterampilannya

yang saling bergantungan satu dengan yang lainnya.

Menurut Dimyati dan Mudjiono, pendekatan keterampilan

proses adalah,

pendekatan pembelajaran dimana selalu menuntut


adanya keterlibatan fisik maupun mental-intelektual
siswa dan pendekatan tersebut menekankan kegiatan
pembelajaran yang menerapkan CBSA ( Cara Belajar
Siswa Aktif ).25

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Dimyati dan

Mudjiono dapat kita simpulkan bahwa pendekatan keterampilan

proses itu berpusat pada keterlibatan fisik, mental, sosial, serta

intelektual siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai suatu

tujuan serta pendekatan juga berinteraksi secara timbal balik

24
Ibid.hlm 141
25
Ibid. Hlm 140
dengan penerapan CBSA ( Cara Belajar Siswa aktif). Menurut

Conny Semiawan, pendekatan keterampilan proses adalah,

keterampilan-keterampilan yang menjadi roda


penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan
konsep serta pertumbuhan dan pengembangan
sikap dan nilai seluruh irama gerak atau tindakan
dalam proses belajar siswa aktif.26

Berdasarkan pendapata Conny Semiawan dapat kita artikan

bahwa pendekatan keterampilan proses merupakan pengembangan

keterampilan proses yang membuat anaka supaya mampu

mengembangkan dan menemukan sendiri fakta dan konsep serta

mengembangkan nilai sikap.

Dari uraian beberapa ahli diatas kita dapat menyimpulkan

bahwa pendekatan keterampilan proses sebagai wahana

pengembangan konsep dan prinsip ilmu pengetahuan.

Pengembangan dan prinsip ilmu pengetahuan sangat berperan

penting dalam keterampilan proses siswa serta dalam kegiatan

pembelajaran untuk saling berinteraksi dengan satu dan yang

lainnya.

b. Pengertian Metode Pictorial Riddle

Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk

mencapai suatu tujuan tertentu. Belajar bertujuan untuk mendapat

pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan, cara-cara yang

26
Ibid.
dipakai itu akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan belajar juga akan

mempengaruhi belajar itu sendiri. 27

Berdasarkan pengertian diatas bahwa metode merupakan

jalan atau cara untuk mencapai suatu tujuan melalui proses belajar

agar mendapat pengetahuan yang banyak, sikap, dan keterampilan

untuk mengembangkan semua yang dimilikinya.

Metode pembelajaran merupakan cara atau langkah-

langkah pembelajaran yang akan digunakan untuk mencapai

sesuatu kompetensi tertentu.28

Metode merupakan salah satu metode yang termasuk

kedalam model inkuiri (Sund,1993). Metode pictorial riddle

adalah suatu metode atau teknik untuk mengembangkan aktivitas

siswa dalam diskusi kelompok kecil maupun besar, melalui

penyajian masalah yang disajikan dalam bentuk ilustrasi. Suatu

riddle biasanya berupa gambar, baik di papan tulis, papan poster,

maupun diproyeksikan dari suatu transparansi, kemudian guru

mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan riddle itu.29

Metode pictorial riddle merupakan metode pembelajaran


inkuiri yang dapat menumbug kembangkan motivasi dan
minat siswa dalam diskusi kelompok melalui peragaan
gambar atau situasi yang sesungguhnya untuk
meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan berpikir

27
Slemato.2015.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi.Jakarta : Rineka Cipta,
hlm 82
28
E. Kosasih.2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikuluk 2013.
Bandung : Yrama Widya.hlm.149
29
Jurnal D.D. Kristianingsih,dkk.2010. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model
Pembelajaran Inkuiri Dengan Metode Pictorial Riddle Pada Pokok Bahasan Alat- Alat
Optik Di Smp.Semarang.,hlm 11 pada 2 Januari 2016
kreatif siswa. Riddle yang berupa gambar, poster, atau
suatu simulasi disajikan oleh guru dan ditindak lanjuti
dengan pertanyaan-pertanyaan untuk dicari pemecahannya
melalui suatu proses inkuiri.30

Metode pictorial riddle merupakan metode yang melatih

siswa untuk aktif dalam pembelajaran dikelas dan melatih daya

tangkap juga daya analisa siswa. Siswa diberikan suatu masalah

berupa gambar gambar, baik gambar nyata atau ilustrasi gambar,

kemudian guru memberikan pertanyaan pertanyaan terkait

gambar dan siswa menganalisis gambar tersebut untuk dapat

menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Menurut Dr. E.

Mulyasa, M.Pd.

Pictorial riddle merupakan metode untuk mengembangkan


motivasi dan minat peserta didik dalam diskusi kelompok
kecil. Pendekatan ini sangat membantu meningkatkan
kemamuan berfikir kritis dan kreatif.31

Permasalahan yang disajikan dalam metode pictorial riddle

yaitu berupa gambar gambar yang nantinya dianalisis oleh peserta

didik sampai peserta didik mampu untuk merumuskan dan

menemukan konsepnya sendiri, sehingga peserta didik mampu untuk

berpikir kritis dan kreatif.

Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

metode pictorial riddle merupakan metode yang disajikan dalam

bentuk permasalahan melalui teka-teki gambar atau video untuk

30
Opcit.hlm130
31
Mulyasa. 2013. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: PT Rema Rosdakarya., hlm. 168
kemudian di analisis oleh siswa agar siswa dapat menemukan sendiri

jawaban dari permasalahan yang ada. Metode pictorial riddle

mampu mengasah daya kritis siswa karena siswa diajak untuk ikut

serta dalam menemukan jawaban dari permasalahan yang ada

dengan menggunakan kemampuan masing-masing siswa.

Dari uraian uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa

Metode Pictorial Riddle merupakan cara pembelajaran yang

memfokuskan pada siswa agar dapat mengembangkan keaktifan

siswa di kelas dengan menyajikan masalah dalam bentuk gambar,

baik poster maupun secara langsung yang kemudian ditelaah oleh

siswa untuk dicari penyelesaian masalahnya.

3. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan digunakan sebagai sumber referensi

pendukung dari suatu penelitian. Penelitian yang diambil merupakan dari

hasil penelitian lain yang sejenis dengan memiliki variabel penelitian yang

sama atupun hampir sama dengan penelitian yang pernah dilakukan. Berikut

penelitian sejenis yang pernah dilakukan, diantaranya:

Menurut Kristianingsih, dkk dalam jurnalnya berjudul Peningkatan

Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Metode

Pictorial Riddle Pada Pokok Bahasan Alat- Alat Optik Di Smp

menyimpulkan bahwa Metode pembelajaran yang diterapkan adalah model

pembelajaran inkuiri dengan metode pictorial riddle. Antara siklus I dan

siklus II diperoleh peningkatan atau gain (g) sebesar 0,297 dengan kriteria
rendah Sedangkan peningkatan pada siklus II dan siklus III sebesar 0,329

dengan kriteria peningkatan sedang. Kemungkinan apabila dilaksanakan

pembelajaran untuk siklus berikutnya akan terjadi peningkatan dalam

kriteria rendah karena nilai rata-rata yang diperoleh akan mencapai nilai

maksimal.32

4. Kerangka Berpikir

Untuk mencapai tujuan pembelajaran didalam kelas, diperlukan peran

serta antara guru dengan murid yang harus dilakukan dengan tepat. Kondisi

belajar yang dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal siswa sangat

mendukung keberhasilan belajar.. Apabila siswa di ikut sertakan maka siswa

akan mengalami sendiri proses pembelajaran tersebut yang nantinya akan

melekat dalam ingatan siswa. Kebenaran konsep akan diperoleh melalui

percobaan percobaan atau eksperimen dimana siswa dilatih untuk

melakukan eksperimen tersebut sampai memperoleh kesimpulannya. Maka

dari itu, pembelajaran fisika membutuhkan pendekatan dan metode yang

mendukung siswa untuk berperan aktif dan langsung dalam kegiatan belajar

mengajar. Melatih keaktifan siswa dengan melakukan sebuah ekperimen atau

percobaan agar apa yang dipelajarinya dapat melekat dalam daya ingatnya

dan siswa tersebut dapat memahami materi materi fisika secara menyeluruh.

Pelaksanaan pembelajaran fisika yang dilakukan dengan Pendekatan

Keterampilan Proses pada metode Pictorial Riddle dapat menghasilkan

32
Jurnal D.D. Kristianingsih,dkk.2010. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model
Pembelajaran Inkuiri Dengan Metode Pictorial Riddle Pada Pokok Bahasan Alat- Alat Optik Di
Smp.Semarang.,hlm 11 pada 2 Januari 2016
perubahan hasil belajar pada siswa. Dalam pendekatan keterampilan proses,

siswa diarahkan untuk menjadi lebih aktif dalam memperoleh pengetahuan,

terlebih dahulu diberi permasalahan dengan metode pictorial riddle yaitu

berupa gambar gambar untuk kemudian dianalisis dan diketahui konsepnya,

setelah siswa paham akan konsep dan rumus pada materi yang diajarkan

barulah siswa diajak untuk mempersiapkan bahan bahan untuk membuat

sebuah proyek serta menggunakan penilaian formatif untuk bisa menilai

peserta didik berhasil atau tidak menganalisis sebuah masalah. Oleh sebab itu,

dibutuhkan pemikiran yang kritis dalam menelaah sebuah masalah dalam

gambar, kecakapan dan keterampilan dalam menjalankan metode

pembelajaran ini. Sedangkan siswa berperan sebagai pelaksana dalam

kegiatan yang harus mampu berkolaborasi dengan kelompoknya untuk

mendapatkan hasil yang maksimal.

5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan

diatas maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa terdapat pengaruh

pendekatan keterampilan proses pada metode pictorial riddle terhadap hasil

belajar di tinjau dari penilaian formatif

Hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut:

Ho = Tidak dapat pengaruh pendekatan keterampilan proses pada metode

pictorial riddle terhadap hasil belajar ditinjau dari penilaian formatif

H1 = Terdapat pengaruh pendekatan keterampilan proses pada metode

pictorial riddle terhadap hasil belajar ditinjau dari penilaian formatif.

Anda mungkin juga menyukai