I. Pendahuluan
Kekuatan pemisahan kromatografi modern yang dikombinasikan
dengan selektifitas dan batas deteksi yang sangat rendah dari spektrometer
massa modern memungkinkan untuk menganalisis sampel yang sangat
kompleks dengan tingkat kepercayaan yang tinggi (Linscheid 1994)
Kromatografi cair adalah teknik pemisahan mendasar di bidang ilmu
pengetahuan dan bidang terkait kimia. Tidak seperti kromatografi gas, yang
tidak cocok untuk nonvolatil dan molekul termal rapuh, kromatografi cair
dengan aman dapat memisahkan rentang yang sangat luas dari senyawa
organik juga metabolit obat molekul kecil untuk peptida dan protein (Agilent
2001).
Detektor tradisional untuk kromatografi cair meliputi indeks bias,
elektrokimia, fluoresensi, dan detektor ultraviolet-tampak (UV-Vis).
Beberapa diantaranya menghasilkan data dua dimensi, yaitu data yang
mewakili kekuatan sinyal sebagai fungsi waktu. Lainnya, termasuk
fluoresensi dan detektor UV-Vis diodearray, menghasilkan data tiga-dimensi.
Data tiga dimensi tidak hanya mencakup kekuatan sinyal namun data spektral
untuk setiap titik waktu (Agilent 2001).
Spektrometer massa juga menghasilkan data tiga dimensi. Selain
kekuatan sinyal, juga menghasilkan data spektral massa yang dapat
memberikan informasi mengenai berat molekul, struktur, identitas, kuantitas,
dan kemurnian sampel. Data spektral massa menambahkan kekhususan yang
meningkatkan kepercayaan terhadap hasil kedua analisis kualitatif dan
kuantitatif (Agilent 2001).
Liquid chromatography mass spectrometry (LC-MS, atau alternatif
HPLC-MS) adalah teknik kimia analitik yang menggabungkan kemampuan
pemisahan fisik dari kromatografi cair (atau HPLC) dengan kemampuan
analisis massa spektrometer massa. LC-MS adalah teknik yang banyak
digunakan untuk berbagai aplikasi yang memiliki sensitifitas dan spesifisitas
sangat tinggi. Pada umumnya aplikasinya berorientasi pada deteksi dan
1
identifikasi potensi spesifik bahan kimia terhadap kehadiran bahan kimia
lainnya (dalam campuran yang kompleks) (Sumbono 2010).
Kombinasi kromatografi cair kinerja tinggi dan spektrometri massa
(LC/MS) memiliki dampak yang signifikan terhadap pengembangan obat
selama dekade terakhir. Perbaikan secara terus menerus dalam teknologi
antarmuka LC/MS dikombinasikan dengan fitur canggih untuk analisis
struktur, kualitatif dan kuantitatif, telah menghasilkan lingkup aplikasi yang
lebih luas (Lee 1999).
II. Pembahasan
Liquid Chromatography Mass Spectrometry (LC-MS) adalah teknik
analisis yang menggabungkan kemampuan pemisahan fisik dari kromatografi
cair dengan spesifisitas deteksi spektrometri massa. Kromatografi cair
memisahkan komponen-komponen sampel dan kemudian ion bermuatan
dideteksi oleh spektrometer massa. Data LC-MS dapat digunakan untuk
memberikan informasi tentang berat molekul, struktur, identitas dan kuantitas
komponen sampel tertentu (Agilent 1998).
Keuntungan dari LC-MS yaitu dapat menganalisis lebih luas berbagai
komponen, seperti senyawa termal labil, polaritas tinggi atau bermassa
molekul tinggi, bahkan juga protein. Senyawa dipisahkan atas dasar interaksi
relatif dengan lapisan kimia partikel-partikel (fase diam) dan elusi pelarut
melalui kolom (fase gerak). Komponen elusi dari kolom kromatografi
kemudian diteruskan ke spektrometer massa melalui antarmuka khusus
(Gates 2005).
2
Gambar 1 Antarmuka LC-MS dengan ionisasi elektrospray spektrometer
massa (Scripp 2014)
A. Instrumen LC-MS
1. HPLC
Kerja HPLC pada prinsipnya adalah pemisahan analit-analit
berdasarkan kepolarannya, alatnya terdiri atas kolom (sebagai fasa diam) dan
larutan tertentu sebagai fasa geraknya. Yang paling membedakan HPLC
dengan kromatografi lainnya adalah pada HPLC digunakan tekanan tinggi
untuk mendorong fasa gerak. Campuran analit akan terpisah berdasarkan
kepolarannya dan kecepatannya untuk sampai ke detektor (waktu retensinya)
akan berbeda, hal ini akan teramati pada spektrum yang puncak-puncaknya
terpisah (Himawan 2010).
Dengan bantuan pompa fasa gerak cair dialirkan melalui kolom ke
detektor. Cuplikan dimasukkan ke dalam aliran fasa gerak dengan cara
penyuntikan. Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen
campuran, karena perbedaan kekuatan interaksi antara larutan terhadap fasa
diam. Larutan yang kurang kuat interaksinya dengan fasa diam akan keluar
dari kolom lebih dulu. Sebaliknya, larutan yang kuat berinteraksi dengan fasa
diam maka larutan tersebut akan keluar kolom, kemudian dideteksi oleh
detektor dan direkam dalam bentuk kromatogram (Isnawati 2013).
3
2. Sumber ion
Beberapa sumber ion yang digunakan dalam LC-MS dalam Scripp
2014 yaitu :
Ionisasi elektrospray (ESI)
Ionisasi elektrospray (ESI) adalah metode yang digunakan untuk
analisis peptida, protein, karbohidrat, oligonukleotida kecil, polimer sintetis,
dan lipid. ESI menghasilkan molekul gas terionisasi langsung dari larutan cair
yang menghasilkan semprotan tetesan (droplet) dalam medan listrik. Sampel
larutan disemprotkan dari daerah medan listrik yang kuat di ujung jarum
logam yang dipertahankan pada potensial 700 V sampai 5000 V. Jarum
berfungsi untuk membuat larutan menjadi droplet saat disemprotkan. Gas
kering dan panas, atau keduanya diterapkan pada droplet pada tekanan
atmosfer sehingga menyebabkan pelarut menguap dari setiap droplet. Sebagai
ukuran menurunnya tetesan droplet dilihat dari densitas muatan pada
permukaannya yang meningkat. Tolakan kolom timbal balik antara muatan
dipermukaan menjadi lebih besar sehingga melebihi kekuatan tegangan
permukaan, dan ion dikeluarkan dari droplet melalui Taylor cone (Gambar 2).
Kemungkinan lain yaitu droplet meledak dan kemudian melepaskan ion.
Dalam kedua kasus tersebut, ion-ion yang muncul diarahkan ke dalam lubang
melalui lensa elektrostatik yang mengarah ke vakum dari analisis massa.
Karena ESI melibatkan pergerakan terus menerus dari larutan, sehingga
cocok untuk menggunakan ESI sebagai antarmuka dengan HPLC atau
elektroforesis kapiler .
Ionisasi elektrospray kondusif untuk pembentukan molekul kecil
bermuatan tunggal, tetapi dapat juga untuk molekul bermuatan banyak dari
molekul yang lebih besar, hal ini karena spektrometer massa mengukur rasio
massa terhadap muatan (m/z) sehingga memungkinkan untuk mengamati
molekul yang sangat besar dengan rentang massa yang relatif kecil.
Pelarut yang digunakan dalam ESI dipilih berdasarkan kelarutan
senyawa, volatilitas pelarut dan kemampuan pelarut untuk menyumbangkan
proton. Pelarut utama protik yang biasa digunakan yaitu metanol (50/50,
metanol/air) atau asetonitril (50/50, acetonitrile/H2O), sedangkan untuk
4
pelarut pendukung aprotik digunakan 10% DMSO dalam air, serta isopropil
alkohol untuk meningkatkan kelarutan beberapa senyawa. Bila 100% air
digunakan di ESI, tekanan uap air yang relatif rendah memiliki efek yang
merugikan pada sensitifitas, sensitifitas yang baik diperoleh ketika
menggunakan pelarut organik yang mudah menguap. Beberapa senyawa
memerlukan penggunaan kloroform dengan 0,1% asam format untuk
memudahkan ionisasi.
Buffer seperti Na+, K+, fosfat, dan garam dapat menurunkan tekanan
uap droplet sehingga mengurangi sinyal melalui peningkatan tetesan tegangan
permukaan yang mengakibatkan penurunan volatilitas. Buffer yang mudah
menguap seperti amonium asetat dapat digunakan secara lebih efektif.
5
Gambar 2 Ionisasi elektrospray spektrometer massa
6
Gambar 3 Pembentukan ion dari sumber ionisasi elektrospray
Ionisasi APCI berasal dari pelarut yang terionisasi dari korona tidak
bermuatan. Ion pelarut berada pada kondisi tekanan atmosfer, maka ionisasi
kimia molekul analit sangat efisien. Pada molekul analit tekanan atmosfer
sering bertabrakan dengan ion pereaksi, sehingga transfer proton (untuk
protonasi reaksi MH+) terjadi dalam muatan positif, dan transfer elektron
7
atau kehilangan proton ([M-H]-) terjadi dalam muatan negatif. Pengaruh
kelompok pelarut pada ion pereaksi dan tekanan gas yang tinggi, dapat
mengurangi fragmentasi selama ionisasi dan menghasilkan ion molekul yang
utuh.
Kelemahan dari ESI dan APCI yaitu dapat menghasilkan ion latar
belakang dari pelarut. Selain itu, ESI sangat rentan terhadap efek supresi ion,
dan APCI membutuhkan suhu penguapan berkisar 350-500 C, yang dapat
menyebabkan degradasi termal.
Ionisasi induksi APPI melalui dua mekanisme yang berbeda. Yang
pertama adalah fotoeksitasi langsung, memungkinkan untuk ejeksi elektron
8
dan ion kation radikal positif (M+). Sumber APPI menggunakan energi
cahaya yang lebih tinggi dari potensi ionisasi (IP) dari sebagian besar molekul
target, tetapi lebih rendah dari sebagian besar IP udara dan molekul pelarut,
sehingga menghilangkan pengganggu. Selain itu, karena sedikit kelebihan
energi disimpan dalam molekul sehingga terjadi fragmentasi minimal.
Mekanisme kedua yaitu fotoinduksi ionisasi kimia tekanan atmosfer yang
mirip dengan APCI melibatkan transfer muatan untuk menghasilkan
protonasi (MH+) atau kehilangan proton ([M-H]-) untuk menghasilkan ion
negatif.
Untuk memulai ionisasi kimia, pereaksi fotoionisasi (dopan)
ditambahkan ke eluan. Setelah fotoionisasi dari dopan, transfer muatan terjadi
pada analit. Dopan untuk muatan positif meliputi aseton dan toluena, tetapi
aseton juga dapat berfungsi sebagai dopan untuk muatan negatif. Mekanisme
ionisasi (M+ vs [M+H]+) molekul tergantung pada afinitas proton dari analit,
pelarut, dan jenis dopan yang digunakan.
9
Gambar 6 Transfer energi pada MALDI
10
Tabel 2 Keuntungan dan kerugian MALDI
Keuntungan Kerugian
Rentang massa hingga 300.000 Tidak dapat digunakan pada
Da. senyawa dengan rentang massa di
bawah 700 Da (tergantung bahan
matrik).
Sensitifitas khas pada femtomol Kemungkinan foto-degradasi oleh
rendah untuk picomol rendah. desorpsi/ionisasi laser
Juga memungkinkan untuk
sensitifitas attomol
Ionisasi lembut dengan sedikit Matriks asam yang digunakan
atau tidak ada fragmentasi dalam MALDI dapat
menyebabkan degradasi pada
beberapa senyawa.
Toleransi garam dalam
konsentrasi milimolar
Cocok untuk analisis senyawa
kompleks
11
Gambar 8 DIOS menggunakan getaran laser UV dari permukaan silikon
terstruktur untuk menghasilkan ion fase gas utuh
12
Gambar 9 FAB spektometri massa
13
Gambar 11 Ionisasi elektron
14
M+ ion molekul + ion fragmen + fragmen netral
3. Analisis Massa
Ada empat jenis umum dari analisis massa yang dapat digunakan
untuk pemisahan ion dalam spektrometri massa (Chemwiki 2014).
Quadrupole Analisis Massa
Quadrupole adalah analisis massa yang menggunakan medan listrik
untuk memisahkan ion. Quadrupole terdiri atas 4 batang/tiang yang paralel, di
mana batang yang berdekatan memiliki polaritas tegangan yang berlawanan.
Tegangan yang diterapkan pada setiap batang adalah penjumlahan dari
tegangan konstan DC (U) dan frekuensi radio yang bervariasi (Vrfcos (wt)),
dimana w adalah frekuensi sudut dari bidang frekuensi radio. Gaya listrik
pada ion menyebabkan ion berosilasi/orbit di daerah antara 4 batang, di mana
jari-jari orbit tetap konstan.
15
Gambar 12 Quadrupole Analisis Massa
16
Quadrupole Ion Perangkap Analisis Massa
Analisis ini menggunakan prinsip yang sama seperti analisis
quadrupole dengan menggunakan medan listrik untuk pemisahan ion.
Spektrometer massa perangkap ion bekerja berdasarkan kekuatan ion dalam
perangkap, dan memanipulasi ion dengan menggunakan tegangan konstan
dan bidang retensi. Amplitudo tegangan yang diterapkan memungkinkan
analisis massa perangkap ion membuat ion terperangkap pada perangkat
analisis, dimana ion yang tidak terseleksi diberikan lintasan oleh medan
elektrostatik yang menyebabkan mereka untuk keluar dari perangkap dengan
mengisi perangkap dengan fragmentasi gas inert dari ion yang dipilih
sehingga ini berguna ketika informasi struktural diperlukan.
Sistem memiliki kemampuan yang unik yaitu memindai beberapa
produk ion yang sensitif dengan sangat baik. Spektrum yang diperoleh
dengan analisis massa perangkap ion mungkin berbeda secara signifikan
karena diperoleh dari sistem quadrupole tiga dimana terjadi tabrakan energi
atau gas dalam sistem.
17
Fourier Transform ICR (FT-ICR), digunakan untuk diferensial sinyal
yang dijumlahkan untuk menghasilkan hasil yang diinginkan.
4. Detektor
Setelah ion keluar dari analisis massa, ion tersebut harus dideteksi dan
diubah menjadi sinyal yang dapat digunakan. Detektor merupakan elemen
penting dari spektrometer massa yang menghasilkan sinyal dari ion dengan
menghasilkan elektron sekunder, yang selanjutnya diperkuat dengan
menginduksi arus (dihasilkan dengan memindahkan beban).
Sistem detektor ion terbagi dalam dua kelas utama :
1. Detektor titik: ion tidak spasial diselesaikan dan berurutan menimpa
detektor yang terletak pada satu titik dalam geometri spektrometer.
2. Detektor array: ion secara spasial diselesaikan dan semua ion tiba secara
bersamaan (simultan atau dekat) dan dicatat di sepanjang pesawat
menggunakan bank detektor.
18
B. Cara Kerja LC-MS
Cara kerja kromatografi cair adalah sama dengan HPLC atau
kromatografi cair lainnya. Sedangkan cara kerja spektrometer massa
menggunakan metode ESI (Wibowo 2011) adalah sebagai berikut :
1. Analit bersama dengan eluen dari syringe pump atau LC masuk ke dalam
kapilari.
Di dalam kapilari terdapat anoda (kutup negatif) pada Taylor cone dan
katoda (kutup negatif) didekat masukkan analit dan eluen. Kutup ini berfungsi
agar muatan yang berkumpul pada Taylor cone adalah muatan positif
sehingga nantinya saat terjadi penyemprotan dan terbentuk droplet (tetes
tetes) tidak bergabung menjadi droplet yang lebih besar lagi.
2. Analit dan solven (eluen) disemprotkan (spray) melalui Taylor cone.
Akan terbentuk dropletdroplet yang akan mengalami tahap evaporasi
solven untuk mengurangi solven yang menempel di analit.
19
3. Droplet yang mengalami ledakan kolom tersebut akan masuk ke dalam
cone dimana di sisi kiri dan kanannya sudah mengalir gas Nitrogen (N2).
Gas ini berfungsi agar analit yang terjadi stabil dalam bentuknya dan
tidak terganggu oleh pengaruh gas oksigen. Droplet tersebut ditransfer
melalui lubang kapiler untuk dianalisis menggunakan spectrometer
massa.
20
c. Beberapa analit bersama beberapa molekul solven dan diliputi oleh
beberapa muatan positif.
C. Aplikasi LC-MS
a. Bidang farmasi
Identifikasi benzodiazepin
Identifikasi metabolisme asam empedu
b. Bidang biokimia
Identifikasi protein
c. Bidang klinik
Deteksi sensitifitas trimipramin dan thioridazine dalam sampel urin
21
d. Bidang makanan
Identifikasi aflatoksin dalam makanan
Determinasi vitamin D3 dalam suplemen pakan ternak
e. Bidang lingkungan
Deteksi herbisida fenil urea
Deteksi rendahnya tingkat karbaril dalam makanan
III. Kesimpulan
Liquid Chromatography Mass Spectrometry (LC-MS) merupakan
teknik analisis yang menggabungkan kemampuan pemisahan fisik dari
kromatografi cair dengan spesifisitas deteksi spektrometri massa.
LC-MS dapat digunakan untuk memberikan informasi tentang berat
molekul, struktur, identitas dan kuantitas komponen sampel tertentu.
LC-MS yaitu dapat menganalisis lebih luas berbagai komponen,
seperti senyawa termal labil, polaritas tinggi atau bermassa molekul tinggi,
bahkan juga protein. Senyawa dipisahkan atas dasar interaksi relatif dengan
lapisan kimia partikel-partikel (fase diam) dan elusi pelarut melalui kolom
(fase gerak). Komponen elusi dari kolom kromatografi kemudian diteruskan
ke spektrometer massa melalui antarmuka khusus untuk kemudian
diidentifikasi oleh spektrometer massa.
22
Daftar Pustaka
23
Sumbono A.. 2010. Kromatografi Cair Spektrometri Massa.
http://ecimansorong.blogspot.com/2010/05/normal-0-false-false-false-
en-us-x-none.html, diakses pada tanggal 01 Maret 2014
Wibowo A.E.. 2011. LC-MS (Liquid Chromatograpy-Mass Spectroscopy).
http://ithengcemani.blog.ugm.ac.id/2010/12/04/liquid-cromathograpy-
mass-spectroscopy-with-electrospray-ionization-methode-lc-ms-esi-2/
diakses pada tanggal 08 Maret 2014
24