Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Sehat Jiwa

1. Pengertian Kesehatan Jiwa

Kesehatan adalah keadaaan sejahtera dari fisik, mental dan sosial

yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ekonomi (UU No 23 tahun 1992 tentang kesehatan). Sedangkan menurut

WHO (2005) kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.

Dari dua defenisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk dikatakan

sehat, seseorang harus berada pada suatu kondisi fisik.

Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari

kesehatan atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam

menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa

menurut UU No 23 tahun 1996 tentang kesehatan jiwa sebagai suatu

kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan

emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan

secara selaras dengan keadaan orang lain. Selain dengan itu pakar lain

mengemukakan bahwa kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental

yang sejahtera (mental wellbeing) yang memungkinkan hidup harmonis

dan produktif, sebagai bagian yang utuh dan kualitas hidup seseorang

dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia. Dengan kata lain,


kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi

merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua orang, mempunyai

perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup,

bebas dari gangguan, seperti penyakit atau perasaan tertekan yang

memungkinkan seseorang tersebut untuk hidup produktif dan

mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari serta berhubungan sosial

secara nyaman dan berkualitas, dapat menerima orang lain sebagaimana

adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain

(Sumiati dkk, 2009).

Gangguan kesehatan jiwa bukan seperti penyakit lain yang bisa

datang secara tiba-tiba tetapi lebih kearah permasalahan yang terakumulasi

dan belum dapat diadaptasi atau terpecahkan. Dengan demikian akibat

pasti atau sebab yang melatar belakangi timbulnya suatu gangguan.

Pengetahuan dan pengalaman yang cukup dapat membantu seseorang

untuk menangkap adanya gejala-gejala tersebut. Semakin dini kita

menemukan adanya gangguan maka akan semakin mudah penanganannya.

Dengan demikian deteksi dini masalah kesehatan jiwa anak usia sekolah

dasar sangat membantu mencegah timbulnya masalah yang lebih berat.

Masalah kesehatan jiwa yang sifatnya ringan dapat dilakukan penanganan

di sekolah oleh guru atau kerjasama antara guru dan orang tua anak karena

penyebab permasalahan dapat berkaitan dengan masalah dalam keluarga

yang tidak ingin dibicarakan oleh orang tua, mungkin pula anak

mempunyai masalah dengan teman (Noviana, 2010).


Lingkup masalah kesehatan jiwa yang dihadapi individu sangat

kompleks sehingga perlu penanganan oleh suatu program kesehatan jiwa yang

bersifat kompleks pula. Masalah-masalah kesehatan jiwa dapat meliputi: 1)

perubahan fungsi jiwa sehingga menimbulkan penderitaan pada individu

(distres) dan atau hambatan dalam melaksanakan fungsi sosialnya; 2) masalah

psikososial yang diartikan sebagai setiap perubahan dalam kehidupan individu

baik yang bersifat psikologis maupun sosial yang memberi pengaruh timbal

balik dan dianggap mempunyai pengaruh cukup besar. Sebagai faktor

penyebab timbulnya berbagai gangguan jiwa.

Psikososial yang dapat berupa masalah perkembangan manusia yang

harmonis, peningkatan kualitas hidup, upaya-upaya kesehatan jiwa diperlukan

untuk mengatasi masalah tersebut yang meliputi upaya primer, sekunder dan

tersier yang ditujukan untuk meningkatkan taraf kesehatan jiwa manusia agar

dapat hidup lebih sehat, harmonis, dan produktif (Dalami, 2010).

2. Faktor faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa pada Anak Usia Sekolah

Faktor faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa pada anak usia

sekolah menurut Depkes RI (2001, dalam Noviana, 2010) antara lain:

a. Guru

Perilaku guru menunjukan suatu pengaruh yang besar dan kuat terhadap

iklim atau suasana sekolah, baik sosial maupun emosional. Keberhasilan guru

dalam mengajar dan mendidik, khususnya dapat membantu perkembangan

kepribadian anak.
b. Teman sebaya

Sehari-hari anak bergaul dengan teman sekolah atau teman di luar

sekolah. Orang tua dan guru harus mengetahui kelompok teman bermain anak

baik di sekolah maupun di luar sekolah. Di rumah anak berada dalam dunia

dewasa, yang penuh dengan norma dan nilai yang harus dipatuhi, sedangkan di

luar rumah anak dalam dunia usia sebaya, yang penuh dengan kebebasan.

c. Kondisi fisik sekolah

Anak tidak akan tenang belajar, apabila sekolah terletak di dekat pasar,

perkampungan yang padat, dekat pabrik, atau disekitar tempat hiburan. Keadaan

semacam ini sangat berpengaruh terhadap perilaku anak.

d. Kurikulum

Kurikulum sekolah merupakan pedoman proses pembelajaran yang sangat

penting. Undang-undang No. 2 Tahun 1989 dan Peraturan Pemerintah No. 28

Tahun 1990 sudah menggariskan jenis dan muatan kurikulum, khususnya

kurikulum nasional yang cukup fleksibel menampung keperluan khusus setempat

dalam bentuk muatan lokal.

e. Proses pembelajaran

Suasana sekolah yang menantang dan merangsang belajar, akan

menentukan iklim sekolah. Hal ini tergantung pada kemampuan guru mengajar,

serta tata tertib yang berlaku di sekolah. Sekolah terasa nyaman dan menarik,

sehingga anak senang berada di sekolah dan guru pun bergairah dalam mengajar.
f. Keluarga

Keluarga merupakan faktor pembentuk kepribadian anak secara dini

yang pertama dan utama. Orang tua yang bersifat otoriter, tidak sabar, mudah

sangat berpengaruh buruk terhadap perkembangan kepribadian anak.

3. Konsep Model Perawatan Kesehatan Jiwa

a. Model Psiko Analisa

Merupakan model yang pertama yang dikemukakan oleh Sigmun Freud

yang meyakini bahwa penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan

pada perkembangan pada masa anak.

b. Model Interpersonal

Model ini diperkenalkan oleh Hary Stack Sullivan. Sebagai tambahan

mengembangkan teori interpersonal keperawatan. Teori ini meyakini bahwa

perilaku berkembang dari hubungan interpersonal.

c. Model Sosial

Menurut Caplain situasi sosial dapat mencetuskan gangguan jiwa. Teori

ini mengemukakan pandangan sosial terhadap perilaku bahwa faktor sosial dan

lingkungan menciptakan stress yang menyebabkan ansietas yang akan

menimbulkan gejala perilaku menyimpang.


d. Model Eksistensi

Teori ini mengemukakan bahwa penyimpangan perilaku terjadi jika

individu putus hubungan dengan dirinya dan lingkungannya. Keasingan diri dari

lingkungan dapat terjadi karena hambatan pada diri individu. Individu merasa

putus asa, sedih, sepi, kurangnya kesadaran diri yang mencegah partisipasi dan

penghargaan pada hubungan dengan orang lain. Klien sudah kehilangan/tidak

mungkin menemukan nilai-nilai yang memberi arti pada eksistensinya.

e. Model Komunikasi

Teori ini menyatakan bahwa gangguan perilaku terjadi apabila pasien

tidak dikomunikasikan dengan jelas. Bahasa dapat digunakan merusak makna,

pesan dapat pula tersampaikan mungkin tidak selaras. Fase komunikasi ada 4

yaitu: pra interaksi, orientasi, kerja, dan terminasi.

f. Model Perilaku

Dikembangkan oleh H.J Eysenk, J. Wolpe dan B.F Skiner. Teori ini

meyakini bahwa perubahan perilaku akan mengubah kognitif dan afektif.

g. Model Medical

Penyimpangan perilaku merupakan manifestasi gangguan sistem saraf

pusat. Dicurigai bahwa depresi dan skizoprenia dipengaruhi oleh transmisi impuls

neural serta gangguan sinap yaitu masalah biokimia. Faktor sosial dan lingkungan

diperhitungkan sebagi faktor pencetus.


h. Model Keperawatan

Teori ini mempunyai pandangan bahwa askep berfokus pada respon

individu terhadap masalah kesehatan yang actual dan potensial dengan model

pendekatan berdasarkan teori sistem, teori perkembangan, teori interaksi,

pendekatan holistik, teori keperawatan.

Fokus pada rentang sehat sakit, teori dasar keperawatan, tindakan

keperawatan, dan hasil tindakan (Wahyu dkk, 2009).

4. Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Jiwa

Keperawatan kesehatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya

untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mendukung pada fungsi

yang terintegrasi sehingga sanggup mengembangkan diri secara wajar dan dapat

melakukan fungsinya dengan baik, sanggup menjalankan tugasnya sehari-hari

sebagaimana mestinya.

Dalam upaya mengembangkan pelayanan keperawatan jiwa, perawat sangat

penting, untuk mengetahui dan meyakini akan peran dan fungsinya, serta memahami

beberapa konsep dasar yang berhubungan dengan asuhan keperawatan jiwa.

Para perawat kesehatan jiwa mempunyai peran yang bervariasi dan spesifik. Aspek

dari peran tersebut meliputi kemandirian dan kolaborasi.

a. Pelaksana asuhan keperawatan

Perawat memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa kepada

individu, keluarga dan komunitas. Dalam menjalankan perannya, perawat

menggunakan konsep perilaku manusia, perkembangan kepribadian dan konsep


kesehatan jiwa serta gangguan jiwa dalam melaksanakan asuhan keperawatan

kepada individu, keluarga dan komunitas.

Perawat melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif melalui

pendekatan proses keperawatan jiwa, yaitu pengkajian, penetapan diagnosis

keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, dan melaksanakan tindakan

keperawatan serta evaluasi terhadap tindakan tersebut.

b. Pelaksana pendidikan keperawatan

Perawat memberi pendidikan kesehatan jiwa kepada individu,

keluarga dan komunitas agar mampu melakukan perawatan pada diri

sendiri, anggota keluarga dan anggota masyarakat lain. Pada akhirnya

diharapkan setiap anggota masyarakat bertanggung jawab terhadap

kesehatan jiwa.

c. keperawatan

Perawat harus menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung

jawab dalam mengelola asuhan keperawatan jiwa. Dalam melaksanakan

perannya ini perawat:

1) Menerapkan teori manajemen dan kepemimpinan dalam

mengelola asuhan keperawatan jiwa.

2) Menggunakan berbagai strategi perubahan yang diperlukan

dalam mengelola asuhan keperawatan jiwa.


3) Berperan serta dalam aktifitas pengelolaan kasus seperti

mengorganisasi, koordinasi, dan mengintegrasikan pelayanan serta

perbaikan bagi individu maupun keluarga

4) Mengorganisasi pelaksanaan berbagai terapi modalitas

keperawatan. Perawat mengidentifikasi masalah dalam bidang

keperawatan jiwa dan menggunakan hasil penelitian serta

perkembangan ilmu dan teknologi untuk meningkatkan mutu

pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa (Dalami, 2010).

Anda mungkin juga menyukai