Anda di halaman 1dari 31

TUGAS MATRIKULASI

PENINGKATAN MUTU PERGURUAN TINGGI


MELALUI MANAJEMEN BERORIENTASI MUTU

Disusun Oleh :

Dajad Setyanto
Serka Pdk NRP 104981

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI ANGKATAN LAUT


PROGRAM STUDI DIPLOMA III
TEKNIK HIDROS
SURABAYA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang PENINGKATAN MUTU PERGURUAN
TINGGI MELALUI MANAJEMEN BERORIENTASI MUTU ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai manajemen
perguruan tinggi Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun


yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat
berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Surabaya, Desemmber 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................ i
DAFTAR ISI .................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan ....................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................ 5
C. Tujuan makalah .................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................... 6
A. Upaya Peningkatan Mutu PT melalui Manajemen
Berorientasi Mutu 6
1. Rektor: .......................................................................... 9
2. Dekan: .......................................................................... 9
3. Ketua Jurusan: ............................................................. 9
B. Perencanaan..................................................................... 10
C. Pengorganisasian ............................................................. 10
D. Penggerakan..................................................................... 11
1. Kebutuhan fisiologis (physiological need) ..................... 11
2. Kebutuhan keamanan (safety need) ............................. 12
3. Kebutuhan afeksi (affection need) ................................ 12
4. Kebutuhan penghargaan (esteem need) ...................... 12
5. Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization need) ...... 12
E. Pengawasan ..................................................................... 12
F. Penerapan Total Quality Management ............................. 13
G. Merancang Sistem Manajemen Mutu ............................... 17
H. Sistem Mutu Dalam Bidang Pendidikan ............................ 18
1. Rencana Strategis ..................................................... 18
2. Kebijakan Mutu .......................................................... 18
3. Tanggung Jawab Manajemen ................................... 19
4. Organisasi Mutu ........................................................ 19
5. Memonitor perkembangan program perbaikan mutu. 19
6. Pemasaran dan Publikasi .......................................... 19

ii
7. Seleksi Masuk ........................................................... 20
8. Rancangan Kurikulum ............................................... 20
9. Pelaksanaan Kurikulum ............................................. 20
10. Manajemen Pembelajaran ....................................... 21
11. Penyusunan, Pelatihan dan Pengembangan Staf ... 21
12. Monitoring dan Evaluasi .......................................... 21
13. Pengaturan Administrasi ......................................... 22
14. Review Manajemen Institusi .................................... 22
I. Sistem Mutu ISO-9000 ...................................................... 22
J. Rencana Program TQM Untuk Universitas/Fakultas dan
Program Studi ......................................................................... 23
BAB III KESIMPULAN .................................................................. 25
A. Kesimpulan ...................................................................... 25
B. SARAN.............................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 27

iii
BAB I
Pendahuluan

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan tinggi hendaknya diselenggarakan dengan


menggunakan prinsip-prinsip manajemen yang fleksibel dan dinamis agar
memungkinkan setiap perguruan tinggi untuk berkembang sesuai dengan
potensinya masing-masing dan tuntutan eksternal yang dihadapinya.1
Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat/seni, dan profesi. Luther
Gulick mengatakan manajemen sebagai ilmu, karena manajemen
dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik
berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerjasama.
Follet, mengatakan sebagai kiat/seni, karena manajemen mencapai
sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan
dalam tugas. Disisi lain manajemen, dipandang sebagai profesi karena
manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi
manajer, dan para profesional dituntut oleh suatu kode untuk mencapai
tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelumnya 1.

Shrode Dan Voich [1974], yang dikuti Fattah (1999) menyatakan


bahwa tujuan utama manajemen adalah produktivitas dan kepuasaan.
Tujuan ini tidak tunggal bahkan jamak atau rangkap, seperti peningkatan
mutu pendidian. Lebih lanjut, Nanang Fattah (1999:13) menyebutkan
bahwa kegiatan manajerial meliputi banyak aspek, namun aspek utama
dan esensial yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling).
George R. Terry dan Stephen G.Franklin dalam buku mereka yang
berjudul Principles of Management juga menekankan empat macam
bagian dari proses manajemen (fungsi manajemen) yang disingkat
dengan kata-kata POAC: planning, organizing, actuating, dan controlling2

1 Danim, 2003
2 Nisjar, 1997:10.

1
Manajemen dibutuhkan untuk semua tipe kegiatan yang
diorganisasi dalam semua tipe organisasi. Dalam praktek, manajemen
dibutuhkan dimana saja orang-orang bekerja bersama (organisasi) untuk
mencapai suatu tujuan bersama3 . Setiap organisasi selalu membutuhkan
manajemen karena tanpa manajemen yang efektif tak akan ada usaha
yang berhasil cukup lama. Manajemen akan memberikan efektivitas pada
usaha manusia4 .

Dunia pendidikan juga tidak dapat terlepas dari sistem manajemen


ini. Pada pendidikan terdapat beberapa kelemahan mendasar dalam
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, dan kelemahan mendasar itu
antara lain yaitu bidang manajemen yang mencakup dimensi proses dan
substansi. Pada tataran proses, seperti perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi belum dilakukan dengan prosedur kerja yang ketat. Pada tataran
substantif, seperti personalia, keuangan, sarana dan prasarana,
instrument pembelajaran, layanan bantu, layanan perpustakaan, dan
sebagainya, tidak hanya substansinya belum komprehensif, melainkan
kriteria keberhasilan untuk masing-masingnya belum ditetapkan secara
taat asas5 .

Agar mutu tetap terjaga dan agar proses peningkatan mutu tetap
terkontrol, maka harus ada standar yang diatur dan disepakati untuk
dijadikan indikator evaluasi keberhasilan peningkatan mutu tersebut
(adanya benchmarking/titik acuan standar/patokan). Kebanyakan PT di
Indonesia belum menggunakan Sistem Manajemen Mutu. Sistem
manajemen mutu yang tepat perlu di kembangkan. Dalam manajemen
mutu, sudah ada tiga sistem yang berkembang, yaitu : [1] Pengawasan
Mutu (PM), [2] Jaminan Mutu (JM) dan [3] Manajemen Mutu Terpadu
(MMT)6.

Agar dapat sukses, setiap PT perlu melakukan proses secara


sistematis dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep
3 Hani Handoko, 2003: 3
4 Anoraga, 1997:109
5 Danim, 2003: 6
6 Tampubolon, 2001:111

2
yang berlaku disini adalah siklus PDCA (plan-do-check-act), yang terdiri
dari langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan rencana, pemeriksaan
hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif terhadap hasil yang
diperoleh7 .

Melakukan monitoring dan evaluasi untuk meyakinkan apakah


program yang telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan
tujuan, dan sejauhmana pencapaiannya. Tujuan dan kegiatan monitoring
dan evaluasi adalah untuk meneliti efektivitas dalam rangka peningkatan
mutu pendidikan. Evaluasi tidak selalu bermanfaat dalam kasus-kasus
tertentu, oleh karenanya selain hasil evaluasi juga diperlukan informasi
lain yang akan digunakan untuk pembuatan keputusan selanjutnya dalam
perencanaan dan pelaksanaan program dimasa mendatang. Aktivitas
tersebut terus menerus dilakukan sehingga merupakan suatu proses
peningkatan mutu yang berkelanjutan (Continuous Quality Improvement).

Paradigma baru manajemen pendidikan tinggi menekankan


pentingnya otonomi institusi yang berlandaskan pada akuntabilitas,
evaluasi, dan akreditasi dan bermuara pada tujuan akhir peningkatan
kualitas secara berkelanjutan. Di pihak lain, kecenderungan globalisasi,
kebutuhan masyarakat dan tuntutan persaingan yang semakin ketat
menuntut komitmen yang tinggi pada penyelenggaraan pendidikan yang
bermutu. Pemahaman tersebut menegaskan perlunya PT melaksanakan
suatu manajemen mutu terpadu, termasuk di dalamnya Sistem Jaminan
Mutu Pendidikan untuk menjamin agar mutu pendidikan di suatu PT dapat
dipertahankan dan ditingkatkan sesuai dengan yang
direncanakan/dijanjikan.

Di Indonesia pendidikan tinggi mengalami perubahan panorama


selama dekade terakhir. Perubahan panorama yang dimaksud meliputi
perubahan paradigma, pengelolaan, persaingan dan sebagainya.
Perubahan paradigma terutama dipicu oleh perkembangan teknologi
informasi, sehingga e-learning, e-university, dan sejenisnya mulai banyak

7 Tjiptono,2003:15

3
dibicarakan dan diusahakan. Begitu juga dengan perubahan pengelolaan
menyangkut badan penyelenggaraan pendidikan tinggi, baik yang
diselenggarakan pemerintah maupun swasta.

Perguruan tinggi tidak hanya perlu dilihat sebagai pusat ilmu


pengetahuan, pusat penelitian, dan pusat pengabdian kepada
masyarakat, tetapi juga suatu entitas korporat penghasil ilmu
pengetahuan yang perlu bersaing untuk menjamin kelangsungan
hidup. Persaingan, sebagaimana dialami oleh perusahaan profit, meliputi
persaingan di bidang mutu, harga, dan layanan. Perguruan tinggi sebagai
suatu entitas non profit, menghadapi hal yang sama pula. Pengelolaan
semuanya memerlukan pengetahuan dan ketrampilan manajemen, yaitu
manajemen perguruan tinggi.

Pada tahun 1990 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi telah


menetapkan paradigma baru dalam manajemen pendidikan tinggi yang
terdiri dari lima pilar yaitu ;

1. Kualitas (Quality)
2. Otonomi (Autonomi)
3. Akuntabilitas (Acountability)
4. Akreditasi (Accreditation)
5. Evaluasi (Evaluation)

Implementasi dari konsep paradigma baru tersebut adalah


memberikan otonomi kepada lembaga pendidikan tinggi untuk
menjalankan misi akademisnya, yaitu pendidikan, penelitian, pengabdian
kepada masyarakat. Namun demikian lembaga pendidikan tinggi dituntut
untuk bersifat akuntabel dalam hal nilai akademisnya dan kinerja
manajemennya. Lembaga pendidikan tinggi juga harus bertanggung
jawab terhadap mutu dan buku programnya serta derajat akademisnya
yang diberikan.

4
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas, makalah ini penulis rumuskan


permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimanakan cara meningkatkan mutu pendidikan dalam


perguruan tinggi?
2. Bagaimana susunan organisasi dalam perguruan tinggi?
3. Apa saja yang mendorong manusia untuk melakukan
pergerakan?
4. Bagaimanakan system pengawasan perguruan tinggi
seharusnya?
5. Bagaimanakah system mutu dalam pendidikan saat ini?

C. Tujuan makalah

Agar pembaca mampu memahami sistem geopolitik Indonesia


yang telah menjadi negara maritim dunia. Dan pembaca dapat
menganalisis sistem perekonomian, pembangunan dan krisis moneter
yang dihadapi bangsa Indonesia. Harapan penulis, makalah ini mendapat
kritikan dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah-makalah
selanjuutnya. Disamping itu juga dapat memberikan pemahaman tentang:

1. Cara meningkatkan mutu pendidikan dalam perguruan tinggi.


2. Susunan organisasi dalam perguruan tinggi.
3. Faktor pendorong manusia untuk melakukan pergerakan.
4. System pengawasan perguruan tinggi.
5. System mutu dalam pendidikan saat ini.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Upaya Peningkatan Mutu PT melalui Manajemen Berorientasi


Mutu

Perguruan tinggi sebagai suatu satuan pendidikan harus memiliki


berbagai pedoman penyelenggaraan, antara lain tentang struktur
organisasi8. Untuk menjaga mutu penyelenggaraan dan mutu produk,
diaturlah organisasi, tata kerja lembaga, dan tatacara penjaminan mutu
pendidikan9. Dengan berbagai aturan diharapkan masyarakat dapat
mengawal penyelenggaraan pendidikan yang memenui standard mutu
tertentu di mana lulusanya dapat bersaing. Pendidikan yang melahirkan
lulusan berkualitas, harus memadukan budaya dan keseluruhan aspek
kehidupan10. Organisasi pendidikan dipandang oleh berbagai pihak
sebagai organisasi bidang bisnis11. Organisasi yang bergerak dalam
bidang bisnis membutuhkan manusia yang berkualitas (Pfeffer, 1996,19).
Semakin tingggi budaya bisnis suatu masyarakat semakin tinggi pula
tuntutan dan kompetisi kualitas manusia. Tuntutan kualitas manusia yang
semakin tinggi akan sejalan dengan tuntutan organisasi penyelenggaraan
pendidikan tinggi yang semakin baik.

Perguruan Tinggi memiliki ciri keunikan dan kekomplekan. Kondisi


unik dan kompleks itu terletak pada keanekaragaman sumber-sumber
organisasi perguruan tinggi. Jika penyelenggara kegiatan akademik
memiliki latar budaya yang beragam maka kemungkinan kampus akan
tercerai-berai secara kultural. Oleh karena itu, diperlukan tingkat
koordinasi dan adaptabilitas yang tinggi diantara pimpinan perguruan
tinggi (Bartky, 1956,12). Organisasi perguruan tinggi yang baik adalah

8 Pasal 52 UU No 19 Th 2005
9 KepMendiknas No 087/0/2003
10Tilaar, 2000, 15
11Ornstein & Levine, 1989, 22; Becker, 1985,18; Schultz, 1981,71; Cohn,

1979,4; Robinson & Vaizey, 1966,27

6
organisasi perguruan tinggi yang secara kultur terintegrasi. Kultur
perguruan tinggi yang terintegrasi ada pada struktur organisasi perguruan
tinggi yang birokratis. Namun, struktur organisasi perguruan tinggi yang
bercirikan birokrasi yang sentralistik perlu dikaji ulang12. Oleh karena itu,
pimpinan perguruan tinggi harus memahami peranan-peranan dan
hubungan-hubungan antar orang yang ada.

Hubungan antara pimpinan, dosen, dan karyawan perguruan


tinggi swasta biasanya didasarkan atas persamaan kegiatan dan
kepentingan. Persamaan dan perbedaan itu akan melahirkan kelompok
kelompok. Secara alamiah, keberadaan kelompok atau klik, atau
organisasi informal tidak dapat dihindarkan. Kelompok merupakan ikatan
yang sangat berpengaruh terhadap keseluruhan lingkungan motivasional
individu13. Pengalaman penelitian pada Fakultas Teknik Universitas Bung
Hata Padang menunjukkan bahwa pimpinan perguruan tinggi harus
memahami, mengenali, dan memperhatikan peranan-peranan organisasi
informal dalam pengambilan keputusan 14. Demikian pula pengalaman di
Universitas Makasar, Fakultas Administrasi Negara, di mana organisasi
informal memiliki peran dalam pengambilan keputusan Dekan15. Sebagai
contoh peran anggota Dosen Fakultas berhubungan dgn tujuan yg
kompleks dr lembaganya, Sebagai tugas tambahan dari memberi kuliah,
juga diminta pimpinan utk meberi ceramah pd masyarakat, menghadiri
konferensi, menulis teknikal paper, menjawab korespondensi, bertemu
dgn kelompok mhs dlm pertemuan sore, dsb. Tugas ini bisamengahalangi
usaha dosen dlm menulis buku atau mengadakan penelitian dsb. Berbeda
dgn adm bisnis atau org pemerintahan karyawan dpt menolak tugas yg
diluar tgg jawabnya

Dalam kerangka pengembangan perguruan tinggi ke depan,


pemerintah Indonesia memberikan perhatian yang serius pada pembinaan
organisasi perguruan tinggi. Pengembangan kelembagaan organisasi

12 Bachor & Andriyani, 2005,5


13 Nadler & Lawler, dalam Staw, 1991,47
14 Satriadi, 2005,84
15 Aris Munandar, 1992,10

7
perguruan tinggi di Indonesia diarahkan untuk menjamin lahirnya sarjana
yang unggul16. Pendidikan diharapkan memiliki sumbangan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat17. Manajemen PT yang
profesional dan akuntabel merupakan hal yang mendesak untuk dibangun
(Tilaar, 2000,33; Uys, 2002,14).

Manajemen PT hendaknya diselenggarakan dengan


menggunakan prinsip-prinsip manajemen yang fleksibel, dinamis serta
berorienatsi mutu agar memungkinkan setiap perguruan tinggi untuk
tumbuh dan berkembang sesuai potensi yang dimilikinya.

Manajemen atau seringkali disebut pula pengelolaan merupakan


kata yang digunakan sehari-hari, sehingga diandaikan semua orang tahu
artinya. Definisi sesungguhnya kata tersebut ternyata banyak sekali,
tergantung pada cara pandang, kepercayaan, atau pengertian seseorang.

Pustaka mendefinisikan sebagai kekuatan yang mengendalikan


bisnis, sehingga menentukan berhasil tidaknya binsis, ada pula yang
menyebutnya bagaimana mendapatkan sesuatu melalui orang lain,
perencanaan dan implementasi, dan sebagainya. Ada definisi yang
digunakan misalnya yang dirumuskan oleh Terry, sebagai berikut:

Management is a distinct process consisting of planning,


organizing, actuating, and controlling, performed to determine and
accomplish stated objectives by the use of human beings and other
resources.

Dalam pengertian definisi ini, ada aktivitas yang jelas berupa


proses manajemen. Selanjutnya, aktivitas dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu dan dilakukan melalui orang lain dengan bantuan sumber
daya lain pula, yang dinamakan orang dan sumber daya lain biasa disebut
5 M, yaitu men, materials, machines, methods, dan money.

16HELTS 2003-2010
17 Robinson & Vaizey, 1966,27; Becker, 1975,18; Cohn, 1979,4; Schultz,
1981,71; Pophal, 2002,58; Proenza, 2002/03,44; Sylverter, 2003,5

8
Sebagian besar perguruan tinggi adalah organisasi sosial atau
nirlaba, sedangkan sebagian kecil lebih cenderung disebut perusahaan
komersial sebagaimana perusahaan bisnis yang lain.

Perguruan tinggi merupakan organsasi yang memiliki karakterisitk


yang berbeda dengan organisasi lainnya. Perbedaan itu dapat dilihat dari
tugas dan tanggung jawab insan perguruan tinggi sebagai berikut:

1. Rektor:

Memimpin penyelenggaraan pendidikan, penelitian, dan


pengabdian kepada masyarakat, membina tenaga kependidikan,
mahasiswa, tenaga administrasi serta hubungannya dengan lingkungan.

Membina dan melaksanakan kerja sama dengan instansi, badan


swasta dan masyarakat untuk memecahkan persoalan yang timbul,
terutama yang menyangkut bidang tanggung jawabnya.

2. Dekan:

Tugas Dekan yakni; memimpin penyelenggaraan pendidikan,


penelitfan, pengabdian kepada masyarakat, membina tenuga
kependidikan, mahasiswa, tenaga administrasi, dan administrasi fakultas
dan bertanggung jawab kepada Rektor.

3. Ketua Jurusan:

Ketua jurusan mempunyai tugas melaksanakan pendidikan


akademik dan atau profesional dalam sebagian atau satu cabang ilmu
pengetahuan, teknologi dan atau kesenian tertentu.

Oleh karena itu, yang dibahas di sini adalah manajemen


perguruan tinggi sebagai salah satu bentuk manajemen kegiatan sosial
atau nirlaba. Bahasan utama yang akan disajikan adalah proses dan
aktivitas manajemen yang perlu dilakukan.

Selanjutnya, beberapa aplikasi fungsi manajamen umum dalam


manajemen perguruan tinggi, adalah sebagai berikut:

9
B. Perencanaan

Perencanaan program kerja, termasuk perencanaan anggaran,


bukan merupakan hal baru bagi perguruan tinggi, baik perencanaan lima
tahunan maupun perencanaan tahunan. Namun, perencanaan perlu pula
dilakukan untuk perencanaan strategis, yaitu perencanaan yang
menentukan hidup mati dan berkembang tidaknya suatu universitas.

Rektor mempunyai peran yang besar dalam penyusunan rencana


sebuah perguruan tinggi.

C. Pengorganisasian

Fungsi pengorganisasian termasuk fungsi pengisian staf yang


sesuai untuk setiap tugas atau kedudukan. Pengisian staf atau karyawan
perlu membedakan beberapa jenis karyawan yang bekerja di suatu
universitas, yang masing-masing mempunyai tugas khas dan karakteristik
sendiri-sendiri.Ada sekurang-kurangnya empat jenis kelompok karyawan
yang mempunyai tugas berbeda, adalah sebagai berikut:

1. 1. Karyawan Akademik adalah para dosen dan peneliti yang


bertugas mengajar dan melakukan penelitian ilmiah.
2. 2. Karyawan Administrasi adalah karyawan yang bekerja di
rektorat, keuangan, pendaftaran, personalia dan sebagainya.
3. 3. Karyawan Penunjang Akademik adalah mereka yang
bekerja sebagai ahli atau karyawan di perpustakaan,
laboratorium, bengkel latihan dan sejenisnya.
4. 4. Karyawan penunjang lain adalah karyawan lain seperti
sopir, tukang kebun, petugas kebersihan gedung, petugas
pemeliharaan dan sebagainya.

Fungsi tugas pengorganisasian dan staf termasuk perencanaan,


rekrutmen, seleksi, pelatihan, pengembangan karir, pembuatan rincian
tugas (job description) dan kebutuhan tugas (job requirement), penetapan
otorisasi, menentukan organigram, menentukan hubungan lini dan
hubungan staf, menentukan rentang kendali (span of control), membuat

10
penilaian tugas dan jenjang tugas (job evaluation dan job establishment),
merencanakan kaderisasi dan sebagainya.

D. Penggerakan

Fungsi tugas penggerakan (actuating) adalah tugas


menggerakkan seluruh manusia yang bekerja dalam suatu perguruan
tinggi agar masing-masing bekerja sesuai yang telah ditugaskan dengan
semangat dan kemampuan maksimal. Ini merupakan tantangan yang
sangat besar bagi fungsi manajemen karena menyangkut manusia, yang
mempunyai keyakinan, harapan, sifat, tingkat laku, emosi, kepuasan,
pengembangan, dan akal budi serta menyangkut hubungan antar pribadi.
Oleh karena itu, banyak yang mengatakan bahwa fungsi penggerakan
adalah fungsi yang paling penting serta paling sulit dalam keseluruhan
fungsi manajemen.

Fungsi penggerakan berada pada semua tingkat, lokasi, dan


bagian perguruan tinggi. Kemudian, fungsi penggerakan meliputi
memberikan motivasi, memimpin, menggerakkan, mengevaluasi kinerja
individu, memberikan imbal jasa, mengembangkan para manajer dan
sebagainya. Fungsi penggerakan kadang-kadang diganti dengan istilah
lain, misalnya fungsi kepemimpinan (leading).

Parameter pengukuran atau suatu alat yang seringkali digunakan


untuk membantu memahami kebutuhan manusia adalah hierarki
kebutuhan yang dikembangkan oleh AH Maslow. Hierarki mengenai lima
tingkat (kadang-kadang dibagi menjadi enam) yakni kebutuhan dasar
manusia, dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi, sebagai
berikut:

1. Kebutuhan fisiologis (physiological need)

Lapar dan haus adalah kebutuhan yang paling dasar bagi


manusia dan harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum semua kebutuhan
lainnya dipenuhi.

11
2. Kebutuhan keamanan (safety need)

Keamanan adalah tingkat kebutuhan kedua, yaitu berupa pakaian,


tempat perlindungan atau rumah tempat tinggal, dan lingkungan yang
menjamin keamanan seperti pekerjaan tetap, pensiun dan asuransi.

3. Kebutuhan afeksi (affection need)

Termasuk dalam kebutuhan tingkat tiga adalah pengakuan


termasuk dalam lingkungan tertentu, bukan hanya lingkungan keluarga,
tetapi juga lingkungan sosial lainnya, seperti tempat kerja.

4. Kebutuhan penghargaan (esteem need)

Kebutuhan penghargaan berbentuk kebutuhan penghargaan diri,


rasa keberhasilan, dan pengakuan dari orang lain. Kebutuhan akan status
merupakan dorongan utama untuk mencapai keberhasilan lebih lanjut.

5. Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization need)

Tingkat tertinggi kebutuhan manusia adalah rasa pemenuhan diri,


yaitu sumbangan optimalnya pada sesama manusia, suatu realisasi
penuh atas potensi diri manusia.

E. Pengawasan

Pengawasan adalah fungsi terakhir manajemen, namun bukan


berarti yang paling kurang penting. Pengawasan adalah pengamatan dan
pengukuran, apakah pelaksanaan dan hasil kerja sudah sesuai dengan
perencanaan atau tidak. Kalau tidak, apa kendalanya dan bagaimana
menghilangkan kendala agar hasil kerja dapat sesuai dengan yang
diharapkan. Fungsi pengawasan tidak harus dilakukan hanya setiap akhir
tahun anggaran, tetapi justru harus secara berkala dalam waktu yang
lebih pendek, misalnya setiap bulan, sehingga perbaikan yang perlu
dilakukan tidak terlambat dilaksanakan.

12
F. Penerapan Total Quality Management

Sesuai program pengembangan sumber daya manusia di suatu


universitas, fakultas, lebih khusus di suatu program studi, telah
memprogramkan kegiatan-kegiatan pengembangan sumber daya
manusia dalam menunjang proses belajar mengajar, seperti antara lain:
kegiatan-kegiatan magang, pelatihan-pelatihan, seminar, lokakarya,
workshop, serta meningkatkan kualitas manajemen fakultas/program studi
bagi pimpinan fakultas/program studi. Dalam maksud tersebut, pimpinan
universitas, pimpinan fakultas, dalam rangka menerapkan manajemen
perguruan tinggi modern, perlu mengikutsertakan para pimpinan program
studinya dalam kegiatan-kegiatan pengembangan sumber daya manusia,
untuk mengikuti kegiatan magang seperti kegiatan Total Quality
Management di suatu universitas/fakultas dan program studi lain di luar
perguruan tingginya.

Tujuan pelaksanaan magang Total Quality Management


perguruan tinggi adalah (1) memahami berbagai model sistem
manajemen mutu dalam bidang pendidikan tinggi, dan (2) dapat
membangun serta menerapkan sistem manajemen mutu pendidikan di
perguruan tingginya/fakultas dan program studinya.

Manfaat dari kegiatan magang Total Quality Management (TQM)


ini adalah: agar universitas/fakultas/program studi, secara berkelanjutan
mampu menggunakan dan menerapkan sistem manajemen mutu
perguruan tinggi, guna melaksanakan proses belajar mengajar secara
berkualitas, serta mampu menghasilkan sarjana yang mempunyai
kompetensi profesional, kepedulian terhadap lingkungan, kepekaan sosial
dan mempunyai jiwa kewirausahaan, mempunyai budi pekerti yang luhur
yang berlandaskan pada motto perguruan tingginya.

Di antara banyak definisi tentang mutu, untuk keperluan


pengembangan sistem jaminan mutu dipakai pengertian menurut kriteria
dari Crosby (1979) dan Salis (1993), bahwa mutu pendidikan tinggi adalah
pencapaian tujuan pendidikan dan kompetensi lulusan yang telah

13
ditetapkan oleh institusi pendidikan tinggi di dalam rencana strategisnya,
atau kesesuaian dengan standar yang telah ditentukan. Jaminan mutu
adalah keseluruhan aktivitas dalam berbagai bagian dari sistem untuk
memastikan bahwa mutu produk atau layanan yang dihasilkan selalu
konsisten sesuai dengan yang direncanakan/dijanjikan. Dalam jaminan
mutu terkandung proses penetapan dan pemenuhan standar mutu
pengelolaan pendidikan secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga
seluruh stakeholders memperoleh kepuasan.

Dalam mendefinisikan kualitas,ada lima pakar utama dalam TQM


(total quality management) yang saling berbeda pendapat, tetapi
maksudnya sama. Juran (V. Daniel Hunt, 1993:32) menyatakan bahwa
kualitas adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk
memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan atau kualitas sebagai
kesesuaian terhadap spesifikasi18. Deming (1982 :176) menyatakan
bahwa kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau kualitas
adalah apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen19.
Menurut Crosby (1979 : 58) menyatakan bahwa kualitas adalah
conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau
distandarkan atau kualitas sebagai nihil cacat, kesempurnaan dan
kesesuaian terhadap persyaratan20.

Menurut Garvin (1988), kualitas adalah suatu kondisi dinamis


yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan
tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan
atau konsumen.

Meskipun tidak ada definisi mengenai kualitas yang diterima


secara universal, dari definisi-definisi yang ada terdapat beberapa
persamaan, yaitu dalam elemen-elemen adalah : [1] Kualitas meliputi
usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. [2] Kualitas
mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan. [3] Kualitas

18 Yamit, 2004:7
19 Yamit, 2004 :7
20 Yamit, 2004 : 7

14
merupakan kondisi yang berubah (misalnya apa yang dianggap
merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada
masa mendatang).

Dalam rangka melaksanakan perbaikan mutu di perguruan


tinggi/universitas/fakultas dan program studi, secara kontinyu
(berkelanjutan), TQM merupakan pendekatan yang tepat. TQM
merupakan kegiatan pikiran (sikap, gagasan) dan kegiatan praktis
(metoda, prosedur, teknik) yang mendorong perbaikan secara kontinyu.
Sebagai suatu pendekatan, TQM mengupayakan agar penekanan institusi
bergeser secara permanen dan shorter expediency keperbaikan mutu
jangka panjang, inovasi, perbaikan dan perubahan yang terus menerus,
perlu ditekankan. Di samping itu, unit-unit kerja yang melaksanakan
dilibatkan dalam siklus perbaikan mutu yang kontinyu.

Gerakan perbaikan mutu dalam bidang pendidikan di dunia,


sebenarnya belum terlalu lama. Perintisan Total Quality Management
(TQM) dalam bidang pendidikan diawali di Amerika Serikat pada akhir
tahun 1980-an, diikuti oleh Inggris. Peningkatan perhatian baru dimulai
pada tahun 1990. Demikian pula TQM sebagai mata kuliah akademik,
masih sangat sedikit diterapkan. Dari hasil survei yang dilakukan Vaplan
(1992) di 10 universitas terkemuka di Amerika Serikat, dari Harvard
Business School, ternyata hanya sedikit input tentang TQM diberikan oleh
kebanyakan program studi bisnis dan MBA, serta jarang diteliti. Dapat
disimpulkan bahwa baru sedikit pemahaman pentingnya mutu terpadu
bagi suatu sistem ekonomi yang sehat. Banyak ahli pendidikan tidak suka
membuat analogi antara proses pendidikan dengan proses
manufaktur pada industri.

Di Inggris, sejak berlakunya Education Reform Act pada tahun


1988, perhatian terhadap mutu pendidikan mulai meningkat. Undang-
undang ini banyak menitikberatkan pada monitoring performance
indicators (indikator kinerja) dari proses pendidikan. Akan tetapi indikator-
indikator ini, terutama hanya merupakan pedoman untuk mengukur

15
efisiensi mutu pembelajaran atau efektivitas institusi dalam memenuhi
kebutuhan pelanggan. Jika ingin memperoleh lebih banyak apa yang ada
di balik indikator kinerja tersebut, suatu institusi harus mulai lebih serius
pada TQM dengan artian perbaikan berkelanjutan (continuous
improvement) terhadap standar pelanggannya seiring meningkatnya
persyaratan mutu pelanggan.

Perbaikan mutu menjadi semakin penting dengan meningkatnya


persaingan dalam era liberalisasi ini. Otonomi yang semakin besar, harus
diimbangi oleh peningkatan tanggung jawab. Lembaga pendidikan tinggi
harus bisa mendemonstrasikan bahwa lembaga tersebut mampu
menyelenggarakan pendidikan yang bermutu kepada para mahasiswanya.
Hal ini sejalan dengan paradigma baru penataan sistem pendidikan tinggi,
yang mulai diterapkan pada Sistem Perencanaan Penyusunan Program
dan Pengajaran (SP4) sejak 1997. Perguruan tinggi harus
menyelenggarakan pendidikan yang mengacu kepada mutu yang
berkelanjutan. Untuk itu diperlukan pola manajemen yang berazazkan
otonomi, namun diiringi akuntabilitas yang memadai.

Hal ini hanya akan bisa dicapai bila suatu perguruan tinggi
melakukan evaluasi diri secara teratur sebelum dievaluasi oleh pihak
ketiga secara eksternal yakni akreditasi. Evaluasi secara teratur dalam
bentuk audit internal yang dilanjutkan dengan review sistem
manajemen akan menjamin suatu perguruan tinggi dapat secara kontinyu
melakukan perbaikan mutu, dalam mengantisipasi persaingan yang
semakin ketat bagi lulusannya dalam meniti karir di dunia kerja.

Dalam rangka melaksanakan perbaikan mutu yang kontinyu


(berkelanjutan), TQM merupakan pendekatan yang tepat. TQM
merupakan kegiatan pikiran (sikap, gagasan) dan kegiatan praktis
(metoda, prosedur, teknik) yang mendorong perbaikan kontinyu. Sebagai
suatu pendekatan, TQM mengupayakan agar penekanan institusi
bergeser secara permanent dan shorter expediency ke perbaikan mutu
jangka panjang. Inovasi, perbaikan dan perubahan yang terus menerus

16
perlu ditekankan. Di samping itu unit-unit kerja yang melaksanakannya
dilibatkan dalam siklus perbaikan mutu yang kontinyu.

Penerapan TQM dalam suatu lembaga pendidikan tinggi


memerlukan perubahan budaya. Perubahan budaya ini merupakan
salah satu faktor penghambat yang cukup sulit dan cukup memakan
waktu. Budaya mutu mencakup sikap dan metoda kerja staf di samping
sistem manajemen dan kepemimpinan. Perencanaan strategis merupakan
suatu wahana yang cukup baik dalam menanggulangi hambatan budaya
tersebut.

Proses perencanaan strategis banyak membantu staf dalam


memahami misi perguruan tingginya dan menjembatani komunikasi yang
terputus. Staf jadi tahu mau kemana perguruan tingginya menuju dan
akan menjadi bagaimana di masa depan.

G. Merancang Sistem Manajemen Mutu

Adanya sistem manajemen mutu dalam suatu institusi perguruan


tinggi, menjamin terlaksananya perbaikan mutu secara berkelanjutan.
Dalam penerapan TQM, institusi harus menyusun sistem mutu dalam
bentuk pedoman mutu (Quality Manual), tertulis sebagai acuan bagi
semua orang yang terlibat dalam pencapaian standar-standar kinerja mutu
yang ditetapkan. Implementasi sistem manajemen mutu harus diaudit
secara berkala dalam rangka memperoleh masukan untuk manajemen
review untuk penyempurnaan sistem itu sendiri.

Perencanaan sistem mutu merupakan serangkaian langkah-


langkah penting yaitu:menetapkan apa yang akan dikerjakan,mencari
dan menetapkan metoda-metoda dan prosedur yang diperlukan untuk
menjamin mutu,mendokumentasikan apa yang akan dikerjakan
(pedoman, metoda, prosedur tertulis (Prosedur Operasional Standar) atau
SOP,melaksanakan kegiatan sesuai apa yang disepakati secara tertulis,
menyiapkan bukti-bukti tentang apa yang dikerjakan (memungkinkan
informasi ini digunakan pihak lain).

17
Berdasarkan ruang lingkup penjaminan mutu sebagaimana
tersebut di atas dijabarkan ke dalam pelbagai aspek jaminan mutu.
Masing-masing penjaminan mutu ditetapkan baku mutunya seperti
misalnya untuk mutu proses pembelajaran, disebut baku mutu proses
pembelajaran. SPMA dikembangkan dan dilaksanakan secara bertahap,
dimulai dari pengidentifikasian berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
proses pembelajaran sampai dengan kegiatan yang merupakan proses
kunci dalam penyelenggaraan proses pembelajaran.

Siklus PDCA (Plan-Do-Check-Action) diterapkan dalam


pelaksanaan penjaminan mutu proses pembelajaran dapat dilihat dari
gambar di bawah ini:

H. Sistem Mutu Dalam Bidang Pendidikan

Suatu sistem (jaminan) mutu dalam bidang pendidikan, pada


umumnya memuat unsur-unsur sebagai berikut:

1. Rencana Strategis

Rencana strategis memberi visi, misi dan tujuan suatu perguruan


tinggi dalam jangka panjang serta memberikan arahan terhadap
pelaksanaan seluruh program operasional yang disusun tahun demi
tahun. Rencana strategis mengidentifikasi sasaran pasar, positioning dan
budaya yang diinginkan dalam memproduksi produk (lulusan) untuk
memenuhi pasar tersebut.

Rencana strategis sangat penting untuk pencapaian mutu


pelayanan sebab hanya perencanaan yang dapat memberikan perspektif
keadaan persaingan di masa mendatang.

2. Kebijakan Mutu

Kebijakan mutu merupakan acuan umum bagi program-program


utama yang semestinya disusun untuk mengantisipasi kebutuhan dan
persyaratan mutu masyarakat. Kebijakan ini seyogyanya merupakan

18
persyaratan kepada masyarakat tentang komitmen perguruan tinggi untuk
memuaskan harapan pelanggan baik internal maupun eksternal.

Kebijakan mutu harus terdokumentasi, dikomunikasikan kepada


seluruh staf (akademik dan non akademik) agar dipahami dan selanjutnya
memberikan komitmen pada implementasinya.

3. Tanggung Jawab Manajemen

Unsur ini meletakkan peranan dan tanggung jawab manajemen


puncak, manajemen madya dalam sistem mutu. Harus ditetapkan juga
anggota tim senior yang memimpin pelaksanaan program perbaikan mutu.

4. Organisasi Mutu

Ruang lingkup tugas, wewenang dan tanggung jawab kelompok


pengarah untuk mengimplementasikan sistem mutu perlu ditetapkan
kelompok atau tim ini diperlukan untuk:mengarahkan langkah awal
perbaikan mutu,mengelola perubahan budaya mutu,mendukung dan
mengendalikan kegiatan-kegiatan unit kerja dalam langkah awal tersebut.

5. Memonitor perkembangan program perbaikan mutu.

Fungsi tim dalam melaksanakan program dan pemecahan


masalah merupakan titik berat dari langkah awal perbaikan mutu.
Dukungan, kepemimpinan dan sumberdaya serta adanya pelatihan tim
diperlukan untuk menyukseskan gerakan awal ini.

6. Pemasaran dan Publikasi

Suatu institusi pendidikan, misalnya perguruan tinggi perlu


memberikan informasi yang jelas mengenai program-program studi yang
ditawarkan secara lengkap. Informasi ini harus didokumentasikan dengan
baik dan mudah diperoleh. Bahan-bahan pemasaran (sales kits) seperti
selebaran, leaflet, brosur, iklan dan sebagainya harus dibuat dengan jelas
dan tepat serta secara teratur diperbaharui.

19
7. Seleksi Masuk

Seleksi masuk merupakan tahapan sangat penting dalam proses


pendidikan. Meskipun tidak ada data pendukung, tetapi pengaruh mutu
bahan mentah (calon mahasiswa) terhadap mutu lulusan sangat besar.

Prosedur seleksi masuk ke perguruan tinggi harus


didokumentasikan dengan baik dan di review secara teratur. Hal-hal yang
perlu didokumentasikan mencakup pedoman seleksi, surat lamaran asli
(termasuk lampirannya), hasil wawancara, daftar nama.

8. Rancangan Kurikulum

Rancangan kurikulum mencakup maksud dan tujuan setiap


program studi dan spesifikasinya secara rinci, harus didokumentasikan.
Studi prosedur pembukaan/program penetapan harus ada dan
didokumentasikan. Spesifikasi meliputi silabus dan satuan acara
perkuliahan/praktikum harus disahkan oleh pejabat tertentu.

Adanya masukan dari mahasiswa, alumni dan client bagi


rancangan kurikulum merupakan bagian sistem mutu yang perlu
didokumentasikan dengan baik. Tinjauan secara periodik dalam rangka
meningkatkan relevansi dengan dunia kerja perlu diatur secara berkala.

9. Pelaksanaan Kurikulum

Pelaksanaan kurikulum juga merupakan tahapan penting dalam


proses pendidikan. Metode pengajaran harus dimantapkan dan dijelaskan
dalam prosedur-prosedur yang harus diikuti dalam pelaksanaan setiap
aspek program studi. Berbagai catatan dalam kaitan ini perlu dipelihara
dan didokumentasikan dengan baik, antara lain, jadwal kuliah/praktikum,
course submissions, kerangka kerja, catatan kerja, catatan penilaian,
rencana kerja dan catatan-catatan prestasi kerja. Demikian pula catatan-
catatan kegagalan dan kinerja di bawah standard dan tindakan koreksi
yang diambil harus didokumentasikan.

Sistem yang dikembangkan untuk membantu memecahkan


masalah-masalah pembelajaran juga perlu didokumentasikan. Rincian

20
penilaian formatif dan sumatif serta kriteria untuk kelulusan dan grading
mahasiswa merupakan unsur yang penting dalam pelaksanaan kurikulum.

10. Manajemen Pembelajaran

Proses yang dilaksanakan dalam rangka pengelolaan program


dan kurikulum perlu dispesifikasi, termasuk pengaturan untuk kerja tim.
Peranan dalam tim, wewenang dan tanggung jawab perlu dijelaskan
dengan baik. Paparan audit dari pihak luar merupakan bukti yang baik bila
tersedia untuk memberikan gambaran, mutu manajemen pembelajaran.

11. Penyusunan, Pelatihan dan Pengembangan Staf

Staf perguruan tinggi harus sesuai dengan tugasnya. Perlu dibuat


prosedur seleksi dan rekruitmen staf, pengukuran prestasi kerja,
peningkatan inovasi dan kebijakan pengembangan karir.

Pengembangan staf memerlukan perencanaan dan proses


analisis kebutuhan serta sistem monitoring dan evaluasi efektivitas
program pelatihan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Perlu
dilakukan standarisasi bagi kualifikasi staf untuk melaksanakan setiap
program studi.

12. Monitoring dan Evaluasi

Siklus umpan balik sangat vital peranannya untuk menilai dan


menjamin mutu pendidikan. Sistem mutu dalam kaitan ini
mendokumentasikan mekanisme evaluasi yang digunakan instansi untuk
memonitor hasil yang dicapai individu-individu dan keberhasilan program
yang dilaksanakannya.

Keikutsertaan mahasiswa dalam penilaian kemajuannya sendiri


dan pengalaman mereka mengikuti program merupakan unsur penting
dalam proses penilaian. Metode yang digunakan dapat terdiri dari analisis
dari catatan pencapaian hasil, review meeting, penyebaran kuesioner dan
internal audit.

21
13. Pengaturan Administrasi

Perguruan tinggi perlu mendokumentasikan prosedur-prosedur


administrasi yang penting meliputi daftar mahasiswa, catatan-catatan
mahasiswa, jadwal, prosedur kesehatan dan keamanan, examination
entries and result dan sistem keuangan.

Proses pengendalian dokumen penting, namun perlu melakukan


spesifikasi terhadap dokumen-dokumen kunci agar tidak terlalu menitik
beratkan kepada catatan. Dokumen kunci meliputi silabus terbaru,
dokumen persetujuan dan pengesahan, catatan kemahasiswaan, catatan
penilaian dan hasil ujian, catatan notulen rapat penting dan sebagainya.

14. Review Manajemen Institusi

Perguruan tinggi harus mempunyai suatu cara untuk


mengevaluasi keseluruhan kinerja (total performance). Kegiatan ini dapat
dilakukan oleh pemeriksa dari luar. Namun demikian, bisa saja diputuskan
bahwa perguruan tinggi melakukan audit sendiri dengan melibatkan pihak
luar.

I. Sistem Mutu ISO-9000

ISO, singkatan dari International Organization for Standardization


atau Organisasi Standarisasi International yang merupakan organisasi
non pemerintah dan anggotanya terdiri dari badan-badan standarisasi
nasional beberapa negara. Sistem mutu ISO-9000 adalah suatu bakuan
mutu proses yang berlaku secara internasional. Bakuan mutu ini awalnya
dibuat khusus untuk dunia industri, dimana untuk menghasilkan produk
yang diharapkan harus dijamin oleh proses yang baku.

Dokumen Sistem Manajemen Mutu yang disusun harus


mencakup:

1. Kebijakan mutu dan sasaran mutu.


2. Manual mutu, yang terdiri dari struktur organisasi lembaga,
struktur organisasi mutu, uraian wewenang dan tanggung jawab

22
fungsi mutu, garis besar sistem manajemen mutu yang diterapkan
oleh institusi, serta prosedur-prosedur yang disyaratkan.
3. Semua dokumen yang dibutuhkan organisasi untuk
memastikan keefektifan pengoperasian dan pengendalian proses.
Bisa berbentuk strategi organisasi, prosedur kerja,
4. Catatan mutu yang disyaratkan, berisi daftar dokumen yang
perlu disimpan, berapa lama penyimpanan serta disimpan oleh
siapa.

Sistem Manajemen Mutu ISO 9000, menggunakan 8


klausul/prinsip utama, sebagai berikut: 1. Berfokus pada pelanggan, 2.
Kepemimpinan, 3. Peran serta setiap orang di dalam organisasi, 4.
Pendekatan proses, 5. Pendekatan sistem, 6. Peningkatan terus menerus,
7. Pengambilan keputusan harus dengan pendekatan fakta, 8. Hubungan
baik dengan pemasok.

J. Rencana Program TQM Untuk Universitas/Fakultas dan


Program Studi

Rencana program kerja TQM pada suatu


Universitas/Fakultas/Program Studi, adalah sebagai berikut:

1. Merancang sistem manajemen mutu, dalam bentuk


pedoman mutu (quality manual) secara tertulis sebagai acuan bagi
civitas akademika yang terlibat dalam pencapaian standar-standar
kinerja mutu yang ditetapkan.
2. Membuat Tim Pengarah dan Tim Pelaksana untuk
mendesain, mendiagnosa sistem manajemen mutu sebelum
dilembagakan dalam struktur organisasi.
3. Menyusun serta menetapkan kebijakan dan tujuan mutu di
tingkat program studi, serta mengusulkannya di tingkat fakultas
dan universitas. Kemudian menyusun indikator kinerja mutu dan
sasaran kinerja mutu.

23
4. Mulai melaksanakan proyek-proyek perbaikan mutu di
Fakultas/Program Studi, antara lain: Penyusunan Buku Pedoman
Akademik untuk Mahasiswa; Buku Kurikulum dengan seluruh
derivasinya seperti: Satuan Acara Perkuliahan, Analisis
Instruksional, Modul Plan, Course Outline, Bahan Ajar Program
Studi, pengelolaan manajemen sumberdaya manusia,
sumberdaya sarana fisik/fasilitas dan sarana komunikasi dan
informasi teknologi, keuangan, evaluasi akademik untuk
mahasiswa dan staf pengajar, proses belajar mengajar, proses
tugas akhir, proses ujian akhir semester dan ujian sarjana dan
sebagainya.
5. Menerapkan dan melaksanakan sistem manajemen mutu di
Fakultas/Program Studi, dan melaksanakan monitoring dan
evaluasi terhadap kinerja mutu dengan indikator yang telah
ditetapkan.

Agar mutu tetap terjaga dan agar proses peningkatan mutu tetap
terkontrol, maka harus ada standar yang diatur dan disepakati untuk
dijadikan indikator evaluasi keberhasilan peningkatan mutu tersebut
(adanya benchmarking/titik acuan standar/patokan). Kebanyakan PT di
Indonesia belum menggunakan Sistem Manajemen Mutu. Sistem
manajemen mutu yang tepat perlu di kembangkan. Dalam manajemen
mutu, sudah ada tiga sistem yang berkembang, yaitu : [1] Pengawasan
Mutu (PM), [2] Jaminan Mutu (JM) dan [3] Manajemen Mutu Terpadu
(MMT)21.

21Tampubolon, 2001:111

24
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Perguruan Tinggi adalah suatu sistem, yaitu struktur yang terdiri


dari berbagai komponen yang berkaitan erat satu sama lain secara
fungsional, sehingga merupakan keterpaduan yang sinergis. Dalam
komponen-komponen itu terjadi proses-proses yang sesuai dengan fungsi
masing-masing, tetapi tidak eksklusif atau sendiri-sendiri, melainkan saling
berkaitan, saling mendukung, dan saling mempengaruhi satu sama lain22.
Sistem manajemen mutu yang tepat perlu dikembangkan.

Depdiknas (2003) menjelaskan Pendidikan tinggi di perguruan


tinggi dinyatakan bermutu atau berkualitas, apabila :

1. Perguruan tinggi tersebut mampu menetapkan dan


mewujudkan visinya melalui pelaksanaan misinya (aspek
deduktif);
2. Perguruan tinggi tersebut mampu memenuhi kebutuhan
stakeholders (aspek induktif), berupa:

a. Kebutuhan kemasyarakatan (societal needs);

b. Kebutuhan dunia kerja (industrial needs);

c. Kebutuhan profesional (professional needs).

Dengan demikian perguruan tinggi harus mampu merencanakan,


menjalankan, dan mengendalikan suatu proses yang menjamin
pencapaian mutu sebagaimana diuraikan di atas. Inti dari TQM ialah
usaha sistematis dan terkoordinasi untuk secara terus-menerus
emperbaiki mutu pelayanan dan produk perusahaan. Fokusnya semakin
diarahkan ke pelanggan. Dalam TQM, kunci strategis yang dipusatkan
pada pelanggan ialah pertanyaan apakah kualitas itu? Jawabannya
kualitas berarti memberikan produk dan pelayanan yang konsisten dalam

22 Tampubolon, 2001 : 79

25
satu usaha tunggal 23 Lingkaran PDCA (Plan-Do-Check-Act) disebut juga
lingkaran Deming. Lingkaran ini menggambarkan proses-proses yang
selalu terjadi dalam setiap kegiatan atau kinerja yang bermutu.

B. SARAN

Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak


menuntut perubahan kesistem pendidikan nasional yang lebih baik serta
mampu bersaing secara sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang
harus di lakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin ketinggalan
dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas
pendidikannya terlebih dahulu.

Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya


manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu
membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia
internasional.

23 Schuler, 1997:113

26
DAFTAR PUSTAKA

Fattah, Nanang. 1999. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung:


Remaja Rosda Karya.

Nasution.M.N. 2001. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality


Management). Jakarta:Ghalia Indonesia.

Nawawi, Hadari. 1995. Administrasi Pendidikan Jakarta. Gunung Agung.


Schuler, Randall.S dan Susan E.Jackson. 1997. Manajemen
Sumber Daya

Slamet Margono (2009). Strategi Penerapan MMT di Perguruan Tinggi.


Disajikan Pada Forum HEDS, PPt.

Suyanto dan Djihad Hisyam. 2000. Refleksi Dan Reformasi Pendidikan Di


Indonesia Memasuki Milenium III. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa

Tampubolon, Daulat.P. 2001. Perguruan Tinggi Bermutu (Paradigma Baru


Manajemen Pendidikan Tinggi Menghadapi Tantangan Abad Ke-
21). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. 2003. Total Quality


Manajemen.Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi.

Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 , 2003. Tentang Sistem


Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasoinal Republik
Indonesia. Jakarta

Yamit, Zulian. 2004. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Yogyakarta:


Ekonisia.

27

Anda mungkin juga menyukai