Anda di halaman 1dari 17

1.

PENGERTIAN VARIABEL PENELITIAN


Sebagaimana diungkapkan di bab terdahulu, bahwa apa yang dikaji dalam suatu
penelitian disebut sebagai faktor atau kita sebut juga sebagai variabel. Dalam penelitian ada
yang hanya mengkaji satu variabel secara mendalam, dan ada juga yang mengkaji dua atau
lebih variabel. Sebenarnya apa yang disebut sebagai variabel atau faktor itu? Dalam bahasa
sehari-hari kita, yang disebut sebagai variabel itu adalah faktor yang memiliki variasi dalam
pengukurannya. Variabel berupa suatu gejala, fenomena, objek tertentu, kondisi atau
keadaan, peristiwa atau halhal yang apabila diukur memiliki variasi.

Ada sejumlah batasan atau definisi variabel penelitian. Ary dkk. (2010)
mendefinisikan variabel sebagai berikut, A variable is a construct or a characteristic that can
take on different values or scores. Beberapa contoh variabel misalnya, berat badan, tinggi,
status sosial, jenis kelamin, skor atau prestasi belajar, motivasi, dan sebagainya. Konsep-
konsep tersebut memiliki variasi atau perbedaan satu sama lainnya. Ukuran berat badan
seseorang berbeda satu sama lain, juga tinggi badan memiliki parameter atau ukuran yang
berbeda-beda. Demikian halnya, status sosial seseorang di masyarakat sangat bervariasi dan
seterusnya. Kita sebagai peneliti melakukan pengkajian terhadap variabel tersebut dengan
cara mendeskripsikan secara mendalam, misalnya kajian secara mendalam terkait dengan
cara belajar seseorang, atau mungkin juga kita mencari hubungan antardua atau lebih
variabel, misalnya hubungan antara variabel motivasi, jenis kelamin, dan prestasi belajar;
atau mungkin kita ingin mengkaji penganlh suatu variabel tertentu terhadap variabel lain,
misalnya pengaruh variasi pemberian balikan terhadap prestasi belajar siswa dan seterusnya.

Fraenkel, Wallen, & Hyun (2012) menjelaskan pengertian variabel sebagai berikut,
A variable is a concept-a noun that stands for variation within a class ofobiects. Menurut
pendapat mereka, bahwa suatu variabel adalah suatu konsep-suatu objek yang memiliki
variasi dalam kelompok objek. Pengertian ini sejalan dengan batasan yang dikemukakan oleh
Ary dkk. tersebut. Variabel atau faktor penelitian memiliki peranan sangat penting dalam
suatu penelitian, dalam hal ini khusus penelitian pendidikan. Arti variabel atau faktor itu
sendiri bervariasi. Arti variabel secara umum adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek
pengamatan dalam penelitian. Ada juga yang menganggap variabel sebagai gejala yang
bervariasi. Hal yang penting kita cermati bahwa variabel atau variabel penelitian merupakan
faktor-faktor yang berperanan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.

identifikasi variabel sebenarnya akan dengan mudah dilakukan oleh peneliti setelah
mengambil suatu kesimpulan teoretis berdasarkan penelaahan kepustakaan. Ini dikerjakan
pada saat peneliti memerikan latar belakang mengapa penelitian itu dilakukan. Variabel
dalam suatu penelitian ditentukan oleh landasan teoretis yang mendasarinya. Apabila
landasan teoretis penelitian berbeda, maka variabel dalam penelitian itu juga berbeda. jumlah
variabel dalam suatu penelitian sangat ditentukan oleh kecanggihan rancangan penelitiannya.
Makin sederhana suatu rancangan penelitian akan melibatkan lebih sedikit variabel dalam
penelitian, dan sebaliknya makin canggih suatu rancangan penelitian akan melibatkan lebih
banyak variabel di dalamnya. Misalnya dalam suatu rancangan penelitian, hipotesis yang
dirumuskan dinyatakan sebagai berikut, Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang
diajar dengan metode diskusi dan metode ceramah. Hipotesis ini hanya melibatkan dua
variabel utama, yaitu metode mengajar dan prestasi belajar. Peneliti bisa saja menambahkan
variabel dalam rancangan penelitian ini, misalnya dengan melibatkan variabel IQ dan jenis
kelamin.

Perhatian utama penelitian pendidikan terletak pada pembahasan dan analisis terhadap
hasil pengukuran. Pembahasan hasil penelitian ini akan menjadi lebih efektif apabila peneliti
atau pembahas memiliki kriteria yang tepat terhadap hasil. Kriteria ini berupa batasan
operasional tentanghasil. Batasan operasional ini adalah suatu bukti tentang variabel-variabel
yang diteliti dan akan diterima oleh peneliti atau guru atau oleh siapa pun yang memiliki
perhatian dan: kepedulian dengan bidang pendidikan. Vockell & Asher (1995)
mengemukakan bahwa, Operational dc[init ions are the evidence that a teacher or researcher
is willing to accept ta indicate that something of conceptual interest (such an educational
context or an instructional outcome) exists or is occuring. Pembatasan terhadap variabel
penelitian di samping mempermudah alat ukumya, peneliti akan mudah mengumpulkan
datanya. Dengan ungkapan lain, melalui batasan atau pendelinisian hal-hal yang diteliti, maka
penc liti tidak akan terjebak dalam hal-hal yang tidak ada kaitannya relevan dengan
penelitiannya.

Pedoman dalam menentukan variabel yang saling berhubungan adalah proposisi, teori
dan hipotesis. Penentuan variabel penelitian yang dapat diukur dan perumusan
hubungan antar variabel adalah dua langkah yang sangat penting. Berikut ini adalah contoh
variabel dan variasi nilainya: jenis kelamin (laki-laki dan perempuan); prestasi belajar (tinggi,
sedang dan rendah); jenis pekerjaan (formal dan informal; PNS dan non-PNS; petani,
pedagang, sekretaris, guru dan sebagainya).

Nilai-niai atau variasi dari sebuah variabel dinamakan atribut. Variabel dan atribut
saling berkaitan. Namun, menurut Neuman (2003) keduanya memiliki maksud dan tujuan
yang jelas. Hal ini dikarenakan, atribut pada suatu variabel dapat menjadi bagian dari variabel
tanpa mengubah definisi. Contoh: laki-laki dan perempuan adalah atribut variabel jenis
kelamin; formal dan non-formal atau PNS dan non-PNS adlah atribut variabel jenis
pekerjaan.

2. KLASIFIKASI VARIABEL
Variabel dapat diklasifikasikan berdasarkan skala pengukurannya dan konteks hubungannya.
a. Berdasarkan skala pengukuranya
1. Variabel nominal
Variabel nominal merupakan variabel dengan skala paling sederhana karena fungsinya
hanya untuk membedakan atau memberi label suatu subjek atau kategori. Contoh variabel
nominal : jenis kelamin (laki-laki dan perempuan).
2. Variabel ordinal
Variabel ordinal adalah variabel yang dibedakan menjadi beberapa secara bertingkat,
contoh status sosial ekonomi : rendah, sedang, tinggi.
3. Variabel interval
Variabel interval adalahvariabel yang selain dimaksudkan untuk membedakan,
mempunyaitingkatan, juga mempunyai jarak yang pasti atau satu kategori dengan kategori
lainnya, contoh prestasi belajar : 5, 6, 7, 8, dst.
4. Variabel rasio
Variabel rasio merupakan variabel selain berisfat membedakan, mempunyai tingkatan yang
jaraknya pasti, dan setiap nilai kategori diukur dari titik yang sama, contoh : berat badan,
tinggi badan, dst

b. Berdasarkan konteks hubungannya


Variabel dalam suatu penelitian jumlahnya bisa lebih dari satu. Variabel-variabel tersebut
saling berhubungan dan jika ditinjau dari konteks ini variable dibedakan menjadi :
1. Variabel bersifat publik dan privat
a. Variabel publik merupakan variabel yang menunjukkan ciri-ciri suatu objek yang
telah diketahui oleh umum. Misal: jenis kelamin, ras, pekerjaan, merupakan jenis
variabel yang bersifat publik karena hal-hal demikian sudah diketahui publik.
b. Variabel privat merupakan variabel yang meunjukkan ciri-ciri tertentu yang secara
pasti dapat diketahui tetapi orang lain tidak berhak untuk mengetahuinya. Ciri-ciri
ini lebih bersifat pribadi atau privat, misalnya IQ, penghasilan, penyakit yang
diderita dan sebagainya.
2. Variabel permanen dan temporal
a. Variabel permanen merupakan variabel yang menunjukkan ciri-ciri tertentu yang
tetap dan tidak berubah dalam jangka panjang. Misalnya: jenis kelamin, ras, asal
usul keluarga.
b. Variabel temporal merupakan variabel yang menunjukkan ciri-ciri tertentu yang
cukup mudah untuk berubah, misalnya: sikap, opini, perilaku serta tingkah laku.
3. Variabel bebas dan variabel terikat
a. Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang mempengaruhi
variabel lain atau menghasilkan akibat pada variabel yang lain, yang pada umunya
berada dalam urutan tata waktu yang terjadi lebih dulu. Keberadaan variabel ini
dalam penelitian kuantitatif merupakan variabel yang menjelaskan terjadinya
fokus atau topiik penelitian. Variabel ini biasanya disimbolkan dengan variabel
x.
b. Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang diakibatkan atau
dipengaruhi oleh variabel bebas. Keberadaan variabel ini dalam penelitian
kuantitatif adalah sebagai variabel yang dijelaskan dalam fokus atau topik
penelitian. Variabel ini biasanya disimbolkan dengan variabel y.

Untuk menentukan mana yang variabel terikat dan mana yang menjadi variabel bebas,
kita dapat membuat suatu dasar pemikiran yang mudah. Variabel yang keberadaanya lebih
dulu ada dari pada variabel yang lain dapat langsung diposisikan sebagai variabel
independent. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kedudukan kedua
variabel ini, yaitu:

a. Perhatikan tata urutan waktu, dengan melihat variabel mana yang terjadi lebih
dahulu daripada variabel yang lain.
b. Perhatikan dampak atau akibat adanya variabel yang lain. Variabel yang menjadi
penyebab terjadinya variabel yang lain diposisikan sebagai variabel bebas, dan
sebaliknya.
c. Perhatikan teori. Formulasi hubungan antar variabel sangat bergantung pada hasil
kajian teoritis dalam penelitian. Artinya, dalam menentukan posisi sebuah
variabel, seorang peneliti harus memperhatikan teori yang menjelaskan hubungan
beberapa variabel tersebut.

Contoh: dalam sebuah penelitian mengenai hubungan jenis kelamin dengan prestasi
akademik. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, sedangkan
variabel terikat adalah prestasi akademik. Apabila hubungan kedua variabel ini
digambarkan dalam hubungan geometris, maka akan menjadi:

Jenis Kelamin Prestasi Akademik


(x) (y)

4. Variabel Pendahulu (actecedent variabel), mempunyai variabel yang mempunyai


kedudukan sebagai variabel yang mendahului terjadinya variabel bebas. Variabel ini
merupakan variabel yang mengakibatkan perubahan pada variabel bebas. Jika variabel
ini dihilangkan, hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat tidak hilang
atau tidak berubah. Contoh:
Pekerjaan Tingkat Jenis Pekerjaan
Orang Tua Pendidikan Ayah
(a) Anak(x) (y)

5. Variabel antara (intervening variabel), meruapakan variabel yang terletak di antara


variabel bebas dan variabel terikat. Keberdaan hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat bergantung pada keberadaan variabel ini karena variabel bebas harus
mempengaruhi variabel antara terlebih dahulu, baru kemudian variabel antara ini yang
dapat menimbulkan perubahan pada variabel terikat. Contoh:
Pekerjaan Tingkat Jenis Pekerjaan
Orang Tua Pendidikan Anak Ayah
(x) (i) (y)

Contoh :

Hipotesis: Pada siswa yang memiliki minat yang meningkat terhadap tugas yang
diberikan, unjuk kerja terhadap tugas yang diukur meningkat.

Variabel bebas : minat terhadap tugas. Variabel intervening : belajar.

Variabel terikat : unjuk kerja tugas.

Hipotesis: Para siswa yang sering diberi latihan pemecahan masalah menunjukkan sikap
lebih kritis daripada siswa yang tidak diberikan latihan pemecahan masalah.

Variabel bebas : pembelajaran latihan pemecahan masalah.


Variabel inlervening : kepercayaan diri.

Variabel terikat : sikap kritis.

6. Variabel kontrol merupakan variabel yang dibuat konstan, sehingga tidak


memengaruhi variabel utama yang diteliti. Variabel ini ditentukan oleh peneliti,
terutama jika peneliti menggunakan metode eksperimen yang membandingkan dua
kelompok. Misalnya: Sebuah penelitian dilakukan untuk menegtahui apakah terdapat
perbedaan kemampuan mengerjakan soal kimia antara siswa kelas 1 SMA N 2 Muara
Bungo dengan siswa kelas 1 SMA N 1 Muara Bungo. Untuk itu, kedua kelompok
siswa tersebut diberikan tes berupa soal kimia yang sama. Soal kimia dalam penelitian
ini berfungsi sebagai variabel kontrol.
7. Variabel penekanan (suppresor variabel) merupakan suatu variabel yang mengubah
kekuatan hubungan dua variabel. Awalnya variabel bebas dan variabel terikat tidak
ada hubungan, namun setelah dihadirkan variabel penekakanan, hubungan kedua
variabel tersebut menjadi tampak. Perubahan hubungan ini dapat diketahui setelah
dilakukan analisis dengan alat uji statistik tertentu. Misalya, menggunakan korelasi
parsial.
8. Variabel pengganggu (distorter variabel) merupakan variabel yang dapat mengubah
arah hubungan di antara dua variabel. Pada awalnya variabel bebas dan terikat
mempunyai hubungan yang positif, namun setelah dimasukkan variabel ketiga
(variabel pengganggu) hubungan kedua variabel tersebut menjadi negatif.

3. HUBUNGAN ANTARA VARIABEL


Selanjutnya, hubungan antar variabel dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Ada
tiga jenis hubungan antar variabel yaitu:
1. Hubungan simetris
Yaitu apabila variabel yang satu tidak disebabkan oleh variabel yang lain, atau
tidak dipengaruhi oleh variabel yang lain. Hubungan ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
X y
Contoh: hubungan antara jumlah guru tidak mempengaruhi jumlah fasilitas
belajar, demikian juga variabel jumlah fasilitas belajar juga tidak mempengaruhi
jumlah guru disebuah sekolah.
2. Hubungan timbal balik (resiprokal)
Yaitu sebuah hubungan ketika sebuah variabel dapat menjadi sebab dan juga
menjadi akibat dari variabel lainnya. Kedudukan kedua variabel tersebut dapat
saling dipertukarkan dapat dipertukarkan dalam waktu yang berbeda (tidak dalam
waktu yang bersamaan). Hubungan timbal balik dapat digambarkan sebagai
berikut:
X y
Contoh: hubungan antara variabel tingkat pendidikan dengan status sosial.
Seorang dengan tingkat pendidikan tinggi akan memiliki status sosial yang tinggi.
Sebaliknya seseorang yang memiliki status sosial yang tinggi, juga akan dapat
mengakses jenjang pendidikan yang tinggi pula. Namun, yang perlu diperhatikan
adalah hubungan dua arah tersebut terjadi dalam konteks waktu yang berbeda.
3. Hubungan asimetris
Hubungan asimetris yaitu hubungan ketika variabel yang satu memengaruhi
variabel yang lain dan posisi dua variabel ini tidak dapat saling dipertukarkan.
Hubungan asimentris dapat digambarkan sebagi berikut:
X y
Contoh: hubungan antara variabel jenis kelamin dengan pretasi belajar; hubungan
antara variabel tingkat pendidikan dengan jenis pekerjaan.

4. BEBERAPA PERTIMBANGAN MEMILIH VARIABEL


Setelah kita menentukan variabel bebas dan terikat dalam penelitian yang akan kita
lakukan, kita perlu menentukan variabel mana yang termasuk ke dalam variabel moderator
dan mana yang termasuk variabel kontrol atau kendali Walaupun dalam kenyataannya
memang kita tidak menghadapi banyak variabel, lebih dari dua variabel (bebas dan terikat).
Untuk menentukan mana yang tergolong variabel moderator dan bukan, ada beberapa
pertimbangan. Pertimbangan itu adalah pertimbangan teoretis, rancangan, dan praktis.

1. Pertimbangan Teoretis

Dalam menentukan variabel, sebagai variabel moderator, kita perlu belajar bagaimana
variabel tersebut berinteraksi dengan variabel bebas untuk menimbulkan dampak yang
berbeda terhadap variabel terikat. Berkenaan dengan landasan teoretis yang kita gunakan, kita
perlu mengajukan pertanyaan sebagai berikut:

1) Apakah variabel berkaitan dengan teori yang kita pakai dalam penelitian?

2) Seberapa jauh variabel tersebut membantu kita jika terjali interaksi? Artinya,
apakah interpretasi dan aplikasi secara teoris berbeda?

3) Apakah mungkin terjadi interaksi?

2. Pertimbangan Rancangan

Melalui pertanyaan sebagaimana yang dikemukakan di atas adalah pertanyaan yang


berhubungan dengan rancangan eksperimen yang dipilih dan kesesuaiannya untuk
mengendalikan sumber-sumber kebiasaan. Untuk itu, kita perlu mengajukan pertanyaan
sebagai berikut:

1) Apakah keputusan kita tentang variabel moderator dan kontrol telah memenuhi
persyaratan rancangan penelitian berkenaan dengan sumber-sumber ketidakvaliclan?

3. Pertimbangan Praktis

Kita sebagai seorang peneliti dapat mengkaji beberapa variabel dalam penelitian yang
kita lakukan pada satu saat yang sama. Adanya keterbatasan bagi kita sebagai manusia, dan
juga adanya keterbatasan dalam hal keuangan atau Hnasial serta batasan waktu
menyelesaikan penelitian. Berkenaan dengan pertimbangan-pertimbangan praktis ini, ada
beberapa pertanyaan yang perlu kita ajukan.

1) Seberapa sulit untuk menentukan apakah suatu variabel dikategorikan sebagai


variabel moderator atau kontrol?

2) Jenis sumber-sumber seperti apa yang tersedia dan sumber macam apa yang
dipakai untuk menentukan sebagai variabel moderator?

3) Seberapa banyak kontrol yang kita lakukan dalam penelitian?

5. PENDEFINISIAN VARIABEL SECARA OPERASIONAL


a. Pengertian definisi operasional
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atassifat-sifat hal yang
didefinisikan yang dapat diamati (Sumadi Suryabrata, 2000 : 76). Lain halnya
dengan definisi konseptual, definisi konseptual lebih bersifat hipotetikal dan
tidak dapat diobservasi. Karena definisi konseptual merupakan suatu konsep
yang didefinisikan dengan referensi konsep yang lain. Definisi konseptual
bermanfaat untuk membuat logika proses perumusan hipotesa (Sarwono, 2006).

b. Pentingnya operasionalisasi variabel


Variabel haras didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari
hubungannya antara satu variabel dengan lainnya dan pengukurannya. Tanpa
operasionalisasi variabel, peneliti akan mengalami kesulitan dalam menentukan
pengukuran hubungan antar variable yang masih bersifat konseptual.
Operasionalisasi variabel bermanfaat untuk: 1) mengidentifikasi criteria yang
dapat diobservasi yang sedang didefinisikan; 2) menunjukkan bahwa suatu konsep
atau objek mungkin mempunyai lebih dari satu definisi operasional; 3)
mengetahui bahwa definisi operasional bersifat unik dalam situasi dimana definisi
tersebut haras digunakan (Sarwono, 2006)

c. Cara-Cara Menyusun Definisi Operasional


Ada tiga pendekatan untuk menyusun definisi operasional yaitu: 1) yang
menekankan kegiatan apa yang perlu dilakukan, 2) yang menekankan pada
bagaimana kegiatan itu dilakukan, dan 3) yang menekankan sifat-sifat statis yang
didefinisikan. Ketiga cara menyusun definisi operasional tersebut dapat disebut
sebagai definisi operasional tipe A atau pola I, definisi operasional pola B atau
tipe II, dan definisi operasional tipe C atau pola III (Sumadi Suryabrata, 2000: 76-
77; Sarwono, 2006).
1) Definisi Operasional Tipe A atau Pola I
Definisi operasional Tipe A dapat disusun didasarkan pada operasi
yang haras dilakukan, sehingga menyebabkan gejala atau keadaan yang
didefinisikan menjadi nyata atau dapat terjadi. Dengan menggunakan
prosedur tertentu peneliti dapat membuat gejala menjadi nyata. Contoh:
Konflik didefinisikan sebagai keadaan yang dihasilkan dengan
menempatkan dua orang atau lebih pada situasi dimana masing-masing
orang mempunyai tujuan yang sama, tetapi hanya satu orang yang akan
dapat mencapainya.
2) Definisi Operasional Tipe B atau Pola II
Definisi operasional Tipe B dapat disusun didasarkan pada bagaimana
objek tertentu yang didefinisikan dapat dioperasi- onalisasikan, yaitu
berupa apa yang dilakukannya atau apa yang menyusun karaktersitik-
karakteristik dinamisnya. Contoh: Orang pandai dapat didefinisikan
sebagai seorang yang mendapatkan nilai-nilai tinggi di sekolahnya.
3) Definisi Operasional Tipe C atau Pola III
Definisi operasional Tipe C dapat disusun didasarkan pada
penampakan seperti apa objek atau gejala yang didefinisikan tersebut,
yaitu apa saja yang menyusun karaktersitik- karaktersitik statisnya.
Contoh: Orang pandai dapat didefinisikan sebagai orang yang
mempunyai ingatan kuat, menguasai beberapa bahasa asing, kemampuan
berpikir baik, sistematis dan mempunyai kemampuan menghitung secara
cepat.

d. Kriteria Keunikan
Dalam menyusun definisi operasional, definisi tersebut sebaiknya dapat
mengidentifikasi seperangkat kriteria unik yang dapat diamati. Semakin unik
suatu definisi operasional, maka semakin bermanfaat. Karena definisi tersebut
akan banyak memberikan informasi kepada peneliti, dan semakin
menghilangkan objek-objek atau pernyataan lain yang muncul dalam
mendifinisikan sesuatu hal yang tdiak kita inginkan tercakup dalam definisi
tersebut secara tidak sengaja dan dapat meningkatkan adanya kemungkinan
makna variable dapat direplikasi. Sekalipun demikian, keunikan / kekhususan
tersebut tidak menjadi penghalang keberlakuannnya secara umum suatu konsep
yang merupakan cirri validitas eksternal bagi desain penelitian yang kita buat.

6. BATASAN OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN


Setelah variabel itu diidentifikasi dan diklasifikasi, pekerjaan Peneliti berikutnya adalah
mendefinisika variabel itu yang lebih operav sional. Artinya, batasan yang memiliki sifat
memudahkan peneliti unv tuk melakukan pengamatan (observasi) terhadap data yang dikumpulkan
berdasarkan jenis variabel tersebut. Pengertian dapat diamati (diobservasi) mengandung arti bahwa
yang diamati atau diobservasi itu memungkinkan pihak (peneliti) lain, selain peneliti sendiri
melakukan hal yang sama. Definisi operasional merupakan cara yang paling efektif bagi peneliti
untuk melakukan pengumpulan data penelitiannya.

Ada beberapa cara mendetinisikan variabel. Ada yang menitik beratkan pada segi kegiatan-
kegiatan (operasi) apa yang harus dilakukan. Misalnya, frustrasi adalah keadaan yang muncul sebagai
akibat tercegahnya keinginan yang hampir tercapai, lapar adalah keadaan yang timbul setelah
seseorang tidak makan selama 29 jam, dan sebagainya.

Batasan lain ada yang menekankan pada bagaimana kegiatan (operasr) itu dilakukan.
Misalnya, definisi orang cerdas adalah orang yang tinggi kemampuan intelektualnya dalam
memecahkan masalah, tinggi kemampuannya dalam menggunakan bahasa dan bilangan, orang lapar
adalah orang yang menyantap makanan sampai habis secepat mungkin setelah makanan itu
dihidangkan, dan sebagainya.

Di samping itu, ada batasan operasional yang menekankan sifatsifat statis (konseptual)tentang
hal yang didefinisikan atau bagaimana hal yang didefinisikan itu tampaknya. Misalnya, mahasiswa
yang cerdas adalah mahasiswa yang memiliki daya ingatan baik, memiliki tingkat perbendaharaan
kata banyak, mempunyai kemampuan berpikir tinggi, dan kemampuan berhitung tepat; prestasi
belajar didefinisikan sebagai kompetensi yang dimiliki oleh seseorang siswa, yang ditunjukkan
melalui hasil belajar tinggi, dan sebagainya. Biasanya dalam merumuskan batasan operasional
variabel itu disertai atau ditunjukkan puia cara atau alat (instrumen) pengumpul datanya.

Desain Penelitian

1. Arti pentingnya desain penelitian


Menulis karya ilmiah/ melaksanakan penelitian ilmiah selalu dimulai dengan suatu
perencanaan seksama. Perencanaan dalam bidang ilmiah apapun, mengikuti suatu logika
yang sama, karena suatu perencanaan merupakan petunjuk yang disusun secara logis dan
sistematis. Berhasil tidaknya penelitian, sebagian besar ditentukan oleh perencanaannya.
Dalam menulis karya ilmiah /hasil penelitian yang baik, terdapat uraian perencanaannya.
Meskipun perencanaaan sudah dibuat rapi, hal ini tidak berarti bahwa tidak mungkin
diadakan perubahan sesuai dengan kenyataan . suatu perencanaaan, mempunyai sifat
sementara, perubahan/penyesuaian mungkin terjadi, asal syarat dan nilai ilmiah
dipertahankan.

Adapun kegunaan desain penelitian dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut:
1. Desain memberikan pegangan yang lebih jelas kepada peneliti dalam melakukan
penelitiannya.
2. Desain itu juga menentukan batas-batas penelitian yang bertalian dengan tujuan
penelitian.
3. Desain penelitian selalu memberi gambaran yang jelas tentang apa yang harus dilakukan
juga memberi gambaran tentang macam-macam kesulitan yang akan dihadapi yang
mungkin juga telah dihadapi oleh para peneliti lain.

Perencanaan penelitian terdiri dari delapan langkah :


a. Pemilihan persoalan
b. Penentuan ruan lingkup penelitian
c. Pemeriksaan tulisan yang bersangkutan
d. Perumusan kerangka teoritis
e. Penentuan konsep
f. Perumusan hipotesa
g. Pemilihan metode pelaksanaan penelitian
h. Perencanaan sampling

Banyak kata lain yang dipakai dalam penggunaan istilah rencana/desain penelitian,
walau kadang-kadang ada sedikit perbedaan, diantaranya : desain penelitian, usulan
penelitian, TOR (Term Of Reference/rancangan penelitian), proposal dan lainnya.

Untuk mendapatkan karya tulis ilmiah dengan hasil penelitian yang baik, maka peneliti
harus mengetahui aturan main tata cara mempunyai keterampilan dalam melaksanakan
penelitian. Untuk menerapkan metode ilmiah dalam praktek penelitian, diperlukan desain
penelitian yang sesuai kondisi, seimbang dengan dangkalnya penelitian yang akan dikerjakan.
Desain penelitian harus mengikuti metode penelitian.

2. Pengertian Desain Penelitian

Sebelum kita melakukan penelitian lapangan, maka hal yang harus kita lakukan
terlebih dahulu adalah menyusun sebuah rancangan penelitian atau riset desain. Seorang
peneliti menggunakan riset desain sebagai pedoman yang menuntun peneliti dalam
melaksanakan tahap-tahap penelitian.
Pengertian

a. Rencana dan struktur Penelitian yang dibuatsehingga diperoleh jawaban atas


pertanyaan Penelitian
b. Cetak biru terhadap pengumpulan, pengukuran dan analisis data
c. Kerangka kerja dalam studi tertentu, guna mengumpulkan, mengukur, dan
d. Melakukan anlisis data sehingga menjawab pertanyaan Penelitian
e. Keseluruhan proses yang diperluka dalam perencanaan dan pelaksanaan
f. Penelitian, sehingga pertanyaan dapat dijawab
Desain penelitian merupakan inti Penelitian :
a. Rencana memili sumber dan jenis informasi yang relevan dengan pertanyaan Penelitian
b. Kerangka kerja untuk menjelaskan hubungan antara variabel Penelitian
c. Cetak biru yang menggambarkan prosedur, dari hipotesis sampai analisis data
d. Pemberian jaminan bahwa studi dilakukan sesuai yang ditetapkan dan prosedur yang
dilaksanakan menguntungkan/ekonomis

Desain Penelitian : semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan
Penelitian. Dalam pengertian sempit, desain penelitian hanya mengenai pengumpulan dan
analisis data.

Dalam pengertian luas, desain penelitian mencakup proses :

a. Identifikasi dan pemilihan masalah Penelitian


b. Pemilihan kerangka konseptual untuk masalah penelitianserta hubungannya dengan
Penelitian sebelumnya
c. Memformulasikan masalah Penelitian, termasuk membuat spesifikasi tujuan, luas
jangkau dan hipotesis untuk diuji
d. Membangun penyelidikan/percobaan
e.
Memilih dan memberi definisi terhadap pengukuran variabel
f.
Memilih prosedur dan teknik sampling yang digunakan
g.
Menyusun alat dan teknik untuk mengumpulkan data
h.
Membuat coding, editing dan procesing data
i.
Menganalisi data, pemilihan prosedur statistik untuk mengadakan generalisasi serta
inferensi statistik
j. Pelaporan hasil Penelitian, termasuk proses Penelitian, diskusi, interprestasi data,
generalisasi, kekurangan dalam penemuan, menganjurkan saran dan kerja penelitian
yang akan datang
Riset desain terdiri dari dua kata yang memiliki makna terpisah, namun menjadi satu
kesatuan yang tak terpisahkan dalam metodologi penelitian. Sesuai dengan etimologi, riset
berasal dari bahasa Inggris yaitu research yang berarti penelitian dan desain dari
design yang berarti rancangan atau pola. Jadi riset desain adalah sebuah rancangan
Penelitan. Pengertian yang lebih luas mengenai rancangan penelitian, dapat dijelaskan dengan
memisahkan terlebih dahulu antara rancangan dan penelitian. Rancangan adalah sebuah
rencana kerja dengan membuat sebuah konstruksi agar tujuan yang akan dicapai dapat
diselesaikan dengan baik. Sedangkan penelitian atau research berasal dari kata re yang
berarti kembali dan search yang berarti mencari, apabila digabung menjadi research, maka
artinya menjadi mencari kembali. Yakni mencari sesuatu yang menjadi tanda tanya. Jadi
rancangan penelitian adalah sebuah rencana kerja dengan membuat sebuah konstruksi agar
segala hal yang masih menjadi tanda tanya dapat ditemukan jawabannya.

3. Dalam desain penelitian perlu memperhatikan :


a. Ciri rencana desain Penelitian
Desain tergantung derajat akurasi yang diinginkan, tingkat pembuktian tingkat
perkembangan bidang ilmu bersangkutan. Desain dapat berbentuk alternatif dan desain
yang dipilih biasanya merupakan kompromi yang ditentukan oleh pertimbangan
praktis.
b. Desain dalam merencanakan Penelitian
Dalam merencanakan Penelitian, desain dimulai dengan mengadakan penyelidikan
dan evaluasi terhadap Penelitian yang sudah dikerjakan dan diketahui, dalam
mememcahkan masalah.
c. Desain pelaksanaan Penelitian
Desain pelaksanaan Penelitian meliputi proses membuat percobaan/pengamatan
dan memeilih pengukuran variabel, prosedur dan teknik sampling, alat mengumpulkan
data, membuat coding, editing dan memproses data dan membuat laporan. Desain
dalam melaksanakan penelitian terdiri dari :
1) Desain sampel
a. Mendefinisikan populasi
b. Menentukan sampel
c. Menentukan sampel representatif
2) Desain instrumen/alat
Alat adalah alat untuk mengumoulkan data. Walau metode penelitian apa saja yang
digunakan, masalah desain terhadap alat untuk mengumpulkan data sangat
menentukan dalam pengujian hipotesis. Alat yang digunakan dapat sangat
berstruktur, kurang bersruktur seperti : interview guide atau outline biasa di dalam
mencatat pengamatan langsung .
3) Desain analisis
Desain analisis idealnya sudah dikerjakan dahulu sebelum pengumpulan data. Jika
desain dalam memformulasikan hipotesis cukup baik, maka desain analisis secara
pararel dapat dikembangkan dari desain merumuskan hipotesis . hipotesis dianggap
baik, jika konsisten dengan analisis yang akan dibuat.
4) Jenis desain penelitian
Pengelompokan desain percobaan menyeluruh belum dapat dibuat dewasa ini,
karena masing-masing ahli mengelompokkan jenis desain penelitian sesuai kondisi
dari ilmuan sendiri. Misal : Mc Grath(1970) dalam Nazir, 1999 membagi desain
penelitian menjadi lima: 1) percobaan dengan kontrol, 2) studi, 3)survei, 4)
investigasi, 5) penelitian tindakan.

4. Tipe-Tipe Desain Penelitian

Secara garis besar ada dua macam tipe desain, yaitu: Desain Non ekperimental dan
Desain Eskperimental. Faktor-faktor yang membedakan kedua desain ini ialah pada desain
pertama tidak terjadi manipulasi variabel bebas sedang pada desain yang kedua terdapat
adanya manipulasi variabel bebas. Tujuan utama penggunaan desain yang pertama ialah
bersifat eksplorasi dan deskriptif; sedang desain kedua bersifat eksplanatori (sebab akibat).
Jika dilihat dari sisi tingkat pemahaman permasalahan yang diteliti, maka desain
noneksperimental menghasilkan tingkat pemahaman persoalan yang dikaji pada tataran
permukaan sedang desain eksperimental dapat menghasilkan tingkat pemahaman yang lebih
mendalam. Kedua desain utama tersebut mempunyai sub-sub desain yang lebih khusus. Yang
termasuk dalam kategori pertama
desain penelitian deskriptif, desain penelitian korelasional, Sedang yang termasuk dalam
kategori kedua ialah percobaan di lapangan (field experiment) dan percobaan di laboratorium
(laboratory experiment).

1. Desain Penelitian Non-eksperimen


a. Desain Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptIf dilakukan dengan tujuan untuk mendiskripsikan atau
menggambarakan fakta-fakta mengenai populasi secara sistematis, dan akurat. Dalam
penelitian deskriptif fakta-fakta hasil penelitian disajikan apa adanya. Hasil penelitian
deskriptif sering digunakan, atau dilanjutkan dengan dilakukannya penelitian analitik.
Desain penelitian deskriptif dibedakan menjadi dua : desain penelitian studi kasus dan
desain penelitian survai (Nursalam, 2003: 83-84).
1) Desain penelitian studi kasus
Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu
unit penelitian secara intensif, misalnya satu pasien, keluarga, kelompok, komunitas,
atau institusi (Nursalam, 2003 : 83). Karakteristik studi kasus adalah subjek yang
diteliti sedikit tetapi aspek-aspek yang diteliti banyak.
2) Desain penelitian survai
Survai adalah suatu desain penelitian yang digunakan untuk menyediakan
informasi yang berhubungan dengan prevalensi, distribusi dan hubungan antar
variable dalam suatu populasi (Nursalam, 2003 : 84). Karakteristik dari penelitian
survai adalah bahwa subjek yang diteliti banyak atau sangat banyak sedangkan aspek
yang diteliti sangat terbatas.
b. Desain penelitian korelasional
Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendetksi sejauh mana variasi-variasi
pada suatu factor berkaitan dengan variasivariasi pada satu atau lebih faktor lain
berdasarkan koefisien korelasi (Suryabrata, 2000 : 24). Hubungan korelatif mengacu
pada kecenderungan bahwa variasi suatu variabel diikuti oleh variasi variabel yang lain
dan dengan demikian dalam rancangan korelasional peneliti melibatkan paling tidak
dua variabel (Nursalam, 2003 : 84). Jika variabel yang diteliti ada dua, maka masing-
masing merupakan variabel bebas dan variabel terikat. Bila variabel yang diteliti lebih
dari dua, maka dua atau lebih variabel sebagai variabel bebas atau prediktor dan satu
variabel sebagai variabel terikat atau kriterium. Desain penelitian korelasional dapat
digambarkan dengan
bagan sebagai berikut.

c. Desain Penelitian Kausal-komparatif


Penelitian kausal-komparatif difokuskan untuk membandingkan variable bebas dari
beberapa kelompok subjek yang mendapat pengaruh yang berbeda dari variabel bebas.
Pengaruh variabel bebas terhadap variable terikat terjadi bukan karena perlakuan dari
peneliti melainkan telah berlangsung sebelum penelitian dilakukan. Desain penelitian
kausal-komparatif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu desain penelitian kohort dan
desain penelitian kasus kontrol (Nursalam, 2003 : 86).
1) Desain penelitian kohort
Pendekatan yang dipakai pada desain penelitian kohort adalah pendekatan
waktu secara longitudinal atau time periodapproach. Sehingga penelitian ini disebut
juga penelitian prospektif. Secara skematis desain penelitian kohort dapat
digambarkan seperti berikut.

2) Desain penelitian kasus kontrol


Desain penelitian kasus kontrol merupakan kebalikan dari desain penelitian
kohort, dimana peneliti melakukan pengukuran pada variabel terikat terlebih dahulu.
Sedangkan variabel bebas diteliti secara retrospektif untuk menentukan ada tidaknya
pengaruh pada variabel terikat. Desain penelitian kasus kontrol secara skematis dapat
digambarkan sebagai berikut.

d. Desain Penelitian Tindakan


Penelitian tindakan atau action research merupakan penelitian yang bertujuan
mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk
memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia kerja atau dunia actual yang
lain (Sumadi Suryabrata, 2000 : 35).
Penelitian tindakan mempunyai ciri-ciri : 1) praktis dan langsung relevan untuk
situasi actual dalam dunia kerja, 2) menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk
pemecahan masalah dan perkembangan-perkembangan baru, 3) fleksibel dan adaptatif,
dan 4) memiliki kekurangan dalam hal ketertiban ilmiah (Sumadi Suryabrata, 2000 :
35).

Secara skematis desain penelitian tindakan dapat divisualisasikan sebagai berikut.

4. Desain Penelitian Eksperimen


a. Sistem notasi
Sebelum membicarakan desain dan eksperimental, sistem notasi yang digunakan
perlu diketahui terlebih dahulu. Sistem notasi tersebut adalah sebagai berikut (Sarwono,
2006) :
X: Digunakan untuk mewakili pemaparan (exposure) suatu kelompok yang diuji
terhadap suatu perlakuan eksperimental pada variabel bebas yang kemudian
efek pada variable tergantungnya akan diukur.
O : Menunjukkan adanya suatu pengukuran atau observasi terhadap variable
tergantung yang sedang diteliti padaindividu, kelompok atau obyek tertentu.
R : menunjukkan bahwa individu atau kelompok telah dipilih dan ditentukan
secara random.
b. Jenis-jenis desain ekperimental
Ditinjau berdasarkan tingkat pengendalian variable, desain penelitian
eksperimental dapat dibedakan menjadi 3, yaitu : a. Desain penelitian pra-
eksperimental, b. desaian penelitian eksperimental semu, dan c. desain penelitian
eksperimental sungguhan (Nursalam, 2003 : 87).
1) Desain penelitian pra-eksperimental
Desain penelitian pra-eksperimental ada tiga jenis yaitu 1) one-shot case study, 2)
one-group pre-post tes design, dn 3) static group design (Suryabrata, 2000 : 55;
Nursalam, 2003 : 87).
a) One-shot case study
Prosedur desain penelitian one-shot case study adalah sebagai berikut.
Sekolompok subjek dikenai perlakuan tertentu (sebagai variable bebas) kemudian
dilakukan pengukuran terhadap variable bebas. Desain penelitian ini secara visual
dapat digambarkan sebagai

Subjek Pra Perlakuan Pasca


1 kelompok - X O

b) One group pretest-posttes design


Prosedur desain penelitian ini adalah : a) dilakukan pengukuran variable
tergantung dari satu kelompok subjek (pretest), b) subjek diberi perlakuan untuk
jangka waktu tertentu (exposure), c) dilakukan pengukuran ke-2 (posttest)
terhadap variable bebas, dan d) hasil pengukuran prestest dibandingan dengan
hasil pengukuran posttes.
Prosedur one group pretest-posttes design dapat digambarkan sebagai berikut.
Subjek Pra Perlakuan Pasca
1 kelompok O X O

c) Static Group Comparison


Desain ketiga adalah static group comparison yang merupakan modifikasi dari
desain b. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih sebagai objek
penelitian. Kelompok pertama mendapatkan perlakuan sedang kelompok kedua
tidak mendapat perlakuan. Kelompok kedua ini berfungsi sebagai kelompok
pembanding / pengontrol. Desainnya adalah sebagai berikut:
Subjek Pra Perlakuan Pasca
Kel. Eksperimen O X O
Kel. Kontrol - - O

2) Desain penelitian eksperimen semu (quasy-experiment)


Desain penelitian eksperimen semu berupaya mengungkap hubungan sebab
akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol dan kelompok ekperimen tetapi
pemilihan kedua kelompok tersebut tidak dilakukan secara acak (Nursalam, 2003 : 89).
Kedua kelompok tersebut ada secara alami. Desain penelitian jenis ini dapat
digambarkan sebagai berikut.
Subjek Pra Perlakuan Pasca
Kel. Eksperimen O X O
Kel. Kontrol O - O

3) Desain eksperimen sungguhan (true-experiment)


Desain ini memiliki karakteristik dilibatkannya kelompok control dan kelompok
eksperimen yang ditentukan secara acak. Ada tiga jenis desain penelitian yang
termasuk desain eksperimental sungguhan , yaitu : 1) pasca-tes dengan kelompok
eksperimen dan control yang diacak, 2) pra-tes dan pasca-tes dengan kelompok
eksperimen dan kontrol yang diacak, dan 3) gabungan desain pertama dan kedua
(Nursalam, 2003 : 90-91).
(1) Pasca-tes dengan pemilihan kelompok secara acak
Pada rancangan ini kelompok eksperimen diberi perlakuan sedangkan kelompok
control tidak. Pengukuran hanya diberikan satu kali yaitu setelah
perlakuan diberikan kepada kelompok eksperimen. Desain ini dapat digambarkan
sebagai berikut.
Subjek Pra Perlakuan Pasca
Kel. Eksperimen(R) - X O
Kel. Kontrol(R) - - O

(2) Pra dan pasca tes dengan pemilihan kelompok secaraacak


Dalam rancangan ini ada dua kelompok yang dipilih secara acak. Kelompok
pertama diberi perlakuan (kel. Ekperimen) dan kelopok kedua tidak diberi
perlakuan (kel. Control). Observasi atau pengkukuran dilakukan untuk kedua
kelompok baik sebelum maupun sesudah pemberian perlakuan. Desain ini dapat
digambarkan berikut ini.
Subjek Pra Perlakuan Pasca
Kel. Eksperimen(R) O X O
Kel. Kontrol(R) O - O

(3) Desain Solomon


Desain yang merupakan penggabungan dari desain 1) dan desain 2) disebut
desain Solomon atau Randomized Solomon Four-Group Design. Ada empat
kelompok yang dilibatkan dalam penelitian ini : dua kelompok kontrol dan dua
kelompok eksperimen. Pada satu pasangan kelompok eskperimen dan kontrol
diawali dengan prates, sedangkan pada pasangan yang lain tidak. Gambar dari
desain Solomon adalah sebagai berikut.

Subjek Pra Perlakuan Pasca


Kel. Eksperimen 1 (R) - X O
Kel. Kontrol 1 (R) - - O
Kel. Eksperimen 2 (R) O X O
Kel. Kontrol 2 (R) O - O

5. Pemilihan Desain Penelitian

Ada bermacam-macam desain penelitian. Dalam memilih desain mana yang paling tepat,
ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dan jawaban jawaban tersebut merupakan
acuan dalam menentukan desain penelitian. Burns dan Grovers (Nursalam, 2003: 80) telah
mengidentifikasi seperangkat pertanyaan berkenaan dengan pemilihan desain peleitian,
yaitu :
1. Apakah tujuan utama penelitian untuk menjelaskan variable dan kelompok
berdasarkan situasi penelitian, menguji suatu hubungan, atau menguji sebab akibat
pada situasi tertentu?
2. Apakah suatu perlakuan (treatment) akan digunakan?
3. Jika ya, apakah treatment akan dikontrol oleh peneliti?
4. Apakah sampel akan dikenai pretest sebelum treatment?
5. Apakah sampel akan diseleksi secara random?
6. Apakah sampel akan diteliti sebagai satu kelompok atau dibagi menjadi beberapa
kelompok?
7. Berapa besarnya kelompok yang akan diteliti?
8. Berapa jumlah masing-masing kelompok?
9. Apakah setiap kelompok akan diberikan tanda secara random?
10. Apakah pengukuran variabelnya akan diulang?
11. Apakah menggunakan pengumpulan data corss-sectional atau cross time?
12. Apakah variable sudah diidentifikasi?
13. Apakah data yang sedang dikumpulkan memiliki banyak variable?
14. Strategi apa yang dipakai untuk mengontrol variable yang bervariasi?
15. Strategi apa yang digunakan untuk membandingkan suatu variable atau
kelompok?
16. Apakah suatu variabel akan dikumpulkan secara singkat atau multipel?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu dijawab secara cermat agar tidak terjadi


kesalahan dalam menentukan penelitian. Prosedur pemilihan desain penelitian disajikan
dalam bentuk bagan oleh Nursalam (2003: 81) sebagai berikut.

Anda mungkin juga menyukai