Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan terkait dengan
insidennya yang tinggi dan komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu
maupun pada janin. Di dunia 34% ibu hamil dengan anemia dimana 75 %
berada di negara sedang berkembang. Di Indonesia, 63,5 % ibu hamil dengan
anemia sebagian besar sekitar 62,3 % berupa anemia defisiensi besi.
Ibu hamil aterm cenderung menderita ADB karena pada masa tersebut
janin menimbun cadangan besi untuk dirinya dalam rangka persediaan segera
setelah lahir. Pada ibu hamil dengan anemia terjadi gangguan penyaluran
oksigen dan zat makanan dari ibu ke plasenta dan janin, yang mempengaruhi
fungsi plasenta. Fungsi plasenta yang menurun dapat mengakibatkan
gangguan tumbuh kembang janin. Anemia pada ibu hamil dapat
mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin, abortus, partus lama, sepsis
puerperalis, kematian ibu dan janin, meningkatkan risiko berat badan lahir
rendah, asfiksia neonatorum, prematuritas.
Pertumbuhan janin dipengaruhi oleh ibu, janin, dan plasenta. Plasenta
berfungsi untuk nutritif, oksigenasi, ekskresi. Kapasitas pertumbuhan berat
janin dipengaruhi oleh pertumbuhan plasenta, dan terdapat korelasi kuat
antara berat plasenta dengan berat badan lahir.
Selain dampak tumbuh kembang janin, anemia pada ibu hamil juga
mengakibatkan terjadinya gangguan plasenta seperti hipertropi, kalsifikasi,
dan infark, sehingga terjadi gangguan fungsinya. Hal ini dapat
mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin. Selain itu, anemia pada ibu
hamil terdapat hipertrofi plasenta dan villi yang mempengaruhi berat
plasenta.
Berat plasenta mencerminkan fungsi dan perkembangan plasenta itu
sendiri dan besar plasenta juga dapat memprediksi kemungkinan terjadinya
hipertensi dikemudian hari. Ibu hamil dengan anemia sebagai faktor risiko
terjadinya pertumbuhan plasenta yang tidak proporsional. Sebaliknya, berat
plasenta yang kecil dapat mengindikasikan adanya kekurangan asupan gizi ke
plasenta sehingga terjadi hipoksia plasenta yang pada akhirnya mengganggu
fungsinya.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah terjadinya anemia
pada ibu hamil seperti perbaikan asupan gizi, program pemberian besi, dan
pemberian preparat besi jauh sebelum merencanakan kehamilan. Akan tetapi
upaya-upaya tersebut belum memuaskan. Hal ini berarti bahwa selama
beberapa warsa ke depan masih tetap akan berhadapan dengan anemia pada
ibu hamil. Gangguan pertumbuhan dan fungsi plasenta pada ibu hamil dengan
anemia terkait kuat dengan kelangsungan hidup janin. Dengan demikian,
laporan makalah ini menjadi sangat penting karena akan memberikan
wawasan keilmuan yang lebih luas kepada masyarakat. Selain itu, hasil
penelitian ini dapat dipakai untuk masukan dalam menyusun program
pencegahan dan penaggulangan risiko anemia pada ibu hamil.

1.2. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis memiliki beberapa tujuan
yang ingin dicapai sebagai tindakan preventif terhadap angka kejadian anemia
pada ibu hamil, diantaranya :
1. Memberikan wawasan kepada masyarakat luas khususnya ibu hamil
tentang Anemia pada ibu hamil
2. Bisa menerapkan pola hidup yang baik sebagai upaya pencegahan anemia
pada ibu hamil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Anemia pada Kehamilan


Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
di bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr%
pada trimester II. Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun
atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk
kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama
kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari
10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl. Hemoglobin (Hb) yaitu komponen sel
darah merah yang berfungsi menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh, jika Hb
berkurang, jaringan tubuh kekurangan oksigen. Oksigen diperlukan tubuh
untuk bahan bakar proses metabolisme.
Zat besi merupakan bahan baku pembuat sel darah merah. Ibu hamil
mempunyai tingkat metabolisme yang tinggi misalnya untuk membuat
jaringan tubuh janin, membentuknya menjadi organ dan juga untuk
memproduksi energi agar ibu hamil bisa tetap beraktifitas normal seharihari.
Fungsi Hb merupakan komponen utama eritrosit yang berfungsi
membawa oksigen dan karbondioksida. Warna merah pada darah disebabkan
oleh kandungan Hb yang merupakan susunan protein yang komplek yang
terdiri dari protein, globulin dan satu senyawa yang bukan protein yang
disebut heme. Heme tersusun dari suatusenyawa lingkar yang bernama
porfirin yang bagianpusatnya ditempati oleh logam besi (Fe). Jadi heme
adalah senyawa-senyawa porfirin-besi, sedangkan hemoglobin adalah
senyawa komplek antara globin dengan heme.
Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan
zat besi dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang
karena terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya
kadar zat besi dalam darah.
Jika simpanan zat besi dalam tubuh seseorang sudah sangat rendah
berarti orang tersebut mendekati anemia walaupun belum ditemukan gejala-
gejala fisiologis. Simpanan zat besi yang sangat rendah lambat laun tidak
akan cukup untuk membentuk sel-seldarah merah di dalam sumsum tulang
sehingga kadar hemoglobin terus menurun di bawah batas normal, keadaan
inilah yang disebut anemia gizi besi. Menurut Evatt dalam Masrizal anemia
defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh berkurangnya
cadanganbesi tubuh. Keadaan ini ditandai dengan menurunnyasaturasi
transferin, berkurangnya kadar feritin serum atau hemosiderin sumsum
tulang. Secara morfologis keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia
mikrositik hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintesis hemoglobin.
Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia. Wanita usia subur sering
mengalami anemia,karena kehilangan darah sewaktu menstruasi
danpeningkatan kebutuhan besi sewaktu hamil. Anemia defisiensi zat besi
(kejadian 62,30%) adalah anemia dalam kehamilanyang paling sering terjadi
dalam kehamilan akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan
karena kurang masuknya unsur zat besi dalam makanan, gangguan reabsorbsi,
dan penggunaan terlalu banyaknya zat besi. Anemia Megaloblastik (kejadian
29,00%), dalam kehamilan adalah anemia yang disebabkan karena defisiensi
asam folat. Anemia Hipoplastik (kejadian 8, 0%) pada wanita hamil adalah
anemia yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-
sel darah merah. Dimana etiologinya belum diketahui dengan pasti kecuali
sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan. Anemia Hemolitik (kejadian
0,70%), yaitu anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah
berlangsung lebih cepat, yaitu penyakit malaria.

2.2. Penyebab Anemia pada Kehamilan


Penyebab anemia umunya adalah kurang gizi, kurang zat besi,
kehilangan darah saat persalinanyang lalu, dan penyakitpenyakit kronik.
Dalam kehamilan penurunan kadar hemoglobin yang dijumpai selama
kehamilan disebabkan oleh karena dalam kehamilan keperluan zat makanan
bertambah dan terjadinya perubahan-perubahan dalam darah : penambahan
volume plasma yang relatif lebih besar daripada penambahan massa
hemoglobin dan volume sel darah merah. Darah bertambah banyak dalam
kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Namun
bertambahnya sel-sel darah adalah kurang jika dibandingkan dengan
bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Di mana
pertambahan tersebut adalah sebagai berikut : plasma 30%, sel darah 18%,
dan hemoglobin 19%. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri
secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita hamil tersebut.
Pengenceran ini meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat
dalam masa hamil, karena sebagai akibat hipervolemia tersebut, keluaran
jantung (cardiac output) juga meningkat. Kerja jantung ini lebih ringan
apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga
tekanan darah tidak naik. Selama hamil volume darah meningkat 50 % dari 4
ke 6 L, volume plasma meningkat sedikit menyebabkan penurunan
konsentrasi Hb dan nilai hematokrit. Penurunan ini lebih kecil pada ibu hamil
yang mengkonsumsi zat besi. Kenaikan volume darah berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan perfusi dari uteroplasenta. Ketidakseimbangan antara
kecepatan penambahan plasma dan penambahan eritrosit ke dalam sirkulasi
ibu biasanya memuncak pada trimester kedua.
Pola makan adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai
dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Untuk
dapat mencapai keseimbangan gizi maka setiap orang harus menkonsumsi
minimal 1 jenis bahan makanan dari tiapgolongan bahan makanan yaitu
Karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan susu.Seringnya
ibu hamil mengkonsumsi makanan yang mengandung zat yang menghambat
penyerapan zat besi seperti teh, kopi, kalsium. Wanita hamil cenderung
terkena anemia pada triwulan III karena pada masa ini janin menimbun
cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama
setelah lahir.
Pada penelitian Djamilus dan Herlina menunjukkan adanya
kecendrungan bahwa semakin kurang baik pola makan, maka akan semakin
tinggi angka kejadian anemia. Hasil uji statistic juga menunjukkan
kebermaknaan (p > 0.05).
Faktor umur merupakan faktor risiko kejadian anemia pada ibu hamil.
Umur seorang ibu berkaitan dengan alatalat reproduksi wanita. Umur
reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 2035 tahun. Kehamilan diusia
< 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada
kehamilan diusia< 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya
cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami
keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan
kebutuhan zatzat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35
tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta
berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini. Hasil penelitian
didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat berpengaruh terhadap
kajadian anemia.Ibu hamil yang kurang patuh mengkonsumsi tablet Fe
mempunyai risiko 2,429 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding
yang patuh konsumsi tablet Fe. Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur dari
ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi
tablet Fe, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian
tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan
menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi
besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam
folat yang sekaligus dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat.
Konsumsi tablet besi sangat dipengaruhi oleh kesadaran dan kepatuhan
ibu hamil. Kesadaran merupakan pendukung bagi ibu hamil untuk patuh
mengkonsumsi tablet Fe dengan baik. Tingkat kepatuhan yang kurang sangat
dipengaruhi oleh rendahnya kesadaran ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet
besi, inipun besar kemungkinan mendapat pengaruh melalui tingkat
pengetahuan gizi dan kesehatan. Kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet
besi tidak hanya dipengaruhi oleh kesadaran saja, namun ada beberapa faktor
lain yaitu bentuk tablet, warna, rasa dan efek samping seperti mual,
konstipasi.
Pemeriksaan Antenatal adalah pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan
janinnya oleh tenaga profesional meliputi pemeriksaan kehamilan sesuai
dengan standar pelayanan yaitu minimal 4 kali pemeriksaan selama
kehamilan, 1 kali pada trimester satu, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada
trimester III. Dengan pemeriksaan antenatal kejadian anemia pada ibu dapat
dideteksi sedini mungkin sehingga diharapkan ibu dapat merawat dirinya
selama hamil dan mempersiapkan persalinannya. Namun dalam penelitian
Amirrudin dan Wahyuddin menyatakan tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara pemeriksaan ANC dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik
lahir hidup maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan
mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila
tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Karena selama hamil zatzat gizi
akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang dikandungnya. Berdasarkan hasil
analisis didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara paritas dengan
kejadian anemia pada ibu hamil, ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai
risiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang paritas
rendah.
Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya
anemia. Hal ini dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan
kebutuhan zat gizi belum optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi
janin yang dikandung. Jarak kelahiran mempunyai risiko 1,146 kali lebih
besar terhadap kejadian anemia.

2.3. Gejala Anemia pada Kehamilan


Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan
tekanan darah dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi. Dan
secara klinis dapat dilihat tubuh yang pucat dan tampak lemah (malnutrisi).
Guna memastikan seorang ibu menderita anemia atau tidak, maka dikerjakan
pemeriksaan kadar Hemoglobin dan pemeriksaan darah tepi. Pemeriksaan
Hemoglobin dengan spektrofotometri merupakan standar.
Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa
tahap: awalnya terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi dalam bentuk
fertin di hati, saat konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup, fertin inilah
yang diambil. Daya serap zat besi dari makanan sangat rendah, Zat besi pada
pangan hewan lebih tinggi penyerapannya yaitu 2030 % sedangkan dari
sumber nabati 1-6 %. Bila terjadi anemia, kerja jantung akan dipacu lebih
cepat untuk memenuhi kebutuhan O2 ke semua organ tubuh, akibatnya
penderita sering berdebar dan jantung cepat lelah. Gejala lain adalah lemas,
cepatlelah, letih, mata berkunang kunang, mengantuk, selaput lendir , kelopak
mata, dan kuku pucat.

2.4. Dampak Anemia pada Kehamilan


Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik
dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit-
penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah : keguguran (abortus),
kelahiran prematurs, persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di
dalam berkontraksi (inersia uteri), perdarahan pasca melahirkan karena tidak
adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat bersalin
maupun pasca bersalin, serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat menyebabkan
dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan
kematian ibu pada persalinan.
Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal: berat
badan kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini, anemia pada
masa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan
intranatal, shock, dan masa pascanatal dapat terjadi subinvolusi. Sedangkan
komplikasi yang dapat terjadi pada neonatus : premature, apgar scor rendah,
gawat janin. Bahaya pada Trimester II dan trimester III, anemia dapat
menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan ante partum, gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian,
gestosis dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga
kematian ibu.
Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, dapat menyebabkan
gangguan his primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan
tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan
persalinan perlu tindakan operatif.Anemia kehamilan dapat menyebabkan
kelemahan dan kelelahan sehingga akan mempengaruhi ibu saat mengedan
untuk melahirkan bayi.
Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan:gangguan his-kekuatan
mengejan, Kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar, Kala II
berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan
tindakan operasi kebidanan, Kala III dapat diikuti retensio plasenta, dan
perdarahan post partum akibat atonia uteri, Kala IV dapat terjadi perdarahan
post partum sekunder dan atonia uteri. Pada kala nifas: Terjadi subinvolusi
uteri yang menimbulkan perdarahan post partum, memudahkan infeksi
puerperium, pengeluaran ASI berkurang, dekompensasi kosrdis mendadak
setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mammae.
Hasil penelitian oleh Indriyani dan Amirudin di RS Siti Fatimah
Makasar menunjukkan bahwa faktor risiko anema ibu hamil < 11 gr %
mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian partus lama. Ibu yang
mengalami kejadian anemia memiliki risiko mengalami partus lama 1,681
kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia tapi tidak
bermakna secara statistik. Ini diduga karena terjadi ketidakseragaman
pengambilan kadar Hb dan pada kontrolnya ada yang kadar Hb nya diambil
pada trimester 1 dan bisa saja pada saat itu ibu sedang anemia. Ibu hamil yang
anemia bisa mengalami gangguan his/gangguan mengejan yang
mengakibatkan partus lama. Perdarahan pada ibu setelah melahirkan
berhubungan dengan anemia pada kehamilan 32 minggu. Kehilangan darah
lebih banyak pada anemia berat dan kehilangan meningkat sedikit pada
wanita anemia ringan dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia.
Pertumbuhan plasenta dan janin terganggu disebabkan karena
terjadinya penurunan Hb yang diakibatkan karena selama hamil volume darah
50 % meningkat dari 4 ke 6 L, volume plasma meningkat sedikit yang
menyebabkan penurunan konsentrasi Hb dan nilai hematokrit. Penurunan ini
akan lebih kecil pada ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi. Kenaikan
volume darah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan perfusi dari plasenta dan
untuk penyediaan cadangan saat kehilangan darah waktu melahirkan. Selama
kehamilan rahim, plasenta dan janin memerlukan aliran darah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran
prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar 38,85%,
merupakan penyebab kematian bayi. Sedangkan penyebab lainnya yang
cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya oksigen dalam rahim
(hipoksia intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada
saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (asfiksia lahir), yaitu 27,97%. Hal
ini menunjukkan bahwa 66,82% kematian perinatal dipengaruhi pada kondisi
ibu saat melahirkan. Jika dilihat dari golongan sebab sakit, kasus obstetri
terbanyak disebabkan penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya
yaitu 56,09%. Budwiningtjastuti melakukan penelitian anemia pada ibu hamil
tri wulan III dan pengaruhnya terhadap kejadian rendahnya Scor Apgar,
didapatkan hasil bahwa ibu hamil dengan anemia < 11 gr % meningkatkan
risiko rendahnya scor Apgar. Demikian pula penlitian yang dilakukan di
kabupaten Labuan Batu oleh Simanjuntak meneliti hubungan anemia pada
ibu hamil dengan kejadian BBLR didapatkan 86 (53 %) anemia dari 162
kasus. Dan yang melahirkan bayi dengan BBLR 36.0 %. Hasil penelitian
Karafsahin menunjukkan bahwa ibu hamil dengan anemia , empat kali lebih
berisiko melahirkan bayi premature dan 1.9 kali berisiko melahirkan bayi
berat lahir rendah (BBLR) dari pada ibu hamil yang tidak anemia.
2.5. Pencegahan dan Penanganan Anemia pada Kehamilan
Pencegahan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan antara lain dengan
cara:meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan, mengkonsumsi pangan
hewani dalam jumlah cukup, namun karena harganya cukup tinggi sehingga
masyarakat sulit menjangkaunya. Untuk itu diperlukan alternatif yang lain
untuk mencegah anemia gizi besi, memakan beraneka ragam makanan yang
memiliki zat gizi saling melengkapi termasuk vitamin yang dapat
meningkatkan penyerapan zat besi, seperti vitamin C. Peningkatan konsumsi
vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg dapat meningkatkan penyerapan
zat besi sebesar 2, 3,4 dan 5 kali. Buah-buahan segar dan sayuran sumber
vitamin C, namun dalam proses pemasakan 50-80 % vitamin C akan rusak.
Mengurangi konsumsi makanan yang bisamenghambat penyerapan zat
besi seperti : fitat,fosfat, tannin. Penanganan anemia defisiensi besi adalah
dengan preparat besi yang diminum (oral) atau dapat secara suntikan
(parenteral). Terapi oral adalah dengan pemberian preparat besi : fero sulfat,
fero gluconat, atau Na-fero bisitrat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat
menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr% per bulan. Sedangkan pemberian
preparat parenteral adalah dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml)
intravena atau 210 ml secara intramuskulus, dapat meningkatkan
hemoglobin relatif cepat yaitu 2gr%. Pemberian secara parenteral ini hanya
berdasarkan indikasi, di mana terdapat intoleransi besi pada traktus
gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan pasien yang buruk. Pada
daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi dan dengan tingkat
pemenuhan nutrisi yang minim, seperti di Indonesia, setiap wanita hamil
haruslah diberikan sulfas ferosus atau glukonas ferosus sebanyak satu tablet
sehari selama masa kehamilannya. Selain itu perlu juga dinasehatkan untuk
makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung banyak
mineral serta vitamin.
Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan
kebutuhan Fe atau Zat Besi.Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300 mg
dan jumlah yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat
meningkatnya volume darah adalah 500 mg. Selama kehamilan seorang ibu
hamil menyimpan zat besi kurang lebih 1.000 mg termasuk untuk keperluan
janin, plasenta dan hemoglobin ibu sendiri. Kebijakan nasional yang
diterapkan di seluruh Pusat Kesehatan Masyarakat adalah pemberian satu
tablet besi sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang pada awal
kehamilan. Tiaptablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam
folat 500 g, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak
diminum bersama teh atau kopi, karena akan mengganggu penyarapannya.
Menurut Shafa kebutuhan Fe selama ibu hamil dapat diperhitungkan untuk
peningkatan jumlah darah ibu 500 mgr, pembentukan plasenta 300 mgr,
pertumbuhan darah janin 100 mgr.
Sloan et al dalam Galegos membuktikan bahwa suplemen zat besi dapat
meningkatkan kadar hemoglobin selama kehamilan. Sedangkan Brien et al
menyatakan dengan suplemen Fe dibuktikan serum feritin lebih meningkat
secara signifikan disamping itu serum besi lebih tinggi ditemukan pada
kelompok pemberian Fe dibandingkan kelompok kontrol.
BAB III
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1. Bentuk Kegiatan


Kegiatan dilakukan di ruang tunggu Puskesmas Wanasari berupa
penyuluhan tentang Anemia pada Ibu Hamil. Kegiatan dimulai pada pukul
07.30 WIB dihadiri kurang lebih 20 orang yang hendak berobat di puskesmas
dengan metode penyuluhan kuantitatif dengan cara menerangkan materi
kepada peserta penyuluhan dan disajikan dengan menggunakan powerpoint,
dilanjutkan dengan tanya jawab yang berkaitan dengan materi agar peserta
penyuluhan dapat memahami materi yang telah disampaikan dan dapat
berbagi ilmu kepada keluarga maupun teman dengan apa yang mereka dapat
dari penyuluhan tersebut. Pemateri juga menyediakan reward bagi peserta
yang tahu jawaban atas pertanyaan yang disampaikan pemateri sehingga
peserta penyuluhan lebih merasa semangat dan dihargai.

3.2. Sasaran Kegiatan


Sasaran kegiatan dari penyuluhan ini adalah seluruh pengunjung
Puskesmas Wanasari yang hendak berobat, terutama ibu hamil.

3.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Senin, 17 Juli 2017
Waktu : 07.30 08.00 WIB
Tempat : Ruang tunggu Puskesmas Wanasari
BAB IV
HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1. Hasil Pelaksanaan


Kegiatan penyuluhan dimulai pada jam 07.30 08.00 pada hari Senin
di ruang tunggu Puskesmas Wanasari. Peserta penyuluhan yang sudah berada
di puskesmas dipersilahkan mengisi daftar hadir yang disediakan. Peserta
yang hadir terdiri dari segala jenjang mur yang hendak berobat di Puskesmas
Wanasari. Materi penyuluhan meliputi pengertian anemia, faktor risiko,
penyebab, tanda, gejala, dampak, dan pencegahannya. Adapun beberapa
permasalahan yang ditemukan pada penyuluhan ini yaitu waktu yang tersedia
kurang karena harus selesai tepat jam 08.00 dimana pelayanan dimulai dan
banyak perhatian pengunjung yang terpecah untuk berburu-buru mendaftar
ketika waktu pelayanan hampir dimulai.

4.2. Hasil Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan


Dalam pelaksanaan penyuluhan perlu dipertimbangkan waktu, materi,
sasaran, metode yang dilakukan serta sarana dan prasarana yang digunakan.
Pemilihan waktu yang tepat serta penyediaan sarana yang memadai dan tepat
guna akan membuat penyuluhan menjadi lebih efektif, untuk itu diperlukan
pertimbangan mengenai waktu yang tepat dan tempat yang nyaman agar
tujuan yang dimaksud dalam penyuluhan tersampaikan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai