Anda di halaman 1dari 24

Fachrudin Zaenury

Rabu, 19 September 2012


ASKEP Hemoroid

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid sangat umum
terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas
vena yan terkena. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen
yang meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon
menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang
disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan hilang beberapa
waktu setelah melahirkan. Hemoroid diklasifiksasikan menjadi dua tipe. Hemoroid internal
yaitu hemorod yang terjadi diatas stingfer anal sedangkan yang muncul di luar stingfer anal
disebut hemorod eksternal. (Brunner & Suddarth, 1996)
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk.
Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden penyakit ini akan
meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak pada usia 45-65 tahun. Walaupun
keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak
nyaman. Berdasarkan hal ini kelompok tertarik untuk membahas penyakit hemoroid.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dalam pembuatan makalah ini, masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa Definisi dari Hemoroid?
1.2.2 Apa Etiologi dari Hemoroid?
1.2.3 Bagaimana Patofisiologia dari Hemoroid?
1.2.4 Bagaiman Pathway dari Hemoroid?
1.2.5 Manifestasi Klinis dari Hemoroid?
1.2.6 Apa Pemeriksaan Diagnostik dari Hemoroid?
1.2.7 Bagaimana Penatalaksanaan Medis dari Hemoroid?
1.2.8 Asuhan Keperawatan Hemoroid?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Bertolak pada rumusan masalah di atas maka makalah ini bertujuan untuk mengetahui:
1.3.1 Apa Definisi dari Hemoroid itu?
1.3.2 Apa Etiologi dari Hemoroid?
1.3.3 Bagaimana Patofisiologis dari Hemoroid?
1.3.4 Bagaimana Pathway dari Hemoroid?
1.3.5 Manifestasi Klinis dari Hemoroid?
1.3.6 Apa Pemeriksaan Diagnostik dari Hemoroid?
1.3.7 Bagaiman Penatalaksanaan Medis dari Hemoroid?
1.3.8 Asuhan Keperawatan Hemoroid?

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

Makalah ini disusun dengan melakukan study pustaka dari berbagai buku panduan
keperawatan khususnya pada Keperawatan Medikal Bedah.
Sistematika penulisan dari makalah ini adalah Bab I Pendahuluan terdiri dari: latar
belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II berisi
pembahasan dan Bab III terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian

Hemoroid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi
namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah
hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat awam. Sudah pasti
kehadirannya akan mengundang segelintir rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja
mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial.
Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran pembuluh darah,
walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana. Hemoroid hampir mirip dengan
varises. Hanya saja, pada varises pembuluh darah yang melebar adalah pembuluh darah kaki,
sedangkan pada hemoroid pembuluh darah yang bermasalah adalah vena hemoroidalis di
daerah anorektal. (dr.delken kuswanto)

2.2 Etiologi

Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :


1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organic kelainan organik yang
menyebabkan gangguan adalah :
a. Hepar sirosis hepatis
Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga terjadi
hipertensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan pleksus
hemoroidalis.
b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.
c. Tumor intra abdomen, terutama didaerah pelvis, yang menekan vena sehingga aliranya
terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal dan lain lain.
2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab
timbulnya hemoroid
Faktor faktor yang mungkin berperan :
a. Keturunan atau heriditer
Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan bukan
hemoroidnya.
b. Anatomi
Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga darah mudah kembali
menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.
c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :
* Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi akan
mempengaruhi timbulnya hemoroid.
* Gangguan defekasi dan miksi.
* Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
* Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.
3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis dan Senilis,
konstipasi dan kehamilan.
4) Faktor presipitasi adalah faktor mekanisme (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan
tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang.
Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi salling berkaitan.

2.3 Patofisiologi

Pada permulaan terjadi varises hemoroidalis, belum timbul keluhan keluhan. Akan
timbul bila ada penyulit seperti perdarahan , trombus dan infeksi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan
rektum terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri. Perdarahan umumnya terjadi akibat
trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar meskipun berasal dari
vena karena kaya akan asam. Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema yang disebabkan
oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Trombosis ini akan
mengakibatkan iskemi pada daerah tersebut dan nekrosis.

Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :


1. Hemoroid interna, merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media.
2. Hemoroid eksterna,merupakan varises vena hemoroidalis inferior.
1. HEMOROID INTERNA
Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena tidak
adanya serabut serabut rasa sakit di daerah ini.

Hemoriud interna terbagi menjadi 4 derajat :


- Derajat I
Timbul pendarahan varises, prolapsi atau tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya
dapat di temukan dengan proktoskopi.
- Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi, tapi
setelah defekasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.
- Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi
harus di dorong.
- Derajat IV
Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat defekasi tidak
dapat di masukan lagi. Biasanya pada derajat ini timbul thrombus yang di ikuti infeksi dan
kadang kadang timbul perlingkaran anus, sering di sebut dengan Hemoral Inkaresata karena
seakan - akan ada yang menyempit hemoriod yang keluar itu, pada hal pendapat ini salah
karena muskulus spingter ani eksternus mempunyai tonus yang tidak berbeda banyak pada
saat membuka dan menutup. Tapi bila benar terjadi, inkaserata maka setelah beberapa saat
akan timbul nekrosis tapi tidak demikiaan halnya. Lebih tepat bila di sebut dengan perolaps
hemoroid.
2. HEMOROID EKSTERNA.
Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna.
Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya
adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
- Sering rasa sakit dan nyeri
- Rasa gatal pada daerah hemorid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung - ujung saraf pada kulit
merupakan reseptor rasa sakit.
b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau Skin Tag terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit
anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

2.4 Pathway

Hemoroid Ekterna
Jika ada bekuan darah

Trombosis

Peradangan, dan Edema

Bengkak, kebiru-biruan pada anus dan berdarah.

Pembesaraan V.Hemoroidalis
Nyeri
Perdarahan saat BAB dan tanpa nyeri (karena pada daerah ini tidak ada serabut nyeri)

Anemia defisiensi Besi

Keluarnya masa pada daerah anal


Perdarahan
Aliran vena balik terganggu
Tekanan perifer meningkat pelebaran V.Hemoroidalis (hemoroid)
Kehamilan

Berdiri dan duduk terlalu lama

Kongesti vena plexsus


Hipertensi portal (sirosis hepatis)

Sering angkat beban berat

Konstipasi
Hemoroid interna

Konstipasi dan mengedan dalam jangaka yang lama


2.5 Manifestasi Klinis

Gejala utama berupa :

Perdarahan melalui anus yanng berupa darah segar tanpa rasa nyeri.
Prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya.

Gejala lain yang mengikuti :

Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus.

Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah.

Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur)


Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab
tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat
diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal.
Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan
colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
Anoskopy
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop
dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan
penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang
menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan,
derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor
ganas harus diperhatikan.

Pemeriksaan Proktosigmoidoskopy
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh
proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan
fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
Rontgen (colon inloop) atau Kolonoskopy
Laboratorium : - Eritrosit

- Leukosit

- Hb
2.7 Komplikasi

Terjadinya perdarahan
Pada derajat satu darah kelur menetes dan memancar. Perdarahan akut pada umumnya jarang,
hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk
pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami
perdarahan maka darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan
kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang
diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis,
sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah
karena adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi
(inkarserata / terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa
mengakibatkan kematian.
Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehingga lama - lama darah akan membeku dan terjadi trombosis.
Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang karena
disana banyak kotoran yang ada kuman kumannya.

2.8 Penatalaksanaan Medis

1 ) Operasi Herniadectomy
2 ) Non operatif
Untuk derajat I dan II
Diet tinggi serat untuk melancarkan BAB.
Obat obat suposituria untuk membantu pengeluaran BAB dan untuk melunakan feces.
Anti biotik bila terjadi infeksi.
Ijeksi skloretika ( Dilakukan antara mokosa dan varises dengan harapan timbul fibrosis dan
hemoroid lalu mengecil ).
Rubber Band Ligation yaitu mengikat hemoroid dengan karet elastic kira kira I minggu,
diharapkan terjadi nekrosis.
Untuk derajat III dan IV
Dapat dilakuakan
Pembedahan
Dapat dilakukan pengikatan atau ligation.
Dapat dilakukan rendam duduk.
Dengan jalan suntikanSklerotika ujntuk mengontrol pendarahan dan kolaps (keluar)
hemoroid interna yang kecil sampai sedang.
Bila seorang datang dengan derajat IV tidak boleh langsung di lakukan oprasi, harus di
usahakan menjadi derajat III dulu. Dengan cara duduk berendam dengan cairan PK 1/10.000
selama 15 menit, kemudian di kompres dengan larutan garam hipertonik sehingga edema
keluar dan kotoran keluar. Biasanya setelah dua minggu akan menjadi derajat III.
Pada wanita hamil, karena akan sembuh setelah kehamilan berakhir, maka tidak perlu di
adakan oprasi karena akan membahayakan janin dan varisesnya pun juga akan hilang. Bila
ada perdarahan lakukan pengikatan sementara, setelah partus baru di adakan tindakan
defenitif.
3) Terapi Bedah
Bedah Konvensional
Saat ini ada tiga teknik yang biasa digunakan yaitu:
1. Teknik Milligan Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Basis massa hemoroid
tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari rektum. Kemudian
dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus hemoroidalis. Penting untuk
mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi elips dibuat
dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus hemoroidalis internus dan
eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara
keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah
kulit dieksisi. Setelah mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup secara
longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu.
Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum yang terlalu
banyak. Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak
jaringan.
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan mengupas
seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan mengadakan reseksi
sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
3. Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan jahitan
jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi jaringan diatas klem.
Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini lebih sering
digunakan karena caranya mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan jaringan parut
sekunder yang biasa menimbulkan stenosis. Dalam melakukan operasi diperlukan narkose
yang dalam karena sfingter ini harus benar-benar lumpuh.
Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya alat
pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan terpatri sehingga
tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang minimal. Pada
bedah dengan laser, nyeri berkurang karena saraf rasa nyeri ikut terpatri. Di anus, terdapat
banyak saraf. Pada bedah konvensional, saat post operasi akan terasa nyeri sekali karena pada
saat memotong jaringan, serabut saraf terbuka akibat serabut saraf tidak mengerut sedangkan
selubungnya mengerut. Sedangkan pada bedah laser, serabut saraf dan selubung saraf
menempel jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk
hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 14 watt. Setelah jaringan diangkat, luka bekas
operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 6 minggu, luka akan mengering.
Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan.
Bedah Stapler
Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter,
terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran anus. Fungsinya
adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan hemoroid dan m.sfingter ini
untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari dubur.
Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis
mukokutan dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena
jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu
dibuang semua.
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang dinamakan
dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat stapler
dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan
dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan
hemoroid tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan
memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat, maka alat akan memotong jaringan yang
berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke
jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan sendirinya.
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak mengganggu fungsi
anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian
sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20 45 menit, pasien pulih lebih cepat sehingga
rawat inap di rumah sakit semakin singkat.

2.9 Asuhan Keperawatan

2.9.1 Pengkajian

1. Identitas pasien.
Nama :
Jenis kelamin : > pada Laki-laki
Agama :
Umur : 40 55 thn
Status :
Tanggal lahir :
Suku Bangsa :
2. Keluhan utama.
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada
anus atau nyeri pada saat defikasi.
3. Riwayat penyakit.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar
dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh atau terulang kembali.
Dan pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak dilakukan pembedahan sehingga akan
kembali RPD.
4. Pola kebiasaan dan pemeliharaan kesehatan.
a. Pola Nutrisi
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi
badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan
kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS.
b. Pola Istirahat dan Tidur
Adanya nyeri otot dan dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan
rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit yang banyak orang mondar-mandir.

c. Pola Aktivitas
Akibat nyeri otot pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.
Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya. Dan untuk memenuhi kebutuhan
aktivitasnya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.
d. Pola Eleminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan defekasi
sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih
banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada
struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.
5. Pemeriksaan fisik.
Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan
menempel pada tempat tidur.

1. Inspeksi
- Pada insfeksi lihat ada benjolan sekitar anus.
- Benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
- Warna benjolan terlihat kemerahan.
- Benjolan terletak di dalam ( internal ).
2. Palpasi
Dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin dengan melakuakan
rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Dan ditemukan benjolan tersebut
dengan konsistensi keras, dan juga ada perdarahan.
6. Informasi penunjang.
Pemeriksaan laboratorium
- Hb 14,3 N : 14-18 mg/dl
- Lekosit 12-700 N : 4000 11.000
- Elektrolit :
1. K 2,8 N : 3,6 5,5 mmol/L
2. Na 137,6 N : 135 155 mmol/L
3. Cl 107 N : 70 108 mmol/L

Diagnostik
- Kolonoscopy
- Anoskopy

2.9.2 Analisa Data

No Data Penunjang Etiologi Masalah


1 DS: Pembesaran Vena Konstipasi
1. Klien mengeluh BAB seminggu Hemoroidalis
yang lalu terasa sangat nyeri dan
keluar darah segar bersama dengan
feses,bahkan darah menetes saat
BAB.
2. Klien mengeluh BAB terakhir
saat keras,sehingga harus
mengedan karena hemoroid klien
kambuh lagi.
3. Klien mengeluh pola BAB
memang tidak normal dari
dulu,klien BAB 1-2 kali /minggu,
walupun sering makan sayur dan
buah-buahan.
4. Klien mengatakan saat ini
hampir seminggu belum BAB
karena takut meresakan nyeri dan
perdarahan seperti sebelumnya.
DO:
1. Distensi abdomen (+)
2. Teraba massa pada regio bawah
abdomen.
3. Pemeriksaan anus adanya
benjolan dibawah kulit kanalis
analis yang nyeri, tegang, berwarna
kebirubiruan, berukuran 1 cm,
benjolan harus didorong dengan
tangan agar masuk kedalam anus.
Data tambahan :
1. Pola BAB tidak teratur.
2. Karakteristik feses (warna:
kuning kecoklatan, konsistensi:
lembek berampas)
2 DS: Adanya hemoroid Nyeri
1. Klien mengeluh nyeri dan panas pada daerah anal
pada daerah anus.
2. Klien mengeluh nyeri pada saat
duduk dan berbaring terutama saat
tidur malam hari.
3. Klien mengeluh BAB seminggu
yang lalu terasa sangat nyeri dan
keluar darah srgar bersama dengan
feses,bahkan darah menetes saat
BAB.
DO:
1.TTV :
TD = 120/80 mmHg
2. Distensi abdomen (+)
3. Pemeriksaan anus adanya
benjolan dibawah kulit kanalis
analis yang nyeri, tegang, berwarna
kebirubiruan, berukuran 1 cm,
benjolan harus didorong dengan
tangan agar masuk kedalam anus.
Data tambahan :
1. skala nyeri 6
2. klien tampak meringis
3. klien tampak memegangi daerah
nyeri.
4. klien tidak dapat tidur.
3 DS : klien mengeluh BAB Pecahnya Vena Perdarahan
seminggu yang lalu karena keluar Hemoroidalis V.Hemoroidalis
darah segar bersama feses bahkan
darah menetes saat BAB
DO :
1. TTV : TD = 120/80 mmHg
2. Klien tampak lemah
3. Konjungtiva pucat
4. hasil lab :
Hb= 8,9 gr/dl
Data Tambahan :
1. Pasien tidak dapat melakukan
aktivitas mandiri.
2. Klien cepat lelah setelah
beraktivitas.
3. Banyaknya aktifitas klien yang
dibantu oleh orang lain

2.9.3 Diagnosa Keperawatan

PRE OPERATIF

1. Konstipasi berhubungan dengan pembesaran vena hemoroidalis.


2. Nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah anus.
3. Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis yang ditandai dengan
perdarahan waktu BAB.

POST OPERATIF
1. Gangguan rasa nyaman nyeri pada luka operasi berhubungan dengan adanya jahitan pada
luka operasi dan terpasangnya cerobong anus.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan dirumah.
2.9.4 Rencana Tindakan Keperawatan

PRE OPERATIF

No. Dx Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Konstipasi Setelah dilakukan 1.Berikan dan 1.Mencegah dehidrasi


berhubungan tindakan anjurkan minum secara oral.
keperawatan selama kurang lebih 2
dengan
2 x 24 jam liter/hari.
pembesaran diharapkan
konstipasi teratasi. 2.Berikan posisi
vena
semi fowler pada
hemoroidalis. KH: tempat tidur.
2.Meningkatkan usaha
a.Pola BAB normal 3.Anjurkan evakuasi feses.
(1-2x/minggu). mengkonsumsi
b.Konsistensi feses makana tinggi
lunak. serat.
3.Makanan tinggi
c.Warna feses 4.Auskultasi bunyi serat dapar
kuning. usus. melancarkan proses
defekasi.
d.Klien tidak takut
untuk BAB.
5.Hindari makanan
e.Tidak ada nyeri
pada saat BAB. yang membentuk 4.Bunyi usus secara
umum meningkat
gas. pada diare dan
menurun pada
6.Kurangi / batasi konstipasi.
makana seperti
produk susu. 5.Menurnnkan distres
gastrik dan distensi
7.Berikan laktasif abdomen.
sesuai program
dokter.

6.Makanan ini
diketahui sebagai
penyebab konstipasi.

7.Membantu
melancarkan proses
defekasi.

2. Nyeri Setelah dilakukan 1.Berikan Posisi 1.Minimalkan


berhubungan tindakan yang nyaman. stimulasi/meningkatkan
keperawatan relaksasi.
dengan adanya
selama 3 x 24 jam 2.Berikan bantalan 2.Meminimalkan
hemoroid pada diharapkan nyeri dibawah bokong tekanan di bawah
daerah anal. teratasi. saat duduk. bokong/meningkatkan
KH: 3.Observasi tanda- relaksasi.
a.Wajah pasien tanda vital. 3.Untuk menentukan
tampak meringis. 4.Ajarkan teknik intervensi selanjutnya.
b.Skala nyeri untuk menguranyi 4.Pengalihan perhatian
berkurang 0-3 atau rasa nyeri seperti melalui kegiatan-
hilang. membaca, menarik kegiatan.
c.Klien dapat nafas panjang,
istirahat tidur. menonton TV, dll.
d.TTV Normal 5.Berikan kompres 5.Meningkatkan
TD: 100/80 mmHg dingin pada relaksasi.
daerah anus 3-4
jam dilanjutkan
dengan redam 6.Menurunkan
duduk hangat 3-4 ketidaknyamanan fisik.
x/hari.
6.Berikan 7.Mengurangi nyeri dan
lingkungan yang menurunkan rangsang
tenang. saraf simpatis dan
7.Kolaborasi untuk mengangkat
dengan dokter hemoroid.
untuk pemberian
analgesik, pelunak
feses dan dilakukan
hemoroidectomi.
3. Perdarahan Setelah dilakukan 1.Observasi TTV. 1.Untuk menentukan
berhubungan tindakan 2.Monitor tindakan selanjutnya.
keperawatan banyaknya 2.Untuk menentukan
dengan
selama 3 x 24 jam perdarahan klien. tingkat kehilangan
pecahnya vena diharapkan 3.Kaji ulang tingkat cairan.
hemoroidalis kekurangan nutrisi toleransi aktifiitas 3.Untuk mengetahui
terpenuhi. klien. tingkat kelemahan
yang ditandai
KH: 4.Memandirikan klien.
dengan a.Konjungtiva klien dalam 4.Mengurangi
perdarahan klien merah muda. melakukan aktifitas ketergantungan aktifitas
b.Hb Normal (12- sehari-hari. klien dengan bantuan
waktu BAB.
14 g/dl). Kolaborasi: perawat.
c.Tidak ada 1.Konsultasikan Kolaborasi:
perdarahan nutrisi untuk klien 1.Untuk menentukan
v.hemoroid. dengan ahli gizi. kebutuhan nutrisi yang
d.Dapat melakukan 2.Berikan vitamin tepat pada klien.
aktivitas mandiri. K dan B12 sesuai 2.Untuk membantu
e.Klien tidak cepat indikasi. proses pembekuan
lelah setelah 3.Konsultasi dengan darah dan Untuk
beraktivitas. ahli gizi. meningkatkan produksi
f.Aktifitas klien 4.Berikan cairan IV. sel darah merah.
sudah tidak dibantu 3.Untuk menentukan
oleh perawat. diet yang tepat bagi
klien.
4.Untuk menggantikan
banyaknya darah yang
hilang selama
perdarahan.

POST OPERATIF

1. Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Beri posisi tidur 1. Dapat menurunkan


nyaman nyeri tindakan yang tegangan abdomen
keperawatan menyenangkan
pada luka
selama 2 x 24 jam pasien. 2. Melindungi pasien
operasai berkurangnya rasa 2. Ganti balutan dari kontaminasi silang
berhubungan nyeri pada daerah setiap pagi sesuai selama penggantian
pasca operasi. tehnik aseptik balutan. Balutan basah
dengan adanya
KH: bertindak sebagai
jahitan pada a.tidak terdapat rasa penyerap kontaminasi
luka operasi nyeri pada luka eksternal
dan operasi 3. Menurunkan masalah
b.pasien dapat yang terjadi karena
terpasangnya
beraktivitas sesuai 3. Latihan jalan imobilisasi
cerobong anus. kemampuan sedini mungkin 4. Perdarahan pada
c.sekala nyeri 0-3 jaringan, inflamasi
d.klien tampak 4. Observasi daerah lokal atau terjadinya
rileks rektal apakah ada infeksi dapat
perdarahan meningkatkan rasa
nyeri
5. Pengetahuan tentang
manfaat cerobong anus
5. Berikan dapat membuat pasien
penjelasan tentang paham guna cerobong
tujuan pemasangan anus untuk
cerobong anus kesembuhan lukanya
(untuk mengalirkan
sisa-sisa perdarahan
yang di dalam bisa 6. Meningkatkan fungsi
keluar) fisiologis anus dan
6. Cerobong anus memberikan rasa
dilepas sesuai nyaman pada daerah
advice dokter anus pasien karena
tidak ada sumbatan
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Observasi tanda 1. Respon autonomik
berhubungan tindakan vital meliputi TD, respirasi,
keperawatan nadi yang berhubungan
dengan
selama 2 x 24 jam dengan keluhan /
pertahanan infeksi tidak terjadi. penghilang nyeri .
primer tidak KH: Abnormalitas tanda
a.tidak terdapat vital perlu di observasi
adekuat.
tanda-tanda infeksi secara lanjut
(dolor, kalor, rubor, 2. Observasi 2. Deteksi dini terjadinya
tumor, fungsiolesa) balutan setiap 2 proses infeksi dan /
b.TTV Normal jam, periksa pengawasan
(TD: 120/80 terhadap perdarahan penyembuhan luka
mmHg, N: 96 dan bau. oprasi yang ada
x/menit, S: 36,7 OC, sebelumnya
RR: 18 x/menit) 3. Mencegah meluas dan
c.luka mengering 3. Ganti balutan membatasi penyebaran
dengan teknik luas infeksi atau
aseptik kontaminasi silang
4. Mengurangi /
4. Bersihkan area
perianal setelah mencegah kontaminasi
setiap defekasi daerah luka
5. Berikan diet 5. Mengurangi
rendah serat dan rangsangan pada anus
minum yang cukup dan mencegah
mengedan pada waktu
defekasi
3. Kurang Setelah dilakukan 1. Diskusikan 1. Pengetahuan tentang
pengetahuan tindakan pentingnya diet berguna untuk
keperawatan penatalaksanaan melibatkan pasien
berhubungan
selama 2 x 24 jam diet rendah sisa atau dalam merencanakan
dengan klien dapat serat. diet dirumah yang
kurangnya melakukan sesuai dengan yang
perawatan area anal dianjurkan oleh ahli
informasi
dirumah. gizi
perawatan KH: 2. Demontrasikan 2. Pemahaman akan
dirumah. a.pasien mengerti perawatan area anal meningkatkan kerja
tentang perawatan dan minta pasien sama pasien dalam
dirumah menguilanginya program terapi,
b.keluarga mengerti meningkatkan
tentang proses penyembuhan dan
penyakit dan proses perbaikan
perawatannya terhadap penyakitnya
c.pasien 3. Berikan rendam 3. Meningkatkan
menunjukkan duduk kebersihan dan
wajah tengang kenyaman pada daerah
anus (luka atau polaps)
4. Melindungi area anus
4. Bersihakan area terhadap kontaminasi
anus dengan baik kuman-kuman yang
dan keringkan berasal dari sisa
seluruhnya setelah defekasi agar tidak
defekasi terjadi infeksi
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang
diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid lebih
dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat. Akibat dari adanya hemoroid adalah
timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga
aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial. Hemoroid mengakibatkan
komplikasi,diantaranya adalah terjadi trombosis, peradangan, dan terjadi perdarahan.
Hemoroid juga dapat menimbulkan cemas pada penderitanya akibat ketidaktahuan tentang
penyakit dan pengobatannya.
Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :
1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organic kelainan organik yang
menyebabkan gangguan adalah :
a. Hepar sirosis hepatis
Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga terjadi
hepartensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan pleksus
hemoroidalis.
b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.
c. Tomur intra abdomen, terutama didaerah velvis, yang menekan vena sehingga aliranya
terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal dan lain lain.
2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab
timbulnya hemoroid
Faktor faktor yang mungkin berperan :
a. Keturunan atau heriditer
b. Anatomi
c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :
* Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi akan
mempengaruhi timbulnya hemoroid. Misalnya seorang ahli bedah.
* Gangguan devekasi miksi.
* Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
* Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.
3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis dan Senilis,
konstipasi dan kehamilan.

3.2 SARAN
Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit dan pengobatannya
pada penderita hemoroid. Menginformasikan tentang pencegahan-pencegahan terjadinya
hemoroid dengan cara :
1. Makan makanan tinggi serat, vitamin K, dan vitamin B12.
2. Sarankan untuk tidak banyak duduk atau kegiatan yang menenkan daerah bokong.
3. Sarankan untuk tidak terlalu kuat saat mengedan karena dapat menambah besar hemoroid.
4. Sarankan agar mengurangi makan makanan pedas yang dapat mengiritasi hemoroid.
5. Sarankan untuk melakukan hemoroidektomi apabila stadium hemoroid telah mencapai
derajat 3 hemoroid interna untuk mencegah terjadinya infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.
Djuhari, Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Doenges Moorhouse Geissle. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Jusi, H. D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vaskuler. Jakarta: Balai Penerbit.
Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Parakrama, Chandrasoma. 2006. Ringkasan Patofisiologi Anatomi Edisi 2. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson. 1984. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.
Robbins, Stanley L. 1989. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC
Schrock, Theodore R. 1991. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai