Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Semua orang hampir bisa dipastikan pernah mengalami apa yang disebut rasa
cemas, gelisah, khawatir dan panik. Dalam kehidupan sehari-hari, kecemasan merupakan
hal yang wajar terjadi pada setiap individu seperti reaksi seseorang jika sedang
mengalami stress kerapkali disertai dengan suatu kecemasan. Namun apabila suatu
individu tidak dapat mengontrol ataupun meredam rasa cemas tersebut dalam situasi
dimana orang-orang pada umumnya mampu menangani kecemasan tanpa adanya
kesulitan yang dianggapnya begitu berarti maka dalam hal ini telah dikatakan
penyimpangan.1
Individu yang mengalami ganggguan seperti ini bisa dikatakan mengalami
anxiety disorder (gangguan kecemasan) yaitu ketakutan yang berlebihan dan sifatnya
tidak rasional. Seseorang dikatakan menderita gangguan kecemasan apabila kecemasan
ini mengganggu aktivitas dalam kehidupan dari diri individu tersebut, salah satunya
yakni gangguan fungsi sosial. Misalnya kecemasan yang berlebihan ini menghambat diri
seseorang untuk menjalin hubungan akrab antar individu atau kelompoknya.1
Menurut data National Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat
terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemsan pada usia 18 tahun sampai pada
usia lanjut. Gangguan kecemasan diperkirakan dideritas oleh 1 dari 10 manusia.1
Orang yang tampaknya cemas patologis mengenai hampir semua hal
cenderung digolongkan memiliki gangguan ansietas menyeluruh. Revisi edisi keempat
Diagnostic and Statistical Mnual of Mental Disorder (DSM-IV-TR) mendefinisikan
gangguan ansietas menyeluruh sebagai ansietas dan kekhawatiran yang berlebihan
mengenai beberapa peristiwa atau aktivitas hampr sepanjang hari selama sedikitnya 6
bulan. Kekhawatiran ini sulit dikendalikan dan berkaitan dengan gejala somatik seperti
otot tegang, iritabilitas, sulit tidur dan gelisah. Ansietas tidak berfokus pada gambaran
gangguan aksis I lain, tidak disebabkan penggunaan zat atau keadaan medis umum, serta
tidak hanya terjadi selama gangguan mood atau psikiatri. Ansietas ini sulit dikendalikan,
secara subjektif menimbulkan penderitaan, dan mengakibatkan hendaya pada area
penting kehidupan seseorang.2

1
Untuk komorbiditasnya, Gangguan ansietas menyeluruh mungkin adalah
gangguan yang paling sering muncul bersamaan dengan gangguan jiwa lain, biasanya
fobia sosial, fobia spesifik, gangguan panik, atau gangguan depresif. Mungkin 50 hingga
90 persen pasien dengan gangguan ansietas menyeluruh memiliki gangguan jiwa lain.
Sebanyak 25 persen pasien akhirnya mengalami gangguan panik. Suatu tambahan
persentase pasien yang tinggi cenderung memilki gangguan depresif berat. Gangguan
lazim lain yang terkait gangguan ansietas menyeluruh adalah gangguan distimik, fobia
sosial, dan spesifik, serta gangguan terkait zat.3

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Gangguan cemas menyeluruh adalah suatu keadaan ketakutan atau kecemasan
yang berlebih-lebihan, dan menetap sekurang kurangnya selama enam bulan
mengenai sejumlah kejadian atau aktivitas disertai oleh berbagai gejala somatik yang
menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi sosial, pekerjaan, dan fungsi - fungsi
lainnya Sedangkan menurut ICD-10 gangguan ini merupakan bentuk kecemasan yang
sifatnya menyeluruh dan menetap selama beberapa minggu atau bulan yang ditandai
oleh adanya kecemasan tentang masa depan, ketegangan motorik,dan aktivitas
otonomik yang berlebihan.2,4

2.2. Epidemiologi
Gangguan ansietas menyeluruh merupakan suatu keadaan yang lazim dan paling
sering dijumpai. Prevalensinya di masyarakat diperkirakan 3% dan tingkat prevalensi
seumur hidup adalah 5%. di klinik gangguan kecemasan, sampai seperempat dari
individu memiliki gangguan ansietas menyeluruh. Di Indonesia prevalensinya secara
pasti belum diketahui, namun diperkirakan 2% -5%. Perkiraan yang masuk akal untuk
prevalensi 1 tahun berkisar antara 3 dan 8 persen. banyak individu dengan gangguan
ansietas menyeluruh melaporkan bahwa mereka telah merasa cemas dan gugup
sepanjang hidup mereka. Gangguan ini lebih sering dijumpai pada wanita dengan
rasio 2 : 1, namun yang di rawat inap di Rumah Sakit untuk gangguan ini rasionya
kurang lebih sama atau 1 :1 antara laki-laki dan wanita. Prevalensi seumur hidupnya
adalah 45%.2,,3,5

2.3. Etiologi
Etiologi dari gangguan ini belum diketahui secara pasti, namun diduga dua
faktor yang berperan terjadi di dalam gangguan ini yaitu, faktor biologik dan
psikososial. Faktor biologik yang berperan pada gangguan ini adalah
neurotransmitter. Ada tiga neurotransmitter utama yang berperan pada gangguan ini
yaitu, norepinefrin ,serotonin, dan gamma amino butiric acid atau GABA . Dugaan

3
akan peranan norepinefrin pada gangguan cemas didasarkan percobaan pada hewan
primata yang menunjukkan respon kecemasan pada perangsangan locus sereleus yang
ditunjukan pada pemberian obat-obatan yang meningkatkan kadar norepinefrin dapat
menimbulkan tanda-tanda kecemasan, sedangkan obat-obatan menurunkan kadar
norepinefrin akan menyebabkan depresi. Peranan Gamma Amino Butiric Acid pada
gangguan ini berbeda dengan norepinefrin. Norepinefrin bersifat merangsang
timbulnya ansietas, sedangkan Gamma Amino Butiric Acid atau GABA bersifat
menghambat terjadinya anxietas ini. Pengaruh dari neutronstransmitter ini pada
gangguan anxietas didapatkan dari peranan benzodiazepin pada gangguan tersebut.
Benzodiazepin dan GABA membentuk GABA Benzodiazepin complex yang akan
menurunkan ansietas atau kecemasan. Penelitian pada hewan primata yang diberikan
suatu agonist inverse benzodiazepine Beta-Carboline-Carboxylic-Acid (BCCA)
menunjukkan gejala-gejala otonomik gangguan anxietas.4
Mengenai peranan serotonin dalam gangguan anxietas ini didapatkan dari hasil
pengamatan efektivitas obat-obatan golongan serotonergik terhadap anxietas seperti
buspiron atau buspar yang merupakan agonist reseptor serotorgenik tipe 1A (5-HT
1A). Diduga serotonin mempengaruhi reseptor GABA-Benzodiazepin complex
sehingga ia dapat berperan sebagai anti cemas. Kemungkinan lain adalah interaksi
antara serotonin dan norepinefrin dalam mekanisme ansietas sebagai anti cemas.2
1. Faktor Biologis2,3
Efektivitas terapeutik benzodiazepin dan azaspiron contohnya buspiron
(BuSpar) telah memusatkan usaha penelitian biologis pada sistem
neurotrannsmiter gamma-aminobutyric acid (GABA) dan serotonin (5-
hydroxytryptamine [5-HT]). Benzodiazepine (yang merupakan agonis reseptor
benzodiazepine) diketahui menurunkan kecemasan, sedangkan flumazenil
(Romazicon) (suatu antagonis reseptor benzodiazepine) dan beta-carboline (agonis
kebalikan reseptor benzodiazepine) diketahui menginduksi kecemasan. Walaupun
tidak ada data yang menyakinkan yang menyatakan bahwa reseptor
benzodiazepine adalah abnormal pada pasien dengan gangguan ansietas
menyeluruh, beberapa peneliti telah terfokus pada lobus oksipitalis yang memiliki
konsentrasi reseptor benzodiazepine paling banyak di otak. Daerah otak lain yang
telah dihipotesiskan terlibat di dalam gangguan ansietas menyeluruh adalah
ganglia basalis, sistem limbik, dan korteks frontalis. Karena buspirone adalah
suatu agonisreseptor 5-HTIA, terdapat hipotesis bahwa pengaturan sistem

4
serotonergik pada gangguan ansietas menyeluruh adalah abnormal. Sistem
neurotransmitter lainnya yang merupakan sasaran penelitian pada gangguan
ansietas menyeluruh adalah sistem neurotransmiter norepineprine, glutamat, dan
kolesistokinin. Beberapa bukti menyatakan bahwa pasien dengan gangguan
ansietas menyeluruh mungkin memiliki subsensitivitas reseptor 2-adrenergik,
seperti yang ditunjukkan dengan pelepasan hormon pertumbuhan setelah infus
clonidine (catapres).
Berbagai kelainan elektroensefalogram (EEG) telah diperhatikan pada ritme
alfa dan evoked potential. Studi EEG tidur melaporkan peningkatan diskontinuitas
tidur, penurunan tidur delta, berkurangnya tidur tahap I, dan berkurangnya tidur
REM (rapid eye movement).Perubahan struktur tidur ini berbeda dengan
perubahan yang ditemukan pada gangguan depresif.
2. Faktor Psikososial2,3,5
Dua kelompok pikiran utama tentang faktor psikososial yang menyebabkan
timbulnya ganguan ansietas menyeluruh adalah kelompok perilaku-kognitif dan
kelompok psikoanalitik. Menurut kelompok perilaku kognitif, pasien dengan
gangguan ansietas menyeluruh memberikan respon pada hal-hal yang secara tidak
benar dan tidak akurat dianggap sebagai bahaya. Ketidakakuratan ini ditimbulkan
melalui perhatian selektif terhadap hal kecil negatif di lingkungan, dengan distorsi
pemprosesan informasi, dan pandangan yang terlalu negatif terhadap kemampuan
beradaptasi diri sendiri. Kelompok psikoanalitik menghipotesiskan bahwa ansietas
adalah suatu gejala konflik yang tidak disadari dan tidak terselesaikan.
Tingkatan ansietas berkaitan dengan berbagai tingkat perkembangan. Pada
tingkat yang paling primitif, ansietas dapat berhubungan dengan rasa takut
dikalahkan atau bergabung dengan orang lain. Pada anak-anak dan remaja dengan
gangguan ansietas menyeluruh, kecemasan dan kekhawatiran sering menyangkut
prestasi atau kompetensi mereka di sekolah atau di acara olahraga, bahkan ketika
prestasi mereka tidak sedang dievaluasi oleh orang lain.Anak-anak dengan
gangguan tersebut mungkin terlalu penurut, perfeksionis, dan tidak yakin terhadap
diri mereka sendiri dan cenderung mengulang tugas karena ketidakpuasan yang
berlebihan dengan kurang sempurnanya kinerja mereka. Gangguan ansietas
menyeluruh dapat over diagnosis pada anak-anak. Dalam mempertimbangkan
diagnosis ini pada anak-anak, evaluasi menyeluruh untuk gangguan kecemasan
anak lainnya harus dilakukan untuk menentukan apakah kekhawatiran mungkin
5
lebih ke arah salah satu dari gangguan ini, yaitu gangguan ansietas pemisahan,
fobia sosial, dan gangguan obsesif-kompulsif sering disertai oleh kekhawatiran
yang mungkin mirip dengan gangguan ansietas menyeluruh. Misalnya, seorang
anak dengan fobia sosial mungkin khawatir tentang prestasinya di sekolah karena
takut dipermalukan. Kekhawatiran tentang penyakit juga mungkin bisa terdapat
pada gangguan ansietas pemisahan atau gangguan obsesif-kompulsif. Pada
tingkat yang lebih matur, ansietas adalah berhubungan dengan hilangnya cinta dari
objek yang penting. Ansietas kastrasi adalah berhubungan dengan fase oedipus
pada perkembangan dan dipertimbangkan sebagai salah satu tingkat ansietas yang
paling tinggi. Ansietas superego, rasa takut seseorang untuk mengecewakan
idealisme dan nilai-nilainya (berasal dari orang tua yang dinetralisasikan), adalah
bentuk ansietas yang paling matur. Sehubungan dengan faktor-faktor psikolgik
yang berperan dalam terjadinya anxietas ada tiga teori yang berhubungan dengan
hal ini, yaitu : teori psikoanalitik, teori behavorial, dan teori eksistensial. Menurut
teori psiko-analitik terjadinya anxietas ini adalah akibat dari konflik unconscious
yang tidak terselesaikan. Teori behavior beranggapan bahwa terjadinya anxietas
ini adalah akibat tanggapan yang salah dan tidak teliti terhadap bahaya.
Ketidaktelitian ini sebagai akibat dari perhatian mereka yang selektif pada detil-
detil negative dalam kehidupan, penyimpangan dalam proses informasi, dan
pandangan yang negativ terhadap kemampuan pengendalian dirinya. Teori
eksistensial bependapat bahwa terjadinya anxietas adalah akibat tidak adanya
rangsang yang dapat diidentifikasi secara spesifik. Ketiadaan ini membuat orang
menjadi sadar akan kehampaannya di dalam kehidupan ini.
Selain dua faktor diatas, berdasarkan pendekatan pseudodinamika gangguan
kecemasan menyeluruh dapat berakar dari ketidakmampuan egonya untuk mengatasi
dorongan-dorongan yang muncul dari dalam dirinya secara terus menerus sehingga ia
akan mengembangkan mekanisme pertahanan diri. Mekanisme pertahanan diri ini
sebenarnya upaya ego untuk menyalurkan dorongan dalam dirinya dan bisa tetap
berhadapan dengan lingkungan. Tetapi jika mekanisme pertahanan diri ini
dipergunakan secara kaku, terus-menerus dan berkepanjangan maka hal ini dapat
menimbulkan perilaku yang tidak adaptif dan tidak realistis.1,6,7
Ada beberapa mekanisme pertahanan diri yang bisa dipergunakan oleh individu,
antaralain 1,6,8 :

6
1. Represi, yaitu upaya ego untuk menekan pengalaman yang tidak menyenangkan
dan dirasakan mengancam ego masuk ke ketidaksadaran dan disimpan disana
agar tidak mengganggu ego lagi. Tetapi sebenarnya pengalaman yang sudah
disimpan itu masih punya pengaruh tidak langsung terhadap tingkah laku si
individu.
2. Rasionalisasi, yaitu upaya ego untuk melakukan penalaran sedemikian rupa
terhadap dorogan-dorongan dalam diri yang dilarang tampil oleh super ego,
sehingga seolah-olah perilakunya dapat dibenarkan.
3. Kompensasi, upaya ego untuk menutupi kelemahan yang ada di salah satu sisi
kehidupan dengan membuat prestasi atau memberikan kesan sebaliknya pada sisi
lain. Dengan demikian, ego terhindar dari ejekan dan rasa rendah diri.
4. Penempatan yang keliru, yaitu upaya ego untuk melampiaskan suatu perasaan
tertentu kepihak lain atau sumber lain karena tidak dapat melampiaskan
perasaannya ke sumber masalah.
5. Regresi, yaitu upaya ego untuk mengindari kegagalan-kegagalan atau ancaman
terhadap ego dengan menampilkan pikiran atau perilaku yang mundur kembali ke
taraf perkembangan yang lebih rendah.

Jika individu melihat perbedaan yang sangat luas antara pandangannya tentang
dirinya sendiri degan yang diinginkan maka akan muncul perasaan inadekuat dalam
menghadapi tantangan di kehidupan ini, dan hal ini terjadi sehubungan dengan adanya
gap antara konsep diri yang sesungguhnya (real self) dan diri yang diinginkan (idea
self). Hal ini muncul sehubungan tidak adanya kesempatan bagi individu untuk
mengaktualisasikan dirinya sehinggan perkembangan menjadi terhalang. Akibatnya,
dalam menghadapi tantangan atau kendala dalam menjalani hari-hari, di kehidupan
selanjutnya, ia akan mengalami kesulitan untuk membentuk konsep diri yang positif.
Setiap kita sebenarnya perlu mengembangkan suatu upaya untuk menjadi diri sendiri
(authenticity), sedangkan individu yang neuroti, atau mengalami gangguan kecemasan
adalah individu yang gagal menjadi diri sendiri (inauthenticity) karena mereka
mengembangkan konsep diri yang keliru/palsu.7,8
Sementara para ahli dari pendekatan behavioristik mengatakan bahwa
kecemasan muncul karena terjadi kesalahan dalam belajar, bukan hasil dari konflik
intrapsikis, individu belajar menjadi cemas. Ada 2 tahapan belajar yang berlangsung
dalam individu yang menghasilkan kecemasan yaitu: 1,7,8

7
1. Dalam pengalaman individu, beberapa stimulus netral tidak berbahaya atau
tidak menimbulkan kecemasan, dihubungkan dengan stimulus yang
menyakitkan (aversive) akan menimbulkan kecemasan (melalui respondent
conditioning).
2. Individu yang menghindar dari stimulus yang sudah terkondisi, dan sejak
penghidaran ini menghasilkan pembebasan/terlepas dari rasa cemas, maka
respon menghindar ini akan menjadi kebiasaan (melalui operant conditioning).
Dari sudut pandang kognitif, gangguan kecemasan terjadi karena adanya
kesalahan dalam mempersepsikan hal-hal yang menakutkan. Berdasarkan dari teori
kognitif, masalah yang terjadi dari individu yang mengalami gangguan kecemasan
adalah terjadinya kesalahan persepsi atau kesalahan iterpretasi terhadap stimulus
internal maupun eksternal. Individu yang mengalami gangguan kecemasan akan
melihat suatu hal yang tidak benar-benar mengancam sebagai sesuatu yan
mengancam. Jika individu mengalami pengalaman sensasi dalam tubuh yang tidak
biasa, lalu menginterpretasikannya sebagai sensasi bersifat katastropik, yaitu suatu
gejala bahwa ia sedang mengalami sesuatu hal seperti serangan jantung, maka akan
timbul rasa panik.7,8

2.4. Gambaran Klinis

Gejala utama dari ganguan ansietas menyeluruh adalah rasa cemas, ketegangan

motorik, hiperaktivitas otonomik, dan kewaspadaan kognitif. Kecemasan berlebihan

dan mengganggu aspek lain kehidupan pasien. Gejala klinis Gangguan Cemas

Menyeluruh meliputi: 2,9,10

1) Penderita menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir

setiap hari untuk beberapa minggu sampai bulan, yang tidak terbatas atau hanya

menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (free floating atau

mengambang).

8
2) Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:

Tabel 2.1. Gejala gejala Gangguan Cemas Menyeluruh

Ketegangan Motorik 1. Kedutan otot/ rasa gemetar

2. Otot tegang/kaku/pegal

3. Tidak bisa diam

4. Mudah menjadi lelah

Hiperaktivitas otonomik 1. Nafas pendek/terasa berat

2. Jantung berdebar-debar

3. Telapak tangan basah/dingin

4. Mulut kering

5. Kepala pusing/rasa melayang

6. Mual, mencret, perut tak enak

7. Muka panas/ badan menggigil

8. Buang air kecil lebih sering

Kewaspadaan berlebihan dan 1. Perasaan jadi peka/mudah ngilu

penangkapan berkurang 2. Mudah terkejut/kaget

3. Sulit konsentrasi pikiran

4. Sukar tidur

5. Mudah tersinggung

3) Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan

serta keluhan somatik berulang yang menonjol.

4) Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),

khususnya depresi..

9
5) Gangguan ansietas menyeluruh sangat sering terjadi dengan gangguan mood

(misalnya, gangguan depresi mayor atau gangguan dysthymic), dengan

gangguan kecemasan lain (misalnya, gangguan panik, fobia sosial, fobia

spesifik), dan dengan kelainan terkait penggunaan narkoba (misalnya, alkohol

atau obat penenang, hipnotis, anxiolytic atau ketergantungan atau

penyalahgunaan). kondisi lain yang mungkin berhubungan dengan stres

(misalnya, sindrom iritasi usus, sakit kepala) sering menyertai gangguan

ansietas menyeluruh.

Pasien dengan gangguan ansietas menyeluruh biasanya menemui dokter umum

atau dokter penyakit dalam untuk membantu gejala somatik mereka. Selain itu, pasien

pergi ke dokter spesialis untuk gejala spesifik, contohnya diare kronis. Gangguan

medis spesifik non-psikiatri jarang ditemukan dan perilaku pasien bervariasi saat

mencari dokter sejumlah pasien menerima diagnosis gangguan ansietas menyeluruh

dan terapi yang sesuai, lainnya mencari konsultasi medis tambahan untuk masalah

mereka.5

2.5. Diagnosis2,9
Tabel 2.2. Penegakan Diagnosis Gangguan Ansietas Menyeluruh
Kriteria Diagnositik DSM-IV-TR Kriteria Diagnosis PPDGJ-III
Ansietas dan kekhawatiran Penderita harus menunjukkan
berlebihan (perkiraan yang anxietas sebagai gejala primer
menakutkan), terjadi hampir yang berlangsung hampir setiap
setiap hari selama setidaknya 6 hari untuk beberapa inggu sampai
bulan, mengenai sejumlah beberapa bulan, yang tidak
kejadian atau aktivitas (seperti terbatas atau hanya menonjol pada
bekerja atau bersekolah) keadaan situasi khusus tertentu
Orang tersebut merasa sulit saja (sifatnya free floating atau
mengendalikan kekhawatirannya. mengambang).

10
Ansietas dan kekhawatiran Gejala-gejala tersebut biasanya
dikaitkan dengan tiga (atau lebih) mencakup unsur-unsur berikut:
dari keenam gejala berikut a. Kecemasan (khawatir akan
(dengan beberapa gejala nasib buruk, merasa seperti di
setidaknya muncul hampir setiap ujung tanduk, sulit
hari selama 6 bulan). konsentrasi, dsb)
Perhatikan: hanya satu gejala b. Ketegangan motorik (gelisah,
pada anak-anak. sakit kepala, gemetaran, tidak
1. Gelisah atau merasa dapat santai) dan
terperangkap atau terpojok. c. Overaktivitas otonomik
2. Mudah merasa lelah. (kepala terasa ringan,
3. Sulit berkonsentrasi atau berkeringat, jantung berdebar-
pikiran menjadi kosong. debar, sesak napas, keluhan
4. Mudah marah. lambung, pusing kepala, mulut
5. Otot tegang. kering, dsb)
6. Gangguan tidur (sulit tertidur Pada anak-anak sering terlihat
atau tetap tidur, atau tidur adanya kebutuhan berlebihan
yang gelisah dan tidak puas) untuk ditenangkan (reassurance)
Fokus dari ansietas dan serta keluhan-keluhan somatik
kekhawatiran tidak terbatas hanya berulang yang menonjol.
pada gambaran gangguan axis I, Adanya gejala-gejala lain yang
mis. Ansietas atau cemas bukan sifatnya sementara (untuk
karena mengalami serangan panik beberapa hari), khususnya depresi,
(seperti pada gangguan panik), tidak mebatalkan diagnosis utama
merasa malu berada di keramaian Gangguan Anxietas Menyeluruh,
(sseperti pada fobia sosial), selama hal tersebut tidak
merasa kotor (seperti pada memenuhi kriteria lengkap dari
gangguan obsesif kompulsif), episode depresif (F32.-), gangguan
jauh dari rumah atau kerabat anxietas fobik (F40.-), gangguan
dekat (seperti pada gangguan panik (F41.0), atau gangguan
ansietas perpisahan), bertambah obsesif kompulsif (F42.-).
berat badan (seperti pada
anoreksia nervosa), mengalami

11
keluhan fisik berganda (seperti
pada gangguan somatisasi), atau
mengalami penyakit serius
(seperti pada hipokondriasis),
juga ansietas dan kekhawatiran
tidak hanya terjadi selama
gangguan stress pasca trauma.
Ansietas, kekhawatiran, atau
gejala fisis menyebabkan distres
yang secara klinis bermakna atau
hendaya sosial, pekerjaan, atau
area penting fungsi lainnya.
Gangguan tidak disebabkan oleh
efek fisiologis langsung dari
suatu zat (mis. Penyalahgunaan
obat, obat-obatan) atau keadaan
medis umum (mis.
Hipertiroidisme) dan tidak terjadi
hanya selama gangguan mood,
gangguan psikotik, atau gangguan
perkembangan pervasif.

2.6. Diagnosis Banding2,5


Diagnosis banding gangguan ansietas menyeluruh mencakup semua gangguan
medis yang dapat menyebabkan ansietas. Pemeriksaan medis harus mencakup uji
kimia darah standar, elektrokardiogram, dan uji fungsi tiroid. Klinisi harus
menyingkirkan adanya intoksikasi kafein, penyalahgunaan stimulan, putus alkohol,
dan putus obat sedatif hipnotik atau ansiolitik. Pemeriksaan status mental dan
anamnesis harus menggali kemungkinan diagnostik gangguan panik, fobia dan
gangguan obsesif kompulsif. Umumnya, pasien dengan gangguan panik mencari
terapi lebih dini lebih dibuat tidak mampu oleh penyakitnya, memiliki awitan gejala
mendadak, dan tidak terlalu direpotkan gejala somatik dibandingkan pasien dengan
gangguan ansietas menyeluruh. Membedakan gangguan ansietas menyeluruh dengan

12
gangguan depresif berat serta gangguan distimik dapat sulit dilakukan. Kenyataannya,
kedua gangguan ini sering muncul bersamaan. Kemungkinan diagnostik lain adalah
gangguan penyesuaian dengan ansietas, hipokondriasis, gangguan defisit-
atensi/hiperaktivitas dewasa, gangguan somatisasi, dan gangguan kepribadian.kaplan
Gangguan ansietas menyeluruh harus dibedakan dengan gangguan ansietas
akibat keadaan medis umum. diagnosis gangguan ansietas akibat keadaan medis
umum jika gejala kecemasan dinilai sebagai konsekuensi fisiologis langsung dari
kondisi medis umum tertentu (misalnya, peokromositoma, hipertiroidisme).
Penentuan ini didasarkan pada riwayat, temuan laboratorium, atau pemeriksaan fisik.
gangguan kecemasan yang diinduksi zat dibedakan dari gangguan ansietas
menyeluruh oleh zat (yaitu, penyalahgunaan obat, obat-obatan, atau paparan racun)
dinilai menjadi penyebabnya terkait dengan gangguan kecemasan. Misalnya,
kecemasan yang parah yang terjadi hanya dalam konteks konsumsi kopi berat akan
didiagnosis sebagai gangguan kecemasan diinduksi kafein, dengan ansietas
menyeluruh.
Ketika gangguan axis I yang lain muncul, diagnosis tambahan gangguan
kecemasan umum harus dilakukan hanya bila fokus dari kecemasan dan khawatir
tidak berhubungan dengan gangguan lain, yaitu, khawatir berlebihan tidak terbatas
mengalami serangan panik (seperti dalam gangguan panik), yang malu di depan
umum (seperti dalam fobia sosial), menjadi kotor (seperti pada gangguan obsesif-
kompulsif), berat badan (seperti dalam anorexia nervosa), memiliki penyakit yang
serius (seperti dalam hypochondriasis), memiliki beberapa keluhan fisik (seperti
dalam gangguan somatisasi), atau kekhawatiran tentang kesejahteraan hubungan
dekat atau berada jauh dari mereka atau dari rumah (seperti dalam gangguan
kecemasan pemisahan). Misalnya, kecemasan hadir dalam fobia sosial difokuskan
pada situasi sosial yang akan datang di mana individu harus melakukan atau
dievaluasi oleh orang lain, sedangkan individu dengan ansietas menyeluruh
mengalami kecemasan jika mereka sedang dievaluasi.
Beberapa ciri yang membedakan khawatir berlebihan pada gangguan ansietas
menyeluruh dengan pikiran obsesif pada gangguan obsesif-kompulsif. Pikiran obsesif
yang tidak hanya kekhawatiran berlebihan tentang sehari-hari atau masalah di
kehidupan nyata, tetapi lebih merupakan gangguan ego-distonik yang sering
mendesak, impuls, dan gambaran selain pikiran. Akhirnya, sebagian besar obsesi itu

13
disertai dengan dorongan yang mengurangi kecemasan yang terkait dengan obsesi
tersebut.
Kecemasan adalah hal yang selalu hadir dalam gangguan stres pasca trauma.
gangguan ansietas menyeluruh tidak didiagnosis jika kecemasan terjadi selama
gangguan stres pasca trauma. kecemasan juga dapat hadir dalam gangguan
penyesuaian, tapi kategori residual ini harus digunakan hanya ketika kriteria tidak
terpenuhi untuk gangguan kecemasan lain (termasuk gangguan ansietas menyeluruh).
Selain itu, dalam gangguan penyesuaian kecemasan terjadi sebagai respons terhadap
kehidupan stressor dan tidak bertahan selama lebih dari 6 bulan setelah penghentian
stressor. Ansietas menyeluruh adalah kriteria umum terkait gangguan mood dan
gangguan psikotik dan tidak boleh didiagnosis secara terpisah jika terjadi secara
bersamaan selama kondisi ini.

2.7. Terapi2,10
Terapi yang paling efektif untuk gangguan ansietas menyeluruh adalah terapi
yang menggabungkan pendekatan psikoterapeutik, farmakoterapi, dan suportif.
1. Psikoterapi
Terapi perilaku-kognitif, suportif, dan psikoterapi berorientasi tilikan.
Pendekatan kognitif secara langsung ditujukan pada distorsi kognitif pasien dan
pendekatan perilaku ditujukan pada gejala somatik secara langsung. Teknik utama
yang digunakan pada pendekatan perilaku adalah relaksasi dan biofeedback.
Terapi suportif menawarkan pasien keamanan dan kenyamanan, walaupun
efektifitas jangka panjangnya diragukan. Psikoterapi berorientasi tilikan berfokus
pada membuka konflik yang tidak disadari dan mengidentifikasi kekuatan ego.
Sebagian besar pasien mengalami berkurangnya ansietas secara nyata ketika
diberikan kesempatan untuk mendiskusikan kesulitan mereka dengan dokter yang
simpatik dan peduli. Jika klinisi menemukan situasi eksternal yang mencetuskan
ansietas, mareka mungkin mampu sendiri atau dengan bantuan pasien maupun
keluarganya mengubah lingkungan sehingga mengurangi tekanan yang
menimbulkan stress. Perbaikan gejala sering memungkinkan pasien berfungsi
efektif di dalam pekerjaan dan hubungannya sehari-hari sehingga mendapatkan
kepuasan baru yang juga bersifat terapeutik.

14
Untuk pasien yang berorientasi pada psikologis dan memiliki motivasi untuk
mengerti sumber ansietas mereka, psikoterapi dapat menjadi terapi pilihan. Riset
empiris menunjukkan bahwa banyak pasien dengan terapi psikoterapeutik yang
berhasil dapat berlanjut mengalami ansietas setelah akhir psikoterapi, tetapi
penguasaan ego ereka yang meningkat memungkinkan mereka menggunakan
gejala ansietas sebagaisinyal untuk memperluas tilikan serta pengertian mereka.
Pendekatan psikodinamik pada pasien dengan gangguan ansietas menyeluruh
meliputi pencarian rasa takut yang mendasar pada pasien.
2. Farmakoterapi
Tiga obat utama yang harus dipertimbangkan untuk terapi gangguan ansietas
menyeluruh adalah buspiron, benzodiazepin, dan Selective Serotonin Reuptake
Inhibitor (SSRI). Obat lain yang dapat berguna adalah obat trisiklik (imipramin),
antihistamin, dan antagonis -adrenergik (propanolol).
Benzodiazepin
Benzodiazepin merupakan drug of choice untuk gangguan ansietas
menyeluruh. Obat ini diresepkan bila perlu sehingga pasien mengkonsumsi
benzodiazepin kerja cepat saat mereka terutama merasa cemas. Untuk terapi
ansietas, biasa dilakukan pemberian obat yang dimulai dengan dosis terendah
dari kisaran terapeutik dan peningkatan dosis untuk mendapatkan respon
terapeutik.
Kerja Farmakologis
Semua benzodiazepin kecuali clorazepate diabsorpsi tanpa
perubahan dari GI tract. Onset efek yang cepat untuk orang yang
mengkonsumsi dosis tunggal benzodiazepin adalah untuk
menenangkan ledakan ansietas episodik atau untuk dapat segera
tertidur.
Benzodiazepin mengaktifkan -aminobutiric acid-
benzodiazepin (GABA-BZ) spesifik, reseptor GABAA yang
kemudian membuka saluran klorida dan mengurangi kecepatan
letupan neuronal dan otot. Karena distribusi jaringan reseptor
GABAA yang luas benzodiazepin memiliki efek sedatif, relaksan
otot dan antikonvulsan.

15
Efek pada Organ dan Sistem Spesifik
Disamping efek SSP pada ansietas dan tidur, benzodiazepin
adalah antikonvulsan yang efektif. Benzodiazepin juga
merupakan relaksan otot rangka yang efektif, terutama melalui
kemampuannya untuk menghambat jaras aferen postnaptik saraf
spina, meskipun jaras aferen jaras monosinaptik juga dapat
terpengaruh.
Indikasi Terapeutik
o Ansietas
o Gangguan campuran ansietas-depresi
o Gangguan panik dan fobia sosial
o Gangguan obsesif kompulsif dan gangguan stress pasca
trauma
Efek Samping
o Sedasi (mengantuk, waspada berkurang, kinerja
psikomotor menurun, kemampuan kognitif melemah)
o Relaksasi otot (rasa lemah, cepat lelah, dll)kaplan,buku
obat kecil
Interaksi Obat
o Benzodiazepin dikonsumsi bersamaan dengan depresan
SSP lain (alkohol, barbiturat. Obat trisiklik dan
tetrasiklik, antagonis reseptor dopamin, opioid dan
antihistamin), mengakibatkan mengantuk yang berat,
dinsinhibisi atau bahkan depresi pernapasan.
o Lithium, antipsikotik dan clonazepam dikombinasikan
menyebabkan ataksia dan disartria.
o Kombinasi benzodiazepin dan clozapin menyebabkan
delirium.
o Benzodiazepin + CNS stimulant (amfetamin, kafein, dll)
menyebabkan antagonisme efek anti ansietas sehingga
efek benzodiazepin menurun.

16
Dosis dan Pemberian

Tabel 2.3. Sediaan Obat Anti Ansietas dan Dosis Anjuran

No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran

1 Diazepam Diazepin Tab 2-5 10-30 mg/h

Lovium mg

Stesolid Tab 2-5

mg

Tab 2-5

mg

Amp 10

mg/2cc

2 Chlordiazepoxi Cetabrium Drf 5-10 15-30 mg/h

de Arsitran mg

Tensinyl Tab 5 mg

Cap 5 mg

3 Lorazepam Ativan Tab 0,5 2-3 x 1 mg/h

Renaquil 1 2 mg

Tab 1 mg

4 Clobazam Frisium Tab 10 2 3 x 1mg/h

mg

5 Alprazolam Xanax Tab 0,25- 0,75 1,50 mg/h

Alganax 0,5 mg

Tab 0,25-

0,5 mg

17
6 Sulpiride Dogmatil Cap 50 100 200 mg/h

mg

7 Buspirone Buspar Tab 10 15-30 mg/h

mg

8 Hydroxyzine Iterax Caplet 25 3 x 25 mg/h

mg

Buspiron
Buspiron lebih efektif mengurangi gejala kognitif pada gangguan
ansietas menyeluruh dibandingkan mengurangi gejala somatik.
Kerja Farmakologis
- Diabsorpsi dengan baik dengan GI tract dan tidak dipengaruhi
asupan makanan.
- Mencapai kadar plasma 60-90 menit setelah pemberian oral.
- Sebagai agonis atau agonis parsial pada reseptor serotonin 5-
HT1A
Efek Samping
- Sakit kepala, mual, pusing.
- Hati-hati pada orang dengan gangguan hati dan ginjal,
perempuan hamil dan ibu menyusui. Dan aman untuk lansia.
Interaksi Obat
- Buspiron + haldol menyebabkan meningkatnya konsentrasi
haldol di dalam darah.
- Buspirone + MAOI menyebabkan episode hipertensif.
- Eritromisin, itrakonazol, nefazodon dan jus anggur
menyebabkan meningkatnya konsentrasi buspiron di dalam
plasma.
Dosis
Tersedia dalam tablet bergaris satu 5 dan 10 mg serta
bergaris tiga 15 dan 30 mg. Terapi biasanya dimulai dengan 5 mg
per oral tiga kali sehari atau 7,5 mg per oral dua kali sehari. Dosis

18
dapat ditingkatkan 5 mg setiap 2 hingga 4 hari dari kisaran dosis
biasa 15-60 mg/hari.
Venlafaksin
Efektif untuk mengobti insomnia, konsentrasi yang buruk, kegelisahan,
iritabilitas dan ketegangan otot yang berlebihan akibat gangguan ansietas
menyeluruh.
Kerja Farmakologis
- Diabsorpsi dengan baik dari saluran gastrointestinal
- Venlafaxin adalah inhibitor ambilan kembali serotonin dan
norepinefrin yang poten serta inhibitor ambilan kembali
dopamin yang lemah.
Indikasi Terapeutik
- Gangguan depresif berat
- Gangguan ansietas sosial dan menyeluruh
- OCD, gangguan panik, agorafobia, fobia sosial, dan ADHD
serta sindrom nyeri kronis.
Efek Samping
- Mual, somnolen, mulut kering, pusing, gugup, konstipasi,
astenia, ansietas, anoreksia, penglihatan kabur, ejakulasi atau
orgasme abnormal gangguan ereksi, dan impotensi.
Dosis dan Pemberian
- Tersedia dalam tablet 25, 37,5, 50, 75 dan 100 mg
- Kapsul lepas memanjang 37,5, 75, dan 150 mg.
- Tablet harus diberikan dalam dua atau tiga dosis harian, dan
kapsul lepas memanjang dapat dikonsumsi dalam dosis
tunggal sebelum tidur, sampai maksimum 225 mg/hari.
- Dosis sebesar 75-225 mg/hari efektif untuk insomnia,
konsentrasi buruk, gelisah, iritabilitas, dan tegangan otot yang
berlebihan akibat gangguan ansietas menyeluruh.
SSRI
SSRI dapat aktif terutama untuk pasien dengan komorbid depresi.
Kerugian SSRI yang menonjol, terutama fluoxetin, bahwa obat ini
meningkatkan ansietas secara sementara. Oleh sebab itu, SSRI setralin atau

19
paroksetin adalah pilihan yang lebih baik. Sangatlah beralasan untuk
memulai terapi dengan sertralin dan paroksetin ditambah benzodiazepin
kemudian menurunkan dosis benzodiazepin setelah 2 hingga 3 minggu.
Obat Lain
Jika terapi konvensional (buspiron dan benzodiazepin) tidak efektif
atau tidak seluruhnya efektif, kemudian diindikasikan pengkajian ulang klinis
untuk menyingkirkan adanya keadaan komorbid seperti depresi, atau untuk
memahami lebih jauh stress lingkungan pasien. Obat lain yang telah terbukti
berguna untuk gangguan ansietas menyeluruh mencakup obat trisiklik dan
tetrasiklik. Antagonis reseptor -adrenergik dapat menguraangi manifestasi
somatik ansietas tetapi tidak keadaan yang mendasari , dan penggunaannya
biasanya terbatas pada ansietas situasional seperti ansietas penampilan.
Nefazodone yang juga digunakan pada depresi, telah terbukti mengurangi
ansietas dan mencegah gangguan panik.

2.8. Prognosis2
Karena tingginya insiden adanya gangguan jiwa komorbid pada pasien dengan
gangguan ansietas menyeluruh, perjalanan klinis dan prognosis gangguan ini sulit
diprediksi. Meskipun demikian, sejumlah data menunjukkan bahwa peristiwa hidup
terkait dengan awitan gangguan ansietas menyeluruh. Terdapatnya beberapa peristiwa
hidup yang negatif sangat meningkatkan kemungkinan gangguan tersebut untuk
timbul. Dengan definisi, gangguan ansietas menyeluruh adalah suatu keadaan kronis
yang mungkin akan menetap seumur hidup.

20
BAB III

KESIMPULAN

Kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan, tidak enak, khawatir dan
gelisah. Keadaan emosi ini tanpa objek yang spesifik, dialami secara subjektif dipacu oleh
ketidaktahuan yang didahului oleh pengalaman baru, dan dikomunikasikan dalam hubungan
interpersonal. Neale dkk (2001) mengatakan bahwa kecemasan ssebagai perasaan takut yang
tidak menyenangkan dan dapat menimbulkan beberapa keadaan psikopatologis sehingga
mengalami apa yang disebut gangguan kecemasan. Gambaran klinis bervariasi dapat
dijumpai keluhan cemas, khawatir, was-was, ragu untuk bertindak, perasaan takut yang
berlebihan, gelisah pada hal-hal yang sepele ddan tidak utama yang mana perasaan tersebut
mempengaruhi seluru aspek kehidupannya, sehingga pertimbangan akal sehat, perasaan dan
perilaku terpengaruh. Selain itu spesifik untuk gangguan kecemasan menyeluruh adalah
kecemasannya terjadi kronis secara terus-menerus mencakup situasi hidup (cemas akan
terjadi kecelakaan, kesulitan finansial), cemas akan terjadi bahaya, cemas kehilangan kontrol,
cemas akan mendapat serangan jantung. Sering penderita tidak sabar, mudah marah, sulit
tidur.

Diagnosis gangguan cemas menyeluruh menurut PPDGJ-III ditegakkan jika penderita


menunjukkan ansietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk
beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada
situasi khusus tertentu saja (mengambang). Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup
unsur-unsur berikut: kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk,
dulit berkonsentrasi), ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai), dan overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-
debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb). Terapi pada
gangguan kecemasan menyeluruh pada umumnya dapat dilakukan dengan 2 cara yakni terapi
psikologis (psikoterapi) atau terapi dengan obat-obatan (farmakoterapi). Obat pilihan yang
digunakan adalah anti ansietas (golongan benzodiazepine khususnya diazepam dan
alprazolam). Antidepresan juga dapat dikombinasikan misalnya golongan SSRI yakni
sertralin dan paroksetin.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Maria, Josetta. Cemas Normal atau Tidak Normal. Program Studi Psikologi. Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Kaplan, H., Sadock, Benjamin. Gangguan Kecemasan dalam Sinopsis Psikiatri: Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi ke-7 Jilid 2. Jakarta: Bina RupaAksara. 1997.
3. Sadock B.J, Sadock V.A Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta: EGC; 2010. hal 259

263

4. Wibisono S. Simposium Anxietas Konsep Diagnosis dan Terapi Mutakhir. Jakarta;

1990

5. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental


Disorders. Fourth Edition.
6. Adiwena, Nuklear.Anxietas. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Islam

Indonesia. 2007.

7. Eldido. Anxiety Disorder; Tipe-tipe dan Penanganannya. 15 Juni 2014.

8. Tomb, D. A. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC. 2000. Hal. 96-1105.

9. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III Jakarta:Bagian

Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. 2001. Hal. 74

10. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis obat Psikotropika ed. Ketiga.
Jakarta: Bagian IlmuKedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. 2007. Hal.
36-41

22

Anda mungkin juga menyukai