Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang
DISUSUN OLEH :
Korespondensi :
Raja Putri Anggriani, d/a: Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Hang Tuah Tanjungpinang
Jl. Baru Km VIII Tanjungpinang. Telp/Fax: (0771) 8038388
ABSTRAK
Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh dan merupakan
penatalaksanaan non farmakologis bila anak mengalami demam. Salah satu metode kompres yang
sering digunakan adalah pemberian tepid sponge . tepid sponge memiliki efek vasodilatasi
pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan aliran darah. Peningkatan aliran darah akan
menurunkan viskositas darah dan metabolisme lokal karena aliran darah membawa oksigen ke
jaringan.sedangkan plester kompres merupakan plester hidrogel yang dapat menurunkan suhu
tubuh melalui evaporasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efektifiras tepid
sponge dan plester kompres dalam menurunkan suhu tubuh anak usia toddler yang mengalami
demam di Ruang Subi Kecil Rumkital Dr. Midiyato. S Tanjungpinang. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimen dengan rancangan pretest and posttest
nonequivalentcontrol group. Banyaknya sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 30
responden, 15 responden adalah kelompok eksperimen dengan perlakuan tepid sponge dan 15
responden adalah kelompok kontrol dengan menggunakan teknik aksidental sampling pada bulan
februari 19 - 19 maret. Instrumen yang digunakan adalah thermometer digital dan lembar
observasi. Uji hipotesis yang digunakan adalah mann whitney test. Ada penurunan suhu tubuh pada
perlakuan tepid sponge dan kompres plester dalam menurunkan suhu tubuh pada anak yang
mengalami demam dengan p-value 0,004 (< 0,05) nilai selisih penurunan suhu adalah 0,2 0C.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tepis sponge lebih efektif dalam
menurunkan suhu tubuh anak usia toddler yang mengalami demam di Ruang Subi Kecil Rumkital
Dr. Midiyato.S Tanjungpinang dibandingkan dengan kompres plester.
LATAR BELAKANG
terjadi secara bertahap anak akan semakin
Pertumbuhan adalah suatu proses bertambah berat dan tinggi. Sedangkan
alamiah yang terjadi pada individu, yaitu perkembangan adalah suatu proses yang
terjadi secara simultan dengan pertumbuhan pada balita belum terjadi kematangan
yang menghasilkan kualitas individu untuk mekanisme pengaturan suhu sehingga dapat
berfungsi, yang dihasilkan melalui proses terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis
pematangan dan proses belajar dari terhadap lingkungan.
lingkungannya (Supartini, 2004).
Badan kesehatan dunia World Health
Masalah tumbuh kembang anak Organization (WHO) Mengemukakan Jumlah
merupakan masalah yang perlu diketahui atau kasus demam di seluruh dunia mencapai 18-34
dipahami sejak konsepsi hingga dewasa yang juta, anak merupakan yang paling rentan
menurut WHO sampai usia 18 tahun sedang terkena demam. Pada semua daerah endemik,
menutur Undang-undang kesejahteraan anak insiden demam banyak terjadi pada anak usia
RI No. 4 Tahun 1979 sampai dengan usia 21 5-12 tahun. Jenis keluhan kesehatan anak di
tahun sebelum menikah. Beberapa masalah Indonesia dalam profil anak Indonesia 2012
tumbuh kembang anak yang perlu dijadikan adalah demam, batuk, pilek, dan lainnya
acuan dalam pendeteksian antaranya: 10% (gabungan keluhan selain demam, batuk, dan
anak akan mencapai kemampuan pada usia pilek).
dini, 50% anak akan mencapai kemampuan Menurut Saito (2013) Penanganan
kemudian, 75% anak akan mencapai demam terbagi menjadi dua tindakan yaitu
kemampuan lebih dari kemudian, 90% anak tindakan farmakologis dan non farmakologis.
akan sudah harus dapat mencapai kemampuan selain dengan tepid sponge dan pemberian
pada batas usia paling lambat masih dalam antipiretik, penurunan demam dapat dilakukan
batas normal dan 10% anak dimasukan dalam menggunakan kompres hidrogel yang sering di
kategori terlambat apabila belum bisa sebut plester kompres. Plester hidrogel
mencapai kemampuan (Hidayat, 2005). penurun demam dimaksudkan sebagai terapi
Anak merupakan individu yang pendukung atau untuk menurunkan suhu tubuh
berada dalam satu rentang perubahan saat terjadi demam. Tindakan tepid sponge
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga dan plester kompres merupakan terapi
remaja (Hidayat, 2005). Periode ini terdiri atas penurunan demam yang dapat dilakukan
usia anak 1-3 tahun yang disebut dengan dengan mudah, baik oleh perawat maupun
toddler. Toddler menunjukkan kemampuan masyarakat.
aktivitas lebih lanjut dan menunjukkan Dari hasil observasi dan wawancara
kemampuan aktivitas lebih banyak bergerak, dari salah satu perawat di BLUD Kota
mengembangkan rasa ingin tahu, dan ekplorasi Tanjungpinang di dapatkan jumlah kunjungan
terhadap benda yang ada disekelilingnya. demam di ruang Anggrek sebanyak 252
Dengan demikian, bahaya atau resiko terjadi kunjungan dengan jumlah rata-rata
kecelakaan harus diwaspadai pada periode perbulannya sebanyak 21 kasus. Sedangkan
toddler. Orang tua perlu mendapatkan untuk jumlah kunjungan demam di ruang subi
bimbingan antisipasi terhadap kemungkinan kecil Rumkital Dr.Midiyato S. Tanjungpinang
terjadinya bahaya atau ancaman kecelakaan sebanyak 309 kunjungan dengan jumlah rata-
tersebut (Supartini, 2004). rata perbulannya sebanyak 25 kasus. Dari
Menurut Nelson (2000) Peningkatan angka kejadian tersebut peneliti tertarik untuk
suhu tubuh pada balita sangat berpengaruh melakukan penelitian di ruang subi kecil
terhadap fisiologis tubuhnya, karena luas Rumkital Dr.Midiyato.S karena jumlah kasus
permukaan tubuh relatif kecil dibandingkan demam di ruang subi kecil Rumkital
pada orang dewasa, menyebabkan Dr.Midiyato. S lebih tinggi dibandingkan
ketidakseimbangan organ tubuhnya. Selain itu dengan BLUD Kota Tanjungpinang.
Berdasarkan permasalahan diatas, Distribusi Usia Anak yang Mengalami
peneliti bermaksud melakukan penelitian Demam.
untuk mengetahui Perbandingan Efektifitas
Pemberian Tepid sponge dan Kompres Plester Karakteristik responden berdasarkan usia
untuk Penurunan Suhu pada Anak Usia merupakan data numerik di sajikan dalam
Toddler dengan Demam diruang Subi Kecil bentuk nilai mean, standar deviasi, minimum,
Rumkital Dr. Midiyato.S Tanjungpinang maksimum. Secara jelas terlampir pada tabel
tahun 2015. 5.1
Distribusi Frekuensi Usia Anak yang
mengalami Demam di ruang subi kecil
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Rumkital Dr. Midiyato S. Tanjungpinang
Tahun 2015
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
kuantitatif dengan desain eksperimen yang
bertujuan untuk mengetahui perbandingan Kelompo Mea Std. Mi Ma
efektifitas Tepid Sponge dan Plester Kompres k n devias n x
dalam Membantu Menurunkan Suhu tubuh i
pada Anak usia toddler yang mengalami
Demam diruang Subi Kecil Rumkital Dr. Tepid 1,67 0,81 1 3
Midiyato S. Tanjungpinang Berdasarkan jenis Sponge
eksperimennya maka penelitian yang
Plester 1,87 0,83 1 3
digunakan adalah Quasi Eksperimen dengan Kompres
rancangan Pretest and Posttest nonequivalent
control group. Perbedaannya hanya pada Hasil analisis 5.1 menunjukkan bahwa
alokasi sampel untuk kelompok perlakuan dan rerata usia anak yang mengalami demam pada
kelompok kontrol. Pada desain ini, peneliti perlakuan tepid sponge adalah 1,67 0,816,
tidak melakukan randominasi, sehingga Nilai minimum pada anak yang diberikan
beresiko untuk terjadi ketidakseimbangan perlakuan tepid sponge adalah 1 dan max 3.
karakteristik sampel antara kelompok Sedangkan pada perlakuan plester kompres
perlakuan dan kelompok kontrol (Dharma, menunjukkan nilai rerata adalah 1,87 0,834,
2011). nilai minimum pada kelompok kompres
plester adalah 1 dan max 3.
Jumlah populasi yang terdapat dalam
penelitian ini yaitu sebanyak 309 kasus
berdasarkan jumlah kunjungan pertahun, Distribusi Suhu Tubuh Sebelum dan
sedangkan jumlah rata-rata perbulannya yaitu Setelah di berikan Tepid Sponge dan
sebanyak 25 kasus. Teknik pengambilan Plester Kompres
sampel menggunakan teknik aksidental
sampling. Perlakuan tepid sponge dan plester
kompres sebelum (pre test) dan setelah (post
test) didapatkan data berdistribusi tidak
normal dilakukan uji Wilcoxon test untuk
melihat pengaruh perlakuan tepid sponge dan
kompres plester pada anak yang mengalami
HASIL PENELITIAN peningkatan suhu tubuh. disajikan dalam
bentuk nilai median, standar deviasi,
minimum dan maksimum. Secara terlampir Analisis bivariat dilakukan untuk
pada tabel 5.3 mengetahui ada pengaruh perlakuan tepid
sponge dan kompres plester terhadap
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Anak penurunan suhu tubuh. Uji statistik yang
yang mengalami Demam sebelum dan digunakan adalah Wilcoxon test karena data
setelah diberikan perlakuan tepid sponge dan yang di ujikan dalam bentuk numerik. Dan
kompres plester di ruang subi kecil Rumkital disajikan dalam bentuk nilai median, standar
Dr. Midiyato S. Tanjungpinang Tahun 2015 deviasi, minimum dan maksimum. Secara
terlampir pada tabel 5.4
Kelom Varia Median Std. Min Max Perbedaan Suhu Tubuh Setelah di
pok bel devias Berikan Tepid Sponge dan Plester Kompres
i
pada Anak yang mengalami Demam di ruang
PreTe 38,20 0,20 38,0 38,6
subi kecil Rumkital Dr. Midiyato S.
Tepid st Tanjungpinang Tahun 2015
Spong
e Postte 37,50 0,40 36,6 37,6
st Kelom Varia Med Std. Mi M
pok bel ian devi n ax
PreTe 38,00 0,11 37,9 38,3 asi
Plester st
Komp PreT 38,2 0,20 38 38, 0,0
res Postte 37,70 0,30 36,6 37,9 Tepid est 0 ,0 6 01
st Spong
e Postt 37,5 0,40 36 37,
est 0 ,6 6