Anda di halaman 1dari 9

JURNAL

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS TEPID SPONGE DAN


PLESTER KOMPRES UNTUK MENURUNKAN
SUHU TUBUH ANAK USIA TODDLER
YANG MENGALAMI DEMAM DI
RUMKITAL Dr. MIDIYATO S.
KOTA TANJUNGPINANG
TAHUN 2015

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang

DISUSUN OLEH :

RAJA PUTRI ANGGRIANI


051111023

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
2015
PERBANDINGAN EFEKTIFITAS TEPID SPONGE DAN PLESTER
KOMPRES UNTUK MENURUNKAN SUHU TUBUH ANAK USIA
TODDLER YANG MENGALAMI DEMAM DI RUMKITAL Dr.
MIDIYATO S. KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2015
Raja Putri Anggriani

Korespondensi :
Raja Putri Anggriani, d/a: Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Hang Tuah Tanjungpinang
Jl. Baru Km VIII Tanjungpinang. Telp/Fax: (0771) 8038388

ABSTRAK

Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh dan merupakan
penatalaksanaan non farmakologis bila anak mengalami demam. Salah satu metode kompres yang
sering digunakan adalah pemberian tepid sponge . tepid sponge memiliki efek vasodilatasi
pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan aliran darah. Peningkatan aliran darah akan
menurunkan viskositas darah dan metabolisme lokal karena aliran darah membawa oksigen ke
jaringan.sedangkan plester kompres merupakan plester hidrogel yang dapat menurunkan suhu
tubuh melalui evaporasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efektifiras tepid
sponge dan plester kompres dalam menurunkan suhu tubuh anak usia toddler yang mengalami
demam di Ruang Subi Kecil Rumkital Dr. Midiyato. S Tanjungpinang. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimen dengan rancangan pretest and posttest
nonequivalentcontrol group. Banyaknya sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 30
responden, 15 responden adalah kelompok eksperimen dengan perlakuan tepid sponge dan 15
responden adalah kelompok kontrol dengan menggunakan teknik aksidental sampling pada bulan
februari 19 - 19 maret. Instrumen yang digunakan adalah thermometer digital dan lembar
observasi. Uji hipotesis yang digunakan adalah mann whitney test. Ada penurunan suhu tubuh pada
perlakuan tepid sponge dan kompres plester dalam menurunkan suhu tubuh pada anak yang
mengalami demam dengan p-value 0,004 (< 0,05) nilai selisih penurunan suhu adalah 0,2 0C.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tepis sponge lebih efektif dalam
menurunkan suhu tubuh anak usia toddler yang mengalami demam di Ruang Subi Kecil Rumkital
Dr. Midiyato.S Tanjungpinang dibandingkan dengan kompres plester.

Kata Kunci : Suhu,demam, tepid sponge, kompres plester

LATAR BELAKANG
terjadi secara bertahap anak akan semakin
Pertumbuhan adalah suatu proses bertambah berat dan tinggi. Sedangkan
alamiah yang terjadi pada individu, yaitu perkembangan adalah suatu proses yang
terjadi secara simultan dengan pertumbuhan pada balita belum terjadi kematangan
yang menghasilkan kualitas individu untuk mekanisme pengaturan suhu sehingga dapat
berfungsi, yang dihasilkan melalui proses terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis
pematangan dan proses belajar dari terhadap lingkungan.
lingkungannya (Supartini, 2004).
Badan kesehatan dunia World Health
Masalah tumbuh kembang anak Organization (WHO) Mengemukakan Jumlah
merupakan masalah yang perlu diketahui atau kasus demam di seluruh dunia mencapai 18-34
dipahami sejak konsepsi hingga dewasa yang juta, anak merupakan yang paling rentan
menurut WHO sampai usia 18 tahun sedang terkena demam. Pada semua daerah endemik,
menutur Undang-undang kesejahteraan anak insiden demam banyak terjadi pada anak usia
RI No. 4 Tahun 1979 sampai dengan usia 21 5-12 tahun. Jenis keluhan kesehatan anak di
tahun sebelum menikah. Beberapa masalah Indonesia dalam profil anak Indonesia 2012
tumbuh kembang anak yang perlu dijadikan adalah demam, batuk, pilek, dan lainnya
acuan dalam pendeteksian antaranya: 10% (gabungan keluhan selain demam, batuk, dan
anak akan mencapai kemampuan pada usia pilek).
dini, 50% anak akan mencapai kemampuan Menurut Saito (2013) Penanganan
kemudian, 75% anak akan mencapai demam terbagi menjadi dua tindakan yaitu
kemampuan lebih dari kemudian, 90% anak tindakan farmakologis dan non farmakologis.
akan sudah harus dapat mencapai kemampuan selain dengan tepid sponge dan pemberian
pada batas usia paling lambat masih dalam antipiretik, penurunan demam dapat dilakukan
batas normal dan 10% anak dimasukan dalam menggunakan kompres hidrogel yang sering di
kategori terlambat apabila belum bisa sebut plester kompres. Plester hidrogel
mencapai kemampuan (Hidayat, 2005). penurun demam dimaksudkan sebagai terapi
Anak merupakan individu yang pendukung atau untuk menurunkan suhu tubuh
berada dalam satu rentang perubahan saat terjadi demam. Tindakan tepid sponge
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga dan plester kompres merupakan terapi
remaja (Hidayat, 2005). Periode ini terdiri atas penurunan demam yang dapat dilakukan
usia anak 1-3 tahun yang disebut dengan dengan mudah, baik oleh perawat maupun
toddler. Toddler menunjukkan kemampuan masyarakat.
aktivitas lebih lanjut dan menunjukkan Dari hasil observasi dan wawancara
kemampuan aktivitas lebih banyak bergerak, dari salah satu perawat di BLUD Kota
mengembangkan rasa ingin tahu, dan ekplorasi Tanjungpinang di dapatkan jumlah kunjungan
terhadap benda yang ada disekelilingnya. demam di ruang Anggrek sebanyak 252
Dengan demikian, bahaya atau resiko terjadi kunjungan dengan jumlah rata-rata
kecelakaan harus diwaspadai pada periode perbulannya sebanyak 21 kasus. Sedangkan
toddler. Orang tua perlu mendapatkan untuk jumlah kunjungan demam di ruang subi
bimbingan antisipasi terhadap kemungkinan kecil Rumkital Dr.Midiyato S. Tanjungpinang
terjadinya bahaya atau ancaman kecelakaan sebanyak 309 kunjungan dengan jumlah rata-
tersebut (Supartini, 2004). rata perbulannya sebanyak 25 kasus. Dari
Menurut Nelson (2000) Peningkatan angka kejadian tersebut peneliti tertarik untuk
suhu tubuh pada balita sangat berpengaruh melakukan penelitian di ruang subi kecil
terhadap fisiologis tubuhnya, karena luas Rumkital Dr.Midiyato.S karena jumlah kasus
permukaan tubuh relatif kecil dibandingkan demam di ruang subi kecil Rumkital
pada orang dewasa, menyebabkan Dr.Midiyato. S lebih tinggi dibandingkan
ketidakseimbangan organ tubuhnya. Selain itu dengan BLUD Kota Tanjungpinang.
Berdasarkan permasalahan diatas, Distribusi Usia Anak yang Mengalami
peneliti bermaksud melakukan penelitian Demam.
untuk mengetahui Perbandingan Efektifitas
Pemberian Tepid sponge dan Kompres Plester Karakteristik responden berdasarkan usia
untuk Penurunan Suhu pada Anak Usia merupakan data numerik di sajikan dalam
Toddler dengan Demam diruang Subi Kecil bentuk nilai mean, standar deviasi, minimum,
Rumkital Dr. Midiyato.S Tanjungpinang maksimum. Secara jelas terlampir pada tabel
tahun 2015. 5.1
Distribusi Frekuensi Usia Anak yang
mengalami Demam di ruang subi kecil
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Rumkital Dr. Midiyato S. Tanjungpinang
Tahun 2015
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
kuantitatif dengan desain eksperimen yang
bertujuan untuk mengetahui perbandingan Kelompo Mea Std. Mi Ma
efektifitas Tepid Sponge dan Plester Kompres k n devias n x
dalam Membantu Menurunkan Suhu tubuh i
pada Anak usia toddler yang mengalami
Demam diruang Subi Kecil Rumkital Dr. Tepid 1,67 0,81 1 3
Midiyato S. Tanjungpinang Berdasarkan jenis Sponge
eksperimennya maka penelitian yang
Plester 1,87 0,83 1 3
digunakan adalah Quasi Eksperimen dengan Kompres
rancangan Pretest and Posttest nonequivalent
control group. Perbedaannya hanya pada Hasil analisis 5.1 menunjukkan bahwa
alokasi sampel untuk kelompok perlakuan dan rerata usia anak yang mengalami demam pada
kelompok kontrol. Pada desain ini, peneliti perlakuan tepid sponge adalah 1,67 0,816,
tidak melakukan randominasi, sehingga Nilai minimum pada anak yang diberikan
beresiko untuk terjadi ketidakseimbangan perlakuan tepid sponge adalah 1 dan max 3.
karakteristik sampel antara kelompok Sedangkan pada perlakuan plester kompres
perlakuan dan kelompok kontrol (Dharma, menunjukkan nilai rerata adalah 1,87 0,834,
2011). nilai minimum pada kelompok kompres
plester adalah 1 dan max 3.
Jumlah populasi yang terdapat dalam
penelitian ini yaitu sebanyak 309 kasus
berdasarkan jumlah kunjungan pertahun, Distribusi Suhu Tubuh Sebelum dan
sedangkan jumlah rata-rata perbulannya yaitu Setelah di berikan Tepid Sponge dan
sebanyak 25 kasus. Teknik pengambilan Plester Kompres
sampel menggunakan teknik aksidental
sampling. Perlakuan tepid sponge dan plester
kompres sebelum (pre test) dan setelah (post
test) didapatkan data berdistribusi tidak
normal dilakukan uji Wilcoxon test untuk
melihat pengaruh perlakuan tepid sponge dan
kompres plester pada anak yang mengalami
HASIL PENELITIAN peningkatan suhu tubuh. disajikan dalam
bentuk nilai median, standar deviasi,
minimum dan maksimum. Secara terlampir Analisis bivariat dilakukan untuk
pada tabel 5.3 mengetahui ada pengaruh perlakuan tepid
sponge dan kompres plester terhadap
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Anak penurunan suhu tubuh. Uji statistik yang
yang mengalami Demam sebelum dan digunakan adalah Wilcoxon test karena data
setelah diberikan perlakuan tepid sponge dan yang di ujikan dalam bentuk numerik. Dan
kompres plester di ruang subi kecil Rumkital disajikan dalam bentuk nilai median, standar
Dr. Midiyato S. Tanjungpinang Tahun 2015 deviasi, minimum dan maksimum. Secara
terlampir pada tabel 5.4
Kelom Varia Median Std. Min Max Perbedaan Suhu Tubuh Setelah di
pok bel devias Berikan Tepid Sponge dan Plester Kompres
i
pada Anak yang mengalami Demam di ruang
PreTe 38,20 0,20 38,0 38,6
subi kecil Rumkital Dr. Midiyato S.
Tepid st Tanjungpinang Tahun 2015
Spong
e Postte 37,50 0,40 36,6 37,6
st Kelom Varia Med Std. Mi M
pok bel ian devi n ax
PreTe 38,00 0,11 37,9 38,3 asi
Plester st
Komp PreT 38,2 0,20 38 38, 0,0
res Postte 37,70 0,30 36,6 37,9 Tepid est 0 ,0 6 01
st Spong
e Postt 37,5 0,40 36 37,
est 0 ,6 6

PreT 38,0 0,11 37 38, 0,0


Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan Plester est ,9 3 01
nilai median penurunan suhu tubuh sebelum Kompr
diberikan perlakuan tepid sponge (pre test) es Postt 37,7 0,30 36 37,
adalah 38,20 0C 0,20 dan nilai pre test est 0 ,6 9
minimum 38,0 0C dan maximum 38,6 0C.
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan
Sedangkan nilai median penurunan suhu tubuh
median penurunan suhu tubuh sebelum
setelah diberikan perlakuan tepid sponge (post
diberikan perlakuan tepid sponge (pre test)
test) adalah 37,50 0C 0,40, nilai post test
adalah 38,20 0C 0,20 dan didapatkan nilai
minimum 36,6 0C dan maximum 36,7 0C.
minimum 38,0 0C dan maximum 38,6 0C.
Sedangkan nilai median penurunan suhu tubuh
Setelah diberikan perlakuan tepid sponge (post
sebelum diberikan perlakuan kompres plester
test) menunjukkan nilai median penurunan
(pre test) adalah 38,00 0C 0,11, nilai
suhu adalah 37,50 0C 0,40, dan didapatkan
minimum pre test pada perlakuan kompres
nilai minimum 36,6 0C dan maximum 37,6 0C
plester adalah 37,9 0C dan maximum 38,3 0C.
. Sedangkan nilai median penurunan suhu
Nilai median penurunan suhu tubuh setelah
tubuh sebelum diberikan perlakuan kompres
diberikan perlakuan kompres plester (post test
plester (pre test) adalah 38,00C 0,11, dan
) adalah 37,29 0C 0,30, nilai minimum 37,6 0C
didapatkan nilai minimum 37,9 0C dan
dan maximum 37,9 0C.
maximum 38,3 0C. Setelah diberikan
perlakuan kompres plester ( post test)
menunjukkan nilai median pada penurunan Umur merupakan bertambahnya usia
suhu adalah 37,700C 0,30. Nilai minimum seseorang. Pada penelitian ini umur 1-3 tahun
36,6 0C dan maximum 37,9 0C. Terlihat ada berpengaruh terhadap peningkatan suhu tubuh
pengaruh antara perlakuan tepid sponge dan anak. Hal ini sejalan dengan pendapat Tamsuri
kompres plester dengan uji statistik 0.001 < 0,05. (2006) menyatakan hal yang sama bahwa usia
sangat memengaruhi metabolisme tubuh
akibat mekanisme hormonal sehingga
PEMBAHASAN memberi efek tidak langsung terhadap suhu
tubuh. Timbulnya masalah kesehatan pada
Berdasarkan tabel 5.1 distribusi anak juga dipicu oleh keadaan lingkungan
frekuensi usia anak yang mengalami demam di yang tidak bersih, makanan yang tidak
ruang subi kecil Rumkital Dr. Midiyato. S higienis, dan kondisi badan yang tidak fit,
Tanjungpinang adalah anak yang berusia 1-3 virus, bakteri jamur, dan sel organisme yang
dengan jenis kelamin laki-laki kurang dari menyebabkan anak mengalami sakit sistem
sebagian yaitu (40%) pada kelompok pencernaan seperti diare (Potter & perry 2010).
eksperimen, dan kurang dari sebagian yaitu Dapat disimpulkan bahwa pada anak-anak
(46,7%) anak untuk kelompok kontrol, sistem kekebalan tubuh masih rentan sehingga
sedangkan yang berjenis kelamin perempuan menyebabkan anak mudah untuk terpapar
lebih dari sebagian yaitu (60%) anak untuk dengan mikroorganisme .
perlakuan tepid sponge dan kompres plester
yang berjenis kelamin perempuan lebih dari Suhu tubuh sebelum diberikan perlakuan
sebagian yaitu (53,3%) anak. Dapat dilihat Tepid sponge dan Kompres Plester
bahwa anak yang berjenis kelamin perempuan
lebih rentan terserang penyakit dibandingkan Hasil penelitian bahwa distribusi
dengan anak yang berjenis kelamin laki-laki. frekuensi nilai median suhu tubuh anak
sebelum dilakukan Tepid Sponge adalah 38,20
Hal ini tidak sejalan dengan pendapat 0
C dan nilai median sebelum diberikan
Maling (2012), menyatakan bahwa laki-laki Kompres plester adalah 38,00 0C . Nilai
merupakan salah satu kelompok beresiko yang median suhu tubuh tersebut didapatkan dari 30
mengalami masalah angka kesakitan, karena anak yang mengalami demam di ruang subi
anak laki-laki lebih aktif dan banyak kecil Rumkital Dr. Midiyato. S
beraktifitas dari pada anak perempuan. Tanjungpinang. Peningkatan yang terjadi
Analisis peneliti bahwa pada penelitian yang dikarenakan faktor yang mempengaruhi suhu
dilakukan di ruang subi kecil Rumkital Dr. tubuh yaitu kecepatan metabolisme basal,
Midiyato.S faktor yang mempengaruhi ransangan saraf simpatis, hormon
perubahan suhu tubuh disebabkan oleh pertumbuhan, hormon tiroid, hormon kelamin,
lingkungan. Hal ini sejalan dengan pendapat demam, status gizi, aktivitas, variasi diurnal,
Tamsuri (2006) menyatakan hal yang sama gangguan organ, lingkungan. Demam adalah
bahwa suhu tubuh dapat mengalami respon suhu tubuh yang tidak normal.
pertukaran dengan lingkungan, artinya panas
tubuh dapat hilang atau berkurang akibat Hal ini sejalan dengan pendapat Tamsuri
lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga (2006) menyatakan bahwa suhu tubuh manusia
sebaliknya, lingkungan dapat memengaruhi diatur dengan mekanisme umpan balik (feed
suhu tubuh. Perpindahan suhu antara amnesia back) yang diperankan oleh pusat pengaturan
dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui suhu, di hipotalamus. Apabila pusat
kulit. temperatur hipotalamus mendeteksi suhu
tubuh yang terlalu panas, tubuh akan mengalami demam di ruang subi kecil
melakukan mekanisme umpan balik. Rumkital Dr. Midiyato. S Tanjungpinang.
Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu Didapatkan penurunan suhu setelah diberikan
inti tumbuh telah melewati batas toleransi perlakuan tepid sponge dan plester plester
tubuh untuk mempertahankan suhu, yang dikarenakan terjadi pelebaran pembuluh darah
disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh sehingga tubuh mengeluarkan panas melalui
dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan penguapan .
pada 37 0C. Apabila suhu meningkat lebih dari Hal ini didukung oleh pendapat (Potter &
titik tetap, hipotalamus akan terangsang untuk Perry, 2009) yang menyatakan bahwa kompres
melakukan serangkaian mekanisme untuk hangat pada area tubuh akan memberikan
mempertahankan suhu dengan cara sinyal ke hipotalamus melalui sumsum tulang
menurunkan produksi panas dan belakang karena pemberian air hangat pada
meningkatkan pengeluaran panas sehingga area tubuh akan memberikan sinyal ke
suhu kembali pada titik tetap. Sebaliknya hipotalamus melalui sumsum tulang belakang.
apabila suhu tubuh inti di bawah titik tetap (37 Ketika reseptor yang peka terhadap panas di
0
C), tubuh akan menyelenggarakan hipotalamus dirangsang, sistem efektor
mekanisme untuk meningkatkan produksi mengeluarkan sinyal yang untuk memulai
panas dan menurunkan laju penurunan panas berkeringat dan vasodilatasi perifer.
tubuh oleh lingkungan. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh
Hal ini didukung dengan pendapat Maling pusat vasomotor pada medula oblongata dari
(2012), Menyatakan bahwa suhu tubuh diatur tangkai otak, dibawah pengaruh hipotalmik
dengan mekanisme seperti thermostat di bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi.
hipotalamus, mekanisme ini menerima Vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan
masukan dari reseptor yang berada di pusat atau kehilangan energi atau panas melalui kulit
dan perifer. Dapat disimpulkan bahwa ada .
beberapa faktor yang dapat menyebabkan Penatalaksanaan demam menggunakan
peningkatan suhu tubuh. kompres plester yaitu dengan cara
Penatalaksanaan demam bisa digunakan menempelkan plester dibagian tubuh tertentu,
dengan tindakan non farmakologis yaitu tepid seperti dahi, ketiak dan lipatan paha. Hal ini
sponge dan kompres plester. Kompres adalah dikarenakan pada daerah tersebut merupakan
metode pemulihan suhu tubuh dengan daerah yang mempunyai pembuluh-pembuluh
menggunakan cairan atau alat yang dapat darah besar. Kompres plester membantu
menimbulkan hangat atau dingin pada bagian pembuluh darah tepi di kulit melebar hingga
tubuh yang memerlukan (Asmadi,2008). pori-pori jadi terbuka yang selanjutnya
Sedangkan kompres plester hidrogel yang memudahkan pengeluaran panas dari dalam
dapat menurunkan suhu tubuh melalui tubuh, sehingga tubuh dapat mengalami
evaporasi. penurunan suhu tubuh (Darwis,2010).
didapatkan kesimpulan bahwa antara
Suhu tubuh setelah diberikan perlakuan perlakuan tepid sponge dan kompres plester
Tepid sponge dan Kompres Plester sama-sama memberikan efek punurunan suhu
tubuh yang disertai dengan pemberian anti
Hasil penelitian bahwa distribusi peretik.
frekuensi nilai median suhu tubuh anak setelah
dilakukan Tepid Sponge 37,50 0C dan Perbedaan penurunan suhu tubuh setelah
Kompres plester 37,70 0C. Nilai median suhu dilakukan Tepid sponge dan kompres
tubuh tersebut didapatkan dari 30 anak yang
plester pada anak usia Todller yang tepid sponge panas dari darah berpindah
mengalami demam melalui dinding pembuluh darah, ke
permukaan kulit, dan hilang ke lingkungan
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa 15 melalui kehilangan panas Tito (2014).
anak yang mengalami demam di ruang subi
kecil Rumkital Dr. Midiyato. S Hasil penelitian ini sesuai dengan
Tanjungpinang didapatkan nilai median suhu penelitian Maling (2012) mengenai pengaruh
tubuh sebelum diberikan tepid sponge 38,20 kompres tepid sponge hangat terhadap
0
C dan nilai median setelah diberikan penurunan suhu tubuh pada anak umur 1-10
perlakuan tepid sponge adalah 37,50 0C tahun dengan hipertermia di RSUS Tugurejo
derajat penurunan suhu tubuh pada perlakuan Semarang didapatkan hasil bahwa ada
tepid sponge yaitu 0,88 0C. Sedangkan hasil pengaruh kompres tepid sponge terhadap
penelitian yang didapatkan pada 15 anak yang penurunan suhu tubuh pada pasien hipertermi
mengalami demam di ruang subi kecil dengan rerata perubahan suhu tubuh sebesar
Rumkital Dr. Midiyato. S nilai median 1,4 0C. Hasil perhitungan menggunakan uji
sebelum diberikan perlakuan kompres plester Mann-whitney didapatkan hasil 0,001 <
adalah 38,00 0C dan setelah diberikan 0,05 menunjukkan bahwa ada perbedaan
perlakuan kompres plester didapatkan nilai suhu tubuh pada anak usia toddler yang
median 37,70 0C derajat penurunan suhu pada mengalami demam setelah diberikan
perlakuan kompres plester yaitu 0,38 0C. perlakuan tepid sponge dan plester kompres.
Sehingga dapat disimpulkan dari hasil
perhitungan menunjukkan bahwa lebih
efektif tepid sponge untuk menurunkan suhu
tubuh pada anak usia toddler. KESIMPULAN

Mekanisme perlakuan tepid sponge 1. Sebagian besar responden adalah


kompres hangat pada area tubuh akan anak usia toddler dengan mean 1
memberikan sinyal ke hipotalamus melalui tahun pada kelompok eksperimen
sumsum tulang belakang karena pemberian dan 2 tahun pada kelompok kontrol.
air hangat pada area tubuh akan memberikan Mayoritas responden lebih dari
sinyal ke hipotalamus. Sejalan dengan sebagian berjenis kelamin
pendapat Tito (2014) menyatakan bahwa perempuan yaitu (60%) anak pada
tepid sponge menggunakan air hangat sebagai kelompok ekperimen dan lebih dari
perantara evaporasi dan efek yang diberikan sebagian yaitu (53,3%) anak pada
lebih luas pada tubuh manusia dibandingkan kelompok control
plester kompres yang hanya berefek pada satu 2. Nilai rerata suhu tubuh sebelum
titik saja. diberi perlakuan tepid sponge adalah
Perlakuan tepid sponge pada penelitian 38,17 0C.
ini menggunakan waslap hangat yang 3. Nilai rerata suhu tubuh sebelum
kemudian diletakkan pada area frontal, aksila, diberi perlakuan kompres plester
dan inguinal dalam waktu 15-30 menit. adalah 38,06 0C. Nilai rerata
Waslap lembab hangat yang diletakkan pada penurunan suhu tubuh setelah
area kulit dapat memvasodilatasi pembuluh diberikan perlakuan tepid sponge
darah sehingga aliran darah menjadi lancar. adalah 37,29 0C.
Kulit memiliki banyak pembuluh darah, 4. Nilai rerata penurunan suhu tubuh
ketika demam kemudian diberikan perlakuan setelah diberikan perlakuan kompres
plester adalah 37,57 0C.
Djuwariah,n.d Efektifitas Penurunan Suhu
5. Ada perbedaan penurunan suhu
tubuh pada anak yang diberikan Tubuh Menggunakan kompres Air
perlakuan tepid sponge dan kompres
plester. Hangat dan Kompres Plester pada

Anak dengan Demam di Ruang


DAFTAR PUSTAKA
Kanthil rumah Sakit Umum Daerah
Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian.
Banyumanis.(Di akses 11 Desember
Jakarta : JKPKKR
2014 jam 20:51)
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan,
Ganda, Sigalingging. 2013. Buku Panduan
Jakarta : EGC
Laboraturium Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta: EGC
Asmadi. 2008. Teknik prosedeural
keperawatan konsep aplikasi Hamid, M Ali, 2011. Keefektifan Kompres
kebutuhan dasar klien, Jakarta:
Tepid Sponge yang di Lakukan Ibu
Salemba Medika.
Dalam Menurunkan Demam Pada
Dahlan, Sopiyudin,M. 2010. Statistik untuk
Anak: Randomized Control Trial di
Kedokteran dan Kesehatan, Salemba
Medika Puskesmas Mumbulsari Kabupaten

Jember ( Di Akses 1 Desember 2014


Darwis, Darmawan & Lely Hardiningsih,
2010. Potensi Hidrogel Polivinil jam 21:20)
Pirolidon (PVP)-Pati hasil Iradiasi
Gamma Sebagai Plester Penurun
Demam ( Di Akses 1 Desember 2014
jam 14:20)

Dharma, Kelana Kusuma, 2011. Metodologi


Penelitian Keperawatan CV.Trans
Info Media: Jakarta Timur

Anda mungkin juga menyukai