Anda di halaman 1dari 18

PETUNJUK TEKNIS

PENGAWASAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA


KELAUTAN DAN PERIKANAN
NOMOR : KEP.57/DJ-PSDKP/2011
TENTANG
PENGAWASAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

DIREKTORAT PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN


DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA
KELAUTAN DAN PERIKANAN
KEPUTUSAN
DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA
KELAUTAN DAN PERIKANAN

NOMOR : KEP.57/DJ-PSDKP/2011

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA


KELAUTAN DAN PERIKANAN

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung tugas pengawasan pengusahaan


pasir laut agar berdaya guna dan berhasil guna, dipandang perlu
adanya petunjuk teknis pengawasan pengusahaan pasir laut;
b. bahwa untuk itu perlu ditetapkan Keputusan Direktur Jenderal
Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan tentang Petunjuk
Teknis Pengawasan Pengusahaan Pasir laut.

Mengingat : 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2002


tentang Pengendalian dan Pengawasan Pengusahaan Pasir Laut;
2. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi
dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor
21 Tahun 2008;
3. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor :
KEP.33/MEN/2002 tentang Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut untuk
Kegiatan Pengusahaan Pasir Laut;
4. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan selaku Ketua Tim
Pengendali dan Pengawas Pengusahaan Pasir Laut Nomor : 01/K-
TP4L/VIII/2002 tentang Pedoman Pengendalian dan Pengawasan
Pengusahaan Pasir Laut;
5. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor :
441/MPP/Kep/5/2002 tentang Ketentuan Ekspor Pasir Laut;
6. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor :
117/MPP/Kep/2/2003 tentang Penghentian Sementara Ekspor Pasir
Laut;
7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor :
PER.07/MEN/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kelautan dan Perikanan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor :
PER.08/MEN/2007;
8. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan selaku Ketua Tim
Pengendali dan Pengawas Pengusahaan Pasir Laut Nomor:
KEP.38/MEN/2008 tentang Sekretaris dan Sekretariat Tim
Pengendali dan Pengawas Pengusahaan Pasir Laut.
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN


SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN PENGUSAHAAN PASIR
LAUT

PERTAMA : Petujuk Teknis Pengawasan Pengusahaan Pasir Laut adalah sebagaimana


tercantum dalam Lampiran Keputusan ini dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

KEDUA : Petunjuk Teknis Pengawasan Pengusahaan Pasir Laut sebagaimana


dimaksud diktum PERTAMA digunakan sebagai acuan oleh Pengawas
dalam melaksanakan pengawasan pengusahaan pasir laut.

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 23 Februari 2011

Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya


Kelautan dan Perikanan

Syahrin Abdurrahman, SE

KONSEP II
Lampiran I : Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya
Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP 57DJ-
PSDKP/2011 Tentang Petunjuk Teknis Pengawasan
Pengusahaan Pasir laut

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
a. Pasir laut merupakan salah satu sumberdaya alam non hayati apabila dikelola
dengan baik, memiliki prospek dimasa mendatang untuk dikembangkan sebagai
salah satu sumber pendapatan negara untuk kesejahteraan masyarakat, sehingga
pengelolaannya harus dilakukan secara tertib dan bertanggung jawab;
b. Kegiatan penambangan, pengerukan, pengangkutan dan perdagangan pasir laut
selama ini cenderung tidak terkendali, sehingga menyebabkan kerusakan
ekosistem pesisir dan laut, tenggelamnya pulau-pulau kecil, dan keterpurukan
nelayan akibat dampak dari terganggunya ekosistem di wilayah tangkap pesisir;
c. Agar penambangan pasir laut dapat dilakukan secara baik dan benar serta
menghindari terjadinya penyimpangan merusak lingkungan hidup, perlu
dilakukan pengendalian dan pengawasan terhadap pengusahaan pasir laut;
d. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, dan dalam rangka
keseragaman pola pikir dan pola tindak bagi Pengawas dalam pengawasan pasir
pengusahaan pasir laut perlu dibuat Petunjuk Teknis Pengawasan Pengusahaan
Pasir Laut.

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud ditetapkannya Petunjuk Teknis Pengawasan Pengusahaan Pasir laut ini
adalah sebagai acuan bagi pengawas dalam melaksanakan tugas pengawasan
pengusahaan pasir laut.

Tujuan disusunnya Petunjuk Teknis Pengawasan Pengusahaan Pasir Laut agar


pelaksanaan pengawasan pengusahaan pasir laut dapat terlaksana secara tertib dan
bertanggung jawab.

1.3. Ruang Lingkup


Ruang lingkup dari Petunjuk Teknis Pengawasan Pengusahaan Pasir Laut ini
meliputi:
a. Pemeriksaan dokumen;
b. Pemeriksaan sarana dan prasarana.
1.4. Pengertian
a. Pasir laut adalah bahan galian pasir yang terletak pada wilayah perairan
Indonesia yang tidak mengandung unsur mineral golongan A dan/atau golongan
B dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.
b. Pengusahaan pasir laut adalah kegiatan ekonomi yang meliputi usaha
pertambangan, pengerukan, pengangkutan dan ekspor pasir laut.
c. Kuasa Pertambangan adalah izin yang diberikan kepada badan/perseorangan
untuk melaksanakan usaha pertambangan.
d. Eksploitasi adalah usaha pertambangan dengan maksud untuk menghasilkan
bahan galian dan memanfaatkannya.
e. Perusakan laut adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau
tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang melampaui kriteria
baku kerusakan laut.
f. Zonasi wilayah pesisir dan laut adalah arahan pemanfaatan ruang pesisir dan laut
untuk kegiatan pengusahaan pasir laut.
g. Kapal adalah armada/kapal yang digunakan dalam menunjang kegiatan
pengusahaan pasir laut.
h. Pengawasan Pengusahaan Pasir laut meliputi pengawasan kegiatan usaha
pertambangan, pengerukan, pengangkutan, perdagangan ekspor, pemanfaatan
hasil pengusahaan pasir laut dan pencegahan perusakan laut yang dilakukan
secara terpadu dan terkoordinasi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;
i. Petugas pengawasan pengusahaan pasir laut adalah petugas yang
ditunjuk/ditugaskan oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan
pengawasan pengusahaan pasir laut.
BAB II
LOKASI DAN OBYEK PENGAWASAN

2.1. Lokasi Pengawasan


Pengawasan pengusahaan pasir laut dilaksanakan pada:
a. Lokasi penambangan
Pengawasan dilaksanakan pada wilayah pemanfaatan pesisir untuk pengusahaan
pasir laut, baik yang pengusahaannya dilakukan oleh perorangan, kelompok,
atau badan hukum;
b. Proses pengangkutan
Pengawasan dilaksanakan pada kapal-kapal yang ditemui pada saat pelaksanaan
operasi pengawasan di laut yang diduga melakukan aktivitas pengangkutan pasir
laut.

2.2. Obyek Pengawasan


Obyek pengawasan pengusahaan pasir laut meliputi:
a. Kegiatan Penambangan Pasir Laut;
b. Kegiatan Pengangkutan Pasir Laut.
BAB III
PETUGAS PENGAWAS

1.1. Pengawas
Sesuai dengan ketentuan Pasal 14 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan selaku
Ketua Tim Pengendali dan Pengawas Pengusahaan Pasir Laut Nomor : 01/K-
TP4L/VIII/2002 tentang Pedoman Pengendalian dan Pengawasan Pengusahaan Pasir
Laut, pengawasan dapat dilakukan secara fungsional, yakni dilakukan secara mandiri
berupa pemantauan secara periodik oleh pengawas Direktorat Jenderal PSDKP atau
oleh masing-masing instansi yang merupakan unsur pengawas, maupun dilakukan
secara terpadu melibatkan instansi terkait, dengan ketentuan :
a. Pengawasan secara fungsional di lingkungan Kementerian Kelautan dan
Perikanan dilakukan oleh:
1) Pengawas pada Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan;
2) Pengawas pada Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Pengawasan
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan;
3) Pengawas pada Satuan Kerja Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan.
b. Pengawasan pengusahaan pasir laut secara terpadu atau operasi bersama
meliputi petugas dari:
1) Wakil dari TP4L yang ditugaskan;
2) TNI Angkatan Laut;
3) Polisi Perairan,POLRI;
4) KPLP, Ditjen Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan;
5) Ditjen Bea Cukai;
6) Ditjen Imigrasi;
7) Ditjen Perdagangan Luar Negeri;
8) PPNS Lingkungan Hidup;
9) PPNS Perikanan;
10) Unsur Pemerintah Daerah Provinsi;
11) Unsur Pemerintah Kabupaten/Kota.
c. Dalam hal Pemerintah Daerah belum dapat melaksanakan pengawasan
pengusahaan pasir laut, pengawasannya dapat dilakukan oleh Ditjen PSDKP-
DKP.
1.2. Tugas dan Wewenang Pengawas
a. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait;
b. Melakukan pemeriksaan sarana dan prasarana pengusahaan pasir laut;
c. Melakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen pengusahaan pasir laut;
d. Mengambil contoh pasir laut atau bahan yang diperlukan untuk pengujian
laboratorium atau keperluan lain yang relevan;
e. Memasuki tempat-tempat yang akan dilakukan pemeriksaan;
f. Memeriksa kapal beserta muatannya;
g. Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan pengawasan pengusahaan pasir laut
kepada Direktur Jenderal PSDKP C.q Direktur Pengawasan Sumberdaya
Kelautan.

1.3. Identitas Pengawas


a. Pengawas dilengkapi dengan Surat Perintah Tugas dari pejabat yang berwenang
sesuai dengan peraturan yang berlaku;
b. Pengawas dilengkapi dengan surat keterangan identitas, tugas, asuransi, dan
keterangan sehat dari dokter yang berwenang;
c. Pengawas wajib dilengkapi dengan uniform meliputi pakaian seragam lengkap,
briefet dan kelengkapan lainnya, sesuai ketentuan asal instansinya;
d. Pengawas dilengkapi dengan peralatan GPS, alat pelampung, kamera digital, dan
alat lainnya yang diperlukan.
BAB IV
TATA CARA PENGAWASAN

4.1. Rencana Kerja Pengawasan


a. Menyiapkan kelengkapan administrasi, yaitu:
1) Surat Penugasan;
2) Tanda Pengenal;
3) Dokumen Perjalanan (Surat Perintah Perjalanan Dinas);
4) Formulir Berita Acara yang diperlukan dalam pelaksanaan Pengawasan.
b. Mempelajari Peraturan/Dokumen/Referensi yang terkait
Sebelum melakukan pengawasan ke lokasi kegiatan, salah satu hal yang harus
dilakukan oleh Pengawas adalah mempelajari dokumen-dokumen yang terkait
dengan kegiatan yang akan diawasi. Dokumen-dokumen ini antara lain adalah :
1) Riwayat ketaatan usaha dan atau kegiatan yang menjadi obyek pengawasan;
2) Izin-izin yang terkait;
3) Peraturan/Literatur yang terkait dengan obyek pengawasan;
4) Peta situasi versi penanggung jawab kegiatan;
5) Dokumen-dokumen lain yang terkait dengan status ketaatan kegiatan yang
bersangkutan.
c. Menyiapkan Perlengkapan antara lain:
1) Alat pencatat (buku catatan/note book);
2) Kamera atau handycam;
3) Perlengkapan keselamatan kerja seperti baju pelampung;
4) Alat sampling yang diperlukan;
5) Sarana transportasi;
6) Format laporan pengawasan;
7) Alat perekam suara;
8) Perlengkapan lain yang dianggap perlu.

4.2. Pelaksanaan Pengawasan


Pada saat tiba dilokasi pengawasan, Pengawas menunjukkan Surat Perintah Tugas
dengan menjelaskan beberapa hal sebagai berikut:
a. Menjelaskan secara rinci kewenangan yuridis yang melandasi pelaksanaan
pengawasan;
b. Menjelaskan cara pelaksanaan pengawasan berdasarkan urutannya, sehingga
penanggung jawab usaha dan atau kegiatan dapat mengefektifkan waktunya
untuk menyiapkan dokumen yang diperlukan;
c. Menyampaikan daftar permasalahan yang akan diperiksa dan menjelaskannya
sehingga penanggung jawab usaha dan atau kegiatan mempunyai waktu yang
cukup untuk mengumpulkan data dan menyediakan waktunya;
d. Pengawasan pengusahaan pasir laut (Form FM/SDK-12)
1) Pemeriksaan Surat Ijin Kegiatan;
2) Pemeriksaan Surat Izin Amdal;
3) Pemeriksaan peralatan penambangan di darat;
4) Pemeriksaan peralatan penambangan di laut;
5) Pemeriksaan fisik kapal pengangkut;
6) Pemeriksaan fisik kapal keruk;
7) Pemeriksaan Asli Surat iJin Berlayar (SIB);
8) Pemeriksaan Asli Paspor/Seaman Book;
9) Pemeriksaan Asli Jurnal Mesin;
10) Pemeriksaan Asli Jurnal Kapal;
11) Pemeriksaan Asli Jurnal Kargo/Muatan Kapal;
12) Pemeriksaan Asli Manifest Kapal dan kesesuaian dengan muatan yang
sebenarnya;
13) Pemeriksaan tenaga kerja;
14) Pemeriksaan kapasitas produksi;
15) Pemeriksaan dampak/kondisi lingkungan sekitar lokasi penambangan.

e. Pengumpulan Bahan dan Keterangan (Pulbaket) Pengawasan Pengusahaan Pasir


laut (Form FM/SDK-13).
Pelaksanaan kegiatan Pulbaket oleh Pengawas dilakukan untuk mencari dan
mengumpulkan bahan keterangan suatu peristiwa/kegiatan/kejadian guna
menentukan apakah melanggar undang-undang atau tidak. Dalam pelaksanaan
pulbaket, Pengawas sebaiknya melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
1) Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini dilakukan dengan cara menentukan indikasi masalah
pengusahaan pasir laut, analisa terhadap bahan-bahan keterangan yang
diperlukan, dan penentuan sumber-sumber bahan keterangan.
2) Tahap Pelaksanaan
a) Teknik Pulbaket
Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam pelaksanakan tugas pulbaket
antara lain:
i. Pengamatan dengan panca indera secara teliti terhadap orang, benda,
tempat, kejadian/situasi dengan tujuan memperoleh gambaran yang
lengkap, jelas dan terperinci terhadap sasaran;
ii. Wawancara
Wawancara adalah usaha/kegiatan untuk memperoleh keterangan
dari orang yang memiliki atau diduga memiliki keterangan.
Wawancara dapat dilakukan secara tertutup maupun terbuka;
iii. Undercover (Penyamaran)
Undercover dilakukan untuk keperluan pulbaket yang tidak mungkin
didapat dengan cara-cara terbuka oleh sebab itu perlu dilakukan
penyamaran untuk dapat menyusup ke dalam sasaran guna
memperoleh bahan keterangan yang diperlukan. Untuk mencegah
terungkapnya penyamaran (undercover), maka identitas petugas
harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi sasaran, sedangkan
semua identitas diri yang tidak mendukung pelaksanaan tugas
pengawasan dihilangkan (disingkirkan) antara lain: KTP, SIM, Kartu
Nama, dll.
b) Pelaksanaan Pulbaket
i. Melakukan pendekatan pada sasaran yang telah ditentukan. Apabila
ada hambatan untuk pendekatan langsung, dapat melalui orang lain
yang dapat membantu;
ii. Apabila petugas sudah berada pada lokasi sasaran, maka sebelum
mengumpulkan bahan keterangan yang diperlukan, ia harus segera
melakukan adaptasi dan bertindak hati-hati dengan cara;
iii. Membatasi pembicaraan agar orang-orang yang ada di sasaran lebih
aktif bicara;
iv. Berusaha mendengar semua hal yang dibicarakan oleh sasaran;
v. Usahakan agar percakapan berlangsung terus menerus;
vi. Perhatikan dengan seksama apa yang tampak disekitar
tempat/sasaran dan kegiatan-kegiatan apa yang tengah akan
berlangsung diingat tanpa mencatat;
vii. Melakukan pengamatan secara cermat dan teliti yang diharapkan
dapat memperoleh keterangan lain.
BAB V
PELAPORAN DAN TINDAK LANJUT

5.1. Pelaporan
Setelah melakukan pengawasan, Pengawas wajib segera membuat dan
menyampaikan laporan pengawasan kepada pejabat pemberi tugas. Laporan
pengawasan pasir laut memuat informasi/data sesuai form isian yang telah
disediakan, dan apabila terdapat informasi tambahan dapat dibuat lembar tambahan
tersendiri. Informasi yang disajikan dalam laporan pengawasan harus memperhatikan
beberapa hal berikut:
a. Disajikan secara jelas dan sistematis;
b. Harus akurat, aktual, faktual dan didasarkan pada hasil pengawasan serta
merupakan hasil yang dapat diverifikasi oleh pihak yang ahli;
c. Harus didukung dengan data dan atau bukti akurat dan faktual;
d. Dokumen pendukung seperti foto, berita acara, dokumen sampling dan
sebagainya yang menyertai laporan pengawasan pasir laut harus disebutkan
dengan jelas.

5.2. Verifikasi Hasil Pengawasan


Hasil-hasil Pengawasan yang berupa data, informasi, dan fakta-fakta di lapangan
diverifikasi oleh Tim untuk mengetahui adakah terdapat dugaan awal adanya
pelanggaran di bidang pengusahaan pasir laut atau tidak.

5.3. Tindak Lanjut Hasil Pengawasan


Dalam hal diduga kuat terjadi pelanggaran dilakukan koordinasi dengan:
a. Kementerian Perdagangan dalam hal Dokumen Eksportir Pasir Laut;
b. Kementerian Perhubungan/Pemerintah Daerah Propinsi atau Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya dalam hal Dokumen Perijinan
Kapal;
c. Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral/Pemerintah Daerah Propinsi atau
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya dalam hal
Kuasa Pertambangan;
d. Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam
hal dokumen Kemudahan Khusus Keimigrasian;
e. Kementerian Negara Lingkungan Hidup/Pemerintah Daerah Propinsi atau
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya dalam hal
Dokumen Amdal;
f. POLRI dalam hal apabila terdapat unsur tindak pidana.
BAB VI
PENUTUP

Petunjuk Teknis ini bersifat dinamis dan akan disesuaikan kembali apabila terjadi
perubahan sesuai perkembangan dan kebutuhan.

Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya


Kelautan dan Perikanan

Syahrin Abdurrahman, SE
Lampiran II : Keputusan Direktur Jenderal
Pengawasan Sumber Daya Kelautan
dan Perikanan Nomor:KEP.57/DJ-
PSDKP/2011 tentang Petunjuk Teknis
Pengawasan Pengusahaan Pasir Laut

FORMAT ISIAN
PENGAWASAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

Form Isian Form


Nomor
1 Pengawasan Pengusahaan Pasir Laut (FM/SDK 12)
2 Pengumpulan Bahan Keterangan (Pulbaket) Pengawasan Pengusahaan
Pasir Laut (FM/SDK 13)

Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya


Kelautan dan Perikanan

Syahrin Abdurrahman, SE

Anda mungkin juga menyukai