LP Lansia Keluarga Hipertensi
LP Lansia Keluarga Hipertensi
DI SUSUN OLEH :
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
7) Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi
Menurut (Nursalam, 2001:26) Semua interaksi
perawat dengan pasien adalah berdasarkan komunikasi.
Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu tekhnik diman
usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran
dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara
verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang
tinggi.
b. Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam
kondisi kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat
menyebabkan stress psikologik yang mempengaruhi dalam
hipertensi.
c. Struktur peran
Bila anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap
peran yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota
keluarga puas atau tidak ada konflik dalam peran, dan
sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai
dengan harapan maka akan mengakibatkan ketegangan dalam
keluarga (Friedman, 1998).
8) Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga yang tidak menghargai anggota
keluarganya yang menderita hipertensi, maka akan
menimbulkan stressor tersendiri bagi penderita. Hal ini
akan menimbulkan suatu keadaan yang dapat menambah
seringnya terjadi serangan hipertensi karena kurangnya
partisipasi keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang sakit (Friedman, 1998).
b. Fungsi sosialisasi .
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota
keluarga yang menderita hipertensi dalam bersosialisasi
dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak
memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan
mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan
ini mengancam status emosi menjadi labil dan mudah
stress.
c. Fungsi kesehatan
Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanganannya
a) Mengenal masalah kesehatan
Ketidaksanggupan keluarga mengenal masalah
kesehatan pada keluarganya, salah satunya adalah
disebabkan karena kurang pengetahuan (Effendy,
1998:50). Bila keluarga tidak mampu mengenali
masalah hipertensi yang disertai anggota
keluarganya, maka hipertensi akan berakibat
terjadinya komplikasi.
b) Mengambil keputusan.
Ketidaksanggupan keluarga mengambil
keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat,
disebabkan karena tidak memahami mengenai sifat,
berat dan luasnya masalah tidak begitu menonjol
(Eendy, 1998:50).
c) Merawat anggota keluarga yang sakit
Ketidakmampuan merawat anggota keluarga
yang sakit disebabkan karena tidak mengetahui
keadaan penyakit, misalnya komplikasi, progrfosis,
cara perawatan dan sumber-sumber yang ada dalam
keluarga.
d) Memelihara lingkungan rumah yang sehat
Keluarga diharapkan mengetahui
keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan
yang sehat, dan menyadarinya sebagai salah satu
media perawatan bagi anggota keluarga yang sakit.
Lingkungan rumah yang berdebu dan asap
rokok bisa menjadi pemicu serangan hipertensi
(Sundaru, 2001). Dengan melihat hal tersebut,
keluarga harus mampu memodifikasi lingkungan
yang sehat dan nyaman bagi penderita hipertensi.
e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Pengetahuan keluarga tentang keberadaan
dan keuntungan yang didapat dari fasilitas-fasilitas
kesehatan, sangat berpengaruh terhadap penderita
hipertensi. Fasilitas kesehatan di masyarakat sangat
berperan daiam hal ini, juga saat penderita
hipertensi memerlukan pengobatan.
9) Pola istirahat tidur
Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala
sedang mengalami masalah yang belum terselesaikan. Pada
penderita hipertensi, gangguan istirahat tidur sering
diakibatkan oleh sesak nafas dan batuk. Tidak terpenuhinya
kebutuhan istirahat tidur beresiko memperburuk keadaan
hipertensi.
10) Pemeriksaan fisik anggota keluarga
Sebagaimana prosedur pengkajian yang komprehensif,
pemeriksaan fisik juga dilakukan menyeluruh dari ujung
rambut sampai kuku. Setelah ditemukan masalah kesehatan,
pemeriksaan fisik lebih difokuskan lagi pada pemeriksaan
sistem pernafasan terutama pada penderita hipertensi
dikarenakan dengan adanya hipertensi dapat terjadi
peningkatan tekanan intra kranial yang dapat menyebabkan
kelainan pada syaraf yang mempersyarafi pada pernafasan.
b. Diagnosa keperawatan
Menurut pendapat Friedman (1998:59) diagnosa keperawatan
keluarga merupakan perpanjangan dari diagnosa-diagnosa keperawatan
terhadap sistem keluarga dan merupakan hasil dari pengkajian.
Diagnosa keperawatan keluarga di dalamnya termasuk masalah-
masalah kesehatan yang aktual dan potensial.
Doenges (1999) mendefinisikan diagnosa keperawatan adalah
cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan pasien
serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi.
Carpenito (1998:5) mendefinisikan diagnosa keperawatan
sebagai berikut :
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan
respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi
potensial dan aktual dari individu atau kelompok dimana perawat
dapat secara legal mengidentifikasi dan untuk itu pula perawat
dapat menyusun intervensi-intervensi definitif untuk
mempertahankan status kesehatan atau untuk mengurangi,
menghilangkan, atau mencegah.
Dengan pengertian diatas yang telah disampaikan para ahli,
keluarga merupakan satu tipe kelompok dimana diagnosa keperawatan
dapat diberlakukan, meskipun demikian, diagnosa keperawatan masih
berorientasi pada individu. Diagnosa yang mungkin muncul
dalam keluarga dengan penyakit hipertensi menurut Doenges
(2000:152) antara lain nyeri kepala, insomnia, gang perfusi jaringan,
penurunan curah jantung, intoleransi aktifitas, nyeri dada dan resti
injuri (diplopia).
1) Prioritas masalah
Menurut Effendy (1998:52) hal-hal yang perlu diperhatikan
dala penyusunan prioritas masalah adalah tidak mungkin masalah-
masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan dalam
keluarga diselesaikan sekaligus, perlu mempertimbangkan
masalah-masalah yang dapat mengancam kesehatan seperti
masalah penyakit.
Mempertimbangkan respon dan perhatian keluarga terhadap
asuhan keperawatan keluarga yang diberikan, keterlibatan anggota
keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi, sumber
daya keluarga yang dapat menunjang pemecahan masalah
kesehatan atau keperawatan keluarga serta yang tidak kalah
pentingya adalah pengetahuan dan kebudayaan keluarga.
2) Kriteria prioritas masalah
penyusunann prioritas masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga, didasarkan pada beberapa kriteria. Menurut Effendy
(1998:52-54), kriteria yang menjadi dasar prioritas masalah adalah
sifat masalah, kemungkinan masalah dapat diubah, potensial
masalah untuk dicegah dan menonjolnya masalah.
Sifat masalah dikelompokkan menjadi ancaman kesehatan,
tidak atau kurang sehat, dan krisis. Dalam menentukan sifat
masalah, bobot yang paling besar diberikan pada keadaan sakit
atau yang mengancam kehidupan keluarga, yaitu keadaan sakit
kemudian baru diberikan kepada hal-hal yang mengancam
kesehatan keluarga dan selanjutnya pada situasi krisis dalam
keluarga di mana terjadi situasi yang menuntut penyesuaian dalam
keluarga (Efiendy, 1998:54).
Sedangkan kemungkinan masalah hipertensi dapat diubah,
adalah kemungkinan keberhasilan mengurangi atau mencegah
masalah yang berhubungan dengan hipertensi jika dilakukan
intervensi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi masalah
hipertensi dapat diubah adalah faktor pengetahuan dan tindakan
untuk menangani masalah hipertensi, sumber daya keluarga, di
antaranya adalah keuangan, tenaga, sarana dan prasarana. Selain itu
sumber daya perawatan, diantaranya adalah pengetahuan dan
keterampilan dalam penanganan masalah keperawatan serta waktu
dan sumber daya masyarakat, dapat dalam bentuk fasilitas,
organisasi seperti posyandu, polindes, dan sebagainya juga menjadi
faktor yang mempengaruhi kemungkinan masalah hipertensi untuk
diubah (Effendy, 1998:54).
Potensial masalah hipertensi untuk dicegah, adalah sifat dan
beratnya masalah berhubungan dengan hipertensi yang timbul dan
dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan,
misalnya dengan memberikan informasi tentang hipertensi, cara
mencegah terjadinya serta menganjurkan penderita hipertensi
untuk memeriksakan kesehatannya ke tempat palayanan kesehatan
(puskesmas, rumah sakit, dan dokter).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melihat potensi
pencegahan masalah hipertensi adalah kepelikan atau kesulitan
masalah hipertensi hal ini berkaitan dengan beratnya penyakit atau
hipertensi yang dialami oleh keluarga. Kedua perhatikan tindakan
yang sudah dan sedang dilaksanakan, yaitu tindakan untuk
mencegah dan mengobati masalah hipertensi dalam rangka
meningkatkan status kesehatan keluarga (Effendy, 1998:54).
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam melihat potensi
pencegahan masalah hipertensi berhubungan dengan jangka waktu
terjadinya masalah hipertensi. Keadaan ini erat hubungannya
dengan beratnya masalah hipertensi pada keluarga dan potensi
masalah untuk dicegah. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah
adanya keiompok resiko tinggi dalam keluarga atau kelompok
yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah
hipertensi (Effendy, 1998:54).
Menonjolnya masalah hipertensi adalah cara keluarga
melihat dan menilai masalah yang berhubungan dengan masalah
hipertensi dalam hal berat dan mendesak masalah hipertensi untuk
diatasi melalui intervensi keperawatan.
PATHWAYS
Elastisitas , arteriosklerosis
hipertensi
Perubahan struktur
vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
Doengoes. M. E, Et. All. Nursing Care Plans Guidelines for Planning and
Documenting Patient Care, Edisi 3. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Et. All.
2000. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne, and Bare. (2001), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC
FKUI. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta