Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Beberapa bidang dalam kedokteran secara medis dan pembedahan


memiliki sifat yang menantang seperti dalam perawatan luka bakar. 3 Luka
bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi
yang memerlukan penatalaksanaan khusus dari sejak awal sampai fase
lanjut.1 Luka bakar dapat terjadi pada orang tua ataupun muda, kaya atau
miskin, negara maju maupun negara berkembang, namun negara miskin dan
kurang mampu memiliki risiko lebih tinggi dan pada umumnya menerima
penatalaksanaan yang kurang baik.4 Luka bakar dapat bervariasi dari luka
kecil yang dapat dengan mudah dikelola di klinik rawat jalan hingga cedera
luas yang dapat mengakibatkan kegagalan beberapa sistem organ dan sakit
yang berkepanjangan.3,4 Bekas luka fisik yang terlihat dan bekas luka
psikologis yang tak terlihat secara bersamaan dapat menyebabkan cacat
berat yang bertahan cukup lama.4
Luka bakar dan cedera yang berhubungan dengannya masih
merupakan penyebab kematian dan kecacatan utama di Amerika Serikat. 2
Menurut National Institutes of General Medical Sciences, diperkirakan 1,1 juta
luka bakar memerlukan perhatian medis setiap tahun di Amerika Serikat. 3
Dari mereka yang terluka, sekitar 50.000 memerlukan rawat inap dan sekitar
4.500 meninggal setiap tahun dari luka bakar. 3 Survival luka bakar berikut
telah meningkat secara signifikan selama abad ke-20. 3 Perbaikan dalam
resusitasi, pemberian agen antimikroba topikal, dan, yang paling penting,
praktek eksisi luka bakar dini telah berkontribusi terhadap hasil perbaikan. 3
Namun luka bakar yang luas tetap berpotensi fatal. 3
Melihat besarnya dampak yang ditimbulkan oleh luka bakar, angka insiden,
dan angka mortalitas akibat trauma jenis ini, maka diperlukan suatu literatur
khusus untuk mengupas sekilas mengenai luka bakar dan konsepnya secara
umum. Tinjauan pustaka ini dibuat untuk membantu mengenalkan para
praktisi medis terhadap luka bakar, efeknya terhadap berbagai sistem organ,
klasifikasi derajat luka bakar menurut luas permukaan, penyebab kematian
utama pada luka bakar, serta bagaimana cara membedakan luka antemortem
dan postmortem pada korban melalui pengamatan klinis yang singkat, jelas,
dan mudah dimengerti.
1.2. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hal-hal yang


berhubungan dengan luka bakar dan penatalaksanaan terhadap kasus luka
bakar.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Anatomi dan Fisiologi Kulit

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,


merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya
sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya
sekitar 1,5 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai
6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada
kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas.
Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung,
bahu.5
Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu : epidermis, sebagai lapisan
yang paling luar, dermis, dan jaringan penyambung di bawah kulit (tela
subkutanea, hipodermis atau subkutis) Sebagai gambaran, penampang
lintang dan visualisasi struktur lapisan kulit tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut :7

Gambar 1. Anatomi kulit

Diunduh dari : http://www.greatestlook.com/advice/skin.htm

A. Epidermis6
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari
epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans
dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh,
paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar
5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam) :
1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas
dan berganti.
2. Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada
kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit
tipis.
3. Stratum Granulosum Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng
yang intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik
kasar yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung
protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament (tonofibril)
yang dianggap memegang peranan penting untuk
mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi.
Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan
tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak
tonofibril.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis
yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel
epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari
untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan
faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.
Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan
Malfigi.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D
dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan
pengenalan alergen (sel Langerhans).

B. Dermis6
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai True Skin. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang
paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan :
1. Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
2. Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga
mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya
derivat epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi,
menahan shearing forces dan respon inflamasi.
C. Subkutis6
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya
berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu.
Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas,
cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.

Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh


diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan,
sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi
dan metabolisme. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan
dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi
mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi
kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti
pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu
dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus.
Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible
loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan
dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi
vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur
dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat
meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh
darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas. 6

2.2. Defenisi
Luka bakar adalah kerusakan kulit tubuh yang disebabkan oleh api, atau oleh
penyebab lain seperti oleh air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi.1
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh api, atau oleh penyebab lain
misalnya pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia serta
radiasi. Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga
menimbulkan efek sistemik yang sangat kompleks.5,8
Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh
kedalaman luka bakar. Berat luka bergantung pada dalam, luas, dan letak luka.
Selain beratnya luka bakar, umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi prognosis. Luka bakar berat
menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan cedera oleh sebab lain.8
2.3. Etiologi

Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi:3,9,10

A. Suhu
1. Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka,
dan menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat
membakar pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat
alami memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat
sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera
tambahan berupa cedera kontak.
2. Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan
benda panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh
yang mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar
akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak.
3. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas
4. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan
radiator mobil. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat
menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.

B. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan
tubuh. Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang
menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan
luka bakar tambahan.

C. Zat kimia.
Asam kuat menyebabkan nekrosis koagulasi, denturasi protein, dan
rasa nyeri yang hebat. Asam hidrofluorida mampu menembus jaringan
sampai ke dalam menyebabkan toksisitas sistemik yang fatal, bahkan
pada luka yang kecil sekalipun. Basa kuat banyak terdapat dalam rumah
tangga antara lain cairan pemutih pakaian. Kemampuan alkali menembus
jaringan lebih kuat daripada asam, kerusakan jaringan lebih berat karena
sel mengalami dehidrasi dan terjadi denaturasi prootein dan kolagen.

D. Radiasi
Terpapar radiasi, seperti pada radioterapi superfisial yang dapat
menimbulkan eritema setempat.
2.4. Patogenesis

Apabila kulit terbakar atau terpajan suhu tinggi, pembuluh kapiler di


bawahnya, area sekitarnya dan area yang jauh sekalipun akan rusak dan
menyebabkan permeabilitasnya meningkat. Terjadilah kebocoran cairan
intrakapiler ke interstisial sehingga terjadi udem dan bula yang mengandung
banyak elektrolit.Transudasi cairan isotonik dan protein yang besar ke ruang
ekstrakapsular, dapat menyebabkan berkurangnya volume plasma sirkulasi.
Rusaknya kulit akibat luka bakar akan mengakibatkan hilangnya fungsi kulit
sebagai barier dan penahan penguapan.3,10
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi
tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok
hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin,
berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urin
yang berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah
delapan jam. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan
permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada didalamnya ikut rusak sehingga
dapat terjadi anemia.3
Pada kebakaran ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat
terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap atau uap panas yang
terisap. Edema laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan
jalan napas dengan gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan
dahak berwarna gelap akibat jelaga.3,9
Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. CO
akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi
mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing,
mual dan muntah. Bila lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat
meninggal.3,11
Luka bakar umumnya tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang
merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan
mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena daerahnya tidak tercapai
oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis. Padahal, pembuluh ini
membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab infeksi
pada luka bakar, selain berasal dari dari kulit penderita sendiri, juga dari
kontaminasi kuman saluran napas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan
rumah sakit. Infeksi nosokomial ini biasanya sangat berbahaya karena
kumannya banyak yang sudah resisten terhadap berbagai antibiotik. 3
Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif
yang berasal dari kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian dapat
terjadi invasi kuman Gram negatif, Pseudomonas aeruginosa yang dapat
menghasilkan eksotoksin protease dari toksin lain yang berbahaya, terkenal
sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi pseudomonas dapat
dilihat dari warna hijau pada kasa penutup luka bakar. Kuman memproduksi
enzim penghancur keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan
granulasi membentuk nanah.3,9
Infeksi ringan dan noninvasif ditandai dengan keropeng yang mudah
terlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan
keropeng yang kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang
mula-mula sehat menadi nekrotik; akibatnya, luka bakar yang mula-mula
derajat II menjadi derajat III. Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada
pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis
sehingga jaringan yang didarahinya nanti.3
Bila luka bakar dibiopsi dan eksudatnya dibiak, biasanya ditemukan
kuman dan terlihat invasi kuman tersebut ke jaringan sekelilingnya. Bila
penyebabnya kuman Gram positif, seperti stafilokokus atau basil Gram negatif
lainnya, dapat terjadi penyebaran kuman lewat darah (bakteremia) yang dapat
menimbulkan fokus infeksi di usus. Syok sepsis dan kematian dapat terjadi
karena toksin kuman yang menyebar di darah.3
Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat II dapat
sembuh dengan meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai
dari sisa elemen epitel yang masih vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel
basal, sel kelenjar keringat, atau sel pangkal rambut. Luka bakar derajat II
yang dalam mungkin meninggalkan parut hipertrofik yang nyeri, gatal, kaku
dan secara estetik jelek. Luka bakar derajat III yang dibiarkan sembuh sendiri
akan mengalami kontraktur. Bila terjadi di persendian, fungsi sendi dapat
berkurang atau hilang.3
Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut,
peristalsis usus menurun atau berhenti karena syok, sedangkan pada fase
mobilisasi, peristalsis dapat menurun karena kekurangan ion kalium. Stres
atau badan faali yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat
menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan
gejala yang sama dengan gejala tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai
tukak Curling. 3,11
Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga
keseimbangan protein menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena
eksudasi, metabolisme tinggi dan infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit
yang rusak juga memerlukan kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan tubuh
pada fase ini terutama didapat dari pembakaran protein dari otot skelet. Oleh
karena itu, penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil, dan berat badan
menurun. Dengan demikian, korban luka bakar menderita penyakit berat yang
disebut penyakit luka bakar. Kecacatan akibat luka bakar bisa sangat hebat,
terutama bila mengenai wajah. Penderita mungkin mengalami beban kejiwaan
berat akibat cacat tersebut yang disebut schizophrenia postburn.3

Pembagian zona kerusakan jaringan10:

A. Zona koagulasi, zona nekrosis


Merupakan daerah sentral yang terdiri dari jaringan nekrosis
beberapa saat setelah kontak. Oleh karena itulah disebut juga sebagai
zona nekrosis.

B. Zona statis
Merupakan daerah yang langsung berada di luar/di sekitar zona
koagulasi. Di daerah ini terjadi kerusakan endotel pembuluh darah
disertai kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi gangguam
perfusi (no flow phenomena), diikuti perubahan permeabilitas kapiler
dan respon inflamasi lokal. Kematian sel dapat terjadi 24-48 jam bila
tidak ditangani dengan tepat

C. Zona hiperemi
Merupakan daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi
inflamasi berupa vasodilatasi. Sel dapat membaik dalam 7 hari.

Gambar 2. Pembagian zona kerusakan jaringan

Diunduh dari : http://sulaifi.wordpress.com


Gambar 3. Zona luka bakar

Diunduh dari : document.tips

2.5. Klasifikasi Luka Bakar

Klasifikasi luka bakar dapat dibagi berdasarkan penyebab dan


kedalaman kerusakan jaringan yang perlu dicantumkan didalam diagnosis,
yaitu :
A. Berdasarkan penyebab12
Luka bakar dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
1. Luka bakar suhu tinggi (thermal burn)
2. Luka bakar bahan kimia (chemical burn)
3. Luka bakar sengatan listrik atau petir (electrical burn)
4. Luka bakar radiasi (radiation injury)

B. Berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan


Pembagian tersebut didasarkan pada sejauh mana luka bakar
menyebabkan perlukaan pada epidermis, dermis atau lapisan
subcutaneous dari kulit. Kedalaman luka yang ditimbulkan bergantung
pada sumber, penyebab dan lama kontak sumber panas dengan
tubuh penderita. Pada zaman dahulu Dupuytnen membagi kedalaman
ini hingga 6 tingkatan, namun saat ini hanya dibagi menjadi 3 derajat
kedalaman, kedalaman tersebut dibagi menjadi: 12,13,14

1. Luka Bakar Derajat I


Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial). Ditandai
dengan kulit kering, berwarna kemerahan berupa eritem. Tidak
dijumpai bulae. Terasa nyeri akibat ujung saraf sensoris yang
teriritasi. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10
hari.1,9,11
Gambar 3. Luka bakar derajat 13

Gambar 4. Luka bakar derajat I


Diunduh dari :
http://www.telegraph.co.uk/news/uknews/4698866/Schoolgirl-suffers-
first-degree-burns-after-19-minutes-in-tanning-salon.html

2. Luka Bakar Derajat II


Terjadinya kerusakan pada epidermis dan sebagian dermis
berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Ditandai dengan
timbulnya bulae. Terasa nyeri akibat ujung saraf sensoris yang
teriritasi. Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak
lebih tinggi diatas kulit normal. Dalam fase penyembuhan akan
tampak daerah bintik-bintik biru dari kelenjar keringat dan akar
rambut.12,14,15

Gambar 5. Luka bakar derajat II3


Derajat 2 ini dibagi menjadi :
1. Derajat II-A superficial: kulit kemerahan, edematous, timbul
bula, nyeri. Banyak sel basal selamat, alat-alat di bagian
dermis masih baik, pelebaran pembuluh darah. Sembuh
dalam 2 minggu dengan atau tanpa jaringan parut.12,14

Gambar 6. Luka bakar derajat II-A


Diunduh dari :
http://www.nytimes.com/imagepages/2007/08/01/health/adam/182
9Burnblistercloseup.html

2. Derajat II-B dalam: kerusakan lapisan epidermis dan


sebagian dermis, masih basah tapi tampak pucat, nyeri
berkurang dibandingkan derajat 2a. Dapat sembuh dalam
beberapa minggu hingga beberapa bulan disertai jaringan
parut.114

Gambar 7. Luka bakar derajat II-B


Diunduh dari :
http://www.nytimes.com/imagepages/2007/08/01/health/adam/182
9Burnblistercloseup.html

3. Luka Bakar Derajat III

Kerusakan seluruh lapisan dermis atau lebih dalam


mencapai jaringan subkutan, otot dan tulang. Organ kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar keringat
mengalami kerusakan. Tidak ada bula, dan tidak terasa
nyeri dan hilang sensasi akibat ujung-ujung saraf sensoris
mengalami kerusakan / kematian. Kulit yang terbakar
berwarna putih atau abu-abu pucat karena koagulasi protein
pada dermis. Dermis yang terbakar kemudian dapat
mengering dan menciut, letaknya lebih rendah dibandingkan
dengan kulit sekitar dan dikenal sebagai eskar. Bila eskar
melingkar akan menekan arteri, vena, saraf perifer, yang
pertama tertekan biasanya syaraf dengan gejala kesemutan.
Setelah minggu kedua eskar mulai lepas karena lesi
diperbatas dengan jaringan sehat kemudian tampak jaringan
granulasi dan memerlukan penutupan dengan skin graft. Bila
granulasi dibiarkan, akan menebal dan berakhir dengan
jaringan parut yang tebal dan menyempit yang biasa disebut
kontraktur. Proses penyembuhan tersebut terjadi lama
karena tidak ada proses epitelisasi spontan dasar luka.12,15

Gambar 8. Luka bakar derajat III3

Gambar 9. Luka bakar derajat III


Diunduh dari :
http://www.nytimes.com/imagepages/2007/08/01/health/adam/182
9Burnblistercloseup.html
DAFTAR PUSTAKA

1. Burkitt HG, Quick CRG, Reed JB. Burns. In: Essential surgery: Problems,
Diagnosis, and Management. Ed 4th. New York: Churcill Livingstone.
Chapter17.
2. Sudjatmiko G. Anatomi Kulit, Skin Graft, dan Luka bakar. In: Petunjuk Praktis
Ilmu Bedah Plastik Rekonstruksi. Jakarta: Yayasan Khasanah Kebajikan.
2007.p2-3, 27-29, 79-87.
3. Brunicardi FC. Burns. In: Schwartz's Principles of Surgery. Ed 9th. USA: The
McGraw-Hill Companies, Inc. 2010. Chapter 8.
4. Thorne CH. Thermal, Chemical, and Electrical Injuries. In: Grabb & Smiths
Plastic Surgery. Ed 6th. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2007.
p132-149.
5. Sjamsuhidajat, de Jong. Luka bakar dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed 3.
Jakarta: penerbit Buku Kedokteran EGC.2007. Hlm: 103-110.
6. Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Jakarta : Penerbit
buku kedokteran EGC.
7. Kanitakis, J. Anatomy, histology and immunohistochemistry of normal human
skin. Volume 12. European Journal of Dermatology, 2002. p. 390-401
8. Sidik S. Luka Bakar. Dalam : Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa
Aksara Publisher; 2008 : Hal 404-12.
9. Ellis H, Calne S.R, Watson C. Lecture Note General Surgery. Ed 11th. USA :
Blackwell Publishing ; 2006 : 41-46
10. Kryger & Sisco M. Practical Plastic Surgery. USA : Vademecum Landes
Bioscience : 2007 : 154-156
11. Klingensmith, ME, Chen EL, Glasgow SC, Goers TA and Meby SJ. The
Washingtone Manual of Surgery. Ed 5th. USA. Lippincott William &
Wilkins.2008.
12. Moenadjat, Yefta. 2001. Luka Bakar pengetahuan klinis praktis. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
13. Aston SJ, Beasley RW, Thorne CHM. Grabb & Smiths Plastic Surgery.
Lippincott Raven. Philadelphia-New York. 1997. Ch: 19; p: 145.
14. Kartohadmojo S. Luka Bakar. Surabaya: Airlangga University Press. 2008.
Hal: 3 14
15. Seolarto, dkk. Luka Bakar dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta:
Binarupa Aksara. 1995. Hal: 435-439 15
16.

Anda mungkin juga menyukai