Anda di halaman 1dari 4

Banyak orang yang lebih memilih untuk langsung menjalani pengobatan alternatif tanpa

berkonsultasi dulu dengan dokter. Pasalnya selain harganya lebih terjangkau dan aksesnya
juga lebih mudah, pengobatan alternatif difavoritkan ketimbang obat-obatan kimia karena
menggunakan bahan-bahan alami sehingga dinilai minim risiko komplikasi dan efek
samping. Tapi apakah memprioritaskan berobat ke klinik pengobatan tradisional merupakan
tindakan yang bijak sebagai langkah utama menyembuhkan penyakit?

Apa itu pengobatan alternatif?


Pengobatan alternatif merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang menggunakan cara, alat,
atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan medis yang biasanya dilakukan
oleh dokter atau tenaga profesional kesehatan lainnya (seperti perawat dan terapis fisik).
Beberapa orang juga menyebutnya sebagai pengobatan “integratif,” atau “pelengkap”.

Contoh dari pengobatan alternatif adalah akupunktur, bekam, pengobatan aura, obat-obatan
herbal dan jamu, reiki, ceragem (pijat batu giok), pijat refleksi, hipnosis, hingga gurah.

Pengobatan alternatif sebaiknya jangan diutamakan


sebagai terapi mengobati penyakit
Istilah pengobatan komplementer atau alternatif seringkali disalahpahami oleh banyak orang.
Sesuai dengan namanya, kata “alternatif” itu sendiri berarti “pilihan lain”. Pengobatan
komplementer fungsinya bukan untuk menggantikan, tapi hanya digunakan sebagai
tambahan/pelengkap di samping pengobatan medis konvensional. Artinya, terapi
penyembuhan penyakit yang ideal seharusnya tetap mengutamakan pengobatan medis dokter.

Pasalnya, pengobatan tradisional tidak menjanjikan kesembuhan untuk penyakit apapun.


Pengobatan alternatif yang ada di masyarakat saat ini sebagian besar tidak memiliki bukti
ilmiah yang kuat karena kebanyakan hanya berdasarkan sugesti dan pengalaman dari pasien
saja. Sebuah terapi atau obat baru bisa dibilang efektif dan aman digunakan oleh publik
ketika sudah diuji berulang kali dan melewati beragam proses pembuktian ilmiah untuk
menunjukkan keamanan, efektivitas, serta mutunya.

Kurangnya bukti medis ini dapat diartikan bahwa penggunaan pengobatan alternatif tidak
direkomendasikan. Terlebih, masing-masing metode pengobatan tradisional dapat
menimbulkan reaksi yang berbeda antar satu orang dan lainnya. Meski punya keluhan sama,
belum tentu pengobatan yang ternyata cocok untuk Anda akan memberikan khasiat yang
sama pada anak atau tetangga Anda. Selain itu, banyak pakar kesehatan profesional yang
percaya bahwa potensi efek samping dari pengobatan tradisional lebih besar dari manfaatnya.

Pengobatan alternatif tetap rentan risiko komplikasi dan


efek samping
Pengobatan alternatif biasanya baru menampakkan manfaatnya jika dilakukan rutin dalam
jangka panjang. Yang perlu diperhatikan, beberapa bahan atau metode yang dilibatkan dalam
pengobatan ini mungkin dapat membawa risiko komplikasi dan/atau efek samping tertentu
jika dilakukan terlalu lama atau sembarangan tanpa pengawasan dokter.
Misalnya saja, meski pada umumnya pijat refleksi itu aman, teknik ini dapat menimbulkan
kontraksi dini pada ibu yang usia kehamilannya kurang dari 38 minggu. Kontraksi dini
menempatkan ibu hamil pada risiko kelahiran prematur dan keguguran. Lain lagi ceritanya
dengan metode akupunktur. Jika dilakukan sembarangan oleh terapis yang tidak bersertifikat,
jarum berisiko didorong terlalu dalam sehingga bisa menusuk organ internal, khususnya paru-
paru. Ini adalah komplikasi yang sangat jarang terjadi di tangan dokter yang berpengalaman.
Contoh lainnya adalah jamu dan obat-obatan herbal. Temulawak, misalnya, diklaim ampuh
sebagai obat sembelit, namun tak banyak yang tahu bahwa temulawak memiliki sifat
pengencer darah yang bisa menyebabkan perdarahan ginjal akut pada penderita penyakit hati.
Jika Anda kebetulan minum teh herbal daun belalai gajah saat sedang menjalani kemoterapi,
efek kemoterapi tambahan dari daun belalai gajah dicurigai dapat meningkatkan toksisitas
pada organ tubuh.

Bahkan tak menutup kemungkinan pula jika pengobatan tradisional yang Anda jalani dapat
menghambat efektivitas obat kimia yang diresepkan dokter. Akibatnya, proses pemulihan pun
akan berjalan lebih lama atau mungkin malah memburuk.

Penelitian yang dilakukan oleh tim periset di Yale University menemukan bahwa risiko
pasien kanker untuk meninggal justru lebih tinggi ketika mengutamakan pengobatan
komplementer untuk mengobati kankernya. Dari 560 partisipan yang memiliki kanker
payudara, prostat, paru-paru dan kanker usus besar yang mencoba pengobatan
alternatif daripada dirawat oleh dokter, 281 orang meninggal karena komplikasi kanker yang
tidak tertangani secara menyeluruh.

Berhati-hatilah memilih pengobatan alternatif


Penjelasan di atas tidak berarti bahwa pengobatan alternatif itu buruk. Sah-sah saja untuk
menjalani pengobatan alternatif. Namun sekali lagi ditekankan, jangan memprioritaskan
pengobatan tradisional untuk menyembuhkan penyakit. Pengobatan alternatif hanya
dilakukan untuk menjaga kesehatan secara umum, mengurangi gejala, pemulihan penyakit,
atau menurunkan risiko dari penyakit — bukan jalan utama untuk menyembuhkan. Untuk
menyembuhkan penyakit tetap dibutuhkan obat resep dan terapi dari dokter.

Jadi, alangkah lebih baik jika Anda memprioritaskan rencana pengobatan Anda dengan
perawatan medis yang didapat dari dokter dan tenaga profesional kesehatan lainnya. Namun
bila memang Anda ingin mencoba pengobatan alternatif, bicarakan terlebih dahulu dengan
dokter yang memahami kondisi Anda. Dokter akan memberikan rekomendasi terbaik supaya
Anda cepat pulih, bukannya malah memperburuk kondisi Anda.

Terakhir, pastikan bahwa tempat praktek, ahli pengobatan alternatif, dan/atau produk yang
Anda pilih memiliki izin legal dari Kementerian Kesehatan untuk menjamin keamanannya.

Baca Juga:

 Menguak Manfaat Hebat Menyusui: Turunkan Risiko Tekanan Darah Tinggi


 Pedoman Memilih Suplemen dan Obat Herbal yang Aman Dikonsumsi
 Manfaat Brotowali, Si Jamu Pahit yang Punya Banyak Khasiat Kesehatan
 Hati-hati, 8 Suplemen Herbal Ini Tak Boleh Dikonsumsi Sebelum Masuk Ruang
Operasi

Bagikan artikel ini:

 Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)


 Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Line new(Membuka di jendela yang baru)

Direview tanggal: November 8, 2017 | Terakhir Diedit: November 6, 2017

Anda mungkin juga menyukai