Anda di halaman 1dari 3

Kesalahan Swamedikasi yang Sering Terjadi di Masyarakat

Published : Saturday, March 31, 2012 Author : Aji Wibowo S.Farm.,Apt.,MPH

tidak semua orang mampu menerapkan praktik pengobatan diri sendiri (swamedikasi) secara
benar, beberapa contoh kesalahan yang lazim dilakukan masyarakat dalam mengobati dirinya
sendiri :
Mengobati flu, batuk, pilek dengan antibiotika biasanya antibiotik amoxicillin 500 mg.
Perlu diketahui bahwa flu, pilek dan biasanya disertai batuk disebabkan oleh virus bukan oleh
bakteri, sedangkan amoxicillin 500 mg adalah obat yang ditujukan sebagai anti bakteri sehingga
tidak ada relevansinya antibiotik untuk mengobati virus flu. Perlu dicermati penggunaan obat
yang tidak tepat tidak ada manfaatnya bagi tubuh bahkan dapat merugikan karena efeksamping
dari Amoxicillin yang muncul.

Penggunaan vitamin melebihi dosis


hasil riset The National Cancer Institute di Amerika Serikat menunjukkan bahwa orang yang
setiap hari mengonsumsi lebih dari 1 macam multivitamin lebih besar risikonya menderita
kanker prostat. Meskipun kebenaran hasil penelitian tersebut masih diperdebatkan kalangan
ilmuwan. Karena sebenarnya tubuh hanya memerlukan vitamin dalam dosis sangat kecil tiap
harinya daripada dosis vitamin yang beredar dipasaran seperti vitamin C 1000 mg padahal secara
umum orang dewasa dengan BMI normal hanya membutuhkan sekitar 75 – 90 mg vitamin C per
hari dan akan terpenuhi jika kita mengkonsumsi buah atau sayuran setiap hari.

Menyisakan obat untuk "sakit yang akan datang"


Banyak pasien yang tidak menghabiskan obat yang diresepkan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Misalnya, obat yang seharusnya dihabiskan dalam waktu 5 hari, namun hanya
diminum sampai hari ke dua (karena merasa badan sudah membaik), lalu sisanya disimpan dan
dipakai kalau penyakitnya kembali kambuh. Kesalahan ini akan berakibat fatal pada peresepan
obat yang tergolong antibiotik karena aturan dasar antibiotik adalah diminum sesuai jadwal
jangan sampai overdose (dosis berlebih) atau underdose (dosis kurang) dan diminum sampai
habis walaupun sudah merasa penyakit membaik. Kesalahan ini dapat berakibat pada lama waktu
sembuh pasien dapat lebih panjang dan lebih jauh dapat menyebabkan resistensi bakteri.

Menggunakan obat orang lain


Kesalahan ini juga sering didengar saya di kampung “coba pakai obat punya saya, sakitnya sama
seperti itu. baru minum 2 tablet sudah sembuh” kesalahpahaman ini susah untuk dirubah karena
sudah menjadi semacam paradigma di masyarakat awam bahwa orang lain dapat menjadi
panutan tentang kesehatan walaupun orang lain tersebut bukan berasal dari kelilmuan kesehatan.
meskipun penyakit yang kita derita sama dengan orang lain, tetapi belum tentu obat dan
dosisnya Karena tingkat keparahan penyakit setiap orang berbeda-beda serta tidak ada data pasti
jika penyakit yang diderita memang sama karena masyarakat awam hanya melihat secara fisik
yang terlihat saja padahal kita tidak tahu kemungkinan ada komplikasi dengan penyakit lain.

Membeli obat keras tanpa resep dokter


Jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, akses mendapatkan obat di
Indonesia masih terlalu mudah. Bahkan obat yang seharusnya hanya dapat dibeli dengan resep
dokter, dapat dengan mudah didapatkan di apotek bahkan di toko obat. Ada beberapa kriteria
yang memperbolehkan Apoteker menyerahkan obat keras tanpa resep dokter. Tetapi banyak juga
jenis obat yang hanya boleh diberikan harus dengan resep dokter seperti obat golongan narkotik
dan psikotropik.

Mengobati sendiri penyakit berat


Sampai saat, ini masih ada sebagian masyarakat yang lebih percaya pengobatan tradisional
ketimbang pergi ke dokter, khususnya dalam mengobati penyakit berbahaya seperti misalnya,
kanker, diabetes, jantung. Ada berbagai pengobatan alternatif di Indonesia mulai dari herbal,
jamu sampai pengobatan secara ghaib (di luar nalar manusia), untuk penyakit yang tergolong
berat sebaiknya langsung konsultasikan dengan dokter untuk mendiagnosa tingkat keparahan dan
konsultasikan kepada Apoteker terkait pengobatan yang diresepkan dokter untuk
memaksimalkan terapi.

Penggunaan Obat Herbal/Jamu berlebihan


Banyak sekali yang memberitakan bahwa jamu atau obat herbal dengan embel-embel back to
nature “tidak ada efek sampingnya” menurut saya hal tersebut adalah pembodohan masyarakat
yang sekarang seperti dibiarkan saja, apakah semua yang berhubungan dengan back to nature
adalah suatu kebaikan untuk tubuh kita? Apakah jamu atau obat herbal tidak ada efek samping
sama sekali ? bahkan ada beberapa acara talk show di TV nasional yang menyatakan dengan
sangat jelas obat tradisional/jamu/herbal tidak ada efek samping. Hal tersebut sangat tidak benar
semua tanaman herbal dapat menimbulkan efek samping yang membahayakan jika dikosumsi
dalam dosis yang berlebihan seperti halnya obat kimia jika diminum dengan aturan tepat dosis
dan tepat indikasi penyakit maka efek samping yang timbul dapat dihindari. Jadi obat
tradisional/jamu maupun herbal maupun obat kimia terdapat efek samping jika diminum secara
berlebihan.

Setelah anda mengetahui kesalahan-kesalahan tersebut maka sebaiknya anda menemui seorang
ahli dalam bidang kesehatan seperti kepada Dokter dalam mendiagnosa penyakit dan Apoteker
untuk berkonsultasi terkait pengobatan penyakit, jika dirasa penyakit yang dialami terasa lebih
“berat” semoga Artikel ini bermanfaat.

Aji Wibowo,S.Farm.,Apt

Kesalahan Swamedikasi yang Sering Terjadi di Masyarakat


http://farmatika.blogspot.com/2012/03/kesalahan-swamedikasi-yang-
sering.html#ixzz2vC4wO4I1

Anda mungkin juga menyukai