Anda di halaman 1dari 11

Nama : Alan Dwi Saputra

NIM : PO713203181005
Program Studi D3 Analis Kesehatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

Mekanisme Pencernaan Dan Absorpsi Makanan Dan Air Pada Usus

Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan (alimenter) yaitu tuba muscular
panjang yang merentang dari mulut sampai anus. Fungsi utama system ini adalah untuk
menyediakan makanan, air dan elektrolit bagi tubuh dari nutrient tang dicerna sehingga siap
diabsorbsi. Pencernaan berlangsung secara mekanik dan kimia serta meliputi proses ingesti
, pemotongan dan penggilingan makanan, peristalsis, digesti, absorbsi, egesti (defekasi).
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut
zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula
dan lemak.
Usus halus (intestinum tenue) adalah saluran pencernaan lanjutan lambung yang terdiri
dari, duodenum, jejenum, Ileum. Duodenum (usus halus/dua belas jari) yaitu tempat
bermuaranya pankreas dan kantung empedu hati, dan pencernaan makanan dengan enzim-
enzim kelenjar pencernaan. Jejenum (usus kosong), yaitu tempat pencernaan makanan
dengan enzimenzim usus halus. Ileum (usus penyerapan), yaitu tempat diserapnya sari-sari
makanan hasil pencernaan yang sudah paling sederhana.
Fungsi utama usus halus adalah untuk pencernaan dan penyerapan makanan yang
masuk. Makanan yang berasal dari lambung memasuki usus halus, nutrisi yang diserap dan
materi tercerna dikirim ke usus besar.

1. Pencernaan Mekanik Pada Usus Halus


a. Motilitas
Segmentasi, merupakan mode motilitas utama usus halus sewaktu pencernaan
makanan, yang meliputi proses mencampur dan mendorong kimus secara perlahan.
Segementasi terdiri dari kontraksi otot polos sirkular yang berulang dan berbentuk
cincin disepanjang usus halus. Cincin kontraktil ini tidak menyapu di sepanjang usus
seperti halnya gelombang peristaltik. Setelah suatu periode singkat segmen-segmen
yang berkontrasi melemas dan kontraksi berbentuk cincin ini muncul di bagian-bagian
yang sebelumnya melemas.
Kontraksi baru mendorong kimus di bagian yang semula rileks untuk bergerak ke
kedua arah ke bagian-bagian yang kini melemas disampingnya. Karena itu, segmen
yang baru melemas menerima kimus dari kedua segmen yang berkontraksi tepat di
belakang dan depannya. Segera setelah itu bagian yang berkontraksi meleas kembali
berganti. Dengan cara ini kimus dipotong, digiling dan dicampur secara merata. Fungsi
dari proses segmentasi ini adalah untuk mencampur kimus dengan getah pencernaan
yang disekresikan ke dalam lumen usus halus dan memanjankan semua kimus ke
permukaan absorptif mukosa usus halus.

Gambar 1. Segmentasi.

b. Migrating Motility Complex


Ketika sebagian besar makanan telah diserap, kontraksi segmentasi berhenti dan
diganti di antara waktu makan oleh migrating mitility complex. Motilitas disini berbentuk
gelombang peristaltik leemah berulang yang bergerak dalam jarak pendek ke hilir
sebelum lenyap. Gelombang peristaltik ini memerlukan waktu sekitar 100 sampai 150
menit untuk akhirnya bermigrasi dari lambung ke ujung usus halus, dengan setiap
kontraksi menyapu maju sisa-sisa makanan sebelumnya. Mekanisme ini diperkirakan
diatur oleh hormon motilin yang di keluarkan sel-sel endokrin usus halus saat keadaan
tidak makan.

2. Pencernaan Kimiawi Pada Usus Halus


Dalam usus halus berlangsung pencernaan secara kimia, dan terjadi penyerapan zat
makanan terutama pada jejunum dan ileum. Karbohidrat diserap dalam bentuk glukosa,
protein dalam bentuk asam amino, lemak dalam bentuk asam lemak dan gliresol.
Pencernaan kimiawi pada usus halus merupakan enzim-enzim campuran dari getah
pancreas, getah empedu dan getah usus.
Sebagian besar pencernaan kimia terjadi di usus halus (duodenum). Bahkan,
duodenum hanya bertanggung jawab untuk pencernaan penyerapan makanan. Pankreas
mengeluarkan enzim pencernaan, yang memasuki usus halus melalui saluran pankreas.
Selain itu, pankreas juga melepaskan bikarbonat ke dalam usus halus di bawah
pengaruh hormon secretin, untuk menetralkan asam berpotensi. Nutrisi yang menjalani
pencernaan pertama kali di usus halus adalah karbohidrat, protein dan lipid.
Dalam usus halus karbohidrat akan dipecah menjadi gula sederhana (monosakarida
- glukosa). Misalnya, karbohidrat yang terdegradasi dari oligosakarida menjadi
monosakarida oleh amilase pankreas, setelah itu dua enzim lain: dextrinase dan
glukoamilase akan lebih menghancurkannya.
Kandungan empedu juga mengeluarkan empedu ke dalam duodenum, yang
bertanggung jawab untuk pemecahan lemak makanan, bersama dengan lipase pankreas.
Empedu menyelubungi molekul lemak dan bentuk gumpalan yang dikenal sebagai misel,
yang sekarang dapat diserap oleh sel-sel yang melapisi usus halus.
Protein dan peptida, di sisi lain, dipecah menjadi asam amino. Degradasi protein
dimulai di perut dan terus berlangsung di usus halus Enzim proteolitik disekresikan oleh
pankreas memecah peptida menjadi peptida yang lebih halus Selain itu, sikat enzim
perbatasan pankreas disebut carboxypeptidase membagi satu asam amino pada suatu
waktu. Lipase pankreas menurunkan trigliserida menjadi monogliserida dan asam lemak
bebas.
Setelah makanan telah dicerna, pihaknya siap untuk masuk ke dalam pembuluh
darah yang terletak di dinding usus, dengan proses yang dikenal sebagai difusi. Difusi
aktif, difusi pasif dan difuusi terfasilitasi nutrisi (termasuk vitamin dan mineral) terjadi di
usus halus Selain itu, lapisan mukosa pada dinding usus menampilkan plicae circulares
dan ruge menyerap nutrisi semaksimal mungkin dari makanan yang melewati usus halus.
Nutrisi yang diserap kemudian diangkut ke berbagai organ tubuh, melalui pembuluh
darah, dimana, mereka digunakan untuk membangun protein dan zat lain yang
dibutuhkan oleh tubuh. Proses ini dikenal sebagai asimilasi. Sebagian besar nutrisi yang
diserap oleh jejunum dari usus halus dan nutrisi tidak diserap oleh jejunum diserap oleh
ilium. Makanan tercerna yang tersisa akan diteruskan ke bagian berikutnya dari system
pencernaan yaitu ke usus besar.
Setiap hari sel-sel kelenjar eksokrin di mukosa usus halus mensekresikan ke dalam
lumen sekitar 1,5 liter larutan cair garam dan mukus yang disebut sukus enterikus (jus
usus). Sekeresi meningkat setelah makan sebagai repons terhadap stimulasi lokal
mukosa usus halus oleh adanya kimus.
Mukus di dalam sekresi berfungsi untuk melindungi dan melumasi. Selain itu, sekresi
cair menyerdiakan banyak H2O untuk berperan dalam pencernan makanan oleh enzim.
Tidak ada enzim pencernaan yang disekresikan ke dalam getah usus ini. Usus halus
memang mensintesis enzim pencernaan, tetapi enzim-enzim ini berfungsi di dalam
membran brush-border sel epitel yang melapisi bagian dalam lumen dan tidak
disekresikan langsung ke dalam lumen.
Pencernaan di lumen usus halus dilakukan oleh enzim-enzim pankreas, dengan
pencernaan lemak ditingkatkan oleh sekresi empedu. Akibat aktivitas enzim-enzim
pankreas, lemak di reduksi secara sempurna menjadi unit-unit monogliserida dan asam
lemak bebas yang dapat diserap. Protein diuraikan menjadi fragmen-fragmen peptida
kecil dan beberapa asam amino. Karbohidrat diubah menjadi disakarida dan beberapa
monosakarida. Karena itu, pencernaan lemak telah seleasi di dalam lumen usus halus,
tetapi pencernaan karbohidrat dan protein belum tuntas.
Nantinya, pencernaan karbohidrat dan protein akan dituntaskan di brush border yang
mengandung tiga kategori enzim yang melekat ke membran. Yaitu: enterokinase
(mengaktifkan enzim pankreas tripsinogen), disakaridase meliputi maltase-sukrase-
laktase (menuntaskan pencernaan karbohidrat), dan aminopeptidase (menghidrolisis
fragmen-fragmen peptida kecil menjadi komponen asam aminonya).

3. Absorpsi Makanan Pada Usus Halus


Semua produk pencernaan karbohidrat, lemak dan protein, serta seagain besar
elektrolit, vitamin, dan air, normalnya diserap oleh usus halus tanpa pandang bulu. Hanya
penyerapan kalsium dan besi yang biasnya disesuaikan dengan kebutuhan tubuh.
Karena itu semakin banyak makanan yang dikonsumsi, semakin banyak ayang akan
dicerna dan diserap. Penyerapan sebagaian besar berlangsung di duodenum dan
jejunum. 50% bagian dari usus halus dapat diangkat tanpa menyebabkan gangguan
penyerapan, namun jika ileum terminal diangkat, maka akan terjadi gangguan
penyerapan vitamin B12 dan garam empedu.
Fungsi utama usus halus adalah sebagai bagian yang paling luas dari organ
pencernaan. Usus besar yang paling bertanggung jawab untuk penyerapan air dan
ekskresi limbah padat, dengan demikian, bekerja lebih ke arah berurusan dengan massal
dan penghapusan dari tubuh. Makanan tertelan melalui mulut dalam perut diperkenankan
masuk duodenum, oleh otot yang disebut sfingter pilorus.
Makanan yang tertelan kemudian didorong melalui usus halus dengan bantuat otot-
seperti gelombang yang disebut peristaltik.
Proses absorpsi sebagian besar di usus halus. Untuk mendukung proses ini adalah di
usus halus banyak terdapat lipatan-lipatan (valvula koniventes) dan berjuta-juta villi
intestinalis.
Penyerapan makanan umumnya terjadi dalam usus halus jejunum dan ileum. Di
sana terdapat banyak lipatan atau disebut jonjot-jonjot usus (vili). Vili memiliki fungsi
memperluas permukaan penyerapan, sehingga makanan dapat terserap dengan lebih
efisien.
Selama proses penyerapan, molekul makanan akan memasuki aliran darah melalui
dinding usus. Pembuluh darah mikroskopik atau kapiler dalam vili akan menyerap hasil
pencernaan yang berupa protein dan karbohidrat, sedangkan pembuluh getah bening
dalam vili akan menyerap lemak.
Dari situ, aliran darah akan membawa makanan yang sudah dicerna menuju ke hati.
Sel-sel hati kemudian akan menyaring zat-zat berbahaya dalam darah. Hati juga akan
menyimpan vitamin larut dalam lemak serta nutrisi yang berlebihan, seperti glukosa untuk
disimpan sebagai cadangan. Cadangan nutrisi ini akan dilepaskan ketika tubuh
memerlukan energi ekstra misalnya ketika seseorang lari maraton.
Penyerapan selesai di bagian akhir dari usus kecil, ileum. Zat yang belum dicerna
atau diserap kemudian masuk ke dalam usus besar.

4. Mekanisme Kerja Usus Besar


Usus besar yang memiliki panjang 1 meter dan terdiri dari beberapa bagian memiliki
fungsi untuk menyerap air, dan vitamin yang masih ada dalam sisa makanan yang akan
dibentuk menjadi feses, mengatur kadar keasaman dan menghasilkan antibodi. Dinding
kolon akan menyerap air dan garam mineral dari sisa makanan dan menyimpannya
selama beberapa saat atau paling lama tiga hari. Sisa makanan kemudian akan
dibusukkan oleh bakteri dalam usus besar Escherichia coli. Bakteri ini adalah salah satu
dari bakteri yang menguntungkan bagi manusia dan disebut dengan normal flora.
Setelah makanan masuk melalui mulut, makanan akan didorong masuk ke
dalam lambung. Selanjutnya dengan gerakan peristaltik makanan kemudian didorong ke
usus halus. Dalam usus halus makanan akan dicerna dan nutrisinya akan diserap. Sisa
makanan selanjutnya akan didorong ke usus besar dan dikeluarkan dari dalam tubuh.
Berikut mekanisme kerja usus yang di bagi beberapa bagian – bagian:
a. Kolon Ascending
Kolon ascending terletak di bagian kanan perut & merentang mulai dari bagian
sekum hingga ke bawah hati sebelah kanan & berakhir pada fleksura hepatik dimana
kolon berbalik ke arah kiri & terhubung pada kolon transverse. Pada bagian ini air
diserap kembali dari feses & otot pada kolon ascen&t akan mendorong feses menuju
kolon transverse.
b. Kolon Transverse
Kolon transverse merupakan bagian kolon yang merentang secara lateral pada
bagian perut tepat dibawah pusar. Bagian kolon transfersum dimulai dari bagian yang
terhubung dengan kolon ascendent & berakhir pada bagian yang terhubung dengan
kolon descending. Pada kolon transfersum ini feses sudah mulai terbentuk & didorong
menuju kolon descending.
c. Kolon Descending
Kolon descending terletak di sebelah kiri perut. Feses bergerak turun dari kolon
transverse menuju kolon descending. Feses sudah dalam bentuk yang lebih padat &
pada bagian ini feses akan disimpan sementara. Bagian kolon descending berakhir
pada bagian yang terhubung dengan kolon sigmoid.
d. Kolon Sigmoid
Kolon sigmoid adalah bagian akhir dari kolon & terletak dibagian kiri perut bagian
bawah & berbentuk huruf S dengan panjang sekita 40 cm. Kolon ini terhubung
langsung dengan rektum & anus. Pada bagian ini, feses dapat disimpan sementara
sebelum diteruskan ke rektum. Di dalam area rectum, feses disimpan selama saat
sebelum dikeluarkan melalui anus.

Cara kerja usus besar dipengaruhi oleh pergerakan usus besar yang dibagi menjadi :
a. Gerakan mencampur ( haustra churning )
Sisa – sisa makanan dapat melalui usus besar dikarenakan gerakan dari
haustrum atau yang dikenal sebagai “haustral churning”. Seperti usus halus yang
memilki segmen, usus besar juga memiliki haustra yang merupakan kantung –
kantung kecil pembentuk segmen usus besar. Ketika sebuah kantung haustra terisi
sisa makanan, dinding otot usus besar akan berkontraksi dan mendorong sisa
makanan masuk ke kantung haustra selanjutnya. Kontraksi haustra biasanya terjadi
selama 30 detik dan akan menghilang pada 60 detik kemudian. Kontraksi bisa
berlangsung lambat menuju anus. Kerja usus halus yang lambat memungkinkan
bakteri untuk melakukan proses pembentukan feses.
Gerakan kontraktil haustra dikendalikan oleh reflex kontraktil yang merupakan
bagian dari sistem saraf otonom. Kerja sistem saraf otonom tidak disadari oleh tubuh.
b. Gerakan massa ( Mass Movement )
Makanan yang masuk ke dalam lambung akan berpengaruh terhadap pergerakan
usus besar dan menyebabkan pergerakanan massa ( Mass Movement ). Makana
yang dikonsumsi tiga atau empat kali sehari dan mengisi lambung, akan mendorong
sisa makanan atau feses bergerak maju sepertiga atau tiga perempat menuju rektum.
Gerakan ini dirangsang oleh sistem saraf yang disebut dengan reflek gastrokolik.
Reflek inilah yang menyebabkan orang buang air besar. Biasanya reflek ini paling
sering terjadi pada pagi hari dan hal ini pula yang menjelaskan mengapa terkadang
orang justru merasa ingin buang air besar setelah makan. Reflek gastrokolik juga
memicu perpindahan massa atau isi dari organ pencernaan yang satu ke organ
pencernaan yang lain, misalnya dari lambung ke usus halus dan dari usus halus ke
usus besar.
c. Defekasi
Reflek gastrokolik yang memicu gerakan massa selanjutnya akan merangsang
bagian rektum usus besar untuk meregang dan mengawali proses defekasi. Defekasi
adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan proses pengeluaran sisa makanan
atau feses dari dalam tubuh. Gerakan massa akan mendorong sisa makanan dalam
kolon menuju rektum dan memicu reflek defekasi.

5. Absorpsi Pada Usus Besar


Sebagian besar yang masuk ke dalam usus besar adalah sisa-sisa makanan yang
tidak dapat dicerna atau diserap dan air. Usus besar terdiri dari enam bagian, dimulai dari
sekum, kolon asenden, kolon transversum, kolon desenden, kolon sigmoid, dan diakhiri
dengan rektum.
Usus besar adalah salah satu dari bagian sistem pencernaan dalam tubuh manusia.
Usus besar merupakan kelanjutan proses pencernaan dari fungsi usus halus. Tugas
utama usus besar adalah menyerap air dan mineral dari sisa makanan tersebut sehingga
membuatnya menjadi lebih padat dan membentuk tinja. Gerak peristaltik kemudian akan
mendorong tinja menuju rektum hingga dikeluarkan melalui anus. Berikut ini merupakan
bagian usus besar, yaitu:
a. Sekum
Sekum merupakan bagian usus besar yang menghubungkan bagian usus besar
dengan kolon usus besar. Sekum berbentuk seperti kantung dengan ukuran yang
sangat kecil. Dalam keseharian, orang-orang sering menyebut sekum dengan istilah
usus buntu. Di dalam usus besar, sekum berperan dalam proses penyerapan air dan
garam yang tersisa dalam proses pencernaan di dalam usus. Sekum terhubung
dengan bagian usus kecil dan dihubungkan oleh sebuah katup. Katup tersebut
berperan untuk mengontrol jumlah makanan yang masuk ke usus besar.Saat bahan
makanan masuk ke dalam sekum, sekum akan mengembang dan melakukan
perpindahan bahan makanan ke usus besar.
b. Kolon Asenden
Kolon merupakan bagian terbesar pada usus besar. Kolon asenden adalah
bagian usus besar yang berada di bagian dasar perut bagian bawah dan berakhir di
samping hati. Di dalam kolon asenden terjadi proses penyerapan air dan juga nutrisi
yang belum sepenuhnya terserap di bagian usus halus.
c. Kolon Transversum
Kolon transversum merupakan bagian kolon yang berhubungan langsung dengan
kolon asenden. Kolon transversum tepatnya terletak di bagian kanan perut menuju
bagian kiri perut. Kolon transversum merupakan bagian kolon yang melekat pada
bagian perut. Pelekatan transversum di bagian perut dilakukan oleh jaringan
omentum.
d. Kolon Desenden
Kolon desenden merupakan lanjutan dari kolon transversum. Bagian kolon
desenden berada di bagian perut sebelah kiri. Kolon desenden menampung
sementara feses sebelum menuju ke bagian rektum. Kolon desenden ini selanjutnya
bergerak menuju kolon sigmoid.
e. Kolon Sigmoid
Kolon sigmoid berhubungan dengan kolon desenden. Kolon sigmoid memiliki
bentuk menyerupai huruf S dan memiliki bentuk yang pedek. Kolon sigmoid memiliki
kontraksi otot yang kuat yang dapat menekan feses hingga bisa dikeluarkan oleh
sistem ekskresi yaitu anus.
f. Rektum
Rektum merupakan bagian terakhir dari usus besar, di bagian inilah feses akan
tersimpan sebelum dikeluarkan oleh tubuh melalui anus. Bagian rektum dilapisi oleh
lapisan mukosa dan juga pembuluh darah. Di bagian rektum inilah seseorang melalui
otaknya dapat mengontrol kontraksi otot agar feses harus segera dikeluarkan atau
tetap berada di dalam sekum.

Keenam bagian usus besar yang telah disebutkan di atas memiliki berbagai fungsi
dalam sistem pencernaan manusia. Secara garis besar, berikut ini beberapa fungsi usus
besar bagi manusia:
1) Usus besar berfungsi untuk melakukan penyerapan air. Dalam waktu 24 jam setelah
mengkonsumsi makanan, makanan yang tidak tercerna akan memasuki bagian usus
besar. Di bagian usus besar inilah akan terjadi proses penyerapan air dan juga
penyiapan limbah yang berupa feses untuk dikeluarkan melalui anus.
2) Usus besar dapat melakukan penerapan berbagai jenis vitamin. Di dalam usus besar
terdapat beberapa jenis bakteri baik yang berperan membantu proses pencernaan.
Bakteri-bakteri tersebut membantu memecah makanan yang tidak tercerna di dalam
usus halus. Selain itu, bakteri-bakteri itu juga akan memproduksi vitamin K untuk
kemudian diserap kembali ke dalam tubuh. Buang angin merupakan salah satu efek
yang ditimbulkan oleh bakteri baik di dalam usus besar ketika terjadi proses
pemecahan gula oleh bakteri.
3) Usus besar berfungsi untuk mengurangi keasaman dan juga mencegah terjadinya
infeksi. Di dalam usus besar terdapat berbagai jenis bakteri yang dapat membuat
makanan menjadi asam. Untuk mengurangi keasaman dan juga untuk
menyeimbangkan pH di dalam usus besar, usus besar memproduksi alkali yang
mampu membuat usus besar tidak lagi besifat asam. Di dalam usus besar juga
terdapat lapisan mukosa yang mampu mencegah terserapnya berbagai jenis bakteri
jahat.
4) Usus buntu juga berperan dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Usus buntu
merupakan salah satu bagian dari usus besar. Bagian usus buntu pada awalnya
dianggap tidak memiliki manfaat. Ternyata bagian tersebut justru bermanfaat untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh manusia. Bagian usus buntu memproduksi
sejenis zat yang dapat meningkatkan sistem imunitas.

6. Proses Defekasi
Proses defekasi atau pengeluaran feses juga difasilitasi oleh otot pada perut yang
termasuk dalam tiga jenis otot yang memiliki berbagai banyak fungsi dan diafragma.
Fungsi diafragma pada pernafasan manusia telah banyak diketahui terutama saat
mempelajari sistem pernafasan pada manusia. Kontraksi otot – otot tersebut akan
meningkatkan tekanan pada perut atau abdominal pressure dan selanjutnya kontraksi
otot muskular levator ani yang ada pada dasar panggul akan menggerakkan feses keluar
melalui anus.
Defekasi adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan proses pengeluaran sisa
makanan atau feses dari dalam tubuh. Gerakan massa akan mendorong sisa makanan
dalam kolon menuju rektum dan memicu reflek defekasi. Defekasi juga merupakan
bagian dari sistem eksresi pada manusia. Terdapat dua refleks defekasi yang terjadi
dalam proses defekasi :
a. Refleks defekasi intrinsik
Refleks defekasi intrinsik terjadi di dalam usus besar. Feses yang masuk ke
dalam rektum, akan menggembungkan rektum dan dinding rektum akan
mengirimkan sinyal – sinyal aferen yang akan menyebar melalui pleksus mesentrikus
dan memulai gerakan feses pada kolon descenden, sigmoid dan rektum. Ketika
pergerakan feses hampir mencapai anus, feses tersebut akan didorong keluar jika
otot spingter interna tidak menutup dan spingter eksternal dalam keadaan tenang.
b. Refleks defekasi parasimpatis
Refleks defekasi parasimpatis adalah reflesk defekasi yang yang dipengaruhi
oleh sistem saraf parasimpatis ( baca selengkapnya di Fungsi saraf Simpatik dan
Parasimpatik )Ketika terjadi rangsangan pada rektum, sinyal akan diteruskan ke
spinal cord yang kemudian akan dikembalikan kembali ke kolon descenden, sigmoid
dan rektum. Sinyal ini akan meringkatkan intensitas refleks defekasi intrinsik dan
merangsang otot spingter pada anus untuk melemas. Saat feses akan dikeluarkan
dari tubuh, otot spingter eksterna juga dalam keadaan lemas.

Jika seseorang merasakan refleks gastrokolik dan ingin buang air besar namun ia
menundanya, dinding rektum yang semula meregang akan melemas dan meredakan
rasa ingin buang air besar sampai refleks defekasi yang selanjutnya terjadi.

7. Pemeriksaan Laboratorium Menggunakan Sampel Feces


Feces ( tinja) normal terdiri dari sisa- sisa makanan yang tidak tercerna, air,
bermacam produk hasil pencernaan makanan dan kuman- kuman nonpatogen. Orang
dewasa normal mengeluarkan 100 – 300 gram tinja per hari. Dari jumlah tesebut 60- 70%
merupakan air dan sisanya terdiri dari substansi solid (10-20%) yang terdiri dari makanan
yang tidak tercerna (selulosa), sisa makanan yang tidak terabsorbsi, sel- sel saluran
pencernaan (sel epitel) yang rusak, bakteri dan unsur- unsur lain (+ 30%). Tinja yang
dikeluarkan merupakan hasil pencernaan dari + 10 liter cairan masuk dalam saluran
cerna. Tinja normal menggambarkan bentuk dan ukuran liang kolon.
Tinja merupakan spesimen yang penting untuk diagnosis adanya kelainan pada
system traktus gastrointestinal seperti diare, infeksi parasit, pendarahan gastrointestinal,
ulkus peptikum, karsinoma dan sindroma malabsorbsi. Pemeriksaan dan tes yang dapat
dilakukan pada tinja umumnya meliputi :
a. Pemeriksaan feces lengkap merupakan pemeriksaan feces yang terdiri atas :
1) Pemeriksaan makroskopik (dapat dilihat dengan mata telanjang: konsistensi,
warna, darah, lendir). Adanya darah dan lendir menandakan infeksi yang harus
segera diobati, yaitu infeksi karena amuba atau bakteri shigella.
2) Pemeriksaan mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui mikroskop: leukosit, eritrosit,
epitel, amilum, telur cacing dan amuba). Adanya amuba menandakan adanya
infeksi saluran cerna terhadap amuba tersebut, dan adanya telur cacing
menandakan harus diobatinya pasien dari infeksi parasit tersebut.
3) Pemeriksaan kimia: untuk mengetahui adanya Darah Samar, Urobilin,
Urobilinogen, Bilirubin dalam feses / tinja
b. Pemeriksaan feces kultur merupakan pemeriksaan feces melalui biakan.
DAFTAR PUSTAKA

Buranda, Theopilus Dkk. 2008. Anatomi Umum. Makassar: Bagian Anatomi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Hasanuddin.
Burtis CA. Fecal Collection in Tietz Fundamentals of Clinical Chemistry, Fourth Ed, WB
Sounders Company, 1996; 722-723.
Closky, Bulaceck G. 2000. Nursing intervention classification (NIC). Mosby: Philadelphia.
Dermawan, dkk. 2010. Keperawatan medika bedah sistem pencernaan. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Fischbach FT.Stool Examination, In A of Laboratory and Diagnostic Test, Ed V, Lippincott
Philadelphia, New York, 1998; 254-276
Ganda Subrata. R. Penuntun Laboratorium Klinik, Cetakan ke-9, Dian Rakjat, Jakarta, 1999;
180- 185
Herry J.B. et al. Examination of feces, in Clinical Diagnosis and Management by Laboratory
Methods, Nine Ed, WB Saunder Co, Philadelphia, 1996 ; 537-541
Inayah, Iin. 2004. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan.
Jakarta: Salemba Medika.
Johnson. 2000. Nursing outcome classification (NOC). Mosby: Philadelphia. Inayah, Iin.
2004. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan. Jakarta:
Salemba Medika.
Narang B,S and Reynolds T. Stool Examination, In Medical Laboratory Technology A
Procedure manual for Ruotine Diagnoctic Test, Vol.II, Tata Mc Graw hill Publisching
Co Limited, New Delhi, 1988 ; 880-891
Pemeriksaan tinja. Dalam Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium puskesmas, Pusat Lab.
Kesehatan Bekerja sama dengan Dit. jend. Binkesmas, Jakarta, 1991 ; 63-67
Prianto J, dkk. Atlas Parasitologi Kedokteran, Cetakan ketiga, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 1999.
Price, Sylvia Anderson. 1994. Pathophysiology : clinical concepts of disease processes. Alih
Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC.
Standar Pelayanan Medis FK-UNPAD-RSUP dr. Hasan Sadikin, Bandung, 1996; 38-40
Syaifuddin. 2006. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan . Jakarta : EGC.\
Tucker, Susan Martin et al. 1998. Patient care standards : nursing process, diagnosis, and
outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC.
Widmann FK. Tinjauan Klinis atas Hasil pemeriksaan Laboratorium, Edisi 9, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 1995 ; 571- 584
Yusuf, Irawan. 2005. Fisiologi Sistem Gastro-Intestinal. Makassar: Bagian Ilmu Faal,
Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin.

Anda mungkin juga menyukai