Anda di halaman 1dari 10

Nama : Alan Dwi Saputra

NIM : PO713203181005
Program Studi D3 Analis Kesehatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

Mekanisme Pencernaan Pada Mulut

Pencernaan makanan merupakan proses mengubah makanan dari ukuran besar


menjadi ukuran yang lebih kecil dan halus, serta memecah molekul makanan yang
kompleks menjadi molekul yang sederhana.
Proses pencernaan makanan pada manusia melibatkan alat-alat pencernaan makanan,
salah satunya adalah mulut. Alat pencernaan ini merupakan organ tubuh yang berfungsi
memproses makanan, menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap
oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (penguyahan, penelanan, dan pencampuran).
Mulut merupakan organ pertama yang terlibat dalam proses pencernaan dan
berhubungan langsung dengan lingkungan luar tubuh. Mulut berfungsi sebagai tempat
masuknya makanan dan udara. Di dalam mulut terdapat beberapa komponen penting,
diantaranya adalah gigi, lidah dan kelenjar liur (Kelenjar Saliva).

1. Struktur Mulut
a. Bibir
Bibir menandai transisi dari kulit membran mukosa lembab. Bibir adalah lekukan
jaringan lunak yang mengelilingi bagian yang terbuka dari mulut. Bibir terdiri dari otot
orbikularis oris dan dilapisi oleh kulit pada bagian eksternal dan membran mukosa
pada bagian internal (Seeley et al., 2008 ; Jahan-Parwar et al., 2011).
Secara anatomi, bibir dibagi menjadi dua bagian yaitu bibir bagian atas dan bibir
bagian bawah. Bibir bagian atas terbentang dari dasar dari hidung pada bagian
superior sampai ke lipatan nasolabial pada bagian lateral dan batas bebas dari sisi
vermilion pada bagian inferior. Bibir bagian bawah terbentang dari bagian atas sisi
vermilion sampai ke bagian komisura pada bagian lateral dan ke bagian mandibulae
pada bagian inferior (Jahan- Parwar et al., 2011).
Bibir berfungsi untuk memegang makanan dan meneruskannya ke rongga mulut
untuk dicerna oleh gigi, lidah dan kelenjar ludah.
b. Pipi
Pipi merupakan area di samping mulut yang terdiri dari otot. Otot yang ada pada
bibir sangat berperan saat terjadinya proses mengunyah, otot ini disebut sebagai otot
mastikasi (pengunyah).
c. Gigi
Seseorang memiliki dua set gigi selama seumur hidup. Rata-rata anak memiliki 20
set lengkap gigi susu pada usia tiga tahun. Gigi susu mulai rontok antara usia sekitar
enam dan tujuh tahun, dan secara bertahap digantikan oleh gigi tetap. Dengan sekitar
21 tahun, ratarata orang memiliki 32 gigi permanen 16 di rahang atas dan 16 di rahang
bawah.
Gigi melekat pada gusi (gingiva), dan yang tampak dari luar adalah bagian
mahkota dari gigi. Menurut Kerr et al. (2011), mahkota gigi mempunyai lima buah
permukaan pada setiap gigi. Kelima permukaan tersebut adalah bukal (menghadap ke
arah pipi atau bibir), lingual (menghadap ke arah lidah), mesial (menghadap kearah
gigi), distal (menghadap ke arah gigi), dan bagian pengunyah (oklusal untuk gigi molar
dan premolar, insisal untuk insisivus, dan caninus). Bagian yang berada dalam gingiva
dan tertanam pada rahang dinamakan bagian akar gigi. Gigi insisivus, caninus, dan
premolar masing-masing memiliki satu buah akar, walaupun gigi premolar pertama
bagian atas rahang biasanya memiliki dua buah akar. Dua buah molar pertama rahang
atas memiliki tiga buah akar, sedangkan molar yang berada di bawahnya hanya
memiliki dua buah akar.
Bagian mahkota dan akar dihubungkan oleh leher gigi. Bagian terluar dari akar
dilapisi oleh jaringan ikat yang disebut cementum, yang melekat langsung dengan
ligamen periodontal. Bagian yang membentuk tubuh dari gigi disebut dentin. Dentin
mengandung banyak material kaya protein yang menyerupai tulang. Dentin dilapisi
oleh enamel pada bagian mahkota, dan mengelilingi sebuah kavitas pulpa pusat yang
mengandung banyak struktur jaringan lunak (jaringan ikat, pembuluh darah, dan
jaringan saraf) yang secara kolektif disebut pulpa. Kavitas pulpa akan menyebar
hingga ke akar, dan berubah menjadi kanal akar. Pada bagian akhir proksimal dari
setiap kanal akar, terdapat foramen apikal yang memberikan jalan bagi pembuluh
darah, saraf, dan struktur lainnya masuk ke dalam kavitas pulpa (Seeley et al., 2008,
Tortorra et al., 2009).
d. Langit-Langit /Palatum
Palatum merupakan "atap" dari cavitas oris dan "lantai" dari cavitas nasi. Terbagi
atasatas macam. Palatum durum yang terletak di 2/3 bagian anterior dan palatum
molle yang terletak di 1/3 bagian posterior. Palatum melekat pada basis cranii dengan
perantaraan otot tensor veli palatini dan otot levator veli palatini. Tepi posteriornya, di
linea mediana terdapat ovula.
Musculus tensor veli palatini mempunyai bentuk seperti kipas dengan origo :
facies lateralis cartilaginis tubae auditoria, fossa scaphoidea, dan spina sphenoidalis
serta berakhir di tepi posterior palatum durum. Sedangkan musculus levator veli
palatini berbentuk bundar dengan origo: facies medialis pars cartilaginis tubae
auditoria dan facies inferior apex pars petrosa ossis temporalis dan berakhir di
(Insertio) di aponeurose palatini.
Palatum molle dibentuk oleh aponeurose palatini yang merupakan tendo dari
musculi tensor veli palatini. Pada tepi posteriornya terdapat reseptor gustatorius. Dari
sisi dorso lateral terdapat arcus palatoglossus (musculus palatoglossus), arcus
palatopharyngeus (musculus palatopharyngeus), tonsila palatina. Musculus
palatoglosus sendiri mempunyai origo di sisi lateral dan dorsum dari linguae, arah
caudo-dorsal. Sedangkan Insertio-nya di aponeurose palatini. Sedangkan musculus
palatopharyngeus ber-origo di palatum durum dan aponeurose palatini dan ber-insersi
di tepi dorsal cartilago thyroidea dan dinding pharynx.
e. Lidah
Lidah merupakan organ yang termasuk ke dalam panca indera dan juga sebagai
organ yang menunjang sistem pencernaan. Lidah berfungsi sebagai indera
pengecapan yaitu untuk memberikan rasa kepada setiap objek yang masuk ke dalam
mulut kita. Selain itu lidah juga berfungsi sebagai penunjang proses mengunyah dan
menelan. Lidah juga sering disebut lingual (bahasa Latin) atau glossal (bahasa
Yunani). Lidah merupakan jaringan otot lurik (otot rangka) yang dilapisi oleh membran
mukosa.
Lidah memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai indera perasa, sebagai organ
pencernaan untuk mencerna dan menelan makanan dan sebagai organ yang
berperan dalam proses berbicara
Sebagian besar lidah tersusun oleh otot rangka, terdapat dua jenis otot pada lidah
yaitu otot intrinsik lidah dan otot ekstrinsik lidah. Lidah dapat bergerak ke segala arah
karena adanya otot – otot tersebut. Saraf yang bertanggung jawab terhadap lidah
adalah Nervus Hypoglossus. Otot Intrinsik lidah berperan untuk mengubah ukuran
lidah yaitu untuk memanjangkan, memendekkan atau melebarkan lidah. Sedangkan
otot ekstrinsik lidah berperan untuk mengatur pergerakan lidah dalam rongga mulut.
f. Kelenjar ludah
Secara fungsi membuat cairan bening (air liur) yang membuat mulut lembab dan
mengandung enzim untuk memecah makanan. Kelenjar ini ditemukan di berbagai
lokasi di sekitar mulut, termasuk pipi bagian dalam. Disekitar mulut ada 3 pasang
kelenjar ludah:
1) Sepasang kelenjar parotis dibawah daun telinga
2) Sepasang kelenjar sublingualis terletak dibawah lidah
3) Sepasang kelenjar sublingualis terletak sisekitar tulang mandibula
Kelenjar ludah adalah kelenjar kecil, ditemukan di banyak bagian mulut, yang
menghasilkan air liur. Semuanya terletak di bawah selaput lendir. Kelenjar ludah
terbesar adalah kelenjar parotid yang terletak pada setiap sisi, hanya di depan telinga.
Yang besar lainnya adalah kelenjar submandibula, di dasar mulut, dan kelenjar
sublingual, di bawah lidah. Air liur membasahi makanan yang kita makan, yang
membuat menelan lebih mudah, juga membantu dalam proses pencernaan, serta
mengandung enzim amilase, yang memecah pati dalam makanan.

2. Aktivitas Mekanik Pada Mulut


Pencernaan secara mekanis dilakukan melalui gerakan-gerakan seperti mengunyah,
menelan, memompa, menghancurkan, dan meremas makanan.
Fungsi pencernaan mekanis adalah mengubah ukuran makanan menjadi lebih kecil
sehingga mudah dicerna. Fungsi proses mekanis lainnya seperti memompa dan
mendorong makanan adalah untuk memindahkan makanan dari saluran cerna satu ke
saluran cerna berikutnya.
Pencernaan mekanik di dalam mulut dibantu dengan:
a. Gigi
Gigi merupakan alat yang tersusun atas beberapa jaringan, epitel, ikat, dan
saraf. Gigi mengalami pengerasan dengan adanya senyawa kalsium dan fosfor.
Struktur gigi yang keras membantu menghancurkan makanan menjadi potongan –
potongan yang lebih kecil. Berdasarkan bentuknya gigi dibedakan menjadi:

1) Geraham, merupakan gigi yang paling besar. Gigi tipe ini memiliki permukaan
yang datar, berfungsi untuk mengunyah makanan.
2) Taring yaitu gigi dengan permukaan yang tajam merunjing. Gigi tipe ini berfungsi
untuk mengoyak makanan.
3) Seri yaitu gigi dengan permukaan tipis memipih seperti pisau.berfungsi untuk
memotong makanan.
b. Lidah
Lidah tersusun atas jalinan sel – sel epitel dengan jaringan otot lurik. Lidah
ditopang oleh tulang pada pangkal lidah. Selain berfungsi sebagai pengecap dan alat
bantu bicara, gerakan – gerakan otot lurik membantu proses pencernaan dalam
membolak – balikan makanan serta menempatkan makanan dan mendorong
makanan ke saluran pencernaan. Keberadaan lidah membantu mencerna makanan
secara mekanik.

3. Aktivitas Kimiawi Dan Enzim Pada Mulut


Makanan diproses secara kimiawi di dalam sistem pencernaan menggunakan bahan
kimia yang dihasilkan oleh saluran cerna yang disebut enzim. Enzim adalah suatu protein
yang mempunyai kerja mempercepat terjadinya reaksi kimia.
Dengan bantuan enzim, bahan makanan dicerna menjadi bahan lain yang lebih
sederhana dan mudah diserap oleh tubuh untuk selanjutnya menjadi sari makanan yang
akan diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh.
Proses pencernaan kimiawi di dalam mulut dilakukan oleh enzim ludah. Ludah
dikeluarkan oleh kelenjar ludah yang berfungsi untuk membantu pencernaan makanan.
Pada ludah terkandung beberapa komponen, antara lain sebagai berikut:
a. Enzim maltase atau ptialin
Enzim ini berfungsi untuk mencerna makanan yang mengandung karbohidrat yang
disebut pati (amilum) menjadi gula sederhana yang disebut maltosa.
b. Air
Air berfungsi untuk membasahi makanan supaya mudah dicerna.
c. Enzim lisosom
Enzim ini berfungsi sebagai antibakteri karena bersifat asam.
d. Lendir
Lendir pada ludah berfungsi untuk menggumpalkan makanan supaya lebih mudah
ditelan.
e. Aminoglobulin
Merupakan zat semacam putih telur. Aminoglobulin berfungsi untuk menetralkan
makanan yang bersifat asam.
f. Garam-garam

4. Komposisi Saliva
Saliva merupakan cairan eksokrin yang dikeluarkan ke dalam rongga mulut melalui
kelenjar saliva. Secara umum, saliva berperan dalam proses pencernaan makanan,
pengaturan keseimbangan air, menjaga integritas gigi, aktivitas antibakterial, buffer dan
berperan penting bagi kesehatan rongga mulut.
Komposisi dari saliva meliputi komponen organik dan anorganik. Namun demikian,
kadar tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva
penyusun utamanya adalah 94,0%-99,5% air. Komponen anorganik saliva antara lain
Na+, K+, Ca 2+, Mg 2+,Cl , SO4, H2PO4, HPO4, komponen anorganik terbanyak adalah
sodium, potassium (sebagai kation), khlorida, dan bikarbonat (sebagai anion-nya).
Sedangkan komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim
amilase, maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, mucin, vitamin C, beberapa asam
amino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol.
Selain itu, saliva juga mengandung gas CO2, O2, dan N2. Saliva juga mengandung
immunoglobin, seperti IgA dan IgG dengan konsentrasi rata-rata 9,4 dan 0,32 mg%

5. Fungsi Saliva
Saliva mempunyai fungsi yang sangat penting untuk kesehatan rongga mulut karena
mempunyai hubungan dengan proses biologis yang terjadi dalam rongga mulut. Secara
umumnya saliva berperan dalam proses perlindungan pada permukaan mulut,
pengaturan kandungan air, pengeluaran virus-virus dan produk metabolisme organisme
sendiri dan mikro-organisme, pencernaan makanan dan pengecapan serta diferensiasi
dan pertumbuhan sel-sel kulit, epitel dan saraf.
a. Perlindungan Permukaan mulut
Saliva memberi perlindungan baik pada mukosa maupun elemen gigi geligi melalui
pengaruh bufer, pembersihan mekanis, demineralisasi dan remineralisasi, aktivitas
anti-bakterial dan agregasi mikro-organisme mulut. Pengaruh bufer menyebabkan
saliva menahan perubahan asam (pH) di dalam rongga mulut terutama dari makanan
yang asam.
Proses pembersihan mekanis terjadi melalui aktivitas berkumur-kumur
menyebabkan mikro-organisme kurang mempunyai kesempatan untuk berkolonisasi di
dalam rongga mulut. Selain itu lapisan protein pada elemen gigi geligi (acquired
pellicle) memberi perlindungan terhadap keausan permukaan oklusal elemen gigi-
geligi oleh kekuatan pengunyahan normal. Kalsium dan Fosfat memegang peranan
penting dalam mekanisme penolakan terhadap dekalsifikasi email gigi dalam
lingkungan asam (demineralisasi), sedangkan ion-ion ini memungkinkan terjadinya
remineralisasi pada permukaan gigi yang sedikit terkikis.
Di dalam saliva dijumpai berbagai komponen anorganik dan organik yang
mempunyai pengaruh antibakterial dan antiviral. Misalnya, thiosianat,
laktoperoksidase, enzim-enzim lisozim, protein laktoferin dan imunoglobulin. Agregasi
mikro-organisme terjadi karena bakteri tertentu digumpalkan oleh komponen-
komponen saliva seperti imunoglobulin, substansi reaktif kelompok darah dan musin.
Kolonisasi bakteri di dalam rongga mulut akan terhalang dan selanjutnya dapat
diangkut ke lambung.
b. Pengaturan kandungan Air
Sekresi saliva sangat berhubungan dengan pengaturan kandungan air. Apabila
terjadi gejala kekeringan, sekresi saliva yang dihasilkan menjadi rendah dan timbul
rasa dahaga. Pembasahan permukaan mulut diperlukan untuk menghindari dari gejala
mulut kering atau disebut xerostomia. Gejala ini timbul akibat produksi saliva yang
kurang di dalam rongga mulut.
c. Pengeluaran Virus dan Hasil Pertukaran Zat
Berbagai jenis zat dikeluarkan ke dalam rongga mulut melalui serum seperti
alkoloid tertentu, antibiotika, alkohol, hormon steriod dan virus. Beberapa dari zat-zat
ini dapat diresorpsi di dalam saluran pencernaan makanan. Diketahui bahwa virus
hepatisis B dapat ditemukan di dalam saliva pasien, sehingga para dokter gigi dan
perawat gigi mempunyai risiko lebih besar terhadap infeksi hepatisis B. Hal yang sama
pada prinsipnya juga berlaku juga untuk virus HIV pada penderita AIDS, meskipun
kelihatannya infeksi melalui saliva jarang ditemukan.
d. Pencernaan Makanan dan Proses Pengecapan
Enzim saliva yang terpenting adalah α-Amilase yang terlibat pada pencernaan
makanan. Zat ini mampu untuk menguraikan makanan yang mengandung tepung kanji
dan glikogen dan dengan demikian melarutkannya di dalam saliva dan
mengangkutnya.5 Di samping itu terdapat juga enzim-enzim lain yaitu Lipase,
Protease, DNAse dan RNAse. Enzim-enzim ini berperan dalam proses pencernaan
makanan. Gustin yang terdapat dalam saliva berfungsi dalam proses pengecapan
makanan. Musin dan air berperan untuk membentuk makanan menjadi bolus sebelum
makanan ditelan.
e. Diferensiasi dan Pertumbuhan Syaraf (NGF) dan Epidermal (EGF)
Faktor pertumbuhan syaraf (Nerve Growth Factor) yang dihasilkan oleh glandula
submandibularis dibutuhkan bagi diferensiasi dan pertumbuhan sel-sel syaraf
adrenergik. Selain itu, glandula submandibularis juga menghasilkan faktor
pertumbuhan epidermal (Epidermal Growth Factor) yang berperan pada
perkembangan jaringan kulit, epitel dan erupsi elemen gigi-geligi. Kedua protein saliva
tersebut diresorpsi melalui saluran usus lambung, atau langsung diteruskan pada
peredaran darah. Selajutnya sebagai hormon dapat bekerja pada sel-sel sasaran.
f. Fungsi Non-Fisiologi
Saliva dapat berperan sebagai anti-kabut (anti-fog). Penyelam skuba selalu
melapisi kaca mata menyelam mereka dengan selapis tipis saliva untuk menghidari
kabut. Selain itu saliva juga berperan efektif sebagai agen pembersih untuk
memelihara lukisan. Cotton swab yang dilapisi saliva disapukan pada lukisan untuk
membuang kotoran yang melekat pada lukisan tersebut.
6. Pemeriksaan Laboratorium Yang Menggunakan Saliva Sebagai Spesimen
Saliva memainkan peran yang penting dalam berbagai proses biologis yang terjadi di
dalam rongga mulut, diantaranya sebagai pelumas, pengunyahan dan penelanan
makanan, aksi pembersihan dan pelindung dari karies gigi. Selain itu, fungsi saliva juga
menjadi sangat penting sejak akhir-akhir ini karena saliva juga dapat digunakan untuk
mendiagnosa penyakit oral dan sistemik. Penggunaan saliva mempunyai banyak
kelebihan dibandingkan pemeriksaan menggunakan darah dan urin, diantaranya
pengambilan sampel yang bersifat non-invasive, komponen saliva yang tidak berubah
pada suhu ruangan dan dapat menghindari dari resiko penyakit yang menular seperti HIV
dan hepatisis antara pasien dan dokter. Berikut ini adalah pemeriksaan laboratorium
yang menggunakan saliva sebagai spesimen, yaitu:
a. Pewarna gram
Pemeriksaaan dengan pewarnaan gram dapat memberikan informasi tentang
jenis mikroorganisme untuk menegakkan diagnosis presumatif.
b. Kultur Sputum
Pemeriksaan kultur sputum dilakukan untuk mengidentifikasi organisme spesifik
guna menegakkan diagnosis definitif.
c. Sensitivitas
Pemeriksaan sensitivitas berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotik dengan
mengidentifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan organisme yang terdapat
dalam sputum.
d. Basil tahan asam (BTA)
Pemeriksaan BTA dilakukan untuk menentukan adanya Mycobacterium
tuberculosa, yang setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan
warna oleh alkohol asam
e. Sitologi
Pemeriksaan sitologi ditujukan untuk mengidentifikasi adanya keganasan
(karsinoma) pada paru-paru. Sputum mengandung runtuhan sel dari percabangan
trakheobronkhial; sehingga mungkin saja terdapat sel-sel malignan. Sel-sel malignan
menunjukkan adanya karsinoma, tidak terdapatnya sel ini bukan berarti tidak adanya
tumor atau tumor yang terdapat tidak meruntuhkan sel.
f. Tes Kuantitatif
Pengumpulan sputum selama 24 sampai 72 jam. Pemeriksaan kualitatif harus
sering dilakukan untuk menentukan apakah sekresi merupakan saliva, lendir, pus,
atau bukan. Jika bahan yang diekspektorat berwarna kuning-hijau biasanya
menandakan infeksi parenkim paru (pneumonia). Untuk pemeriksaan kualitatif, klien
diberikan wadah khusus untuk mengeluarkan sekret. Wadah ini ditimbang pada akhir
24 jam. Jumlah serta karakter isinya dicatat dan diuraikan.
DAFTAR PUSTAKA

Fischbach FT.Stool Examination, In A of Laboratory and Diagnostic Test, Ed V, Lippincott


Philadelphia, New York, 1998; 254-276
Ganong ,W.F, 2005 , Buku Ajar Fisiolofi Kedokteran , Jakarta : EGC.
Guyton, A C. 2007. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta : EGC.
Herry J.B. et al. Examination of feces, in Clinical Diagnosis and Management by Laboratory
Methods, Nine Ed, WB Saunder Co, Philadelphia, 1996 ; 537-541
Itjingningsih,2002, Anatomi Gigi, Jakarta : EGC .
Narang B,S and Reynolds T. Stool Examination, In Medical Laboratory Technology A
Procedure manual for Ruotine Diagnoctic Test, Vol.II, Tata Mc Graw hill Publisching Co
Limited, New Delhi, 1988 ; 880-891
Paul D Anderson 1996, Anatomi dan fisiologi tubuh manusia, Jakarta : EGC.
Setiadi, 2007, Anatomi dan Fisiologi Manusia, Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sloane,ethel.2003.Anatomi dan Fisiologi untuk pemula.Alih Bahasa:Polupi
Widyastuti.Jakarta:EGC
Syaifuddin, 2011, Anatomi Tubuh Manusia, Jakarta : Salemba Medika.
Tortora,GJ. 2009. Priciples of Anatomy and Physiology. John Wiley & Sons. Massachusetes.
USA. Mosbi.
Widmann FK. Tinjauan Klinis atas Hasil pemeriksaan Laboratorium, Edisi 9, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 1995 ; 571- 584

Anda mungkin juga menyukai