Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang
saling berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan itu sendiri.
Demikian pula pemecahan masalah kesehatan tidak hanya dilihat dari segi
kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya
terhadap masalah sehat-sakit atau kesehatan tersebut. Banyak faktor yang
mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan
masyarakat, dimana Hendrik L Blum menyatakan bahwa ada 4 faktor yang
disamping berpengaruh langsung kepada kesehatan juga saling berpengaruh
satu sama lainnya, sehingga berdampak buruk terhadap status kesehatan
lingkungan, keluarga, kelompok, dan masyarakat secara keseluruhan. Status
kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat factor tersebut
secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Keempat faktor
tersebut adalah keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan. Dari
keempat faktor tersebut, menurut Hendrik L Blum yang dianggap paling besar
pengaruhnya adalah lingkungan ( Daud Anwar,2000 ).
Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-
indikator yang dianggap masih relevan, yaitu persentase rumah tangga menurut
sumber air minum, persentase rumah tangga dengan fasilitas tempat buang air
besar, persentase rumah tangga dengan tempat sampah, dan persentase
rumah tangga dengan pengelolaan air limbah yang ada di provinsi Sulawesi
barat.
Sumber air minum yang digunakan rumah tangga dibedakan menjadi air
dalam kemasan, ledeng, sumur pompa tangan (SPT), sumur gali (SGL),
penampungan air hujan (PAH) dan sumber lainnya. Di Sulawesi Barat tahun
2007 dari 234.773 jumlah keluarga yang ada terdapat sebanyak 117.570
keluarga yang diperiksa atau sebesar 50,08%. Dari keluarga yang diperiksa
yang menggunakan air ledeng sebanyak 21.498 (14,8%), SPT sebanyak
2.878(1,98%), SGL sebanyak 45.085 (31,04%), PAH sebanyak 928
(0,64%)airdalam kemasan sebanyak235 (0,16%), dan sumber lainnya sebanyak
74.634 (51,38%).
Fasilitas Tempat Buang Air BesarPada tahun 2007 di Propinsi Sulawesi
Barat, dari 235.551 KK terdapat sebanyak 84.915 KK yang diperiksa tentang
kepemilikan fasilitas tempat buang air besar (jamban). Dari hasil pemeriksaan
tersebut, terdapat sebanyak 63.084. KK yang memiliki fasilitas tempat buang air
besar (jamban) atau sebesar 74,29%. Dari jumlah tersebut, terdapat sebanyak
46.028 KK yang memiliki fasilitas tempat buang air besar (jamban) yang sehat
atau sebesar 72,96% dari jumlah KK yang memiliki fasilitas tempat buang air
besar (jamban).
1 Salah satu perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah memiliki
tempat sampah di rumah sehingga dapat menampung sampah-sampah rumah
yang ada. Dengan demikian kebrsihan dapat terjaga sehingga dapat mencegah
terjadinya penyakit yang berkaitan dengan sanitasi di sekitar tempat tinggal. Di
Propinsi Sulawesi Barat tahun 2007, dari 235.551 KK terdapat sebanyak 81.220
KK yang diperiksa tentang kepemilikan tempat sampah. Dari hasil pemeriksaan
tersebut, terdapat sebanyak 63.668 KK yang memiliki tempat sampah atau
sebesar 78,39%. Dari jumlah tersebut, terdapat sebanyak 35.091KK yang
memiliki tempat sampah yang sehat atau sebesar 55,12% dari jumlah KK yang
memiliki tempat sampah.
Salah satu jenis kepemilikan sarana sanitasi dasar keluarga adalah
pengelolaan air limbah. Pada tahun 2007 di Propinsi Sulawesi Barat, dari
235.551 KK terdapat sebanyak 68.183 KK yang diperiksa tentang kepemilikan
pengelolaan air limbah. Dari hasil pemeriksaan tersebut, terdapat sebanyak
48.974 KK yang memiliki pegelolaan air limbah atau sebesar 71,83%. Dari
jumlah tersebut, terdapat sebanyak 30.192 yang memiliki pengelolaan air
limbah yang sehat atau sebesar 61,65% dari jumlah KK yang memiliki
pengelolaan air limbah.
(http://www.depkes.go.id/download/profil/prov%20sulbar%202007.pdf)
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk menambah wawasan pengetahuan, pengalaman nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan keluarga mengenai masalah kesehatan
lingkungan dan kesehatan keluarga dengan menggunakan proses
keperawatan yang komprehensif, dan membantu keluarga untuk mengenal,
mengambil keputusan, merawat dan memelihara lingkungan serta
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
2. Tujuan Khusus
Dapat melaksanakan pengkajian pada keluarga Tn. B dengan masalah
kesehatan lingkungan dan kesehatan keluarga
a. Dapat menyusun rencana keperawatan pada keluarga Tn. B dengan
masalah kesehatan lingkungan dan kesehatan keluarga.
b. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada keluarga Tn. B dengan
masalah kesehatan lingkungan dan kesehatan keluarga.
c. Dapat mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada keluarga Tn. B
dengan masalah kesehatan lingkungan dan kesehatan keluarga.
d. Dapat melakukan pendokumentasian askep keluarga Tn B dengan
masalah kesehatan lingkungan dan kesehatan keluarga.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan
dalam memberikan pelayanan keperawatan optimal secara preventif atau
dalam proses keperawatan.
2. Bagi Instisusi
a. Merupakan kontribusi atau masukan guna penyegaran kembali ilmu
pengetahuan yang telah diperoleh agar berhasil dalam implementasi
asuhan keperawatan keluarga
b. Sebagai sumber informasi dan tambahan referensi untuk meningkatkan
mutu pendidikan pada masa yang akan datang
3. Bagi Pembaca
a. Sebagai masukan dan sumber informasi bagi pembaca dalam
memberikan pelayanan yang lebih baik.
b. Diharapkan agar pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat
memanfaatkannya secara optimal serta relevan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan untuk meningkatkan derajat kesehatan.
4. Bagi Keluarga.
Membantu keluarga dalam mengidentifikasi dan memecahkan
masalah kesehatan yang dihadapi pada keluarga tersebut khususnya pada
keluarga TnB.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR KELUARGA


1. Pengertian
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu sama lain.
Menurut Departemen Kesehatan (1988) keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Friedmann dalam Suprajitno (2004) keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan
aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang
merupakan bagian dari keluarga.
2. Struktur Keluarga
a. Macam-Macam Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, di antaranya adalah :
1) Patrilineal
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ayah.
2) Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
3) Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
4) Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
5) Keluarga kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.
(Mubarak, W.I, Chayatin, N, & Santoso, B.A. 2009)
3. Ciri-Ciri Struktur Keluarga
1) Terorganisasi yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara
anggota keluarga.
2) Ada keterbatasan di mana setiap anggota memiliki kebebasan tetapi
mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya masing-masing.
3) Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu Setiap anggota keluarga
mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.
(Mubarak, W.I, Chayatin, N, & Santoso, B.A. 2009)
4. Tipe/Bentuk Keluarga
a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan
perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-
anak, baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.
b. Keluarga asal (family of origin), merupakansuatu unit keluarga tempat
asal seseorang dilahirkan.
c. Keluarga besar (extended family), keluarga inti ditambah keluarga yang
lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman,
sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga
tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian families).
d. Keluarga berantai (social family), keluarga yang terdiri dari wanita dan
pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
e. Keluarga duda atau janda, keluarga yang terbentuk karena perceraian
dan/atau kematian pasangan yang dicintai.
f. Keluarga komposit (composite family), keluarga dari perkawinan poligami
dan hidup bersama.
g. Keluarga kohabitasi (cohabitation), dua orang menjadi satu keluarga
tanpa pernikahan, bisamemiliki anak atau tidak. Di Indonesia bentuk
keluarga ini tidak lazim dan bertentangan dengan budaya timur. Namun,
lambat laun keluarga kohabitasi ini mulai dapat diterima.
h. Keluarga inses (incest family), seiring dengan masuknya nilai-nilai global
dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga
yang tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan ayah
kandungnya, ibu menikah dengan anak kandung laki-laki, paman menikah
dengan keponakannya, kakak menikah dengan adik dari satu ayah dan
satu ibu, dan ayah menikah dengan anak perempuan tirinya.
i. Keluarga tradisional dan nontradisional, dibedakan berdasarkan ikatan
perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan
keluarga nontradisional tidak diikat oleh perkawinan.
(Sudiharto, 2007)
5. Peran Keluarga Dan Peran Perawat Keluarga
a. Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam
posisi dan situasi tertentu peranan individu dalam keluarga didasari oleh
harapan dan pola perilaku keluarga, kelompok dan masyarakat.
1) Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
2) Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
Disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
3) Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
b. Peran Perawat Keluarga
Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga antara
lain sebagai berikut :
1) Pendidik ( educator).
2) Koordinator ( coordinator).
3) Pelaksana perawatan dan pengawas perawatan langsung.
4) Pengawas kesehatan
5) Konsultan atau penasihat.
6) Kolaborasi.
7) Advokasi.
8) Fasilitator.
9) Penemu kasus
10) Modifikasi lingkungan
(Mubarak, W.I, Chayatin, N, & Santoso, B.A. 2009)
6. Fungsi dan Tugas Keluarga
a. Fungsi Keluarga
Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi dan tugas keluarga yang
dapat dijalankan
Fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
1) Fungsi biologis, yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara
dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutujhan gizi keluarga.
2) Fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih saying dan rasa aman bagi
keluarga, memberikan perhatian di antara keluarga, memberikan
kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta memberikan
identitas pada keluarga.
3) Fungsi sosialisasi, yaitu membina sosialisasi pada anak, membentuk
norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan
masing-masing, dan meneruskan nilai-nilai budaya.
4) Fungsi ekonomi, yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk
memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang akan dating.
5) Fungsi pendidikan, yaitu menyekolahkan anak untuk memberikan
pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan
bakat dan minat yang di milikinya, mempersiapkan anak untuk
kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya
sebagai orang dewasa, serta mendidik anak sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
Menurut Friedman (1999), lima fungsi dasar keluarga adalah sebagai
berikut.
1) Fungsi afektif, adalah fugsi internal keluarga untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih,
serta saling menerima dan mendukung.
2) Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan
individ keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi social dan
belajar berperan di lingkungan sosial.
3) Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia.
4) Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan.
5) Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarga untukk
merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
(Sudiharto, 2007)
b. Tugas Keluarga
Dalam sebuah keluarga ada beberapa tugas dasar yang di dalamnya
terdapat delapan tugas pokok antara lain :
1) Memelihara kesehatan fisik keluarga dan para anggotanya
2) Berupaya untuk memelihara sumber-sumber dayayang ada dalam
keluarga.
3) Mengatur tugas masing-masing anggota sesuai dengan
kedudukannya.
4) Melakukan sosialisasi antar anggota keluarga agar timbul keakraban
dan kehangatan para angggota keluarga.
5) Melakukan pengaturan jumlah anggota keluarga yang diinginkan.
6) Memelihara keterbitan anggota keluarga.
7) Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih
luas.
8) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.
(Mubarak, W.I, Chayatin, N, & Santoso, B.A. 2009)
6. Keluarga Sejahtera
a. Defenisi Keluarga Sejahtera
Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk atas dasar
perkawinan yang sah serta mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual dan material yang layak. (Mubarak, W.I, Chayatin, N, &
Santoso, B.A. 2009)
b. Tujuan Keluarga Sejahtera
Tujuan dari terbentuknya keluarga sejahtera adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang masalah yang dihadapi.
2) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menganalisis potensi dan
peluang yang dimilikinya.
3) Meningkatnya kemauan masyarakat dalam memecahkan masalahnya
secara mandiri.
4) Meningkatnya gotong-royong dan kesetiakawanan sosial dalam
membantu keluarga, khususnya keluarga prasejahtera untuk
meningkatkan kesejahteraannya.
(Mubarak, W.I, Chayatin, N, & Santoso, B.A. 2009)
c. Tahapan Keluarga Sejahtera
Menurut BKKBN (1999), tahapan keluarga dapat diukur berdasarkan
tingkat kesejahteraannya, yaitu sebagai berikut :
1) Keluarga prasejahtera, yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) secara minimal, seperti
kebutuhan akan pengajaran, agama, pangan, sandang, papan, dan
kesehatan.
2) Keluarga sejahtera tahap 1, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat
memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologis (Social
Psychological need), seperti kebutuhan terhadap pendidikan, keluarga
berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi lingkungan tempat
tinggal, dan transportasi.
3) Keluarga sejahtera tahap II, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasar dan seluruh kebutuhan psikologis, tetapi
belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan perkembangannya
(developmental needs), seperti kebutuhan untuk menabung dan
memperoleh informasi.
4) Keluarga sejahtera tahap III, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial-psikologis, dan
kebutuhan perkembangan, namun belum dapat memberikan
sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat.
Misalnya, secara teratur (waktu tertentu) memberikan sumbangan
dalam bentuk material dan keuangan untuk kepentingan sosial
kemasyarakatan serta berperan serta secara aktif dengan menjadi
pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan-yayasan sosial,
keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan, dan sebagainya.
5) Keluarga sejahtera tahap III plus, yaitu keluarga-keluarga yang telah
dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik bersifat dasar, sosial,
psikologis, maupun yang bersifat pengembangan serta dapat pula
memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi
masyarakat.
(Sudiharto, 2007)
7. Keluarga Sebagai Suatu Sistem
a. Pengertian sistem
Sistem didefinisikan sebagai suatu unit kesatuan yang diarahkan pada
tujuan, dibentuk dari bagian yang berinteraksi dan bergantung satu
dengan lainnya dan dapat bertahan dalam jangka waktu tertentu. Dapat
juga dikatakan bahwa sistem adalah kumpulan dari beberapa bagian
fungsional yang saling berhubungan dan tergantung satu dengan yang
lainnya dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
b. Definisi sistem keluarga
Keluarga didefinisikan sebagai suatu sistem yang hidup, keluarga
merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari individu yang
mempunyai hubungan erat satu sama lain dan saling tergantung dan
diorganisir dalam unit tunggal untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yaitu
fungsi dan tujuan.
Alasan keluarga disebut sebagai sistem adalah :
1) Keluarga mempunyai subsistem : anggota, fungsi, peran,aturan,
budaya dan lainnya yang dipelajari dan dipertahankan dalam
kehidupan keluarga.
2) Terdapat saling berhubungan dan ketergantungan antar subsistem
3) Merupakan unit (bagian) terkecil dari masyarakat yang dapat
mempengaruhi sistemnya.
Keluarga merupakan sistem sosial karena terdiri dari dua orang atau lebih
yang mempunyai peran sosial yang berbeda dengan ciri saling
berhubungan dan tergantung antar individu. Seperti pada umumnya suatu
sistem, keluarga juga mempunyai komponen-komponen sistem seperti
pada gambar berikut :
Lingkungan

Masukan Proses Keluaran

Umpan Balik

Gambar 1. Komponen dalam Sistem Keluarga


Gambar diatas dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Masukan (input), terdiri dari : anggota keluarga, struktur keluarga,
fungsi keluarga, aturan dari lingkungan (masyarakat) sekitar (luas),
budaya, agama dan sebagainya.
2) Proses (throughput) merupakan proses yang terjadi dalam
melaksanakan fungsi keluarga
3) Luaran (output) adalah hasil dari suatu proses yang berbentuk
perilaku keluarga : perilaku sosial, perilaku kesehatan, perilaku
keagamaan, perilaku sebagai warga negara, dan lain-lain.
4) Umpan balik (feedback) adalah sebagai pengontrol dalam masukan
dan proses yang berasal dari perilaku keluarga yang ditampakkan
pada lingkungan atau masyarakat di sekitarnya.
(Mubarak, W.I, Chayatin, N, & Santoso, B.A. 2009)
8. Keluarga Sebagai Unit Pelayanan
Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan
keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi, masalah kesehatan
anggota keluarga akan mempengaruhi keluarga yang lain atau masyarakat
secara keseluruhan.
a. Alasan keluarga sebagai unit pelayanan
1) Keluarga merupakan bagian dari masyarakat yang dapat dijadikan
sebagai gambaran manusia.
2) Perilaku keluarga dapat menimbulkan masalah kesehatan, tetapi
dapat pula mencegah masalah kesehatan dan menjadi sumber daya
pemecah masalah kesehatan.
3) Masalah kesehatan di dalam keluarga akan saling mempengaruhi
terhadap individu dalam keluarga.
4) Keluarga merupakan lingkungan yang serasi untuk mengembangkan
potensi tiap individu dalam keluarga.
5) Keluarga merupakan pengambil keputusan dalam mengatasi
masalah.
6) Keluarga merupakan saluran yang efektif dalam menyalurkan dan
mengembangkan kesehatan kepada masyarakat.
b. Siklus penyakit dan kemiskinan
Pemberian asuhan keperawatan keluarga harus lebih ditekankan pada
keluarga-keluarga dengan status sosial ekonomiyang rendah. Alasannya
adalah keluarga dengan sosial ekonomi yang rendah umumnya berkaitan
dengan ketidakmampuan, ketidaktahuan, dan ketidakmauan dalam
mengatasi berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi. Masalah
kemiskinan akan sangat mengurangi kemampuan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga mereka terhadap gizi,
perumahan dan lingkungan yang sehat, pendidikan, dan kebutuhan-
kebutuhan lainnya. Semua ini akan menimbulkan berbagai masalah
kesehatan. Siklus penyakit dan kemiskinan dalam keluarga dapat
digambarkan sebagai berikut :

Penghasilan rendah

Produtifitas Kecenderungan yang terjadi :


berkurang
(a) Kurang gizi
(b) Lingkungan jelek
(c) Pendidikan rendah
(d) Kebiasaan kesehatan jelek

Daya tahan tubuh Daya tahan tubuh terhadap


lebih peka penyak

Gambar 2. Lingkaran Penyakit dan Kemiskinan

9. Tahap Tumbuh-Kembang Keluarga


Menurut Duvall (1997), daur atau siklus kehidupan keluarga terdiri dari
delapan tahap perkembangan yang mempunyai tugas dan risiko tertenru
pada tiap tahap perkembangannya
a. Tahap 1, pasangan baru (keluarga baru). Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah membina hubungan harmonis dengan
saudara dan kerabat, dan merencanakan keluarga (termasuk
merencanakan jumlah anak yang diinginkan).
b. Tahap 2, menanti kelahiran (child bearing family) atau anak tertua
adalah bayi berusia kurang dari 1 bulan. Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini adalah menyiapkan aggota keluarga baru (bayi dalam
keluarga), membagi waktu untuk individu, pasangan, dan keluarga.
c. Tahap 3, keluarga dengan anak prasekolah atau anak tertua 2,5 tahun
sampai dengan 6 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah
menyatukan kebutuhan masing-masing anggota keluarga, antara lain
ruang atau kamar pribadi dan keamanan, mensosialisasikan anak-anak,
menyatukan keinginan anak-anak yang berbeda, dan mempertahankan
hubungan yang sehat dalam keluarga.
d. Tahap 4, keluarga dengan anak sekolah atau anak tertua berusia 7
sampai 12 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah
mensosialisasikan disekolah, membantu anak-anak membina hubungan
dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan, dan memenuhi kebutuhan kesehatan masing-masing
anggota keluarga.
e. Tahap 5, keluarga dengan remaja atau dengan anak tertua berusia 13
sampai 20 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah
mengimbangi kebebasan remaja dan tanggung jawab yang sejalan
dengan maturitas remaja, memfokuskan kembali hubungan perkawinan,
dan melakukan komunikasi yang terbuka diantara orang tua dengan
anak-anak remaja.
f. Tahap 6, keluarga dengan anak dewasa (pelepasan). Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menambah anggota
keluarga dengan kehadiran anggota keluarga yang baru melalui
pernikahan anak-anak yang telah dewasa, menata kembali hubungan
perkawinan, menyiapkan datangnya proses penuan, termasuk timbulnya
masalah-masalah kesehatan.
g. Tahap 7, keluarga usia pertengahan. Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini adalah mempertahankan kontak dengan anak dan cucu,
memperkuat hubungan perkawinan, dan meningkatkan promosi
kesehatan.
h. Tahap 8, keluarga usia lanjut. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah menata kembali kehidupan yang memuaskan,
menyusaikan kehidupan dengan penghasilan yang berkurang,
mempertahankan hubungan perkawinan, menerima kehilangan
pasangan, mempertahankan kontak dengan masyarakat dan
menemukan arti hidup.
(Sudiharto, 2007)

B. KONSEP DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN


1. Pengertian
Kesehatan lingkungan adalah hubungan timbal balik antara manusia
dengan lingkungan yang berakibat atau mempengaruhi derajat kesehatan
manusia. (Daud Anwar, dkk. 2000)
Kesehatan lingkungan adalah ilmu yang merupakan cabang dari ilmu
kesehatan masyarakat yang lebih menitikberatkan perhatiannya pada
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan,
pengkoordinasian dan penilaian dari semua faktor yang ada pada
lingkungan fisik manusia yang diperkirakan ada hubungan atau
berhubungan dengan perkembangan fisik, kesehatan ataupun kelangsungan
hidup manusia sedemikian rupa sehingga derajat kesehatan dapat lebih
ditingkatkan. (Soemirat Slamet Juli. 2004)
Kesehatan lingkungan sebagai suatu ilmu dan keterampilan yang
memusatkan perhatiannya pada usaha pengendalian semua faktor yang ada
pada lingkungan fisik manusia yang diperkirakan menimbulkan atau akan
menimbulkan hal-hal yang merugikan perkembangan fisiknya ,
kesehatannya ataupun kelangsungan hidupnya (WHO). (Soemirat Slamet
Juli. 2004)
2. Ruang lingkup kesehatan lingkungan
Ruang lingkup kesehatan lingkungan mencakup semua faktor yang
terdapat pada lingkungan fisik. (Daud Anwar, dkk. 2000)
Lingkungan adalah sejumlah kondisi diluar dan mempengaruhi
kehidupan dan perkembangan organisme (encyclopaedia of science and
technologi). (Soemirat Slamet Juli. 2004)
Lingkungan adalah tempat pemukiman dengan segala sesuatunya,
dimana organisme itu hidup beserta segala keadaan dan kondisinya, yang
secara langsung maupun tidak langsung dapat diduga ikut mempengaruhi
tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme itu. (Soemirat Slamet
Juli. 2004)
Ruang lingkup kesehatan lingkungan menurut WHO :
a. Masalah air.
b. Masalah air limbah, sampah, tinja.
c. Masalah makanan dan minuman.
d. Masalah perumahan dan bangunan.
e. Masalah pencemaran terhadap udara, tanah dan air.
f. Masalah pengawasan arthropoda dan rodentia.
g. Masalah kesehatan kerja.
(Soemirat Slamet Juli. 2004)
3. Masalah kesehatan lingkungan
a. Jamban Keluarga
Jamban keluarga yang telah dikenal dengan WC atau kakus menjadi
penyebab penularan penyakit baik langsung maupun tidak langsung bila
tindakan memenuhi syarat kesehatan menurut Ehlers Dan stell adalah :
1) Tidak mengotori air permukaan.
2) Tidak mengotori air dalam tanah.
3) Tidak mengotori permukaan tanah.
4) Kotoran tidak boleh dibuka.
5) Pembuatan mudah dan murah.
Tujuan jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan adalah
untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit-penyakit saluran
pencernaan (disentri, diare, cacingan, dan lain-lain), penyakit infeksi
hepatitis.
Pengolahan pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat-syarat
kesehatan dapat memberikan dampak negatif, antara lain :
1) Sebagai sarang vector (nyamuk, lalat, tikus, dan lain-lain).
2) Sebagai sumber pencemaran lingkungan yang dapat memberikan
pencemaran terhadap sumber air minum.
3) Dapat memberikan situasi / keadaan lingkungan yang kurang baik.
4) Dapat memberikan atau menimbulkan bau busuk.
b. Sampah
1) Pengertian
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari
sumber aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki
nilai ekonomis.
2) Jenis sampah
Berdasarkan asalnya sampah padat dapat digolongkan sebagai
sampah organik dan sampah anorganik
a) Sampah organik
Merupakan jenis sampah yang terdiri dari bahan-bahan
penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau
dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lainnya.
Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami.
b) Sampah anorganik
Merupakan jenis sampah yang berasal dari sumber daya alam
tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi atau dihasilkan dari
proses industri. Beberapa bahan seperti ini tidak terdapat di alam
yaitu plastik dan aluminium. Sebagai zat anorganik secara
keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam sedang sebagian yang
lain hanya diuraikan secara lambat. Sampah jenis ini pada tingkat
rumah tangga seperti botol, botol plastik, tas plastik, kaleng dan
lain-lain.
Kertas koran dan karton merupakan perkecualian. Berdasarkan
asalnya kertas koran dan karton merupakan sampah organik tetapi
karena kertas koran dan karton dapat di daur ulang seperti sampah
anorganik lainnya misalnya gelas, kaleng dan plastik sehingga
dapat digolongkan sampah anorganik.
Berdasarkan data statistik lingkungan hidup tahun 1992 rata-
rata komposisi sampah dibeberapa kota besar di indonesia adalah
organik 25 %, kertas 10 %, plastik 18 %, kayu 12 %, logam 11 %,
kayu 11 %, gelas 11 %, lain-lain 12 %.
3) Sumber sampah
a) Sampah pemukiman
Perdagangan dan perkantoran yang disebabkan oleh :
(1) Penduduk yang tinggal disepanjang sungai dan pemukiman
padat langsung membuang sampah kesungai dan saluran
pembuangan
(2) Limpasan air hujan yang membawa sampah dari pasar-pasar
maupun dari pusat-pusat kegiatan dan pemukiman.
(3) Sampah perkantoran terdiri dari kertas, alat tulis menulis, toner
foto copy, baterai dan lain-lain
b) Sampah pertanian dan perkebunan
Sampah dari kegiatan pertanian tergolong dari bahan organik
seperti jerami dan sejenisnya. Sebagian besar sampah yang
dihasilkan selama musim panen dibakar atau dimanfaatkan untuk
pupuk.
c) Sampah bangunan dan gedung
Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan dan
pemugaran gedung dapat berupa organik maupun anorganik.
Sampah organik : kayu, bambu. Triplek dan lain-lain. Sampah
anorganik : semen, ubin, besi, baja, kaleng, kaca dan lain-lain.
d) Sampah khusus
Sampah khusus merupakan sampah yang memerlukan
penanganan khusus untuk menghindari bahaya yang akan
ditimbulkannya. Sampah jenis ini meliputi :
(1) Sampah rumah
Merupakan sampah biomedis, seperti sampah dari
pembedahan, peralatan operasi, botol infus dan sejenisnya
serta obat-obatan. Semua sampah ini terkontaminasi oleh
bakteri, virus dan pembawa penyakit lainnya yang sangat
berbahaya bagi manusia dan lingkungan sekitarnya.
(2) Baterai kering dan akumulator bekas
Baterai seringkali berasal dari rumah tangga. Baterai biasanya
mengandung logam berat seperti raksa dan kadmium (sangat
berbahaya bagi kesehatan). Akumulator dengan asam sulfat
atau senyawa timbal berpotensi memberikan bahaya bagi
manusia.
4) Dampak sampah terhadap manusia dan lingkungan
a) Terhadap kesehatan
Pengelolaan sampah yang tidak memadai (pembuangan
sampah sembarangan dan tidak terkontrol) dapat menimbulkan
berbagai penyakit sebagai berikut :
(1) Diare, kolera, tipus dan demam berdarah dapat menyebar
dengan cepat karena sampah memasuki air minum.
(2) Cacing pita yang dapat menyebar melalui rantai makanan,
dimana cacing dikonsumsi sebelumnya oleh ternak melalui
makanan yang berupa sisa makanan / sampah.
(3) Minamata (di jepang) disebabkan kerena masyarakat
mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi sampah beracun
(limbah baterai dan akumulator yang dibuang di perairan
umum)
b) Terhadap lingkungan
Cairan yang dilepaskan sampah kesaluran drainase dan air
tanah sehingga mencemari sumber air tersebut. Penguraian
sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam
organik dan gas- cair organik seperti metana (dapat menimbulkan
bau dan gasnya dapat menimbulkan ledakan bila konsentrasinya
cukup besar).
5) Cara pengelolaan sampah antara lain :
a) Pengumpulan dan pengangkutan sampah
Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab dari
masing-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan
sampah. Oleh sebab itu, mereka ini harus membangun atau
mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah.
Kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah
tersebut harus diangkut ke tempat penampungan sementara (TPS)
sampah, dan selanjutnya ke tempat penampungan akhir (TPA).
Mekanisme, sistem, atau cara pengangkutannya untuk
didareah perkotaan adalah tanggung jawab pemerintahan daerah
setempat, yang didukung oleh partisipasi masyarakat produksi
dampah, khususnya dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk
daerah pedesaan pada umumnya sampah dapat dikelolah oleh
masing-masing keluarga, tanpa memerlukan TPS, maupun TPA.
Sampah rumah tangga daerah pedesaan umumnya didaur ulang
menjadi pupuk.
b) Pemusnahan dan pengolahan sampah
Pemusnahan dan atau pengelolaan sampah padat ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain sebagai berikut :
(1) Ditanam (Landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan
membuat lubang ditanah kemudian sampah dimasukkan dan
ditimbun dengan tanah.
(2) Dibakar (inceneration), yaitu memusnahkan sampah dengan
jalan membakar didalam tungku pembakaran (incenerator)
(3) Dijadikan pupuk (Compositing) Yaitu pengelolaan sampah
menjadi pupuk (kompos), khususnya untuk sampah organik
daun-daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang dapat
membusuk. Di daerah pedesaan hal ini sudah biasa,
sedangkan didaerah perkotaan hal ini perlu dibudayakan.
Apabila setiap rumah tangga dibiasakan untuk memisahkan
sampah organik dan sampah an-organik, kemudian sampah
organik diolah menjadi pupuk tanaman dapat dijual atau dipakai
sendiri. Sedangkan sampah organik dibuang, dan akan segera
dipungut oleh para pemulung. Dengan demikian maka masalah
sampah akan berkurang.
6) Cara membuat tempat sampah
Cara membuat tempat sampah sederhana adalah membuat
lubang dengan ukuran 1x1x1 kemudian letakkan batu dipinggir lubang
jika perlu lubang tempat pembuangan sampah dibuatkan penutup.
c. Air Limbah
1) Pengertian
Limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah
tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya.
2) Jenis-jenis limbah
a) Limbah berdasarkan jenis senyawa
(1) Limbah organik
Limbah organik merupakan kelompok limbah yang terdiri dari
bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan. Limbah jenis ini
dihasilkan oleh kegiatan manusia yang berupa pertanian,
perikanan, peternakan, rumah tangga dan industri. Limbah
organik secara alami mudah diuraikan oleh mikroorganisme.
(2) Limbah anorganik
Merupakan kelompok limbah yang tidak mudah hancur atau
diuraikan oleh aktifitas mikroorganisme. Sebagian dari limbah
anorganik sama sekali tidak dapat diuraikan tetapi sebagian
lagi dapat diuraikan tetapi membutuhkan waktu yang sangat
lama.
(3) Limbah bahan berbahaya dan beracun ( B 3 )
Di dalam peraturan pemerintah RI no 18 tahun 1999 tentang
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun. Yang
dimaksud dengan B3 adalah semua bahan senyawa baik
padat, cair ataupun gas yang mempunyai potensi merusak
terhadap kesehatan manusia serta lingkungan akibat sifat-sifat
yang dimiliki senyawa tersebut.
Karena limbah industri pada umumnya bersifat sebagai bahan
berbahaya dan beracun (B3) maka substansi atau zat beracun
dilingkungan yang sangaqt menjadi perhatian adalah yang
bersumber pada kerugian manusia yang dibuang ke lingkungan
sebagai limbah.
b) Limbah berdasarkan wujudnya
(1) Limbah cair
Pengertian limbah cair menurut beberapa ahli :
(a) Menurut EPA
Limbah cair adalah air yang membawa bahan padat
terlarut atau tersuspensi dari tempat tinggal, kebun,
bangunan, perdagangan dan industri.
(b) Menurut Tchobanglous dan Elliesseng
Mendiskripsikan limbah cair adalah gabungan cairan atau
sampah yang terbawa air dari tempat tinggal, kantor,
bangunan perdagangan, industri, serta air tanah, air
permukaan dan air hujan yang mungkin ada.
(c) Menurut Willgooso
Limbah cair adalah air yang membawa sampah dari
tempat tinggal, bangunan perdagangan, dan industri
berupa campuran air dan bahan padat terlarut atau bahan
tersuspensi.
Macammacam limbah air
(a) Hukum Excretal (Faster dan urin)
Ekskreta manusia merupakan hasil akhir dari proses yang
berlangsung dalam tubuh manusia yang menyebabkan
pemisahan dan pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan
tubuh. Pembuangan tinja secara tidak baik dan
sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi dan akan
mendatangkan bahaya bagi kesehatan karena dapat
menjadi sumber infeksi.
(b) Air Limbah (Sewage)
Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah
tangga, industri dan tempat umum lainnya dan biasanya
mengandung bahan-bahan atau zat yang dapat
membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu
kelestarian lingkungan.
(c) Limbah Industri
Adalah limbah cair yang sebagian besar terdiri atas
buangan industri. Contoh Industri yang mengeluarkan
limbah cair : industri tekstil, plastik, serat buatan; industri
elektronik, peralatan rumah tangga dan kantor; industri film,
fotografi, percetakan, cat; industri bahan makanan dan
minuman, industri farmasi / obat-obatan; industri
penyamakan kulit.
Karakteristik air limbah :
(a) Karakteristik fisik
Air limbah terdiri dari 99,9 % Air, sedangkan kandungan
bahan padatnya mencapai 0,1 % dalam bentuk suspensi
padat yang volumenya bervariasi antara 100-500 Mg/L.
apabila volume suspensi padat kurang dari 100 Mg/L, Air
limbah disebut lemah, sedangkan bila lebih dari 500 Mg/L
disebut kuat.
(b) Karakteristik Kimia
Air limbah biasanya tercampur dengan zat kimia anorganik
yang berasal dari air bersih dan zat organik dari limbah itu
sendiri. Saat keluar dari sumber air bersifat basa. Namun,
air limbah yang sudah lama atau membusuk akan bersifat
asam karena sudah mengalami kandungan bahan
organiknya mengalami proses dekomposisi yang dapat
menimbulkan bau yang menyenangkan.
(c) Karakteristik Bakteriologis
Kandungan bakteri patogen serta organisme golongan coli
terdapat juga dalam limbah tergantung dari mana
sumbernya, namun keduanya tidak berperan dalam proses
pengolahan air buangan.
(2) Limbah padat adalah sisa atau hasil sampingan dari suatu
usaha dan atau kegiatan yang berwujud padat termasuk
sampah.
(3) Limbah gas
Limbah gas adalah sisa atau hasil sampingan dari suatu usaha
atau kegiatan yang berwujud gas. Limbah gas biasanya
dihasilkan dari kegiatan industri alat transportasi dan
pembakaran sampah rumah tangga.
Udara didaerah perkotaan yang mempunyai banyak kegiatan
industri dan teknologi serta lalu lintas padat, udaranya relatif
tidak bersih lagi. Udara di daerah industri tidak bersih lagi
karena bermacam-macam pencemaran.
3) Pemanfaatan limbah
a) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih alternatif
pengelolaan limbah, antara lain :
(1) Limbah yang mengandung logam, minyak, mineral, maupun
garam-garam tertentu tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan pertanian sebelum melalui tes laboratorium.
(2) Limbah yang dipergunakan untuk keperluan pertanian harus
diuji dulu oleh laboratorium yang berwenang.
(3) Limbah yang akan didaur ulang tidak boleh mengandung bahan
yang bersifat korosif kecuali telah melalui perlakuan tertentu.
(4) Limbah yang akan dibuang ke media pembuangan limbah
harus memenuhi baku mutu yang telah ditentukan kecuali telah
melalui perlakuan tertentu sehingga kualitasnya memenuhi
baku mutu yang telah ditentukan.
(5) Limbah yang akan dibuang ke lingkungan harus mendapatkan
izin dari gubernur dan harus di uji oleh laboratorium yang
berwenang. Pemberian izin ini bukan berarti mengizinkan
pencemaran tetapi hanya mengizinkan jumlah dan jenis
buangan dari setiap sumber.
b) Secara garis besar pengolahan limbah industri ada tiga macam
yaitu :
(1) Memanfaatkan limbah yang bersangkutan, misalnya limbah
padat dapat dimanfaatkan untuk pupuk tanaman tebu.
(2) Mendaur ulang limbah yang bersangkutan, misalnya air limbah
industri, setelah melalui perlakuan tertentu dimanfaatkan
kembali menjadi air proses.
(3) Mengolah air limbah yang bersangkutan dengan tekhnologi
tertentu sampai batas kualitas yang telah ditentukan, kemudian
dibuang ke media pembuangan.
(4) Untuk limbah padat (sampah), sebaiknya sebelum dibuang
sampah tersebut harus dipisahkan menjadi dua bagian yaitu :
(a) Sampah yang terurai dan dapat dibuang ketempat
pembuangan sampah atau dapat dijadikan kompos. jika
pembuatan kompos dipadukan dengan pemeliharaan
cacing tanah, maka akan diperoleh hasil yang baik. Cacing
tanah dapat dijual untuk pakan ternak, sedangkan tanah
kompos dapat di jual untuk kompos proses ini merupakan
proses pendaur ulangan (recycle).
(b) Sampah yang tidak terurai, dapat dimanfaatkan ulang
(reuse) misalnya, kaleng bekas kue digunakan lagi untuk
wadah makanan, botol selei bekas digunakan untuk tempat
bumbu dan botol bekas sirup digunakan untuk menyimpan
air. Selain recycle dan reuse masih ada lagi upaya untuk
mencegah menumpuknya limbah yaitu melakukan
pengurangan bahan/ penghematan (reduce) dan
melakukan pemeliharaan (repair).
4) Cara membuat SPAL
Cara membuat SPAL sederhana adalah dengan ukuran 1x1 dan
kedalaman 1,5 m kemudian diisi dengan batu, ijuk,batu dan kerikil
kemudian saluran air buangannya bisa dibuat dari pelepah pohon
sagu/seng.
d. Perumahan
1) Pengertian rumah sehat
Rumah sehat menurut Suharmadi (1985) adalah tempat untuk
berlindung/bernaung dan tempat untuk beristirahat sehingga
menimbulkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani maupun
sosial. (Anwar Daud, 2000)
2) Syarat rumah sehat menurut Winslow dan APHA
a) Memenuhi kebutuhan fisiologis
(1) Sistem penghawaan (ventilasi)
Sistem ventilasi merupakan usaha untuk memelihara kondisi
udara yang menyenangkan bagi manusia dalam suatu ruangan.
Ada 2 cara pengaturan ventilasi dalam rumah yaitu:
(a) Ventilasi alamiah yaitu aliran udara yang masuk melalui
jendela, pintu atau lubang angin yang sengaja dibuat.
(b) Ventilasi buatan yaitu dengan menggunakan alat khusus
untuk mengalirkan udara, misalnya mesin pengisap udara
atau AC.
(2) Pencahayaan
Cahaya matahari sebaiknya dibiarkan bebas masuk ruangan
pada pagi hari sebab berguna untuk menerangi ruangan,
mengurangi kelembaban, mengusir serangga, juga dapat
membunuh beberapa penyebab penyakit menular seperti
penyebab penyakit TBC, Cacar dan Influensa.
(3) Suhu ruangan
Prinsip mengatur suhu ruangan adalah mendinginkan udara
jika udara disekitarnya terlalu panas dan memanaskan udara
jika disekitarnya terlalu dingin.
b) Memenuhi kebutuhan psikologis
Dengan tercapainya kebutuhan psikologis dari suatu rumah,
maka penghuninya akan terjamin ketenangannya dan kebebasan
sehingga dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan bebas,
merasa nikmat, senang dan bahagia.
c) Menghindari terjadinya kecelakaan
Agar rumah tidak menimbulkan kecelakaan bagi penghuninya
maka harus memiliki syarat sebagai berikut:
(1) Konstruksi dan material yang digunakan dalam pembangunan
sebuah rumah harus mengikut ketentuan untuk menghindarkan
kemungkinan terjadinya kecelakaan.
(2) Jarak antara ujung rumah atap dengan ujung atap tetangga
minimal 3 meter.
(3) Rumah dibangun jangan terlalu dekat dengan pohon besar.
(4) Didepan pintu utama harus diberi lantai tambahan maksimal
60cm untuk mencegah jatuh setelah membuka pintu,
selanjutnya lantai yang selalu basah (kamar mandi / WC) tidak
licin dan mudah dibersihkan.
(5) Untuk rumah bertingkat, tangga jangan tegak lurus/curam, lebar
anak tangga minimal 25cm, tinggi minimal 17,5cm.
(6) Racun serangga, obat-obatan dan bahan berbahaya lainnya
harus disimpan rapi dan tidak terjangkau oleh anak-anak.
4. Tujuan kesehatan lingkungan
Terciptanya keadaan yang serasi sempurna dari semua faktor yang ada
dilingkungan fisik manusia, sehingga perkembangan fisik manusia dapat
diuntungkan , kesehatan dan lingkungan hidup manusia dapat dipelihara dan
ditingkatkan.
5. Pengaruh lingkungan terhadap kesehatan
a. Akibat atau masalah yang ditimbulkannya segera terjadi artinya faktor
lingkungan yang tidak menguntungkan tersebut hadir atau tidak hadir
dalam kehidupan, maka akan timbullah penyakit
b. Akibat atau masalah yang ditimbulkannya lambat laun, artinya terdapat
tenggang waktu antara hadir atau tidak hadirnya faktor lingkungan yang
tidak menguntungkan dengan munculnya penyakit.
6. Peranan faktor lingkungan dalam menimbulkan penyakit
a. Sebagai predisposing faktor, artinya berperanan dalam menunjang
terjangkitnya suatu penyakit pada manusia. Misalnya : sebuah keluarga
yang berdiam disuatu rumah yang berhawa lembab dalam daerah yang
endemis terhadap penyakit TBC.
b. Sebagai penyebab penyakit secara langsung. Misalnya : orang yang
bekerja pada pabrik peleburan baja mudah diserang penyakit keruh
lensa, sebagai akibat sinar atau nyala api yang hebat di pabrik peleburan
baja tersebut, karena ia tidak menggunakan kaca mata pelindung.
c. Sebagai medium transmisi penyakit. Misalnya : air yang merupakan
medium transmisi penyakit kolera.
d. Sebagai faktor yang mempengaruhi perjalanan suatu penyakit, telah
lama diketahui bahwa udara yang panas akan memperberat penderita
sakit jantung.

C. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


1. Pengertian
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks
dengan menggunakan pendekatan sistematis untuk bekerja sama dengan
keluarga dan individu sebagai anggota keluarga. (Mubarak, W.I, Chayatin, N,
& Santoso, B.A. 2009)
2. Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga
a. Memandirikan klien sebagai bagian dari anggota keluarga.
b. Menyejahterakan klien sebagai gambaran kesejahteraan keluarga.
c. Meningkatkan kemampuan hidup sehat bagi setiap anggota keluarga.
d. Meningkatkan produktivitas klien dalam keluarga.
e. Meningkatkan kualitas keluarga.
(Setyowati Sri, & Murwani Rita. 2008)
3. Tahap-Tahap Proses Keperawatan
Gambar 3. Tahap-tahap proses keperawatan keluarga.

Pengkajian terhadap keluarga


Pengkajian anggota keluarga
mengidentifikasi dan data individual : mental, fisik,
sosial, budaya, data emosional, sosial dan spritual.
lingkungan, struktur dan fungsi

Indentifikasi masalah-masalah
keluarga dan individu (diagnosa
keperawatan)

Rencana perawatan :

Penyusunan tujuan, mengidentifikasi


sumber-sumber, mengidentifikasi
pendekatan alternatif, memilih
intervensi perawatan dan penyusunan
prioritas.

Intervensi : implementasi rencana


pengerahan sumber-sumber

Evaluasi

Tahapan dari proses keperawatan keluarga adalah sebagai berikut :


a. Pengkajian keluarga dan individu di dalam keluarga. Pengkajian keluarga
dilakukan dengan cara mengidentifikasi data demografi, data sosial
kultural, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, steres dan
koping yang digunakan keluarga, serta perkembangan keluarga.
Sedangkan pengkajian terhadap individu sebagai anggota keluarga
meliputi : pengkajian fisik, mental, emosi, sosial, dan spiritual.
b. Perumusan diagnosis keperawatan.
c. Penyusunan perencanaan.
d. Pelaksanaan asuhan keperawatan.
e. Evaluasi.
(Mubarak, W.I, Chayatin, N, & Santoso, B.A. 2009)
1) Tahap pengkajian
Pengkajian adalah tahapan seorang perawat mengumpulkan
informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang
dibinanya. Secara garis besar data dasar yang dipergunakan mengkaji
status keluarga adalah :
a) Struktur dan karakteristik keluarga.
b) Sosial, ekonomi, dan budaya.
c) Faktor lingkungan.
d) Riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga.
e) Psikososial keluarga.
2) Perumusan diagnosis keperawatan keluarga
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis mengenai
individu, keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu
proses pengumpulan data dan analisis data secara cermat,
memberikan dasar untuk menetapkn tindakan-tindakan di mana
perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya.
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data
yang didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnosis keperawatan
meliputi problem atau masalah, etiologi atau penyebab, dan sign atau
tanda yang selanjutnya dikenal dengan PES.
(a) Problem atau masalah (P).
(b) Etiologi atau penyebab (E).
(c) Sign atau tanda (S).
Tipologi dari diagnosis keperawatan.
(a) Diagnosis aktual (terjadi deficit atau gangguan kesehatan )
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala
dari gangguan kesehatan dimana masalah kesehatan yang
dialami oleh keluarga memerlukan bantuan untuk segera ditangani
dengan cepat. Pada diagnosis keperawatan actual, faktor yang
berhubungan merupakan etiologi, atau factor penunjang lain yang
telah mempengaruhi perubahan status kesehatan. Sedangkan
factor tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori,
yaitu :
(1) Patofisiologi (biologi atau psikologi).
(2) Tindakan yang berhubungan.
(3) Situasional (lingkungan, personal).
(4) Maturasional.
Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari
diagnosis keperawatan keluarga adalah adanya :
(1) Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan
kesalahan persepsi).
(2) Ketidakmampuan (sikap dan motivasi).
(3) Ketidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu
prosedur atau tindakan, kurangnya keterampilan terhadap
suatu prosedur atau tindakan, kurangnya sumber daya
keluarga, baik finansial, fasilitas, sistem pendukung,
lingkungan fisik, dan psikologis).
(b) Diagnosis risiko tinggi (ancaman kesehatan).
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan,
tetapi tanda tersebut dapat menjadi masalah aktual apabila tidak
segera mendapatkan bantuan pemecahan dari tim kesehatan atau
keperawatan.
(c) Diagnosis potensial (keadaan sejahtera atau wellness).
Suatu keadaan jika keluarga dalam keadaan sejahtera, kesehatan
keluarga dapat ditingkatkan.
Setelah data dianalisis, kemungkinan perawat menemukan lebih
dari satu masalah. Mengingat keterbatasan kondisi dan sumber daya
yang dimilki oleh keluarga maupun perawat, maka maalah-masalah
tersebut tidak dapat ditanagani sekaligus. Oleh karena itu, perawat
kesehatan masyarakatdapat menyusun prioritas masalah kesehatan
keluarga. Menurut Bailon dan Maglaya (1978), prioritas masalah
kesehatan keluarga dengan menggunakan proses skoring sebagai
berikut:
Tabel 1. Skala Untuk Menentukan Prioritas
No. Kriteria Nilai Bobot
1 Sifat Masalah 1
Tidak / kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Krisis atau keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan Masalah dapat diubah 2
Dengan mudah 2
Hanya Sebagian 1
Tidak dapat 0

3 Potensial Masalah untuk dicegah 1


Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1

4 Menonjolnya Masalah 1
Masalah berat, harus segera 2
ditangani 1
Ada masalah tetapi tidak perlu
ditangani 0
Masalah tidak dirasakan

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan


dengan cara berikut ini.
(a) Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah dibuat.
(b) Selanjutnya skor dibagi dengan angka tertinggi yang dikalikan
dengan bobot.

Skor

X Bobot
(c) Jumlahkanlah skore untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5,
Angka Tertinggi
sama dengan seluruh bobot.
(Mubarak, W.I, Chayatin, N, & Santoso, B.A. 2009)
3) Tahap Perencanaan Keperawatan Keluarga
Apabila masalah kesehatan maupun masalah keperawatan telah
terindentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah menyusun rencana
keperawatan sesuai dengan urutan prioritas masalahnya. Rencana
keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang
direncanakan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan
atau mengatasi masalah kesehatan/ masalah keperawatan yang telah
diidentifikasi. Rencana keperawatan yang berkualitas akan menjamin
keberhasilan dalam mencapai tujuan serta penyelesaian masalah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan
keperawatan keluarga di antaranya.
(a) Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisis yang
menyeluruh tentang masalah atau situasi keluarga.
(b) Rencana yang baikharus realitas, artinya dapat dilaksanakan dan
dapat menghasilkan apa yang diharapkan.
(c) Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah
instansi kesehatan.
(d) Rencana keperawatan dibuat bersama dengan keluarga.
(e) Rencana asuhan keperawatan sebaiknya dibuat secara tertulis.
Langkah-langkah dalam mengembangkan rencana asuhan
keperawatan keluarga antara lain sebagai berikut :
(a) Menentukan sasaran atau goal.
(b) Menentukan tujuan atau objektif.
(c) Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan.
(d) Menentukan kriteria dan standar kriteria.
4) Tahap Implementasi
Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi
rencana intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber di dalam
keluarga dan memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan.
Keluarga dididik untuk dapat menilai potensi yang dimiliki mereka dan
mengembangkannya melalui implementasi yang bersifat memampukan
keluarga untuk : mengenal masalah kesehatannya, mengambil
keputusan berkaitan dengan persoalan kesehatan yang dihadapi,
merawat dan membina anggota keluarga sesuai dengan kondisi
kesehatannya, memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap
anggota keluarga, serta memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
terdekat.
Implementasi asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan
keperawatan transkultural menggunakan tiga strategi utama, yaitu :
mempertahankan budaya yang sesuai dengan situasi dan kondisi
kesehatannya saat ini; negosiasi budaya yang lebih menguntungkan
situasi dan kondisi kesehatannya saat ini; dan melakukan rekonstruksi
budaya, yaitu dengan mengganti budaya yang lebih sesuai dengan
situasi kesehatannya saat ini. Tahap implementasi (tindakan
keperawatan) terhadap keluarga mencakup hal-hal sebagai berikut :
(a) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah-masalah kesehatan dengan cara :
(1) Memberikan informasi.
(2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.
(3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
(b) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat, dengan cara :
(1) Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan.
(2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga.
(3) Mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan.
(c) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakit dengan cara :
(1) Mendemonstrasikan cara perawatan.
(2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah.
(3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
(d) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat, dengan cara :
(1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
(2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal
mungkin.
(e) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada, dengan cara :
(1) Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan
keluarga.
(2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada.
(Setyowati Sri, & Murwani Rita. 2008)
5) Tahap Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan
penilaian untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil
perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan
mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan keluarga.
Untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu
dan kesediaan keluarga.
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya. Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemajuan status
kesehatan keluarga, membandingkan respon keluarga dengan kriteria
hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan masalah dan kemajuan
pencapaian tujuan keperawatan. Bila hasil evaluasi tidak atau berhasil
sebahagian, perlu disusun rencana keperawatan yang baru. Perlu
diperhatikan juga evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan
melibatkan keluarga sehingga perlu pula direncanakan waktu yang
sesuai dengan kesediaan keluarga.
(a) Dalam menelaah kelajuan keluarga dalam pencapaian hasil,
perawat akan mencatat salah satu keputusan berikut, dalam
lembar evaluasi atau dalam catatan kemajuan pada saat
ditentukan untuk melakukan evaluasi :
(1) Lanjutkan : diagnosa masih berlaku, tujuan dan kriteria
standar masih relevan.
(2) Direvisi : diagnosa masih berlaku, tapi tujuan dan tindakan
keperawatan memerlukan perbaikan.
(3) Teratasi : tujuan keperawatan telah dicapai, dan rencana
perawatan tidak dilanjutkan.
(4) Dipakai lagi : diagnosa yang telah teratasi terjadi lagi.
(b) Yang harus dievaluasi pada tujuan keperawatan adalah : Apakah
respon keluarga sesuai dengan kriteria standar yang telah
ditetapkan
(1) Apakah tujuan yang telah dicapai sudah menggambarkan
fokus perawatan sekarang. Adakah tambahan tujuan
keperawatan sesuai dengan perkembangan hasil yang
sekarang.
(2) Apakah tujuan diterima oleh keluarga.
(c) Tindakan keperawatan yang harus dievaluasi adalah :
(1) Apakah intervensi dapat diterima oleh keluarga.
(2) Apakah intervensi itu bersifat spesifik untuk keluarga.
(3) Apakah intervensi dapat dikerjakan oleh keluarga maupun
perawat.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional.
S : Adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif
setelah dilakukan intervensi keperawatan, misalnya : keluarga
mengatakan nyerinya berkurang.
O : Adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan, misalnya : BB naik 1 kg dalam
1bulan.
A : Adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada
tujuan yang terkait dengan diagnosis.
P : Adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari
keluarga pada tahapan evaluasi.
(Setyowati Sri, & Murwani Rita. 2008)

Anda mungkin juga menyukai