Anda di halaman 1dari 7

Sep

Analisis Proses Pembahasan RUU


Keperawatan

Rapat pembahasan RUU Keperawatan antara DPR dan Pemerintah pada 28 Agustus
2013 dapat dikatakan tidak mendapatkan hasil yang nyata terhadap kemajuan proses
pembahasan RUU Keperawatan. DPR dan Pemerintah masih belum menyepakati
beberapa Daftar Inventaris Masalah (DIM) diantaranya yaitu dimasukannya kebidanan
dalam RUU Keperawatan, Konsil Keperawatan, dan Kolegium Keperawatan.

Kementerian Kesehatan mengusulkan agar kebidanan dimasukan dalam RUU


Keperawatan dengan alasan bahwa perawat dan bidan adalah satu rumpun
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
yang menyatakan bahwa tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.
Sebagaimana halnya pada Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran yang didalamnya juga mengatur dokter dan dokter gigi, hal tersebut juga
sesuai dengan PP No. 32 Tahun 1996 yang menyatakan bahwa tenaga medis meliputi
dokter dan dokter gigi. Penggabungan tersebut menurut Kementerian Kesehatan
menjadikan RUU Keperawatan lebih efektif dan efisien.

Sementara itu DPR berpendapat bahwa penambahan substansi kebidanan dalam RUU
Keperawatan menyalahi aturan perundang-undangan, karena dari awal pembahasan
dalam naskah akademik RUU Keperawatan tidak pernah membahas tentang kebidanan.
Amanat Presiden pada 8 April 2013 juga berisi tentang instruksi Presiden kepada 5
Kementerian terkait untuk membahas RUU Keperawatan dan bukan RUU Keperawatan
dan Kebidanan sebagai mana yang diusulkan oleh Kementerian Kesehatan. Selain itu
RUU Keperawatan telah dikaji dalam waktu yang cukup lama yaitu sekitar 10 tahun di
DPR , sementara kebidanan baru muncul dipertengahan proses pembahasan RUU
Keperawatan dan dikhawatirkan belum terkaji secara mendalam dan komperhensif
tentang segala sesuatu yang dibutuhkan oleh bidan, sehingga DPR berpandangan
apabila pemerintah memang serius untuk melindungi kebidanan maka DPR menyatakan
siap dan menyarankan Kementerian Kesehatan untuk segera membuat naskah
akademik RUU Kebidanan untuk dibahas bersama-sama.

Pemerintah mengusulkan agar dalam RUU Keperawatan tidak mengatur mengenai


Konsil Keperawatan Indonesia karena sesuai kesepakatan Komisi II DPR dengan
pemerintah (KemenPAN dan Setneg) untuk mengevaluasi keberadaan lembaga non
struktural dan moratorium pembentukan lembaga baru, maka tidak akan dibentuk Konsil
dalam RUU ini. Menurut Pemerintah tugas sertifikasi dan registrasi sudah menjadi tugas
pemerintah yang dilakukan oleh kementerian sesuai dengan tupoksinya masing-masing.
Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah mengusulkan agar Konsil Keperawatan
Indonesia dalam RUU Keperawatan dihapus.

Konsil adalah suatu badan otonom, mandiri, nonstruktural, dan berifat independen.
Konsil Keperawatan Indonesia diusulkan dengan tujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada
Perawat dan masyarakat, meningkatkan mutu Perawat, serta pelayanan keperawatan.
Yazid (2004) menungkapkan bahwa pada dasarnya pembentukan lembaga-lembaga
mandiri dibentuk karena lembaga-lembaga negara yang ada belum dapat memberikan
jalan keluar dan menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan
perbaikan semakin mengemuka seiring dengan munculnya era demokrasi. Selain itu,
kelahiran lembaga-lembaga mandiri itu merupakan bentuk ketidakpercayaan publik
terhadap lembaga-lembaga yang ada dalam menyelesaikan persoalan ketatanegaraan
yang dihadapi.

Indoensia sebagai bagian dari masyarakat pasar bebas dan telah menandatangani
kesepakatan di antara 10 negara ASEAN khususnya dibidang pelayanan kesehatan
yang dikenal dengan Mutual Recognition Agreement (MRA) sehingga diperlukan suatu
lembaga independen untuk mengatur sistem registrasi, lisensi, dan sertifikasi bagi
praktik perawat. Di antara 10 negara di Asia Tenggara, tujuh negara telah memiliki
undang-undang yang mengatur tentang keperawatan, sedangkan Indonesia merupakan
salah satu dari tiga negara yang belum memiliki undang-undang keperawatan (selain
Laos dan Vietnam). Oleh karena itu dari segi kebijakan saja Keperawatan Indonesia
masih jauh tertinggal. Menurut Prof. Azrul azwar Guru Besar Ilmu Kedokteran
Komunitas Universitas Indonesia yang juga mantan Ketua Umum Ikatan Dokter
Indonesia (IDI) bahwa Indonesia tertinggal 100 tahun dibandingkan dengan negara-
negara lain dalam kebijakan pengembangan profesi perawat.
Akbar (2010) mengungkapkan bahwa salah satu alasan pembentukan lembaga-
lembaga mandiri di Indonesia adalah tekanan dari lembaga-lembaga internasional untuk
membentuk lembaga-lembaga tersebut sebagai prasyarat bagi era baru menuju
demokratisasi. Negara-negara ASEAN sebagian besar memiliki Konsil Keperawatan
atau ada juga Konsil Keperawatan dan Kebidanan seperti di Thailand. Kondisi Global
sedikit banyak mempengaruhi tuntutan Global terhadap ketersediaan Perawat dan
Pelayanan keperawatan yang disetarakan dengan negara-negara lain. Pasar kerja
perawat keluar negeri sangat terbuka luas dan negara-negara maju membutuhkan
ribuah tenaga Perawat, kondisi saat ini dimana Indonesia belum mempunyai system
keperawatan yang setaraRegistered Nurse system banyak Negara yang
mempekerjakan Perawat Indonesia harus menurunkan level Kompetensi (down
grade). Bila dibandingkan dengan di Indonesia ; contoh di jepang Perawat Indonesia
Hanya menjadi Candidate nurse,di timur tengah banyak perawat Indonesia selalu
bekerja dibawah supervise perawat Philipina, India, Thailand yang mereka telah
mempunyai sistem keperawatan berdasarkan Nursing Act.

Alternatif solusi untuk konsil keperawatan yang ditawarkan Pemerintah yaitu melalui
Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) dapat tidak efektif mengingat profesi
perawat merupakan profesi dengan jumlah terbesar (60%) dari total tenaga kesehatan
yang ada. Apabila melihat dari kinerja MTKI beberapa tahun terakhir juga
mengecewakan, Surat Tanda Registrasi (STR) tidak dapat diterbitkan dalam rentang
waktu yang ditentukan (sangat lama) bahkan sampai sekarang ada yang belum
mendapatkan STR. Kondisi tersebut tentunya akan mengganggu dan merugikan setiap
tenaga kesehatan yang hendak melakukan praktik pelayanan kesehatan. Konsil Tenaga
Kesehatan yang merupakan usulan dari RUU Tenaga Kesehatan yang diajukan oleh
Pemerintah yang sedang sama-sama berproses juga dikhawatirkan akan terjadi hal
yang sama. Prof. Azrul Azwar mengungkapkan RUU Tenaga Kesehatan tidak perlu
karena tidak semua tenaga kesehatan perlu diatur dengan undang-undang, tetapi
profesi kesehatan yang bersentuhan langsung secara massif dengan pasien saja.

Tidak ada gading yang tak retak. Kepada Pemerintah, DPR, dan masyarakat diharapkan
dapat mempertemukan solusi terbaiknya karena tujuannya adalah sama yaitu untuk
kesehatan masyarakat Indonesia secara paripurna.

Referensi :

1. Kompas. (2012). Kebijakan Keperawatan Indonesia Jauh Tertinggal. Kompas:


Jakarta
2. Akbar, Patrialis. (2010). Dinamika Lembaga-lembaga Negara Mandiri di
Indonesia Pasca Perubahan Undang-Undang Dasar 1945. Diunduh
dari http://www.djpp.kemenkumham.go.id/htn-dan-puu/658-dinamika-lembaga-
lembaga-negara-mandiri-di-indonesia-pasca-perubahan-undang-undang-dasar-
1945.html.

Arif Eko Yuniawan, S.Kep.


ALIANSI MAHASISWA KEPERAWATAN INDONESIA
Diposkan 1st September 2013 oleh Perawat Soedirman
0

Tambahkan komentar

Perawat Soedirman

Beranda
Organisasi
Photo
Video
Motivation

Sep
1
Analisis Proses Pembahasan RUU Keperawatan

Rapat pembahasan RUU Keperawatan antara DPR dan Pemerintah pada 28 Agustus 2013
dapat dikatakan tidak mendapatkan hasil yang nyata terhadap kemajuan proses pembahasan
RUU Keperawatan. DPR dan Pemerintah masih belum menyepakati beberapa Daftar
Inventaris Masalah (DIM) diantaranya yaitu dimasukannya kebidanan dalam RUU
Keperawatan, Konsil Keperawatan, dan Kolegium Keperawatan.

Kementerian Kesehatan mengusulkan agar kebidanan dimasukan dalam RUU Keperawatan


dengan alasan bahwa perawat dan bidan adalah satu rumpun berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan yang menyatakan bahwa
tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.

Sep
1

Uji Kompetensi Tenaga Kesehatan dalam Persepsi Mahasiswa

Sumber Gambar: http://deblogger.org/2010/03/24/ujian-nasional-ohhh-ujian-nasional/

Permenkes No. 1796/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan


menyebutkan bahwa Uji Kompetensi adalah suatu proses untuk mengukur pengetahuan,
keterampilan, dan sikap tenaga kesehatan sesuai dengan standar profesi. Tujuan baiknya
adalah agar terwujudnya standar mutu setiap lulusan pendidikan tinggi kesehatan sehingga
akan berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.

Jan
10

Bukan Pilihan

Masa aktif saya sebagai mahasiswa boleh dikatakan tinggal beberapa saat lagi. Akan tetapi
sampai saat ini saya belum cukup paham dengan peran saya sebagai mahasiswa. Itu terlihat
jelas ketika ditanya apa sih yang sudah saya berikan untuk bangsa ini. Butuh waktu lama
bagi saya untuk menjawab pertanyaan seperti itu. Hal yang saya ketahui adalah bangsa ini tak
pernah sepi dari keluhan-keluhan rakyatnya. Keluhan itu pun muncul dari bermacam-macam
mulut, tak terkecuali mulut mahasiswa.

Jun
7

Perlindungan Hukum yang Kuat Menjamin Pelayanan Keperawatan yang


Berkualitas

Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan


hidup sehat setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan
kesehatan pada dasarnya menyangkut kehidupan bio-psiko-sosio-spiritual dan dalam
perkembangannya telah terjadi perubahan orientasi maupun paradigma terutama dalam upaya
pemecahan masalah kesehatan.

May
31

Hati-Hati Wabah Virus Lengser syndrome

Oleh : Arif Eko Yuniawan

Hari tidak terlalu dingin kala itu, hujan pun tak nampak, namun perasaan aneh menyelimuti
sekujur tubuh seorang lelaki setengah baya yang masih sibuk mencari-cari kebenaran tentang
suatu hal.

May
31

Peran Mahasiswa Keperawatan dalam Pengkawalan Pelaksanaan Undang-Undang Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara
utuh sebagai manusia yang bermartabat

(Pasal 28H (3) UUD 1945)

Bermula dari lahirnya Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN).

Sep
5

Untuk Kawanku

Assalamualaikum Warahmatullohi Wabarakatuh.,

Salam Perjuangan.,

Selamat datang para pemenang, selamat datang kawan-kawanku, kalian adalah insan yang
terpilih, yang dibekali dengan intelektualitas dan semangat juang tinggi. Kehadiran kalian
menjadi pengharapan besar bagi bangsa ini untuk menjadikan negeri ini menjadi lebih baik.

Inilah kalimat pengawal rasa gembira kami ketika kawan-kawan memutuskan bergabung di
barisan ini.
1

Jul
19

Kembalikan Kemurnian Keilmuan Perawat

Bukan karena mulai bergesernya idealisme saya, ku tulis catatan kecil ini, tetapi karena ingin
melihat sesuatu lebih obyektif lagi.
6

Jul
14

Catatan Kecil Perjalanan Menuju Gedung Kura-Kura

Dari awal saya hendak beranjak, sempat terblesit pikiran kenapa saya harus pergi, sementara
banyak orang-orang yang disini pun tidak terlalu peduli. Namun dengan semangat yang
masih tersisa saya lanjutkan langkah kaki kecil ini.
1

Jun
17

Komkep Loss and Grieving Stage Bargaining

Kasus :

Seorang Ayah usia 45 tahun harus diamputasi salah satu kakinya dikarenakan komplikasi
penyakit Diabetes yang sudah dialaminya selama 3 tahun. Karena harus kehilangan salah satu
kakinya, Ayah tersebut harus terancam kehilangan pekerjaannya sebagai tukang becak,
padahal dia harus menghidupi isteri dan tiga orang anaknya yang masih kecil.
32

Memuat
Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai