Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Ritel merupakan strategi usaha untuk menyiasati agar dapat

masuk ke daerah-daerah yang lebih kecil. Sebab, perusahaan ritel besar

dilarang untuk beroperasi di daerah seperti kecamatan atau pedesaan.

Oleh karenanya, mini ritel ini sebagai alternatif untuk menyiasati aturan

dengan membuka gerai yang besarnya seperti toko kelontong namun

dalam praktek manajemen menggunakan sistem dan standar perusahaan

induknya.

Sistem ini pun banyak ditawarkan dengan konsep waralaba. Hal ini

kerap dikaitkan dengan kebutuhan konsumen di wilayah yang diinginkan.

Termasuk membuka usaha yang berdekatan dengan pasar tradisional atau

di wilayah pemukiman penduduk, antara lain perumahan. Kekuatan bisnis

ritel ini lazimnya diukur berdasarkan skala penilaian disukai atau tidak

disukai yang dibuat konsumen. Format bisnis yang relatif baru di

Indonesia ini menjadi usaha yang paling banyak diminati.

1
Sebagai sebuah strategi sistem pemasaran, jaringan usaha ritel

waralaba menjadi alternatif yang menjanjikan. Setidaknya untuk menjual

produk dalam satu paket usaha minimarket. Hal ini sejalan dengan survey

Nielsen Research bahwa minimarket merupakan alternatif belanja yang

paling menarik perhatian dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen

akibat pergeseran pola belanja.

Kebutuhan belanja yang dekat dengan lokasi tempat tinggal, harga

jual produk yang bersaing dengan pasar tradisional merupakan alasan

dibalik semakin populernya perusahaan waralaba ini. Industri ritel terus

semakin berubah seiring dengan perubahan teknologi, perkembangan

dunia usaha, dan tentunya kebutuhan konsumen. Aktivitas bisnis yang

terkait dengan penjualan dan pemberian layanan kepada konsumen ini

sifatnya individu sebagai pribadi maupun keluarga. Agar berhasil dalam

pasar ritel yang kompetitif, peritel harus dapat menawarkan produk yang

tepat, dengan harga yang tepat, pada tempat yang tepat, dan waktu yang

tepat.

Oleh karena itu, pemahaman peritel tehadap karakteristik target

pasar atau konsumen yang akan dilayani merupakan hal yang sangat

penting. Itu sebabnya dalam operasional usaha, para peritel menjalankan

beberapa fungsi antara lain membantu konsumen dalam menyediakan

2
berbagai produk dan jasa, menjalankan fungsi memecah (bulk breaking),

maupun menambah nilai produk. Secara keseluruhan, pengelolaan binis

ritel membutuhkan implementasi fungsi-fungsi manajemen secara

terintegrasi baik fungsi keuangan, pemasaran, sumber daya manusia,

maupun operasional.

Strategi pemasaran ritel adalah pemasaran yang mengacu kepada

beberapa variabel. Pedagang eceran ini dapat mengkombinasikan

beberapa alternatif sebagai suatu strategi pemasaran untuk dapat

menarik konsumen. Variabel tersebut umumnya meliputi faktor seperti :

variasi barang dagangan dan jasa yang ditawarkan, harga, iklan, promosi,

dan tata ruang, desain store, lokasi store dan merchanding (Retail

Marketing Management, 2003).

Di Indonesia waralaba berbentuk retail mini outlet sedang

berkembang. Beberapa ritel yang sudah terkenal antara lain Indomart,

Yomart dan Alfamart. Perusahaan ritel SB Mart yang dikelola Koperasi

Sejahtera Bersama muncul belakangan yakni pada 3 Agustus 2010 atau 22

Syaban 1431 H. Salah satu gerai dibangun di Komplek Perumahan Bumi

Panyawangan, Bandung.

Untuk mengungguli pesaing-pesaingnya, perusahaan waralaba ini

menyampaikan pesan-pesan tertentu kepada konsumen untuk dapat

3
menciptakan nilai (value) yang akan sangat berguna bagi konsumen

dengan target utama yakni keluarga muslim dari kalangan menengah.

Salah satu variabel penting dari pesan yang ditimbulkan dari

respons konsumen adalah motivasi berbelanja. Menurut Gray (dalam

Winardi, 2002) bahwa motivasi berbelanja merupakan sejumlah proses

yang bersifat internal dan/atau eksternal bagi seorang individu yang

menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dalam melaksanakan kegiatan-

kegiatan berbelanja.

Untuk menjaga kelangsungan hidup serta kemajuan dan

keunggulan dalam bisnis eceran yang semakin kompetitif, maka pengelola

bisnis tersebut harus berupaya menerapkan strategi berupa program

bauran penjualan eceran yang dapat memunculkan minat konsumen.

Komponen tersebut meliputi produk, harga, tempat, dan promosi atau

lebih dikenal dengan 4P yakni product, price, place, dan promotion.

Untuk lebih mendalami persoalan yang dipaparkan di atas penulis

bermaksud melakukan penelitian dengan judul Motivasi Berbelanja

Konsumen Keluarga Muslim pada Ritel SB Mart di Perumahan Bumi

Panyawangan Bandung.

4
B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang penelitian di atas, permasalahan yang muncul

sebagai berikut : Bagaimana Motivasi Berbelanja Konsumen Keluarga

Muslim pada Ritel SB Mart di Perumahan Bumi Panyawangan Bandung?

C. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan penelitian di atas ini adalah untuk mengetahui

tentang bagaimana motivasi berbelanja konsumen Keluarga Muslim pada

Ritel SB Mart di Perumahan Bumi Panyawangan Bandung.

D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan

sumbangan pemikiran ilmiah bagi penelitian lain, khususnya tentang

motivasi berbelanja kaum muslim pada ritel, khususnya kaum muslim di

Komplek Bumi Panyawangan Bandung pada ritel SB Mart.

2. Kegunaan Praktis

Hasil pemikiran ini diharapkan dapat berguna dan memberikan sumbangan

pemikiran praktis bagi perusahaan ritel SB Mart dalam mengembankan

usahanya yang berkaitan motivasi berbelanja kaum muslimin., khususnya

tentang motivasi berbelanja kaum muslim di Komplek Bumi Panyawangan

Bandung pada ritel SB Mart.

5
E. Kerangka Pemikiran

Menurut Kotler (2003:436) aktivitas perniagaan menjadi alat

pemasaran yang potensial yang telah bagian tak terpisahkan dari bauran

pemasaran. SB Mart adalah sebuah merek. Merek bagi sebuah produk

sebagai salah satu dari bauran pemasaran (marketing mix) yang berfungsi

menyokong keberhasilan perusahaan. Oleh sebab itu perusahaan harus

mempunyai program pengemasan merek usaha yang dapat mendorong

munculnya motivasi berbelanja.

Menurut Gray (dalam Winardi, 2002) motivasi berbelanja

merupakan sejumlah proses yang bersifat internal dan/atau eksternal bagi

seorang individu konsumen. Sifat tersebut yang akan menyebabkan

timbulnya sikap antusiasme melaksanakan transaksi keuangan. Intensitas

transaksi pembelian yang dilakukan oleh para konsumen itu pada

gilirannya yang menentukan besaran laba perusahaan.

Pakar ekonomi William J. Stanton. Michael J. Etzel dan Bruce J.

Walker sepakat dengan pendapat di atas. Ia hanya mengingatkan bahwa

motivasi berbelanja bergantung pada produk. Produk didefinisikan sebagai

sekelompok atribut nyata dan tidak nyata yang di dalamnya terdapat

merek, kemasan, warna, harga, dan mutu layanan serta reputasi penjual.

6
Sedangkan pendapat lain sebagaimana dikutip dari Philip Kotler

(1993 : 194) bahwa pengertian produk sebagai sesuatu yang dapat

ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau

dikonsumsikan sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan

konsumen. Dalam hal ini atribut nyata sebuah produk dapat memenuhi

atau memuaskan kebutuhan atau keinginan konsumen. Posisi penting ini

berfungsi untuk menunjukan bahwa motivasi berbelanja sama pentingnya

dalam menyokong suatu produk.

Diasumsikan, apabila sebuah perusahaan dapatmeningkatkan

motivasi belanja konsumen maka respon konsumen semakin positif dapat

lebih diperluas atau dibatasi misalnya konsumen muslim. Pembatasan ini

harus disokong beberapa faktor yang menyebabkan berkembangnya

motivasi belanja diakibatkan kemampuan dan meningkatnya daya beli

konsumen. Dalam konteks sebagai sebuah senjata pembentuk gaya

(styling weapon).

Apalagi perubahan-perubahan keadaan sosial, ekonomi, dan

politik telah mendorong perusahaan ritel menerpa kalangan kaum urban

tertentu di kota. Menimbang kembali persoalan sebagai bagian dari

komunikasi pemasaran, mengkhususnya pada konsumen kalangangan

kaum muslim merupakan kemasan sebagai salah satu alat promosi.

7
Pendapat para ahli mengenai Integrated Communication yang disebut

dengan The Marketing Communication Mix atau The Promotion Mix

menurut Smith (1993:19) yakni konsumen bersedia membayar lebih demi

kenyamanan, keunggulan, penampilan, dan gengsi. Selain citra

perusahaan dan merek (company and brand image) sebagai kekuatan yang

memberikan pengakuan seketika (instant recognition) terhadap

perusahaan itu.

F. Langkah-langkah Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan survey dengan

tujuan untuk memberikan gambaran tentang sesuatu obyek penelitian.

Sedangkan untuk melukiskan setiap variabel yang diteliti digunakan

metode deskriptif analitis yaitu penelitian yang bertujuan untuk

melukiskan secara sistematis atau karakteristik populasi tertentu

secara faktual dan cermat.

2. Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian

ini sebagai berikut :


a. Angket sebagai data primer. Angket ini berupa lembaran

pertanyaan tertulis yang disebarkan kepada responden berisikan 4

pertanyaan tentang data diri responden (jenis kelamin, usia,

8
pendidikan dan pekarjaan), 19 pertanyaan penelitian yang bersifat

tertutup dengan menggunakan skala Likert meliputi 5 alternatif

jawaban ( sangat puas, puas, cukup, tidak puas, sangat tidak puas)

dengan masing-masing skor pada setiap item 1-5 serta 1 pertanyaan

terbuka tentang saran dan kritik responden.


b. Observasi sebagai data sekunder. Pengumpulan data dengan cara

melakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek

penelitian. Dalam hal ini pengamatan terrhadap fasilitas yang

tersedia pada obyek penelitian secara kasat mata.


c. Wawancara sebagai data sekunder. Langkah mengumpulkan data

dengan cara melakukan tanya-jawab secara langsung dengan

sumber data yang relevan dengan konteks penelitian.


d. Dokumentasi sebagai data sekunder. Data yang dikumpulkan ini

melengkapi data-data penelitian lainnya yang sifat tercetak

(printed) antara lain profil perusahaan, logo perusahaan dan

beberapa foto dokumentasi yang melengkapi keseluruhan

penelitian.

G. Populasi dan Teknik Sampel

a. Populasi dalam penelitian ini adalah para pelanggan yang

mengunjungi Warung Nasi Ampera Cabang Jalan Soekarno-Hatta

Bandung . Dalam hal ini penelitian dilaksanakan selama 8 hari kerja

(setiap Sabtu dan Minggu) selama bulan Nopember 2012.

9
b. Teknik sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling yaitu

memilih orang-orang tertentu pelanggan Warung Nasi Ampera

Cabang Soekarno-Hatta Bandung yang dianggap mewakili seluruh

populasi penelitian. Dalam hal ini peneliti telah menentukan 40

responden.

H. Analisis Data
Untuk menganalisis data dilakukan dengan cara pendekatan

kuantitatif dan kualitatif. Adapun langkah-langkah untuk menganalisis

data ini, sebagai berikut :


a. Melakukan proses editing terhadap angket yang kembali dengan

tujuan untuk meneliti aspek kelengkapan dan kejelasan atas

jawaban yang diberikan responden terhadap pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan dalam angket.


b. Setelah dianggap memenuhi persyaratan, dilakukan tahap analisis

data dengan menggunakan teknik statistik deskriptif yang

bertujuan untuk melihat data seperti apa adanya. Ada dua cara

yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu untuk analisis data

responden dilakukan dengan analisis potret data (frekuensi dab

persentase) dengan menggunakan rumus :

100%

10
- f adalah frekuensi dan n sebagai jumlah sampel. Sedangkan

untuk data penelitian dilakukan dengan analisis kecenderungan

nilai tengah, dengan langkah-langkah sebagai berikut :


- Menghitung jumlah skor yang diperoleh dari tiap-tiap jawaban

item dan mengelompokannya sesuai dengan yang diperoleh

responden.
- Menjumlah seluruh skor jawaban item dari tiap-tiap indikator,

lalu membaginya dengan banyaknya responden.


- Untuk menginterpretasikan tinggi rendahnya nilai atau skor

yang diperoleh, maka akan diamati berdasarkan kriteria

sebagai berikut :
0,50 - 1,49 berarti sangat rendah
1,50 2,49 berarti rendah
2,50 - 3,49 berarti cukup
3,50 - 4,49 berarti tinggi

11
BAB III

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Motivasi.

Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan

ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen

utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan.

Berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, teori X dan Y

Douglas McGregor maupun teori motivasi kontemporer, arti motivasi

adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh

seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat

diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai

apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang.

12
Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang berkembang di

masyarakat yang seringkali disamakan dengan semangat seperti contoh

dalam percakapan "saya ingin anak saya memiliki motivasi yang tinggi".

Statemen ini bisa diartikan orang tua tersebut menginginkan anaknya

memiliki semangat belajar yang tinggi. Maka, perlu dipahami bahwa ada

perbedaan penggunaan istilah motivasi di masyarakat. Ada yang

mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang

mengartikan motivasi sama dengan semangat.

Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait

dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak

menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut

dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi. Sebaliknya

elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa

lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.

Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan

atau tenaga berupa gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif

tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia

untuk bertingkah-laku dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan

tertentu.

13
Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu di mulai

dengan motivasi (niat). Menurut Wexley & Yukl (dalam Asad, 1987)

motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif. Motivasi juga dapat

diartikan sesuatu hal atau keadaan menjadi motif. Sedangkan menurut

Mitchell (dalam Winardi, 2002) motivasi mewakili proses- proses

psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya

persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke

tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Gray (dalam Winardi, 2002) motivasi

merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi

seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan

persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.


Morgan (dalam Soemanto, 1987) mengemukakan bahwa

motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek

dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorong

tingkah laku (motivating states), tingkah laku yang di dorong oleh keadaan

tersebut (motivated behavior), dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut

(goals or ends of such behavior).


McDonald (dalam Soemanto, 1987) mendefinisikan motivasi

sebagai perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh

dorongan efektif dan reaksi- reaksi mencapai tujuan. Motivasi merupakan

masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan

14
setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini

berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara

biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar

yang berbeda pula (Suprihanto dkk, 2003).


Soemanto (1987) secara umum mendefinisikan motivasi sebagai

suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-

reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan,

kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi

kekuatan bagi tingkahlaku mencapai tujuan,telah terjadi di dalam diri

seseorang.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah

energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri

sesorang yang nampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi,

sehingga mendorong individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu

dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus

terpuaskan.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Motivasi seseorang sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :

1. Faktor Internal yakni faktor yang berasal dari dalam diri individu, terdiri

atas:
- Persepsi individu mengenai diri sendiri; seseorang termotivasi

atau tidak untuk melakukan sesuatu banyak tergantung pada

15
proses kognitif berupa persepsi. Persepsi seseorang tentang

dirinya sendiri akan mendorong dan mengarahkan perilaku

seseorang untuk bertindak;


- Harga diri dan prestasi; faktor ini mendorong atau

mengarahkan inidvidu (memotivasi) untuk berusaha agar

menjadi pribadi yang mandiri, kuat, dan memperoleh

kebebasan serta mendapatkan status tertentu dalam

lingkungan masyarakat; serta dapat mendorong individu untuk

berprestasi;
- Harapan; adanya harapan-harapan akan masa depan. Harapan

ini merupakan informasi objektif dari lingkungan yang

mempengaruhi sikap dan perasaan subjektif seseorang.

Harapan merupakan tujuan dari perilaku.


- Kebutuhan; manusia dimotivasi oleh kebutuhan untuk

menjadikan dirinya sendiri yang berfungsi secara penuh,

sehingga mampu meraih potensinya secara total. Kebutuhan

akan mendorong dan mengarahkan seseorang untuk mencari

atau menghindari, mengarahkan dan memberi respon terhadap

tekanan yang dialaminya.


- Kepuasan kerja; lebih merupakan suatu dorongan afektif yang

muncul dalam diri individu untuk mencapai goal atau tujuan

yang diinginkan dari suatu perilaku.

16
3. Faktor Eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu,

terdiri atas:
- Jenis dan sifat pekerjaan; dorongan untuk bekerja pada jenis

dan sifat pekerjaan tertentu sesuai dengan objek pekerjaan

yang tersedia akan mengarahkan individu untuk menentukan

sikap atau pilihan pekerjaan yang akan ditekuni. Kondisi ini juga

dapat dipengartuhi oleh sejauh mana nilai imbalan yang dimiliki

oleh objek pekerjaan dimaksud;


- Kelompok kerja dimana individu bergabung; kelompok kerja

atau organisasi tempat dimana individu bergabung dapat

mendorong atau mengarahkan perilaku individu dalam

mencapai suatu tujuan perilaku tertentu; peranan kelompok

atau organisasi ini dapat membantu individu mendapatkan

kebutuhan akan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, kebajikan serta

dapat memberikan arti bagi individu sehubungan dengan

kiprahnya dalam kehidupan sosial.


- Situasi lingkungan pada umumnya; setiap individu terdorong

untuk berhubungan dengan rasa mampunya dalam melakukan

interaksi secara efektif dengan lingkungannya;


- Sistem imbalan yang diterima; imbalan merupakan karakteristik

atau kualitas dari objek pemuas yang dibutuhkan oleh

seseorang yang dapat mempengaruhi motivasi atau dapat

17
mengubah arah tingkah laku dari satu objek ke objek lain yang

mempunyai nilai imbalan yang lebih besar. Sistem pemberian

imbalan dapat mendorong individu untuk berperilaku dalam

mencapai tujuan; perilaku dipandang sebagai tujuan, sehingga

ketika tujuan tercapai maka akan timbul imbalan.

C. Motivasi Kerja

18
BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Koperasi Sejahtera Bersama

Koperasi Sejahtera Bersama atau sering disebut SB berkembang


pesat dari koperasi simpan pinjam menjadi raksasa koperasi yang
menggarap beberapa bisnis baru. Badan usaha yang dimotori Dasep dan
Iwan Setiawan ini pada 14 Juli 2009 sudah mengakuisisi 68,75% saham PT
Faryan Nusantara, perusahaan yang bergerak dalam bidang migas.
Kemudian pada 10 Februari 2010, koperasi tersebut membeli 65% saham PT
Cipta Ekatama Nusantara yang bergerak dalam bidang properti.

Pada 2009, total aset SB melonjak dari Rp 1 milyar pada saat


pertama berdiri menjadi lebih Rp 100 milyar. Jumlah anggota SB juga
membengkak dari hanya 900 anggota hinggga mencapal 17 ribuan
anggota. Kiprah bisnis SB pun kini mulai mengembangkan beberapa unit
perdagangan, bergerak dalam bidang finance dengan nama SB Finance.
Selain itu, SB juga kini tengah giat mengembangkan unit usaha ritel
minimarket dan furniture dengan nama SB Mart dan SB Furniture.

SB Mart dan SB Furniture cukup memberikan kontribusi besar bagi


profit SB dan menjadi penopang bisnis SB sejak beberapa tahun berdiri.
SB Mart adalah payung bisnis yang mengelola franchise minimarket. Saat
ini SB Mart memiliki 32 cabang dari sekitar 3 atau 4 unit bisnis pada tahun
2006 .Margin bisnis ini maksimal 5% dari investasi

Sedangkan SB Furniture adalah payung unit bisnis furniture yang


memiliki franchise MER dan Furnimart. MER pertama dibuka di Sukabumi
pada 2007, di Solo tahun 2008 dan di Cipto pada 2008. Furniture
mempunyai margin minimal 20% setiap bulan dari omset. Franchise MER

19
dalam tiga tahun sudah BEP(break event point) meskipun investasinya
masih sebatas satu milyar rupiah.
MER dan Furnimartdiawali kerjasama dengan grup Olympic milik
AU Bintoro, icon furniture di Indonesia. MER sendiri adalah merk waralaba
asing yang hak master franchise-nya dipegang Olympic Group. Orang
Indonesia pasti akan lebih aware dengan merek asing. Sedangkan
Furnimart dirancang untuk menyasar segmen menengah bawah.

B. Ritel SB Mart

SB Mart adalah salah satu unit usaha dari Sejahtera Bersama


Finance yang bergerak dalam bidang perdagangan kebutuhan pokok yang
diharapkan dapat menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari bagi
anggota / calon anggota koperasi dan masyarakat pada umumnya dengan
kualitas baik dan harga yang terjangkau serta menjadi pembina bagi toko-
toko kecil yang dimiliki masyarakat disetiap daerah.

Beberapa tahun ini SB sedang serius menggeluti SB Mart sebagai


payung bisnis yang mengelola franchise minimarket. Saat ini SB Mart
memiliki 32 cabang sejak berdiri pada tanggal 3 Agustus 2010 atau 22
Syaban 1431 H.

Pendirian SB Mart dilatarbelakangi oleh rasa rindu akan hadirnya


sarana belanja bagi masyarakat umum yang betul-betul memihak
masyarakat umum baik konsumen, pedagang serta pelaku ekonomi di
lingkungan sekitar SB Mart berdiri. Itu sebabnya SB Mart memiliki nuansa
yang berbeda dengan minimarket-minimarket yang sudah ada. Juga
memiliki filosofi dan orientasi yang berbeda.

Seiring dengan maraknya bisnis ritel minimarket di Indonesia, SB


Mart hadir dalam melayani masyarakat dengan nuansa gerai yang
berbeda. Baik dalam hal suasana belanja, tampilan, ataupun produk-
produk yang dijual didalamnya. SB Mart tidak menjual minuman keras
serta barang-barang haram lainnya sehingga SB Mart sangat bersahabat
dengan keluarga Indonesia.

Di SB Martpun dijual barang dagangan yang khas seperti


Habbatusauda, air Zam-Zam, jus kurma, peralatan shalat, serta buku-buku

20
islam membuat SB Mart terlihat sangat kental dengan nuansa Islamnya.
Dengan variasi produk lebih dari 4.000 item barang dagangan, serta
diperkuat dengan manajemen Syariah dan Sistem Teknologi Informasi (IT)
yang mumpuni, diharapkan masyarakat dapat mengandalkan keberadaan
SB Mart di lingkungannya masing-masing sebagai penyedia kebutuhan
pokok sehari-hari, terlebih lagi SB Mart menyediakan variasi buah lebih
banyak khususnya buah-buah lokal.
SB Mart memiliki program-program yang sangat berpihak kepada
pedagang kecil serta pelaku usaha dilingkungan sekitar SBmart, yaitu
dengan program Rak Kemitraan, Muhasaba (Mitra Usaha Sejahtera
Bersama), serta Harga Anggota. Rak kemitraan digunakan sebagai sarana
untuk menampung produk-produk baik itu berupa makanan, kerajinan dan
lain sebagainya yang dihasilkan oleh masyarakat sekitar gerai SB Mart
berada.
Oleh karena itu rencana ekspansi SBmart diarahkan untuk dapat
menjangkau sampai ke pelosok daerah. Dengan program-program
tersebut diharapkan SB Mart menjadi pembina bagi toko-toko kecil yang
dimiliki masyarakat disetiap daerah serta dapat betul-betul menjadi
minimarket yang mampu bersaing dan mensejahterakan setiap anggota /
calon anggota Sejahtera Bersama Finance dan masyarakat luas pada
umumnya.

Dalam menjalankan usahanya, SB Mart memegang teguh prinsip-


prinsip Koperasi yang diorientasikan untuk dapat membantu,
memperkokoh dan mengembangkan perekonomian masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial dari masyarakat itu
sendiri. SB Mart memiliki Anggota yang sangat banyak dan tersebar
diseluruh Indonesia.
Layaknya filosofi perekonomian dari anggota untuk anggota, SB
Mart memberikan harga khusus kepada anggotanya. Harga yang sangat
murah ini diharapkan mampu memberikan loyalitas lebih kepada anggota
untuk berbelanja dan memenuhi kebutuhan sehari-hari di SB Mart.
Semakin sering anggota berbelanja di SB Mart maka semakin besar SHU
yang dinikmati.

Akan tetapi target market SB Mart tidaklah melulu anggota, target


utama adalah keluarga muslim dari kalangan menengah. Oleh karena itu
SB Mart didirikan dengan motto Nyaman dan Ideal. Pendirian gerai-gerai
SB Mart selalu mempertimbangkan kondisi tersebut. Mulai dari parkiran
yang luas, tampilan gerai yang bersih, lorong belanja yang lebar, pelayanan

21
yang ramah, penyediaan trolley belanja dan lain sebagainya. Tersedianya
harga yang sesuai dengan seluruh target market SB Mart diharapkan
mampu memuaskan seluruh konsumen sehingga SB Mart Ideal bagi semua
kalangan.
Dengan cepatnya pertumbuhan gerai dan tepatnya posisi dari gerai
itu sendiri, maka besar harapan kami SB Mart dapat berkembang dengan
cepat dan baik, serta menjadi tempat belanja yang nyaman dan ideal
sesuai dengan visi dan misinya dalam melayani masyarakat.

C. Visi, Misi dan Motto SB Mart

Visi SB Mart dirumuskan secara spesifik dengan kalimat Menjadi


jaringan distribusi ritel berdaya saing tinggi yang mensejahterakan.
Sedangkan Misinya adalah Menjalankan unit usaha dengan struktur yang
baik dan efisien dengan azas pelayanan.
Motto SB Mart yaitu Belanja Nyaman dan Ideal. Nyaman dengan
sapaan, senyum dan pelayanan kepada setiap konsumen, bersih, sejuk,
rapi, ideal, dan sesuai harapan target market SB Mart, anggota dan
konsumen umum. Ideal harganya, tempatnya dan produknya.

Adapun posisioning yang diciptakan ditetapkan sebagai berikut :

Sarana belanja yang nyaman, bersih dan ramah.


Selling space 120 m2.

Variasi produk yang dijual kurang lebih 3500 item.

Harga terjangkau bagi seluruh masyarakat dan murah bagi


anggota/calon anggota.

Dekat, murah dan berwawasan kedepan serta mampu memenuhi


harapan konsumen SB Mart.

D. Legalitas Usaha SB Mart

1. Serifikasi Usaha Koperasi Nomor : 518/025KUKM &


PERINDAG/TAHUN 2010 dari Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian,
Perdagangan Pemerintahan Kota Bandung.

22
2. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Nomor: 510/2-7661-BPMPPT dari
Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu
Pemerintah Kota Bandung.

3. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Nomor: 101125100422 dari Badan


Penanaman Modal dan Pelayanan Prizinan Terpadu Pemerintah Kota
Bandung.

4. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Nomor: 02.300.901.2-429.002 dari


Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia
Kantor Wilayah Kanwil DJP Jawa Barat I.

E. Pembahasan

Data responden dalam penelitian ini adalah pelanggan yang datang ke gerai

Alfamart di Perumahan Permata Biru Bandung. Penelitian dilaksanakan selama 4 hari

kerja setiap hari Minggu pada bulan Nopember 2012. Penetapan satu hari kerja pada

akhir pekan karena hari libur dimana sebagian konsumen lebih aktif melakukan

belanja keluarga di gerai ini.

Data responden yang dihimpun mencakup jenis kelamin, usia, pendidikan

terakhir, pekerjaan/profesi. Hal ini yang dimaksudkan untuk melukiskan secara

sistematis atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual

dan cermat yang merupakan dasar dari seluruh pertanyaan penelitian yang diajukan

dalam angket. Data responden tersebut diperlukan untuk melengkapi penganalisaan

karena setiap responden dalam menyampaikan penilaiannnya berdasarkan frame of

refference dan field of experience.

1. Data Responden Konsumen Alfamart Perumahan Permata Biru

23
1.1. Jenis Kelamin
Tabel 3.1.
Jenis Kelamin Responden

No. Jenis Kelamin Jumlah Prosentase


1 Pria 25 62,5%
2 Wanita 15 37,5%
Jumlah 40 100 %

Dari pertama pada Tabel 3.1. Jenis kelamin responden dari 40

responden, terdapat 25 responden atau 62,5%% adalah pria, sedangkan 15

responden atau 37,5% perempuan. Berdasarkan data resonden tersebut

ditafsirkan bahwa perbandingan antara pelanggan berjenis kelamin pria

dan wanita yang berkunjung ke Alfamart Perumahan Permata Biru

Bandung selisih 10 responden. Pelanggan pria lebih sering berkunjung

dibandingkan wanita.

1.2. Usia
Tabel 3.2.
Usia Responden

Alternatif Jawaban Jumlah Persentase


20- 25 Tahun 8 20%
26-30 Tahun 8 20%
31-35 Tahun 8 20%
36-40 Tahun 6 15%
Diatas 41 tahun 10 25%
Jumlah 40 100%

24
Tabel di atas menunjukan bahwa mayoritas usia responden di

atas 40 tahun atau 25 % dari keseluruhan responden. Sedangkan sebagian

lainnya merata sekitar 20% di seluruh usia antara 21-25 tahun sebanyak 8

responden atau 20%, usia 26-30 tahun 8 responden atau 20% dan usia

antara 31-40 tahun sebanyak 8 responden atau 20%, usia antara 41-50

tahun sebanyak 9 responden atau 20, 94 % dan terakhir usia di atas 40

tahun sebanyak 10 responden atau 25 %.


Data tersebut dapat ditafsirkan bahwa pelanggan Alfamart

Perumahan Permata Biru Bandung sudah berusia dewasa, di atas 20

tahun dan bervariasi hingga 40 tahun, Jumlah pelanggan pada usia

tersebut berada pada kisaran 75% dari seluruh responden. Selebihnya

diatas usia 41 tahun, atau sekitar 25 persen dari seluruh pelanggan. Data

tersebut menunjukan bahwa pelanggan sebagian besar hampir sebaya,

mereka masih relatif muda. Pengecualiaan diatas usia 40 tahun

menunjukan penurunan signifikan bahwa pelanggan yang sudah berusia

lanjut sudah jarang kembali bertandang.

1.3. Pendidikan Terakhir


Tabel 1.3.
Pendidikan Terakhir Responden

Alternatif Jawaban Jumlah Persentasi


SLTA 9 22,5 %
Sarjana (S1) 29 72,5 %
Pascasarjana (S2) 2 5%
Jumlah 40 100%

25
Tabel di atas menunjukan pendidikan terakhir responden

mayoritas pendidikan sarjana sebanyak 29 responden atau 72,5 %,

ditambah sedikit pendidikan pascasarjana 2 responden atau 5%. Sisanya

responden yang berpendidikan SLTA sebanyak 9 responden atau 22,5 %

saja.
Data di atas menggambarkan realitas pelanggan yang bertandang

Alfamart Perumahan Permata Biru Bandung berpenddikan tinggi.

Sebagian besar mereka pendidikan sarjana bahkan sebagian kecil telah

menempuh pascasarjana. Pelanggan yang berpendidikan minimal SLTA

lebih sedikit dibanding sarjana. Penafsiran berdasarkan latar belakang

pekerjaan/profesi ini ada hubungannya dengan pekerjaan. Mereka yang

telah menempuh pendidikan tinggi ini telah memiliki pekerjaan atau

berpenghasilan.

1.4. Pekerjaan /Profesi


Tabel 1.4.
Pekerjaan/Profesi Responden

Alternatif Jawaban Jumlah Persentasi


Pelajar/Mahasiswa 5 16,28 %
PNS/Militer 4 10 %
Pegawai Swasta 11 27,5 %
Wiraswasta 6 15 %
Ibu Rumah Tangga 14 35 %
Jumlah 40 100 %

Pada tabel 3.4 menunjukan bahwa pekerjaan atau profesi

responden adalah ibu rumah tangga yang mencapai 14 responden atau

26
35%. Sedangkan sebagian pekerjaan dan profesi responden lainnya

berturut-turut pegawai swasta 11 responden (27,5%), PNS/militer 4

responden (10%), wiraswasta 6 responden (15%) dan pelajar/mahasiswa 5

responden (16,28%).
Dari data di atas pekerjaan/profesi pelanggan yang datang ke

Alfarmart Perumahan Permata Biru teridentifikasi sebagian besar berasal

dari ibu rumah tangga. Responden dengan kualifikasi ibu rumah tangga

tidak terdeteksi latar belakang pendidikan atau pekerjaannya. Jumlah

terbesar kedua ditempati para pegawai swasta dan wiraswasta.

Sedangkan pelanggan dari kalangan PNS dan militer sebanding jumlahnya

dengan pelanggan yang masih sekolah atau kuliah dengan selisih satu

orang saja.
2. Kepuasan Pelanggan atas Pelayanan dan Pertunjukan Live Music
Berikut rincian hasil penelitian :
2.1. Indikator pertama diajukan untuk mengetahui respon secara keseluruhan

yang kasat mata dengan pertanyaan pada responden, puaskan Anda

terhadap sarana dan fasilitas yang tersedia pada Alfamart Perumahan

Permata Biru Bandung?


Atas pertanyaan tersebut diperoleh hasil pendataan bahwa 32 responden

(80%) yang menilai puas, dan 8 responden (20%) menilai cukup puas.

Dengan demikian, nilai rata-rata adalah 3,80. Angka tersebut berada pada

interval 3,5 4,49. Artinya untuk item nomor 1, respon pelanggan berada

pada katagori tinggi yang sekaligus menunjukan ada hubungan yang kuat

antara kepuasan pelanggan terhadap fasilitas yang tersedia di Alfamart

Perumahan Permata Biru Bandung .

27
2.2. Indikator yang kedua dengan pertanyaan yang diarahkan untuk

mengukur kredibilitas pegawai pelayanan dengan pertanyaan pada

responden, puaskah Anda terhadap layanan pegawai di Alfamart

Perumahan Permata Biru Bandung?


Diperoleh data dari responden bahwa 2 responden atau 5% yang menilai

pelayanan pegawai pada perusahaan mini market ini sangat memuaskan.

Selebihnya yakni 24 ( 60%) responden menilai puas, 14 (35%) responden

menilai cukup puas. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 3,70 dan

berada pada interval 3,50 4,49 yang berarti katagori tinggi. Hal ini

dimaknai bahwa pelayanan pada mini market ini memenuhi harapan

pelanggan.
2.3. Indikator yang ketiga dengan pertanyaan yang diarahkan untuk

mengetahui tanggapan tentang gagasan/ide meningkatan komunikasi

dengan pelanggan. Puaskah Anda dengan ide/gagasan kartu member

atau kuis pada moment tertentu oleh manajemen pelayanan Alfamart

Perumahan Permata Biru Bandung?


Diperoleh data bahwa 22 responden (45%) menilai puas dan 18 responden

(35%) menilai cukup puas. Nilai rata-rata yang diperoleh 3,55 berada pada

katagori tinggi. Penilaian pelanggan tersebut dimaknai bahwa

ide/gagasan manajemen menyelenggarakan pertunjukan kuis dinilai baik

dan pelanggan merasakan kepuasan.


2.4. Indikator yang keempat untuk mengukur kompetensi pelayan Alfamart

Perumahan Permata Biru Bandung dengan pertanyaan, puaskah Anda

atas pelayanan Alfamart Perumahan Permata Biru Bandung ?

28
Hasil penilaian responden masing-masing 30 responden (75%) menilai

puas, dan 10 responden (25%) menilai cukup puas. Data ini menunjukan

komulasi nilai yang tinggi dan berada pada interval 3,50 4,49. Hal ini

dimaknai bahwa memenuhi penilaian yang tinggi menunjukan perasaan

puas atas pelayanan pegawai.

29

Anda mungkin juga menyukai