Anda di halaman 1dari 59
Menimbang Mengingat MENTER KESENATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 340/MENKES/PERIII2010 TENTANG KLASIFIKASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 24 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, peru mengatur Klasifikasi Rumah Sakit dengan Peraturan Menteri Kesehatan; ©. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 2004, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik indonesia Tahun 2003 Nomor 144, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5053); 4. Undang-Undang Nomer 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nomor 5072); 5. Peraturan Pemeriniah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nomor 4737): 6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indanesia Nomor 4741); 7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomer 1333/Menkes/SKIXiI/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit; MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Perixt2005, tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Mentert Kesehatan Nomor 439/Menkes/Per/VI/2009 tentang Perubahan Kedua Alas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XW/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan; 9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 355/Menkes/Periv/2006 tentang Pedoman Pelembagaan Organisasi Unit Pelaksana Teknis; 10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomer 1046/Menkes/Per/Xt/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG KLASIFIKASI RUMAH SAKIT. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripuma yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 2. Rumah Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. 3. Rumah Sakit Khusus adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit. 4. Kiasifikasi Rumah Sakit adalah pengelompokan kelas Rumah Sakit berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, 5. Fasiltas adalah segala sesuatu hal yang menyangkut sarana, prasarana maupun alat (baik alat medik maupun alat nen medik) yang dibutuhkan oleh rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi pasien. 6. Sarana adalah segala sesuatu benda fisik yang dapat tervisualisasi oleh mata maupun teraba oleh panca-indera dan dengan mudah dapat dikenall olen pasien dan (umumnya) merupakan bagian dari suatu bangunan gedung ataupun bangunan gedung itu sendiri MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDGNESIA 7. Prasarana adalah benda maupun jaringan / instansi yang membuat suatu sarana yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang dinarapkan, 8. Tenaga tetap adalah tenaga yang bekerja di rumah sakit secara puma waktu dan berstatus pegawai tetap. BABI PENETAPAN KELAS. Pasal2 (1) Setiap rumah sakit wajib mendapatkan penetapan kelas dari Menten. (2) Rumah sakit dapat ditingkatkan kelasnya setelah lulus tahapan pelayanan akreditasi kelas dibawannya, Pasal 3 Rumah Sakit harus mempunyai kemampuan pelayanan sekurang-kurangnya pelayanan medik umum, gawat darurat, pelayanan keperawatan, rawat jalan, rawat inap, operasi/bedah, pelayanan medik spesialis dasar, penunjang m« farmasi, gizi, sterilisasi, rekam medik, pelayanan administrasi dan manajemen, penyuluhan kesehatan masyarakal, pemulasaran jenazah, Jaundry, dan ambulance, pemeliharaan sarana rumah sakit, serta pengolahan limban. BAB Ill KLASIFIKASI RUMAH SAKIT UMUM Pasal 4 Berdasarkan fasilitas dan kernampuan pelayanan, Rumah Sakit Umum diklasifikasikan menjadi ‘a. Rumah Sakit Umum Kelas A; b. Rumah Sakit Umum Kelas B; c. Rumah Sakit Umum Kelas d. Rumah Sakit Umum Kelas 0. Pasal 5 Klasifkasi Rumah Sakit Umum ditetapkan berdasarkan: a. Pelayanan; b. Sumber Daya Manusia; c. Peralatan; d. Sarana dan Prasarana; dan 2. Administrasi dan Manajemen. BABIV MENTERI KESENATAN REPUBLIK INDONESIA RUMAH SAKIT UMUM. Bagian Kesatu Rumah Sakit Umum Kelas A. Pasal 6 (1) Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemmampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5 (lima) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 (dua belas) Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13 (tiga belas) Pelayanan Medik Sub Spesiaits. (2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas A sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik, dan Pelayanan Penunjang Non Klinik. (3) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Madik Dasar, Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /eluarga Berencana, (4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua puluh empat} jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi ‘sesual dengan standar. (5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan ‘Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi (6) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Mecik, Patologi Klinik dan Patologi Anatomi (7) Pelayanan Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya terdiri dari Pelayanan Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi, Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik dan Kedokteran Forensik (8) Pelayanan Medi Spesialis Gigi Mulut terdi’ dari Pelayanan Bedah Mulut, Konservasi/Endodonsi, Periodonti, Orthodonti, Prosthodonti, Pedodonsi dan Penyakit Mulut (9) Pelayanan Keperawaian dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan. (10) Pelayanan Medik Subspesialis terdiri dari Subspesialis Bedah, Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Obstetn dan Ginekologi. Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kult dan Kelamin, Jiwa, Paru, Orthopedi dan Gigi Mulut. (11) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dani Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Giz Farmasi, Sterilisas! Instrumen dan Rekam Medi. (12) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan LaundryfLinen, Jasa Bogal Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasiitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, 4 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Komunikasi, Perulasaraan Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih. Pasal 7 (1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan. (2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 18 (delapan belas) orang dokter umum dan 4 (empat) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap, (3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 6 (enam) orang dokter spesialis dengan masing-masing 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap. (4) Pada Pelayanan Spesialis Penunjang Medik harus ada masing-masing minimal 3 (tiga) ‘orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap. (9) Pada Pelayanan Medik Spesialis Lain harus ada masing-masing minimal 3 (tiga) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap. (6) Untuk Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut harus ada masing-masing minimal 1 (satu) ‘orang dokter gigi spesialis sebagai tenaga tetap. (7) Pada Pelayanan Medik Subspesialis harus ada masing-masing minimal 2 (dua) orang dokter subspesialis dengan masing-masing 4 (satu) orang dokier subspesialis sebagai tenaga tetap. (8) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan kualfikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit. (9) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit. Pasal 8 (1) Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Mentert (2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri (3) Peralatan radiologi dan kedokteran nuklir harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Jumlah tempat tidur minimal 400 (empat ratus) buah. Pasal 9 MENTERI KESEHATAN REFUBLIK INDONESIA (1) Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata laksana. (2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan. (3) Tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi, standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS), hospital by laws dan Medical Staff by laws. Bagian Kedua Rumah Sakit Umum Kelas. B Pasal 10 (1) Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasiitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan) Pelayanan Mecik Spesialis Lainnya dan 2 (dua) Pelayanan Medik Subspesialis Dasar. (2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas B sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik ‘Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Kiinik dan Pelayanan Penunjang Non Kiinik. (3) Pelayanan Medik Umum: terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana. (4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan Pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, metakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar. (8) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan ‘Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi (G) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik. (7) Pelayanan Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya 8 (delapan) dari 13 (tiga belas) Pelayanan meliputi Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kult dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi, Urologi, Bedah Syarat, Bedah Plastik dan Kedokteran Forensik. (8) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut terdii dari Pelayanan Bedah Mulut, Konservasi/Endodonsi, dan Periodonti (@) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan, MENTERI KESEWATAN REPUBLIK INDONESIA, (10) Pelayanan Medik Subspesialis.2 (dua) dari 4 (empat) subspesialis dasar yang meliputi = Bedah, Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Obstetri dan Ginekologi. (11) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Giz, Farmasi, Sterilisas! Instrumen dan Rekam Medik. (12) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan LaundiyfLinen, Jasa Boga / Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi, Pemulasaraan Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersin. Pasal 11 (1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan. (2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 12 (dua betas) orang dokter umum dan 3 (tiga) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap. (3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar masing-masing minimal 3 (tiga) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang sebagai tenaga tetap. (4) Pada Pelayanan Spesialis Penunjang Medik harus ada masing-masing minimal 2 (dua) ‘orang dokier spesialis dengan masing-masing 1 (satu ) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap. (8) Pada Pelayanan Medik Spesialis Lain harus ada masing-masing minimal 4 (satu) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 4 orang dokter spesialls sebagai tenaga tetap Pada pelayanan yang berbeda. (6) Pada Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut harus ada masing-masing minimal 1 (satu) ‘orang dokter gigi spesialis sebagai tenaga tetap. (7) Pada Pelayanan Medik Subspesialis harus ada masing-masing minimal 1 (satu) orang dokter subspesialis dengan 1 (satu) orang dokter subspesialis sebagai tenaga tetap. (8) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan kualifkast ‘tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit. (9) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit. Pasal 12 (1) Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Mentert. (2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri (3) Peralatan radiologi dan kedokteran nuklir harus memenuhi standar sesual dengan kketeniuan peraturan perundang-undangan MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA (4) Jumlah tempat tidur minimal 200 (dua ratus) buah Pasal 13 (1) Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata laksana. (2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, Serta administrasi umum dan keuangan, (3) Tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisa standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO). Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS), nospitaf by laws dan Medical Staff by laws. Bagian Ketiga Rumah Sakit Umum Kelas © Pasal 14 (1) Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan ‘medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medkk Spesialis Dasar dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik. (2) Kriteria, fasiitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas C sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Basar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik (3) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medi Gigi Muiut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana. (4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua ulun) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemerksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar. (5) Pelayanan Medik Spesialls Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi (6) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut minimal 1 (satu) pelayanan. (7) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patotogi Klinik. (8) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan. (9) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Steriisasi Insirumen dan Rekam Medik (10) Pelayanan Penunjang Non a (2 @) 4 6) © ao (2) @ 4) a @ @) ENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA linc terdiri dari pelayanan LaundryiLinen, Jasa Boga / Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih. Pasal 15, Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan. Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada § (sembilan) orang dokter umum dan 2 (dua) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap. Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 2 (dua) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda Pada setiap Pelayanan Spesialis Penunjang Medik masing-masing minimal 1 (satu) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai tenaga telap pada pelayanan yang berbeda Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesual dengan pelayanan di Rumah Sakit. ‘Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit. Pasal 16 ‘Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang citetapkan oleh Mente Peralatan yang dimil Menten Rumah Sakit harys memenuhi standar yang ditetapkan oleh Peralatan radiologi harus memenuhi standar sesuai dengan etentuan peraturan erundang-undangan. Jumlah tempat tidur minimat 100 (seratus) buah. Pasal 17 Adrrinistrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata laksana Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit alau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, saluan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan. Tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi, standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen a (2) (3) (4) (5) (6) a (8) (3) (1 (2) (3) (4) MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Rumah Sakit (SIMS) dan hospital by laws dan Medical Staff by laws. Bagian Keempat Rumah Sakit Umum Kelas D Pasal 18 Rumah Sakit Umum Kelas D harus. mempunyat fasiitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar. Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas D sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik. Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana. Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (duan puluh empat) jam dan 7 (tujuhy hari seminggu dengan kemampuan melakukan Pemerksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar. Pelayanan Medik Spesialis Dasar sekurang-kurangnya 2 (dua) dari 4 (empat) jens pelayanan spesialis dasar meliputi Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi. Pelayanan Spesialis Penunjang Medik yaitu laboratorium dan Radiolog, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan. Pelayanan Penunjang Klink terdiri dari Perawatan High Care Unit, Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medi Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Launaty!Linen, Jasa Boga / Dapur. Teknik dan Pemetiharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance. Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih. Pasal 19 Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan. Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 4 (empat) orang dokter umum dan 4 (Satu) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap. Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 1 (satu) ‘orang dokter spesialis dari 2 (dua) jenis pelayanan spesialis dasar dengan 1 (satu) orang dokter spesialis sebagal tenaga tetap. Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit. 10 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA (5) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit Pasal 20 (1) Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri (2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri (3) Peralatan radiologi harus memenuhi standar sesual dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Jumlah tempat tidur minimal 50 (lima puluh) buah, Pasal 21 (1) Administrasi dan manajemen terdiri dani struktur organisasi dan tata laksana. (2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemerksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan, (3) Tatakeiola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMS), hospital by laws dan Medical Staff by laws Pasal 22 Kriteria klasifikasi Rumah Sakit Umum sebagaimana tercantum dalam lampiran | Peraturan ini, BABY RUMAH SAKIT KHUSUS Pasal 23, Jenis Rumah Sakit khusus antara lain Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak, Jantung, Kanker, Orthopedi, Paru, Jiwa, Kusta, Mata, Ketergantungan Obat, Stroke, Penyakit Infeksi, Bersalin, Gigi dan Mulut, Rehabiltasi Medik, Telinga Hidung Tenggorokan, Bedah, Ginjal, Kult dan Kelamin. Pasal 24 n MENTERI KESEHATAN, REPUBLIK INDONESIA, Berdasarcan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Khusus diklasiikasikan menjadi a. Rumah Sakit Khusus Kelas A; b. Rumah Sakit Khusus Kelas B; c. Rumah Sakit Khusus Kelas C. Pasal 25 (1) Klasiikasi Rumah Sakit Khusus ditetapkan berdasarkan: a. Pelayanan; b. Sumber Daya Manusia; s. Peralatan; . Sarana dan Prasarana; dan e. Administrasi dan Manajemen (2) Kriteria kiasifikasi Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam lampiran Il Peraturan int. Pasal 26 Kiasifikasi dari unsur pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat sesual kekhususannya, Pelayanan Medik Spesialis Dasar sesuai kekhususan, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik ‘Spesialis Lain, Pelayanan Keperawaian, Pelayanan Penunjang Klinik, Pelayanan Penunjang Non Klik Pasal 27 Kriteria Klasifikasi dari unsur sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 meliputi ketersediaan sumber daya manusia pada Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Spesialis sesuai kekhususannya, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Keperawatan dan Penunjang Klinik. Pasal 28 (1) Kriteria kiasifikasi dari unsur administrasi dan manajemen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 melipufi struktur organisasi dan tata laksana. (2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan kevangan, (3) Tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tugas dan fungs!, susunan dan uraian jabatan, tata hubungan kerja, standar operasional prosedur, hospital bylaws & medical staff bylaws. Pasal 29 Rumah Sakit Khusus harus memenuhi jumlah tempat fidur sesuai dengan klasifikasinya 12 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA berdasarkan kebutuhan sebagaimana tereantum dalam lampiran Peraturan ini Pasal 30 Penamaan Rumah Sakit Khusus harus mencantumkan kekhususannya. a) (2) e) ) a @ (3) BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 31 Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan dalam peraturan menteri ini kepada pemerintah daerah provinsi ‘Gubemur melakukan pembinaan dan pengawasan dalam klasifikasi Rumah Sakit kepada pemerintah daerah Kabupaten / Kota Apabila Gubernur belum mampu melakukan pembinaan dan pengawasan dalam ‘kebijakan idasifikasi setelah dilakukan pembinaan sebagaimana dimaksud ayat (1) maka untuk sementara pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh Menteri. Pembinaan dan pengawasan yang dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan dan latinan dan kegiatan pemberdayaan lain. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 32 Rumah sakit yang tidak memenuhi kriterla Klasifikast sebagaimana diatur dalam kketentuan ini akan disesuaikan kelasnya dengan Keputusan Menteri Kesehatan. Pelaksanaan ketentuan mengenai Kriteria Klasifikasi Rumah Sakit Umum ini ikecualikan bagi Daerah Perbatasan dan Daerah terpencil yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Pelaksanaan ketentuan mengenai Kriteria Klasifikasi Rumah Sakit Umum dilaksanakan paling lambat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sejak peraturan ini sitetapkan BAB X KETENTUAN PENUTUP. 13 MENTERL KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Pasal 33. Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor B08bMMenkes/SK/XII'1987 tentang Klasifikasi Rumah Sakit Umum Swasta, dicabut dan inyatakan tidak berlaku, Pasal 34. Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. ‘Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakaria pada tanggal 11 Maret 2010 Menteri, tid Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DR.PH 14 MENTERI KESEHATAN, EPUBLIK INDONESIA Lampiran | ‘Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 340/MENKES/PERIMIU2010 Tanggal : 11 Maret 2010 KRITERIA KLASIFIKAS! RUMAH SAKIT UMUM. RITERIA ELAS [RELAS | RELAS | RELAS | yerenancan aaa [A Pelayanan Mecile Umum 1 eee sae eon Steet | 5 Pasian ts | [[B- Petayanan Gawat Dara | [124 Jam 4 Than somnggu + + + . 1 (TE Petgyanan Mec Dasar | (saat oan T= era [2 ethan Ss ct repr spe ee ee [acres Gam Spee te [Peja sas Penning WE | [1 Radiologi + + = | [era S344 | (eee ett | [ae Se | [ree E i | [Poi ck Spa | i = ns = (eer Se (ai ape ee [san esr see oe Se a eet te a See [9 Urobogi + te = ~ [ieee Sar Se ([iceeeea ete ts as tS [eens a Sees i | [oe eda z = ia t : =] Naar TPejran ese t | Sensi Gp ta s : ape Ta ial te 2 Peyran es nema Stet MENTERI KESEHATAN, EPUBLIK INDONESIA KRITERIA MELAS | RELAS [MELAS | KELAS | ceTERANGAN a [os |e | o [gs + 2 6._Telnga Fang Tenggorokan + 7 Syn + = '8_Janing dan Penbulih Dah + E 9. Kult dan Kelarin + 2 10. 0a + z 11, Pau + = 12._Ortoped + z 13. Gig Mu + : H. Peayaran keperawatn dan hebidanan a ce re | 2 Arun keifanan, > [ T Petivaran ponunang tit | 1 Persuston ions = pee Yeas Daiapncy | 2 Pelayanandsrah + [se | 36a eps 1 2 Fame + [+ [+ 5._Stenisasinatunee sop eo 6. Reta medi [oes | Petgyanan ponurgang non Ki | (Ea lain Lee zope pS ] [2 ass Bogan af | (7s etna don Pemetiaraan Flinn a poe a [ee [2 Pengeloiaan Limbaty + * + + | ea Pope [EF [e Aambute aps ss | (rors + [+ [+ [+ (8 HenarJenazah aoe a | [3 Femadam Kebstaran +o poe ae [HOT Pengellan Gos leg sop | [6 Fenaroungan ar Berch ope 1 SUMBER DAYAMANUSIA (A. Peayanan mech dasa, masing-wasing minal +1 deter uur dle gi z : Tenaga tap ] «12 doter umn 8 3 dokier gi a | [5 eke um 82 dott at = + [= Tenaga tap | 5d lire dolar 3 esas 1 B. 4 pelayanan medik spesiliss dasar, masing-rasing mirumat } [Ee Gor spesias z z mia | (5 Sater specs Medis Dokter Spesialis Mata Anest@si ‘Sarjana Psikologi ‘Tenaga Keperawaian ~ Sarjana Keperawatan ~ D3 Keperawatan 1:3 Tot Tot = Bidan 10 | Ali magya fisioterapis| 114 | Ahi madya terapis Okupasi a hrlon|on) =f infola|a lolol “2 | Teknisi ortotik prostetik B. | Optional 1 | Dokter spesialis Bedah Dokter Spesialis Penyakit Dalam Dokter Spesialis Anak ars puleohs 2 3 4 | Dot jalis Obgyh 5 | Doster Spesials Sarat ENTER! KESEHATAN REPURLIK INDONESIA =F Inap R. Periksa, R.Tindakan medi R Gips Tanda (-) dapat digabung + Ruang Bedah Kusta : R.Bedah Aseptik R.Bedah Sepik R Persiapan R. Pemulinan R.Tindakan gips R.Alat ster R_Alat non steri R.Dokter R.Perawat R. Administrasi R Tunggu Kamar Kecil Tanda (-) dapat digabung Fee ee eH EES Rehabilitasi Kusta Ruangan periksa dokter R.Psikolog R.Fisioterapi R. Okupasi terapi R. Ortotk Prostetik R Pekerja Sosial medik R. Rehab Karya Fasilitas (dicopy dari SPM) bebe eee peers Ruang Rawat Inap : = Ruang intensive Care (Sama dengan RSU) = Ruang High Care / Intermediate (Sama dengan RSU) = Ward Biasa >100TT 25-50TT Ruang PELAYANAN UMUM. R_Poliktinik (Sama don RSU) R. Rawat Inap PELAYANAN SPESIALISTIK LAIN Penyakit Dalam Kesehatan Anak Bedah Obstetri Ginekologi Anestesi ENTER! KESEHATAN REPURLIK INDONESIA Patologi Klinik. Radiolog! PELAYANAN GAWAT DARURAT PELAVANAN PENUNJANG KLINIK Perawatan High Care Bedah Seniral (Kamar Operasi) Pelayanan Gizi Klinik Pelayanan Farmasi Rekam Med PELAYANAN PENUNJANG NON KLINIK Laundry Pelayanan Jasa Boga / Dapur IPSRS Pengelolaan Limbah /IPAL “Ambulans / Transportasi Komunikasi Medik Pemulasaraan Jenazah ‘SARANA PELAYANAN ADMINISTRASI R.Pemasaran R.Keuangan R.Personalia ENTER! KESEHATAN IK INDONESIA € 7 a a 7 a 1 oO a 1 1 0 IL_|_TENAGA KESEHATAN LAIN 7 | Apoteker 2 7 i 2 | Dokter gigh 2 2 1 3 tur rawat rangent 2 7 0 4|Penata anastesi 2 a 0 3 | Analis laboratorium a z i 6 | Sajana muda gizi 4 2 1 7 [Asisten apoteker 2 4 1 | Anli Madya Rekam Medis 2 1 1 m1. TENAGA PENUNJANG ‘S2 Perumahsakitan’Manajemen _|_2 7 7 ‘Sarjana Ekonomi 2 1 o Sarjana Hukum 2 4 3 Sanjana Administrasi 4 2 1 1 a Tenaga administrasi lainnya disesuaikan | disesuaikan | disesuaikan . Sarana dan Prasarana NO RUANGAN KelasA | KelasB | Kelas C ‘A. | PELAYANAN KUSTA 7 Pelayanan Poiikiinik Kusta = Ruangan : Loket Pendaftaran Loket pembayaran R. Rekam Medis R, Informasi R. Tunggu R.Periksa R. Dokter R. Paramedit/perawat R. Pertemuan / Diklat R. Laboratorium R. Obat Kamar kecil pasien Kamar kecil staf R.Alat Ket : Tanda (-): Sarana dapat igabung dgn pelayanan tain. 2 | Ruang Perawatan Luka: R. Poll perawatan luka +R. Jalan + : 2 beet PEER EEE EEE bets ee MENTERI KESENATAN REPUBLIK INDONESIA H. | PELAYANAN ADMINISTRASI 1 | Pemasaran 2 | Keuangan 3 | Personalia 4 | Keamanan MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Anestesi a. Ruangan yang dilengkapi dengan penerangan yang cukup dan adanya ventilasi ke luar untuk menghindari polusi gas anestesi b. Lemari pendingin untuk menyimpan obat-obat anestesi Patologi Klinik Radiolog! PELAYANAN GAWAT DARURAT PELAYANAN PENUNJANG KLINIK Perawatan High Care Bedah Sentral (Kamar Operasi) Pelayanan Giz! Klinik Pelayanan Farmasi Rekam Me PELAYANAN PENUNJANG NON KLINIK Laundry Pelayanan Jasa Boga / Dapur IPSRS Pengelolaan Limbah / IPAL Ambulans / Transportas! Komunikasi Medik Pemulasaraan Jenazah MENTERI KESENATAN REPUBLIK INDONESIA PELAYANAN SPESIALISTIK LAIN Penyakit Dalam Meja periksa Stetoskop Tensimeter Termometer ‘Timbangan badan Senter EKG uss ze Kesehatan Anak Meja periksa Stetoskop Tensimeter Pen tight Tongue spatet ‘Alat ukur TT/BB anak Bedah * Poliklinik Bedah = Meja periksa Tensimeter Stetoskop ‘Alat bedah minor Sterilsator portable * Kamar Bedah Meja operasi Lampu operasi utama Lampu operasi satelit Pompa hisap ‘Obstetri Ginekelogi Tempat tidur Gyn bed Stetoskop Tensimeter uss Alat kuret Partus set Tiang infus Wacum set Baby suction set Bak cuci tangan Handuk kecil Kursi Meja Kulkas Sterilisator Timbangan BB/TB levong-r > -sernapge Lengkap MENTERI KESEHATAN, REPUBLIK INDONESIA R Rawal inap = Tempat tidur pasien Tiang infus. Kursiroda Bed side cabinet Tensimeter Stetoskop Sterilisator portable Pompa hisap Set instruent periksa luka Set peralatan — peralatan Iuka -Sse-eeege Lengkap Lengkap Lengkap Jumlah TT >100TT S0-100TT 25-50TT ‘Alat tambahan untuk diagnosa dan terapi: a. Psikoterapl b. Fisioterapi c. Okupasi terapi Lengkap Lengkap Lengkap © Laboratorium 24 jam =Ryacichogs Dingroath 28 fain Rehabilitasi Sosial dan Karya Lengkap Cengkap Lengkap PELAYANAN UMUM. Polikiinik. a. Meja periksa b. Stetaskop ¢, Tensimeter d. Termometer ing badan R. Rawat Inap ‘Tepat tidur pasien Tiang infus Kursi roda Bed side cabinet Tensimeter Stetoskop Sterilisator portable Pompa hisap Set instruent periksa luka Set peralatan ~ peralatan luke Lengkap Lengkap Lengkap MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Kamar bedah : Meja operasi Lampu operasi utama Lampu operasi satelit Pompa hisap Rehabilitasi Kusta : a. Fisioterapi : b. Prothesa = ADL (Activity Daily Living) - Setelah operasi ¢. Pelayanan Psikologi Rawat Inap : Intensive Care: High Care | Intermediate Alat kesehatan untuk resusitasi Alat untuk stabilisasi penderita Alat periksa sensibilitas kulit Goniometer Stetoskop Sterlisator portable Pompa hisap Set instrument periksa luka Set peralatan-peralatan luka Sterilisator se seaece Lengkap Cengkap a. Psikoterapi b, Fisioterapi c. Okupasi Terapi Lengkap Lengkap Lengkap ‘* Sarana komunikasifierIpon intern ekstem RS © Farmasi 24 jam ‘Ambulans 24 jam Radiolog! Diagnostik 24 jam Lengkap Lengkap Lengkap -Ward Biasa ENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA R. Keamanan R. Sarana Ibadah R. Parkir R. Tunggu Sarana untuk Orang Cacat R. Ibu Menyusui 10 ‘Sarana untuk Anak "1 Sarana untuk Orang lanjut usia Peralatan JENIS PELAYANAN PELAYANAN KUSTA Pelayanan Poliklinik Kusta : a. Spesialistik Esensial ~ Kulit dan Kelamin = Mala = Bedah = Neurologi b, Umum Perawatan Luka Pelayanan Bedah Kusta: a. Bedah Plastik b. Bedah Rekonsiruksi c. Bedah Septik Poliklinik bedah kusta : Meja perixsa Alat periksa sensibilitas kulit Goniometer Tensimeter Stetoskop ‘lat bedah minor Sterilisator portable MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2. KRITERIA KLASIFIKASI RUMAH SAKIT MATA ‘A_JENIS PELAYANAN A JENIS PELAYANAN ‘KELAS ¢ KELASA | KELASB. 7 Pelayanan Spesialistik Mata A. Refraksi B. Infeksi dan Imunologi mata C. Glaukoma D. Bedah Katarak E. Medical retina F._Oftaimologi Komunitas A. Refraksi dan Lensa Kontak B. Infeksi dan Imunologi mata C. Glaukoma D. Bedah Katarak . Medical and simple surgical retina F. Oftaimologi Komunitas G, Pediatrik Ofalmologi H. Bedah Plastik dan Rekonstruksi 1.” Onkologi Mata beret thet tree bee eas Pelayanan Sub Spesialistik Mata A. Refraksi dan Lensa Kontak B. Infeksi dan Imunologi mata C. Lensa dan Bedah refrakif D. Glaukoma E. Vitreo Retina F. Strabismus G. Neuro Gitamalogi H. Plastik Rekontruksi |. Orbita Onkologt J. Pediatrik Oftamoiog! K. Oftamologi Komunitas Pelayanan Spesialis Anestesi_ elayanan Rawal Inap Pelayanan Rawat Jalan Pelayanan Gawat Darurat Mata Pelayanan Bedah’ Operasi Pelayanan Penurjang Pelayanan Farmasi Pelayanan Laboratorium Sederhana ‘Optik Gizi afefele]a]efelele]s Steriisasi slelelele realy le els Bank Mata Rekam Medik + Laundry Pemulasaraan Jenazah lefele Penanggulangan Beneana MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, B. JENIS KETENAGAAN JENIS KETENAGAAN KELAS B KELAS C Total Total Tenaga Tetap Tenaga Tout | ‘Tetap A Dokter Spesialistk Mata = Refraksi Infeksi dan imunologi mata Glaukoma Bedah Katarak Medical retina Oftalmologi Komunitas, Specials sdiambah ‘Taub. spesiais Z Spesiais Taub spesialis 7 a spesialis 1 Dokter Spesialis Anestesi KEPERAWATAN Keperawatan Ruang Rawat nap Keperawatan Ruang Operasi 370K Keperawatan Ruang Rawat Jalan G TENAGA KESEHATAN LAIN ‘Ahli Madya Kesehatan Lingkungan ‘Anli Madya Rekam Mecis ‘Analis Ahli Kesehatan (AK) faa] af nl 2 en] | co] no) Perawat Anestesi Ka] k3| hs | nln NENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA dD. TENAGA PENUNJANG ‘52 Perumahsakitan/ Manajemen ‘Sarjana Ekonomi Sarjana Hukum ‘Akademi Komputer no] | eo} Catatan : *) Minimal on call C. SARANA & PRASARANA NO. NAMA RUANGAN KELAS A KELAS C BANGUNAN UTAMA. Ruang pemeriksaan pelayanan mata sspesialistik (general optalmologi) * Ruang Pemeriksaan pelayanan mata sub spesialistk Ruang Farmasi ‘Ruang Laboratorium UGD Mata | Ruang Rawat Inap Ruang Tindakan 5 Ruang Bedah Ruang Pulih Ruang Komite Medi Ruang Diagnostik Ceniral ‘Ruang Pemulasaraan Jenazah (UURS) Bapur Laundry ale[e]elel el +/Ble] ele IPSRS | Bengkel Ruang Perpustakaan Ruang Diklai/R. Pertemuan ‘Ruang Pertemuan afelelel el ‘Catatan : Untuk Kelas A” masing-masing snuang harus terpisah. BANGUNAN PENUNJANG Ruang Generator IPAL 4 2 a “Tempat Pembuangan Sampah sementara Catatan : Ruang Incenerator dapat dilakukan kerja sama dengan rumah sakit di sekitar. MENTERI KESENATAN REPUBLIK INDONESIA D. Peralatan 1. Sarana Pelayanan Kesehatan Mata Primer minimal harus tersedia peralatan sebagai berikut No. NAMA PERALATAN KELAS A | KELASB | KELASC 1] Sit Lamp 20 2 6 2 | Auto refraktermeter. 3 2 1 3 | Oftaimoskop airek 20 12 6 4 | Oftaimoskop indirek 40 3 1 5 | Lens Meter 3 2 1 6 | Trial Lens Set 10 4 2 7 | Lup Binokuler 3-5 Dioptri 2 2 2 8 | Streak retinoskopi 2 1 4 9 | Buku Ishihara-Kanahera 2 2 1 10 | Snellen test Projector 10 4 2 11 | Basic ophtaimik instrumen 10 5 3 12 | Flash light 10 5 3 13 | Loup 10 5 3 14 | TonometerSchiotz 10 5 3 15 | Sterilizer table model 2 1 1 46 | Obat diagnostic midriatikum + + + 47 | Anastetic Topical + + + 18 | Lensa Gonometri dengan 3 cermin 5 3 2 19 | Set dilator punctum 5 3 az 2. Sarana Pelayanan Kesehatan Mata Sekunder minimal harus tersedia peralatan sebagai berikut A Peralatan Diagnostik T | Lembar optotip Snellen yang dilengkapi clock dial Lembar kartu tes baca elt Bingkai ujicoba trial lens (Wial fram) dan 1 set lensa ujicoba (tral lens set) + +e Buku Ishihara-Kanehara Lensometer ‘Optaimaskop indirek a 5 ‘6 | Optalmaskop direk T 8 9 | Sit Lamp T jer Schiotz 10 | Tonometer Aplanasi 11 | Tonometer non contact 412 | Streak retinoscopy 13 | Lensa gonioskopi dgn 3 cermin 14 | Refrakto Keratometer eahofele|y fore r]e [ele ifsisttelelettets le NENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Peralatan Diagnostik pelengkap Kampimeter Goldman Kampimeter Automatic Biometri A-scan USG Mata Retinometer Fundus Camera + FFA oct Pachymett Topografi Komnea Trial Lens Contact (Fitting) ERG VEP ‘Synaphiofore Strabismus Diagnostic Set Hertel Oftalmometer ‘Spekular Mikroskop Portable Sit Lamp Portable Keraiometer Lab. Mikrobiologi sederhana Contras sencitivity Test Pelly Robson Test pA ee oe ee Se Peralatan Bedah | Mikroskop operasi ‘Mikroskop operasi dgn Teaching Mirror iectv Portable Microscope Set Peraiatan bedah = Katarak set Glaukoma set Keratoplasti Fakoemulsifikxasi Set Bedah refraktif set Strabismus Set Okuloplasti Set Orbitatomy lateral Set DCR Set Vitreoratinal set ~ Simple vitrioretinal surgery = Vitrectomy unit + Endolaser unit ~ Cryosurgery ‘Alat tindakan fain Laser Fotocoagulasi retina set Laser Fotocoagulasi glaukoma set YAG Laser set Lasik set Sasha 7 1 4 NENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 3, Sarana Pelayanan Kesehatan Mata Tersier, selain peralatan diatas juga harus tersedia peralatan sebagai berikut Katarak dan Bedah Refraktif oleoa|>/c| para rarars alelele vee NAMA PERALATAN ai > KELAS B KELAS C Sit Lamp ‘Auto refraktermeter.. Oftalmoskop direk Oftalmoskop indirek Lens Meter Trial Lens Set Lup Binokuler 3-5 Dioptri Streak relinoskopi Buku Ishihara-Kanahera Snellen test Projector Basic aphtalmik instrumen Flash light Loup TonometerSchiotz Sterilizer table model Obat diagnostic midriatium Anastetic Topical Lensa Gonometri dengan 3 cermin Set dilator punctum tet r re e+ Sue ses Bowl Peete ee et eo NEN eS Kampimeter Keratometer USG Mata Worth Four Dot Test Retinometer rere ttt te feet Mikroskope Operasi Peralatan segmen anterior Peralatan bedah segmen posteriorsederhana Peralatan adneksa dan Orbita sederha three +h thea eyOM Rene Peralaian bedah katarak dan Refraktif Peralatan set fako emulsifikasi Peralaian set tembus korea Peraiatan refraksi dan lensa kontak Peralatan glaucoma Peraiatan Diagnostik Retina Peralatan infeks| dan imunologi Peraiatan Strabismus trees V. 1 2 3 4 3 6 x INSTALASI RADIOLOGI X-Ray dengan Fluoroscopy Mobile X-Ray (100 mA) ‘Automatic Film Processor CT Scan us c-Arm INSTALASI LABORATORIUM Peralatan Cangai a, Automatic Haematology Analyzer b. Automatic Blood Chemistry Analyzer ©. Blood Gas Analyzer 4. Electrolyte Analyser . ELISA automatic/semiautomatic Analyzer f. Flow Cytometer 9. PCR Machine h. Fluoresence Microscope i. Deeptreez Refrigerator (-20°C) Peralatan Sedang : a. Binocular Microscope b. Sentrifuge ©. Icubator aerob . Incubator anaerob ©. Autoclave 1. Perometer 9. Biosafety Cabinet class II h. Urine Analyzer i, Inspisator i. Refrigerator k. ELISA Machine (Washer + Reader + Incubator) Peralatan Sederhana : a, Rak dan Tabung LED b. Haemotology Get! Counter c. Hb meter + Pipet eritrosit + pipet leukosit + blk kantong 4. Glucose meter LYSE SESES sane ne ENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA INSTALASI BEDAH SENTRAL ‘Anesthesi Mac! Patient Monitor DC Shock Meja Operasi Lampu Operasi Infusion / Syringe Pump Rescusitation Kit Peralatan Bedah Mata ‘Vill RUANG ISOLASI 1 APD untuk petugas Kesehatan (Masker, Sepatu Boots, Gaun/Sarung fangan/Kaos kaki disposable, Kaca mata goggles, tutup muka, apron.) area wun 2 Peralatan untuk pasien : Termometer Stetoscape Sphygmomanometer Tourniquet IV Set Pole Basin ‘Mobile Soreen Bedpan Bed linen Disposable patient gowns lat makan disposable dan food box khusus, INSTALASI REHABILITASI MEDIK Exercises Treadmill Static Bicycle / Ergocycle ‘Shortwave Diathermy Infrared Nebulizer Lengkap. | Lengkap | Lengkap 1 2 3 4 $ “ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN KELAS A | KELAS B | KELASC | Status Badan Hukum [+ Struktur Organisasi Tatalaksana / Tata Kerja / Uraian Tugas [+ ele * Peraturan Intemal Rumah Sakit (HBL & MSBL) Komite Etik & Hukum Satuan Pemeriksaan Internal Surat Izin Praktik Dokter j 2 3 4 5 __| Komite Medik é 7 8 @ Perjanjian Kerjasama Rumah Sakit & Dokter elelelelefe tlelelelele 10 | Akreditasi RS NENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 4. KRITERIA KLASIFIKASI RUMAH SAKIT REHABILITASI MEDIK ‘A. Ketenagaan Rumah Sakit Rehabiltasi Medik No | ‘JENIS PELAYANAN | Kelas A Kelas B Kelas C 1 | Rehabiltasi Medik a. Rawat Jalan Rehabiliasi Medik Sarat a4 1B Rawat inap | Gawat Darurat Icu | High Care Unit | af alata] a ala] el ale alae] ef ele | Tindakan Operasi | ca} | co) | Spesialis Lainnya = a, Penyakit Dalam b. Kesehatan Anak c. Bedah d. Spesialis lainnya eee ose @ eee 7 Penunjang | a. Pelayanan Radiologi b, Pelayanan Anestesi | 4, Pelayanan Farmasi e. Pelayanan Patologi Anatom { Pelayanan Gizi g. Pelayanan Sterilisasi | h. Poli Umum i Poli Gigi | Pelayanan Psikologt ¢, Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik ete ee hee cee eee hee MENTERI KESEHATAN. REPUBLIK INDONESIA 'B. Ketenagaan Rumah Sakit Rehabilitasi Medik. JENIS TENAGA, Kelas A Kelas B Kelas © Total | “Soar Total | roe Esen: Dokier Spesialis Rehabiliiasi Medik x Dokier umum ol Dokter umum dengan kemampuan tehab medik Dokter Spesialis Bedah Orfopedi Dokter Spesialis Kulit & kelamin Dokter Spesialis Mata Dokter Spesialis Anestesi Sarjana Psikologi 2] | | | | Tenaga Keperawatan TTT = Sarjana Keperawatan = D3 Keperawatan = Bidan Ahli madya fisioterapis ‘Ahli madya terapis Okupasi | of x] |G) =| Teknisi ortotik prosietik Optional Dokter spesialis Bedah Dokier Spesiaiis Penyakit Dalam Dokter Spesialis Anak Dokler Spesialsi Anestes) Dokter Spesialis Saraf Dokter Spesialis Patologi Klinik Dokter Spesialis Patologi anatomi Dokter Spesialis Radiologi wo] | | | a} #] oo] ry} =| © Dokter Spesialis Gizi ea] oe] oe] oe] a] | ref rol ele} ele) alelaala MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENAGA KESEHATAN LAIN ‘Apoteker ‘Dokter gigi Pengatur rawat rongent Penata anastesi ‘Analis laboratorium ‘Sarjana muda gizi Asisten apoteker / farmasi ‘Ahli Madya Rekam Medis Keteknisan Meds 3] S| co} | wo ow) wo) no) = ‘Kesehatan masyarakat af af a] ref re) a) a) re) ro) 9) 10) af a] a] a] a) ns) ns) 3) 3) 5) Keterapian Fisik ef ofa} |) 4) ) oo) 5) ‘32 Perumansakitan/ Manajemen TENAGA PENUNJANG ‘Sarjana Administrasi ‘Akademi Komputer ra] ab] nal | no} | a} 3! ‘Ate slel-|cjo wo] or] | 02] 9 ‘Tenaga administrasi lainnya disesu alkan disesuai kan disesuaik \C, Sarana dan Prasarana Rumsh Sakit Rehabiiitasi Medik JENIS TENAGA z & > Kelas B | Bangunan 7 Ruang Rawat Jalan Bangunan /Ruang Rawal inap qj 50-100 TT Bangunan / Ruang Rawat Darurat | Bangunan 7 Ruang Operatit Bangunan / Ruang Intensif wu) 0) on) | 09] 10) Bangunan / Ruang Rehabilitasi Medik +| «| +] +] +] 8} + + Bangunan / Ruang Radiologt

Anda mungkin juga menyukai