Disusun oleh
IRHAM (127795022)
PROGRAM PASCASARJANA
2013
THE EARTH-BOUND ASTRONOMER
A. Pendahuluan
Astronom tidak seperti peneliti yang lainnya. Dia hanya dapat menggunakan
indra penglihatnya untuk mengumpulkan data. Dia tidak dapat menyentuh atau mencium
obyek yang ditelitinya. Tetapi dengan membuat teleskop, astronom mampu
memperpanjang indra penglihatannya, kemampuannya mengumpulkan cahaya. Pada
dasarnya teleskop adalah mata yang besar dan kuat. Untuk mengumpulkan cahaya
sebagai bahan baku astronomi, sejumlah perlengkapan mahal dipasang pada teleskop
(seperti kamera, alat pengukur cahaya, dan spektroskop) untuk menyimpan dan
mengumpulkan data yang diterima.
Hingga beberapa tahun terakhir, astronom adalah seseorang yang mempelajari
angkasa melalui teleskop. Saat ini, pengertian tentang astronom telah diperluas.
Astronom adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan pelatihan ilmiah mengenai
masalah kosmik.sebagai tambahan seseorang yang menggunakan teleskop harus disertai
oleh ilmuwan elektronika yang mendesain dan mengoperasikan teleskop radio, ahli
computer yang mengumpulkan data-data astronomi, ahli fotografi untuk mengatasi
masalah fotografi gambar langit, dan juga ahli matematika dan fisika. Radiasi bintang
adalah sumber informasi utama bagi astronomi. Cahaya merupakan bagian kecil dari
spektrum total radiasi yang disebut sebagai spektrum elektromagnetik.
Ada begitu banyak permasalahan yang dihadapi para astronom yang
menggunakan observatorium di bumi (astronomers at earth-bound observatories).
Terbatasnya rentang radiasi yang diterima, juga permasalahan akibat scintillation (kerlip
bintang), sehingga para astronom sangat menginginkan observatorium di atas atmosfer
bumi. Dengan menempatkan teleskop diatas pegunungan dan bangunan berstruktur dapat
membantu mengurangi bagian atmosfer yang lebih tebal dan berat sehingga kelip bintang
pun sedikit berkurang.
Beberapa tahun terakhir, balon udara, roket, dan pesawat ruang angkasa
memiliki kontribusi dalam membuka jendela radiasi yang lebih luas yang dapat diterima
tanpa terdistorsi. Hal ini memungkinkan pengamatan langsung di seluruh alam semesta,
pada seluruh rentang spectrum elektromagnetik, bebas dari distorsi dan kerapatan
atmosfer. Hal ini menjadi era baru dalam astronomi.
B. Pembahasan
1. Spektrum elektromagnetik
Radiasi dari bintang adalah sumber utama informasi dalam dunia astronomi.
Sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar 2.1, cahaya merupakan bagian yang
sangat kecil dari keseluruhan spektrum radiasi yang menunjuk pada spektrum
elektromagnetik. Spektrum luas ini merupakan perpanjangan dari gelombang yang sangat
pendek dari sinar gamma dan sinar x melalui bagian umum dari cahaya dan warna, dan
gelombang panjang radio (Gambar 2.2). warna, sebagaimana yang kita ketahui,
merupakan pecahan dari panjang gelombang cahaya yang masuk ke dalam mata kita.
Golmbang cahaya yang paling panjang pada daerah penglihatan dari spektrum yang
dihasilkan dari sensasi warna merah dan yang paling pendek yaitu ungu. Panjang
gelombang lainnya diterima secara wajar sebagai warna dasar pelangi ketika otak kita
menafsirkan apa yang diterima oleh mata kita.
Bagaimanapun, hanya sebagian kecil dari spektrum luas elektromagnetik yang
dapat melewati atmosfer bumi dalam jarak yang jauh. (Kita menggunakan energi radian
pada jarak pendek pada alat semisal mesin sinar x, oven infra merah, dan lampu
ultraviolet). Kita hidup di dasar lautan dengan udara yang hampir seluruhnya merupakan
atmosfer tembus cahayauntuk semuanya tetapi merupakan bagian yang relatif kecil dari
sebuah spektrum. Atmosfer terlihat nyaris transparan dalam daerah spektrum panjang
gelombang. Daerah berwarna kuning dari spektrum visual yang paling sensitif bagi mata
kita juga merupakan daerah yang sama pada energi radiasi matahari. (Fenomena ini
sudah pasti kebenarannya dalam kaitannya dengan proses evolusi biologi). Ketika mata
kita sensitif terhadap keseluruhan daerah spektrum elektromagnetik yang berbeda, kita
tidak akan mampu melihat seluruh atmosfer.
Suatu keberuntungan karena bumi diselimuti oleh kerapatan lapisan udara, karena
banyak sekali radiasi mematikan dari matahari ataupun dari luar angkasa yang mencapai
lapisan terluar atmosphere. Sayangnya, atmosfer menyebabkan para astronom di bumi
kesulitan mengambil data tentang spektrum radiasi yang lebih luas di luar angkasa selain
melalui jendela optic dan jendela radio.
Radiasi yang mencapai permukaan bumi (cahaya dan beberapa gelombang radio)
yang dibelokkan oleh lautan udara. Hal ini terlihat nyata pada kerlap-kerlip bintang, yang
disebut dengan scintillation. Fenomena ini dapat diukur dengan salah satu dari rangkaian
aliran cepat dari gambar yang bergerak atau dengan merekamnya pada kertas bergerak
pada sel fotoelektrik (Gambar 2.3). anda juga dapat mencatat efek ini dengan
menampilkan latihan sederhana berikut. Pilih bintang terang yag dekat dengan horison
dan lihat ia secara melintang. Catat bagaimana dua gambar bintang tidak berkedip dalam
waktu dan cara yang sama.
Jika kamu mengalami masalah dalam melintangkan pandangan, efek yang sama dapat
dicapai dengan menahan jari Anda pada lengan sembari melihatnya, amatilah kerdipan
bintang di belakangnya. Jika hal ini telah dilakukan dengan baik, Anda seharusnya
melihat dua gambar bintang yang sama denga dua efek kedipan yang berbeda.
Mereka mungkin akan menampakkan dua warna yang berbeda dalam satu momen
yang sama. Sebenarnya, sinar cahaya yang berbeda dari bintang yang jauh memasuki
setiap mata. Sinar yang masuk ke mata kanan memiliki perjalanan yang sedikit berbeda
ketika melewati atmosfer daripada sinar yang masuk ke mata kiri. Arus pergolakan udara
yang menyebabkan sebagian besar gangguan dapat menjadi sangat kecil sehingga ketika
sinar dipisah sekian inchi mungkin diterima secara berbeda. Sejak atmosfer
menyebabkan efek ini, bintang yang berada di dekat horison berkedip lebih dari biasanya
(lihat Gambar 2.4).
Secara umum, planet tidak berkedip kecuali jika mereka, juga terlalu dekat
dengan horison. Terhadap bintang, oleh karena itu jaraknya jauh, poin cahaya yang
efektif, planet, yang cukup dekat, terlihat seluruh areanya terbuat dari banyak titik
cahaya. Titik-titik ini cenderung menghapus masing-masing kedipan, dan keseluruhan
gambar menjadi halus.
Balon, roket, dan kapal udara memiliki kontribusi baru-baru ini dalam membuka
cakrawala melalui radiasi yang dapat diterima tanpa distorsi (Gambar 2.6). Dalam hal ini,
foto dibuat dengan radiasi sinar x dari matahari dan bintang yang cocok. Pada tahun
1970, laboritorium ruang angkasa (Gambar 2.7) dijadwalkan untuk beroperasi. Mereka
akan membuat observasi umum tentang alam semesta dalam seluruh daerah spektrum
elektromagnetik, bebas dari cahaya tembus dan distorsi atmosfer. Ini akan
memperkenalkan era baru astronomi lainnya.
Tidak sampai pada awal abad ke-17 Belanda menjadi pembuat kacamata,
sehingga ceritanya pun berlalu, susuna dua lensa untuk menghasilkan teleskop pertama.
Haris Lippershey, pembuat kacamata dalam sejarah, melihat nilai komersial dari
penemuan tersebut. Pada tahun 1609, terdengan tentang instrumen baru ini, Galileo
Galilei menyusun teleskop sederhananya dan menjadi yang pertama digunakan untuk
melihat langit dan merekam apa yang dilihatnya. Semacam alat yang mungkin dapat
dibandingkan dengan mainan anak saat ini. Galileo membuat penemuan lainnya dalam
waktu yang relatif singkat daripada yang dilakukan banyak orang (lihat Gambar 2.8)
Saat ini ada dua tipe teleskop optik (lihat Gambar 2.9). Tipe yang digunakan
Galileo disebut dengan refraktor karena ia menggunakan lensa dengan membiaskan
cahaya yang masuk pada gambar dari objek yang jauh.
Untuk menggunakan teleskop secara visual, salah satu melihat melalui lensa
mata untuk memperbesar gambar. Ketika kita berbicara tentang ukuran pembiasan
teleskop, kita mengacu pada diameter lensa utamanya. Pembiasan teleskop terbesar
adalah 40 inchi pada Yerkes Observatory di Wisconsin (lihat Gambar 2.10). Penyusun
dari pembiasan teleskop lebih besar dari 40 inchi tidaklah praktis, sejak lensa besar telah
dibuat untuk lebih tebalterlalu tebal untuk digunakan dalam praktik bidang astronomi.
Meskipun pembias pertama ada pada abad ke-17, masalah-masalah yang timbul
berkaitan dengan efek pelangi yang diciptakan oleh lensa itu sendiri. Untuk mengurangi
kromatik atau distorsi warna ini, dibuatlah teleskop yang panjang, sepanjang 200 kaki.
Namun ia sulit untuk digunakan, Sir Isaac Newton, sekitar tahun 1670, menemukan tipe
teleskop yang berbeda, reflektor (pemantul cahaya), yang menggunakan cermin untuk
mengumpulkan cahaya. Meskipun hal tersebut penting untuk membelokkan cermin
dalam bentuk parabola sehingga mencerminkan cahaya balik pada titik fokus, alat-alat
yang lebih besar dapat membangun tanpa khawatir tentang kualitas lensa atau distorsi
warna. Tanpa teknologi modern, bagaimanapun, teleskop cermin cukup sulit untuk
membuat suatu pembuktian. Oleh karena itu, pembias melanjutkan pembuatan jenis
teleskop primer yang digunakan untuk astronomi hingga abad ke-20. Ketika kita
berbicara tentag ukuran refleksi teleskop, kita mengacu pada diameter cermin.
Secara praktik, semua teleskop besar saat ini termasuk reflektor, yang paling
besar di Amerika Serikat yaitu teleskop Hale 200 inci di atas Gunung Palomar di
California (lihat gambar 2.11). teleskop yang lebih besar juga dibuat, tetapi keterbatasan
pergolakan atmosfer dan cahaya pada langit malam membuat alat-alat astronomi tidak
berguna. Banyak teleskop optik yang berkembang hari ini memusatkan pada alat-alat
yang akan digunakan di atas atmosfer bumi. Meskipun berukuran kecil, ada banyak
waktu yang lebih efisien dibandingkan sejenisnya di bumi.
Gambar2.11. The 200-inch Hale telescope showing the observer sitting in the prime
focus cage and the reflecting surface of the telescope (photograph form the Hale
Observatories)
Sebagian besar orang, ketika mereka pertama kali melihat melalui teleskop,
merasa sangat kecewa. Setelah melihat banyak taburan bintang yang memukau, fotografi
yang menunjukkan keajaiban alam semesta, mereka berharap untuk dapat kembali
melihatnya melalui teleskop. Mereka tahu bahwa mata telanjang tidak cukup mampu,
tetapi mereka tidak menyadari bahwa gambar spektakuler dihasilkan dari proses fotografi
yang panjang, terkadang memerkluka waktu berjam-jam (lihat Gambar 2.12). Film dan
piringan fotografi mampu mengakumulasikan radiasi. Hal ini tidak sama dengan mata
manusia yang menghamburkan cahaya secara cepat dan membuat stimulus baru.
Karakteristik ini penting untuk kehidupan sehari-hari. Bagaimanapun, ketika bulan dan
planet dilihat melalui lensa mata teleskop, kecemerlangannya mengijinkan mata untuk
mengambil manfaat darinya.
Kekecewaan lainnya tentang pengamatan melalui teleskop adalah bahwa bintang
tidaklah besar. Meskipun telah menggunakan Huge Reflector 200 inci di Gunung
Palomar, yang terlihat adalah tidak lebih dari setitik cahaya. Kita juga melihat lebih
banyak bintang dan bintang yang jauh ketika melihat melalui teleskop, tetapi nyata
terlihat mengalami efek distorsi dari atmosfer kita. Planet, bulan, dan matahari tampak
lebih besar karena jarak mereka relatif dekat, tetapi bintang terlalu jauh sehingga hanya
nampak setitik cahaya saja. Misalnya, teleskop 200-inch mengambil sedemikian sebagian
kecil dari langit di setiap foto, bahwa bahkan jika Anda bisa menggunakannya setiap
malam, itu akan memakan waktu sekitar 1000 tahun untuk memfoto seluruh langit!
Sebuah pertanyaan yang sering muncul adalah seberapa jauh kita sebenarnya bisa
melihat ke ruang angkasa dari sini, di bumi. Bahkan dengan teleskop yang paling kuat
dan menggunakan peralatan fotografi yang paling canggih, ada batas yang dikenakan
oleh atmosfer kita sendiri. Bahkan pada malam tergelap atmosfer sangat sedikit memiliki
cahaya sendiri. Bintang dan galaksi redup dari batas yang ditetapkan oleh cahaya
atmosfer yang teramati.
Namun bahkan tanpa sebuah teleskop kita dapat melihat benda-benda yang
ratusan triliunan mil jauhnya. Bintang terdekat (selain matahari) adalah sekitar 25 triliun
(25.000.000.000, -000) mil jauhnya "Galaksi Andromeda dekatnya, satu-satunya terlihat
dengan mata telanjang di lingkup Nothern Hemisphere (lihat Gambar. 3.4), adalah sekitar
10 juta triliun mil jauhnya. Cahaya yang berasal dari sistem yang jauh dari bintang mulai
keluar sekitar dua juta tahun yang lalu dan hanya mencapai kita sekarang. Cerita tentang
bagaimana astronom akhirnya mencapai kesimpulan ini adalah salah satu bab lebih
menarik dalam manusia yang terus meningkat pengetahuan tentang alam semesta.
Proses fotografi telah berperan dalam merekam benda-benda langit yang jauh,
tetapi metode yang lebih sensitif(baik) baru-baru ini ditemukan untuk membantu para
astronom. Penggunaan perangkat fotoelectronik, seperti yang digunakan di televisi, telah
secara nyata meningkatkan kemampuan kita untuk merekam benda-benda langit yang
jauh dengan waktu pencahayaan yang lebih singkat. Peningkatan sensitivitas, dalam
beberapa kasus, telah terjadi sebanyak 100 kali (Gambar 2.13). Perangkat ini tidak
meningkatkan kemampuan kita untuk melihat lebih jauh ke ruang angkasa, karena
cahaya atmosfer masih merupakan faktor pembatas, tetapi penggunaannya mengurangi
lama waktu secara drastis untuk merekam objek yang jauh terutama untuk mempelajari
benda-benda langit yang berubah dengan cepat. Seluruh kemajuan ini menggunakan
jendela optik.