Anda di halaman 1dari 5

Kawasan Kota Lama Semarang sekarang lebih dikenal sebagai kawasan

dengan fungsi dominan untuk perkantoran, perdagangan dan


pergudangan. Fungsi lainnya hampir tidak ada, kalaupun ada
keberadaannya tidak mampu mendukung kawasan untuk beraktivitas
secara aktif, seperti fungsi hunian dan komersial. Kurangnya baiknya
penanganan pertumbuhan kawasan ke depan ditambah dengan fungsi
kawasan yang non mixed use ini disinyalir ikut menyebabkan
kemunduran eksistensi kawasan Kota Lama, selain itu terdapat
beberapa hal berikut ini yang berperan menyebabkan pindahnya pusat
4
kegiatan pada kota lama, seperti:
a. Berkembangnya kawasan-kawasan baru sepanjang Jl. Bodjong menjadi
tempat hiburan, akomodasi maupun restoran bagi orang-orang Belanda
b. Daerah Candi berkembang menjadi pemukiman orang-orang kaya
Belanda dan Cina
c. Berkembangnya daerah Pontjol dengan benteng Prins van Oranje dan
daerah sekitarnya sebagai pemukiman Belanda kelas menengah
d. Kegiatan pelabuhan dipindahkan ke mulut Kanal kali Baru,
mengakibatkan fungsi Kali Semarang sampai ke kawasan pecinan
menurun. Pemindahan ini akibat pendangkalan sungai yang cukup tinggi
setiap tahunnya.
e. Transformasi angkutan darat dari kereta api ke alat angkut jalan
raya yang dianggap lebih efektif dan efisien
f. Muncul dan tumbuhnya pusat-pusat kegiatan baru yang lebih
berhasil, seperti kawasan Simpang Lima.

Guna Tanah
Pola tata guna tanah di kawasan Kota lama pada masa lalu dan keadaan
eksistirtg dewasa ini pada umumnya tidak mengalami perubahan yang cukup
besar. Perubahan yang terjadi akibat hilangnya kawasan pemerintahan di
kawasan Kota Lama yang dulu merupakan fungsi utarna kawasan tersebut.
Tata guna tanah di kawasan Kota Lama pada umumnya terbagi menjadi:

%
No Zona Penggunaan Luas
Tanah

1. Pemukiman Pemukiman 2,64 ha 8,45


2. Fasilftas Kantor 7,28 ha 23,30
Sosial + Poltabes
peribadata Stasiun KA
n Tawang
Gereja
Blenduk
3. Perdaganga Pertokoan 7,52 ha 24,06
n Warung
makan
Apotik
POM Bensin
4. Open Lapangan 3,28 ha 10,50
space/ Taman
ruang Undevelop
terbuka Land
5. Perkantora Kantor 6,08 ha 19,46
n Bank
6. Pergudanga Gudang 4,25 ha 13,60
n
7. Industri Industri 0,2 ha 0,64
Tabel 1
Tata Guna Lahan Kota Lama Semarang
Intensitas penggunaan ruang di kawasan kota lama semarang adalah untuk perkantoran dan
pergudangan,pemukiman dan jaringan pergerakan kawasan. Fasilitas sosial di kawasan ini sangat
sedikit jumlahnya sedangkan fasilitas hiburan dan pertokoan yang sekiranya dapat menhubungkan
kawasan di malam hampir tidak ada sehingga sebagian kawasan yang hidup di siang hari menjadi
mati di malam hari.
Sumber : RTBL Kota Lama Semarang

Penataan Ruang adalah kesatuan proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Pemanfaatan ruang terbagi dalam 5 (lima) segmentasi tata guna lahan yaitu :
a. Segmen I dengan tema Budaya, berlokasi di Jl. Letjend Suprapto;

b. Segmen II dengan tema Rekreatif, berlokasi disekitar Jl. Tawang, Jl. Merak, Jl. Garuda, Jl. Nuri, Jl. Srigunting
dan Jl. Cendrawasih;

c. Segmen III dengan tema Komersial dan Perkantoran berlokasi disekitar Jl. Mpu Tantular, Jl. Nuri dan Jl.
Garuda, sisi utara Jembatan Berok sampai batas rencana jalan tembus sejajar jalur kereta api tawang ke Jl.
Kolonel Soegiono.

d. Segmen IV dengan tema Perkantoran, Komersial dan Perdagangan Tradisional, berlokasi disekitar Jl.Mpu
Tantular sisi Selatan, Jl.Kepodang dan Kawasan Jurnatan.

e. Segmen V dengan tema Perdagangan Modern, Pendidikan dan Perkantoran, berlokasi disekitar Jl. Haji Agus
Salim, Bundaran Jurnatan, Jl. MT. Haryono. Jl. Ronggowarsito, Jl. Widoharjo dan sebagian Jl. Cendrawasih.
TATA GUNA LAHAN KAWASAN
PERENCANAAN
Menurut rencana tata guna lahan/land use yang disebut dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota
(RDTRK), kawasan daerah perencanaan Bubakan dan Jurnatan termasuk pada segmen dengan tata
guna lahan bagi peruntukan perdagangan dan jasa. Bertolak dari struktur dan image kawasan ini,
maka dapat ditentukan magnet-magnet pengembangan pada bagian-bagian tertentu dalam kawasan,
yang selanjutnya selain akan menarik perkembangan kegiatan, juga akan menentukan nuansa
kawasan. Sedangkan menurut rencana tata ruang kota kawasan perdagangan, kawasan perencanaan
merupakan kawasan yang dikembangkan sebagai pusat perdagangan dengan lingkup pelayanan local
da regional propinsi.
PERAN DAN FUNGSI KAWASAN
BUBAKAN DAN JURNATAN
Secara umum kawasan perencanaan menurut tata guna lahannya merupakan daerah perdagangan dan
jasa. Aktifitas perdagangan dan jasa pada daerah ini, secara regional telah menimbulkan image
tersendiri baik bagi penduduk daerah di luar kawasan meupun penduduk didalam daerak kawasan
sendiri. Bagi penduduk diluar kawasan, telah menempatkan kawasan sebagai salah satu daerah
perdagangan yang dapat digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan mereka. Sedangkan bagi penduduk
kawasan ini, daerah perdagangan telah menciptakan matapencaharian bagi mereka. Sebagai kawasan
yang berkembang menjadi kawasan pusat perdagangan dan jasa, kawasan perencanaan ini telah
mempunyai berbagai fasilitas ayng berperan meningkatkan dan megaktifkan kawasan. Fasilitas-
fasilitas tersebut antara lain fasilitas perdagangan (ruko) dan perkantoran dalam bentuk retail
bangunan, area parker kenderaan, PKL, dan aktifitas alin yang sifatnya menunjang kawasan seperti
pejalan kaki dan pangkalan taxi.
Fasilitas perdagangan dan perkantoran
Fasilitas perdagangan yang berkembang pada daerah perencanaan, meliputi fasilitas perdagangan
berupa perkantoran modern, pedagang tradisonal meliputi pedagang kaki lima (PKL), dan grosir.
Fasilitas perkantoran disini, pada perkembangannya sampai sekarang tidak seluruhnya mengalami
keberhasilan.Fasilitas perkantoran yang berhasil umumnya perkantoran yang terletak disepanjang Jl.
K.H. Agus Salim, sedangkan perkantoran pada daerah pedalaman dari kawasan ada sebagian yang
mengalami kematian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pey existing dari keadaan perkantoran yang
masih aktif.
Perkembangan fasilitas perkantoran pada kawasan perencanaan Bubakan dan Jurnatan, umumnya
berupa perkantoran bagi fasilitas yang berhubungan dengan jasa. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain
Bank, Jasa Agen dan Service. Dari data bangunan pertokoan dan perkantoran di area perencanaan
terdapat 177 buah kapling dengan karakteristik :
a. Kapling ukuran 6 m x 16 m : 171 buah
b. Kapling ukuran 8 m x 16 m : 4 buah
c. Kapling ukuran 16 m x 22 m : 22 buah
Dari 177 buah kapling yang disiapkan, data pengamatan dilapangan menemukan sebanyak 76 buah
kapling yang masih digunakan dengan macam aktifitas 2 buah Bank cabang, 7 buah perkantoran dan
jasa, serta67 buah perdagangan. (Indriastjario, 2003)

Garis Sempadan Bangunan (GSB)


Ialah jarak bangunan terhadap as jalan. GSB bermanfaat untuk
mengendalikan tata letak bangunan terhadap jalan, sehingga mencipta
keteraturan, dan memberikan pandangan yang lebih luas terhadap
pemakai jalan.
Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah batas persil yang tidak boleh didirikan
bangunan, dan diukur dari dinding terluar bangunan terhadap :
1) Batas tepi rencana jalan.
2) Batas tepi rencana sungai.
3) Batas tepi rencana pantai.
4) Rencana saluran.
5) As jaringan listrik tegangan tinggi.
6) Batas tepi rel Kereta Api.
7) Garis semapadan Mata Air.
8) Garis sempadan Aproad Landing.
9) Garis sempadan Telekomunikasi.
Pasal 12
Penentuan GSB berdasarkan kondisi bangunan yang ada.

GSB

jl. Merak = 5-10 m

jl. Tm.srigntng = 3.5-4.5 m

jl. Garuda = 3.5-4.5 m

jl. Nuri = 4-6 m

KDB ditetapkan sebgai berikut :


a. Bangunan kuno yang terletak di Kawasan Kota Lama dan Kawasan Pengaruh sama dengan KDB bangunan
aslinya.

b. Bagunan baru yang ditambahkan pada bangunan kuno di Kawasan Kota Lama maksimal 40 % dari lahan
yang tersisa.

c. Bangunan baru yang terletak di Kawasan Kota Lama maksimal 80 %.

d. Bangunan baru yang terletak di Kawasan Pengaruh yang berfungsi sebagai perdagangan maksimal 80 %.

e. Bangunan baru yang terletak di Kawasan Pengaruh yang berfungsi diluar perdagangan maksimal 60 %.

Daftar pustaka

Peraturan Daerah Kota Semarang Tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan
Kota Lama Semarang

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 8 Tahun 2003

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 tahun 2000 Tentang Bangunan

Indriastjario. (2003). PENGEMBANGAN KONSEP RUANG KOMERSIAL REKREATIF PADA PENATAAN


KAWASAN BUBAKAN, KOTA SEMARANG. Jurnal Jurusan Arsitektur, 1 , 40-41.

Anda mungkin juga menyukai