Guna Tanah
Guna Tanah
Guna Tanah
Pola tata guna tanah di kawasan Kota lama pada masa lalu dan keadaan
eksistirtg dewasa ini pada umumnya tidak mengalami perubahan yang cukup
besar. Perubahan yang terjadi akibat hilangnya kawasan pemerintahan di
kawasan Kota Lama yang dulu merupakan fungsi utarna kawasan tersebut.
Tata guna tanah di kawasan Kota Lama pada umumnya terbagi menjadi:
%
No Zona Penggunaan Luas
Tanah
Penataan Ruang adalah kesatuan proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Pemanfaatan ruang terbagi dalam 5 (lima) segmentasi tata guna lahan yaitu :
a. Segmen I dengan tema Budaya, berlokasi di Jl. Letjend Suprapto;
b. Segmen II dengan tema Rekreatif, berlokasi disekitar Jl. Tawang, Jl. Merak, Jl. Garuda, Jl. Nuri, Jl. Srigunting
dan Jl. Cendrawasih;
c. Segmen III dengan tema Komersial dan Perkantoran berlokasi disekitar Jl. Mpu Tantular, Jl. Nuri dan Jl.
Garuda, sisi utara Jembatan Berok sampai batas rencana jalan tembus sejajar jalur kereta api tawang ke Jl.
Kolonel Soegiono.
d. Segmen IV dengan tema Perkantoran, Komersial dan Perdagangan Tradisional, berlokasi disekitar Jl.Mpu
Tantular sisi Selatan, Jl.Kepodang dan Kawasan Jurnatan.
e. Segmen V dengan tema Perdagangan Modern, Pendidikan dan Perkantoran, berlokasi disekitar Jl. Haji Agus
Salim, Bundaran Jurnatan, Jl. MT. Haryono. Jl. Ronggowarsito, Jl. Widoharjo dan sebagian Jl. Cendrawasih.
TATA GUNA LAHAN KAWASAN
PERENCANAAN
Menurut rencana tata guna lahan/land use yang disebut dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota
(RDTRK), kawasan daerah perencanaan Bubakan dan Jurnatan termasuk pada segmen dengan tata
guna lahan bagi peruntukan perdagangan dan jasa. Bertolak dari struktur dan image kawasan ini,
maka dapat ditentukan magnet-magnet pengembangan pada bagian-bagian tertentu dalam kawasan,
yang selanjutnya selain akan menarik perkembangan kegiatan, juga akan menentukan nuansa
kawasan. Sedangkan menurut rencana tata ruang kota kawasan perdagangan, kawasan perencanaan
merupakan kawasan yang dikembangkan sebagai pusat perdagangan dengan lingkup pelayanan local
da regional propinsi.
PERAN DAN FUNGSI KAWASAN
BUBAKAN DAN JURNATAN
Secara umum kawasan perencanaan menurut tata guna lahannya merupakan daerah perdagangan dan
jasa. Aktifitas perdagangan dan jasa pada daerah ini, secara regional telah menimbulkan image
tersendiri baik bagi penduduk daerah di luar kawasan meupun penduduk didalam daerak kawasan
sendiri. Bagi penduduk diluar kawasan, telah menempatkan kawasan sebagai salah satu daerah
perdagangan yang dapat digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan mereka. Sedangkan bagi penduduk
kawasan ini, daerah perdagangan telah menciptakan matapencaharian bagi mereka. Sebagai kawasan
yang berkembang menjadi kawasan pusat perdagangan dan jasa, kawasan perencanaan ini telah
mempunyai berbagai fasilitas ayng berperan meningkatkan dan megaktifkan kawasan. Fasilitas-
fasilitas tersebut antara lain fasilitas perdagangan (ruko) dan perkantoran dalam bentuk retail
bangunan, area parker kenderaan, PKL, dan aktifitas alin yang sifatnya menunjang kawasan seperti
pejalan kaki dan pangkalan taxi.
Fasilitas perdagangan dan perkantoran
Fasilitas perdagangan yang berkembang pada daerah perencanaan, meliputi fasilitas perdagangan
berupa perkantoran modern, pedagang tradisonal meliputi pedagang kaki lima (PKL), dan grosir.
Fasilitas perkantoran disini, pada perkembangannya sampai sekarang tidak seluruhnya mengalami
keberhasilan.Fasilitas perkantoran yang berhasil umumnya perkantoran yang terletak disepanjang Jl.
K.H. Agus Salim, sedangkan perkantoran pada daerah pedalaman dari kawasan ada sebagian yang
mengalami kematian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pey existing dari keadaan perkantoran yang
masih aktif.
Perkembangan fasilitas perkantoran pada kawasan perencanaan Bubakan dan Jurnatan, umumnya
berupa perkantoran bagi fasilitas yang berhubungan dengan jasa. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain
Bank, Jasa Agen dan Service. Dari data bangunan pertokoan dan perkantoran di area perencanaan
terdapat 177 buah kapling dengan karakteristik :
a. Kapling ukuran 6 m x 16 m : 171 buah
b. Kapling ukuran 8 m x 16 m : 4 buah
c. Kapling ukuran 16 m x 22 m : 22 buah
Dari 177 buah kapling yang disiapkan, data pengamatan dilapangan menemukan sebanyak 76 buah
kapling yang masih digunakan dengan macam aktifitas 2 buah Bank cabang, 7 buah perkantoran dan
jasa, serta67 buah perdagangan. (Indriastjario, 2003)
GSB
b. Bagunan baru yang ditambahkan pada bangunan kuno di Kawasan Kota Lama maksimal 40 % dari lahan
yang tersisa.
d. Bangunan baru yang terletak di Kawasan Pengaruh yang berfungsi sebagai perdagangan maksimal 80 %.
e. Bangunan baru yang terletak di Kawasan Pengaruh yang berfungsi diluar perdagangan maksimal 60 %.
Daftar pustaka
Peraturan Daerah Kota Semarang Tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan
Kota Lama Semarang