Anda di halaman 1dari 52

PENGENDALIAN MUTU PEKERJAAN

(Spesifikasi Umum 2010 Rev-3)

BIDANG PEMBANGUNAN DAN PENGUJIAN

Makassar, 01 - 02 Februari 2017


UMUM

Periode Mobilisasi :

Seluruh mata pekerjaan : 60 hari sejak SPMK


Penyediaan Fasilitas dan Pelayanan Pengendalian Mutu : 45 hari sejak
SPMK
Bila Penyedia Jasa gagal memobilisasi Fasilitas dan Pelayanan
Pengendalian Mutu, maka Direksi Pekerjaan dapat melaksanakannya dan
membebankan seluruh biaya ditambah sepuluh persen pada Penyedia
Jasa.
Bilamana Penyedia Jasa tidak menyelesaikan mobilisasi sesuai batas
waktu, maka jumlah yang dibayar adalah persentase angsuran penuh
dari harga lump sum Mobilisasi dikurangi sejumlah dari 1 % (satu
persen) nilai angsuran untuk setiap keterlambatan satu hari dalam
penyelesaian sampai maksimum 50 (lima puluh) hari.
Kajian Teknis :

Kajian Teknik Lapangan adalah suatu kegiatan untuk mencari


kesesuaian antara rancangan asli yang ditunjukkan dalam Gambar
dengan kebutuhan aktual lapangan. Kegiatan ini terdiri dari survai
lapangan dan analisis data lapangan.

Holding Points (Titik Tunggu) :

Persetujuan Direksi Pekerjaan terhadap tahapan-tahapan dan kesesuaian


pekerjaan sebelumnya sebelum Penyedia Jasa melaksanakan pekerjaan di
atasnya, al :
Penetapan Titik Pengukuran
Permukaan Tanah Dasar
Permukaan Pondasi Kelas B yang telah dipadatkan
Permukaan Pondasi Kelas A yang telah dipadatkan
Setiap lapisan campuran beraspal
Lapisan lean concrete, perkerasan beton semen, dll
DRAINASE

Pasangan Batu Dengan Mortar :

TebaI minimum setiap sisi pasangan, termasuk lantai min. 20


cm
Batu harus terdiri dari batu alam atau batu dari sumber
bahan yang tidak terbelah, yang utuh, keras, awet, padat,
tahan terhadap udara dan air
Batu harus tertahan ayakan 10 cm
Adukan semen mempunyai kuat tekan min. 50 kg/cm2 pada
umur 28 hari
Landasan pasangan batu berupa adukan semen dengan tebal
min. 3 cm
DRAINASE POROUS

Drainase porous digunakan untuk drainase bawah tanah dan untuk


mencegah butiran tanah halus terhanyut oleh rembesan air bawah
tanah
Bahan porous ditempatkan di bagian belakang (aprit) abutment,
tembok sayap, tembok penahan tanah, pasangan batu kosong dan
dinding bronjong, serta pada pembuatan drainase bawah permukaan
perkerasan jalan, saluran beton, gorong-gorong, drainase vertikal untuk
pekerjaan stabilisasi, dll
Bahan porous untuk penyaring : harus keras, awet dan bersih, dipadatkan
per lapis tidak lebih 15 cm sampai mencapai kepadatan 95%.
Anyaman Penyaring (Filler) Plastik : harus dari geotekstil sintesis
Pipa berlubang banyak : harus dari pipa beton atau PVC dengan diameter
bagian dalam min. 10 cm digunakan untuk drainase bawah tanah
TEMBOK PENAHAN

Pasangan Batu :

Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis, awet. Bila perIu, batu
harus dibentuk untuk menghilangkan bagian yang tipis atau lemah
Batu harus lancip atau lonjong sehingga saling mengunci
Ukuran batu dalam arah manapun tidak boleh kurang dari 15 cm
Tebal adukan harus pada rentang antara 2 cm sampai 5 cm
Lubang sulingan harus ditempatkan dengan jarak antara tidak lebih dari 2
m dari sumbu satu ke sumbu lainnya dan harus berdiameter 50 mm.
Pada struktur panjang yang menerus (> 20 m) seperti dinding penahan
tanah, maka harus ada delatasi 30 mm
Timbunan di belakang delatasi haruslah dari bahan drainase porous
berbutir kasar
KEKERJAAN TIMBUNAN

Timbunan Biasa : dari bahan galian tanah/batu yang tidak boleh


PI tinggi
Expansive (kembang susut) tinggi dan sangat tinggi (lamp. 3.2.A Spek)
Kadar air alamiah sangat tinggi yang tidak praktis dikeringkan
Timbunan Pilihan : dari tanah/batu yang memenuhi syarat diatas dan
Memiliki CBR paling sedikit 10% setelah 4 hari perendaman
Bila dipadatkan sampai 100% kepadatan kering maksimum
Digunakan untuk meningkatkan daya dukung pada lapis penopang
(capping layer)
Timbunan Pilihan Berbutir Diatas Rawa: dari batu, pasir dan kerikil yang
PI < 6%
digunakan sebagai lapisan penopang (capping layer) pada tanah lunak
yang mempunyai CBR lapangan kurang 2%
Tebal lapisan diatas tanah lunak antara 0,5 m sampai 1,0 m
Tebal hamparan timbunan per lapis maks. 20 cm dan min. 10 cm, kecuali
diatas tanah lunak.
Kepadatan 100%, jika kurang 30 cm dibawah elevasi tanah dasar dan 95%,
jika lebih 30 cm dibawah elevasi tanah dasar
PERKERASAN BERBUTIR

Lapis Pondasi Agregat :

Agerat Kasar : tertahan ayakan 4,75 mm terdiri dari pecahan batu yang
keras dan awet
Agregat Halus : lolos ayakan 4,75 mm terdiri dari pasir alami atau batu
pecah halus
Gradasi lapis pondasi agregat sbb :
Ukuran Ayakan Berat Yang Lolos
ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas S

2" 50 100
1 1/2" 37,5 100 88 95 100
1" 25,0 79 - 85 70 85 77 - 89
3/8" 9,50 44 - 58 30 65 41 - 66
No.4 4,75 29 - 44 25 55 26 - 54
No.10 2,0 17 - 30 15 40 15 - 42
No.40 0,425 7 - 17 8 20 7 - 26
No.200 0,075 2-8 2-8 4 - 16
Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat sbb :
Sifat - sifat Kelas A Kelas B Kelas S
Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 2417:2008) 0-40% 0-40 % 0-40%
Butiran pecah, tertahan ayakan 3/8" (SNI
95/90 55/50 55/50
7619: 2012)
Batas Cair (SNI 1967:2008) 0-25 0-35 0-35
Indek Plastisitas (SNI 1966:2008) 0-6 0-10 4 - 15
Hasil kali Indek Plastisitas dng. % Lolos maks.25 - -
Ayakan No.200
Gumpalan Lempung dan Butiran-butiran
0-5 % 0-5 % 0-5%
Mudah Pecah (SNI 03-4141-1996)
CBR rendaman (SNI 1744: 2012) min.90 % min.60 % min.50 %
Perbandingan Persen Lolos Ayakan No.200
maks.2/3 maks.2/3 -
dan No.40

Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm


Kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan kering maksimum
Rentang kadar air 3 % di bawah KAO sampai 1 % di atas KAO
Pengujian : setiap 1000 m3 bahan yang diproduksi, paling sedikit :
5 pengujian indeks plastisitas
5 pengujian gradasi partikel
1 penentuan kepadatan kering maksimum
Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin
diperiksa, tidak boleh berselang lebih dari 200 m.
PERKERASAN BETON SEMEN

Agregat Halus :
Lolos ayakan 4,75 mm
Sekurang-kurangnya terdiri dari 50% (terhadap berat) pasir alam
Berat isi lepas min. 1.200 kg/m3
Penyerapan air maks. 5%
Gumpalan lempung maks. 3%
Lolos ayakan 200 maks. 3%

Agregat Kasar :
Tertahan ayakan 4,75 mm
Abrasi/keausan maks. 40%
Bidang pecah (2 atau lebih) min. 80%
Berat isi lepas min. 1.200 kg/m3
Penyerapan air maks. 5%
Gumpalan lempung maks. 2,5%
Lolos ayakan 200 maks. 1%
Semen :
Harus jenis semen Portland tipe I,II,III,IV dan V
Tipe PPC (Portland Pozzolan Cement) dan PCC (Portland Composite
Cement) dapat digunakan bila diizinkan Direksi Pekerjaaan
Hanya dapat digunakan satu merek semen, kecuali jika diizinkan oleh
Direksi Pekerjaan

Air :
Harus bersih dan bebas dari minyak, garam, asam, basa, gula atau
organik
Air yang dapat diminum

Bahan tambah :
Bahan tambah berupa zat kimia maks. 5% dari berat semen harus melalui
hasil penelitian laboratorium dan persetujuan Direksi Pekerjaan
Tujuan untuk meningkatkan kinerja beton
Pencampuran :
Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas 3/4 m3 atau kurang
haruslah 1,5 menit, untuk mesin yang lebih besar waktu harus
ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3.

Beton :
Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara
tertulis paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton.
Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton
dan tanggal serta waktu pencampuran beton
Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan
tersebut dan akan memeriksa acuan, dan tulangan dan dapat
mengeluarkan persetujuan tertulis maupun tidak untuk memulai
pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia Jasa
tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan
tertulis dari Direksi Pekerjaan.
Perawatan Beton :
Disemprot dengan bahan perawatan segera setelah permukaan
tersebut selesai dikasarkan dengan sikat
Bahan perawatan harus dalam bentuk lapisan yang menerus dan tak
terputus, dan disemprotkan dengan merata dalam 2 kali
penyemprotan
Untuk acuan berjalan penyemprotan pertama dalam waktu 15 menit
setelah kondisi air permukaan tidak begitu mengkilap, yang kedua
10 - 30 menit setelah itu
Pada permukaan dengan acuan tetap, penyemprotan pertama
haruslah dalam 30 menit setelah penggarukan dan yang kedua
haruslah 15 sampai 45 menit sesudahnya
Lapisan perawatan harus dipertahankan utuh dalam bentuk
selaput (membrane) yang menerus dan tidak patah sampai kekuatan
lapangan sebesar 300 kg/cm dicapai
Setiap kerusakan selaput perawatan (curing membrane) harus
diperbaiki dengan penyemprotan manual pada lokasi yang cacat.
Perawatan Beton Kurus (LC):
Harus segera dirawat paling tidak sampai 70% kekuatan yang
disyaratkan tereapai.
Perawatan permukaan harus dilaksanakan dengan salah satu metoda
berikut:
Penutupan dengan lembaran plastik yang kedap sampai lapis
perkerasan berikutnya dihampar, tertambat kokoh terhadap
tiupan pada permukaan dan mempunyai sambungan tumpang
tindih sekurang-kurangnya 300 mm dan dipasang sedemikian
hingga kadar air di bawahnya tidak menguap keluar.
Seluruh permukaan disemprot dengan merata dengan bahan
perawatan berpigmen putih
Pengabutan yang berkesinambungan menutup seluruh
permukaan dan mempertahankan kondisi kadar air yang
permanen selama seluruh durasi perioda perawatan.
Perawatan dengan pembasahan yang sebentar-sebentar tidak dapat
diterima
TERPALLING

SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM


SKh-6.6.3.1
TAHUN 2016

CAMPURAN BERASPAL PANAS


DENGAN ASBUTON LAWELE
(CBA-AsbLawele)
1. UMUM
Pengertian :
CAMPURAN BERASPAL PANAS DENGAN ASBUTON LAWELE atau CBA-
ASBLAWELE adalah campuran antara agregat dengan bahan pengikat jenis
bitumen Asbuton Lawele maksimum sebanyak 15% dan aspal keras pen 60
sebanyak min. 1,5% dari berat campuran, yang dicampur di Unit Pencampur Aspal
(AMP), dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada temperatur tertentu.

Ruang Lingkup :
pembuatan lapisan CBA-AsbLawele untuk lapis perata, lapis pondasi, lapis
permukaan antara, atau lapis aus, yang dihampar dan dipadatkan di atas lapis
pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai dengan Spesifikasi
ini dan Gambar Rencana.
2. TEBAL LAPISAN DAN TOLERANSI
Tebal Nominal Minimum Lapisan CBA-AsbLawele dan Toleransi

Tebal
Toleransi
Nominal
Jenis CBA-AsbLawele Simbol Tebal
Minimum
(mm)
(mm)
Lapis Aus AC-WC AsbLawele 40 3
Lapis Permukaan Antara AC-BC AsbLawele 60 4
Lapis Pondasi AC-Base AsbLawele 75 5

Bilamana CBA-AsbLawele dihampar lebih dari satu lapis, setiap tebal


lapisan beraspal tidak boleh kurang dari toleransi masing masing.
3. Persyaratan Bahan
Agregat
Ketentuan agregat mengacu pada
Spesifikasi Umum Bina Marga 2010,
kecuali untuk gradasi agregat, sbb :
3. Persyaratan Bahan
Aspal
Aspal keras harus aspal pen 60 (ketentuan sesuai dalam Spesifikasi Umum
Bina Marga 2010);
Aspal keras dari tiap truk tangki yang datang harus dilaksanakan
pengujian nilai penetrasi dan nilai titik lembek sebelum dialirkan ke
tangki penyimpanan;
Minimum penggunaan 1,5% berat total campuran.

Asbuton Lawele Butir


Proporsi penggunaan Asbuton lawele butir harus mempertimbangkan
gradasi agregat campuran dan maksimum penggunaannya adalah 15%
berat total campuran.
Asbuton lawele butir harus dikirim dalam kemasan kantong atau kemasan
lain yang kedap air dan mudah penanganannya. Ditempatkan pada
tempat kering dan beratap, tinggi penimbunan tidak boleh lebih 2 meter.
3. Persyaratan Bahan
Asbuton Lawele Butir
o Ketentuan :
3. Persyaratan bahan
Asbuton Lawele Butir
o Pengambilan contoh Asbuton Lawele Butir harus dilakukan akar
pangkat 3 () dari jumlah kemasan. Contoh pertama yang diambil
harus langsung dilakukan pengujian gradasi, ukuran butir maksimum,
kadar bitumen dan penetrasinya. Asbuton Lawele Butir yang dipasok
tidak boleh diterima sebelum semua hasil pengujian memenuhi
ketentuan spesifikasi khusus ini.
3. Persyaratan bahan

Bahan Aditif Anti Pengelupasan


o Aditif kelekatan dan anti pengelupasan (anti striping agent) harus
ditambahkan dalam bentuk cairan ke dalam aspal pada timbangan
aspal dengan mengunakan pompa penakar (dozing pump) dan masuk
ke dalam pugmill untuk dicampur dengan agregat.
o Kuantitas pemakaian aditif anti striping dalam rentang 0,2% - 0,3 %
terhadap berat aspal.
o Jenis aditif yang digunakan haruslah yang disetujui Direksi Pekerjaan.
o Penyediaan aditif dibayar terpisah dari pekerjaan aspal.
4. CAMPURAN
Komposisi campuran terdiri atas agregat,
filler, Asbuton Lawele Butir, aspal keras dan
bahan aditif.
Kadar aspal keras minimal 1,5% berat
campuran.
Persentase asbuton lawele butir dalam
campuran bergantung pada gradasi dan
kadar aspal dari asbuton lawele butir.
Persentase asbuton lawele butir aktual
ditambahkan berdasarkan uji laboratorium
dan lapangan.
4. CAMPURAN
Ketentuan Sifat Campuran :
5. KETENTUAN INSTALASI PENCAMPUR ASPAL

Ketentuan instalasi pencampur aspal mengacu pada


Spesifikasi Umum Bina Marga 2010.
AMP harus dilengkapi silo filler (filler storage) dan alat
pemasok Asbuton Lawele Butir.
Alat pemasok Asbuton Lawele Butir ke pugmil harus berupa
ban berjalan atau sesuai persetujuan Direksi Pekerjaan dan
dilengkapi dengan unit timbangan serta kecepatannya
dapat diatur sehingga dapat menjamin pasokan asbuton
lawele secara kontinu ke pugmill.
Bila alat pemasok tidak dapat berfungsi atau rusak maka
unit pencampur aspal tidak boleh dioperasikan.
Asphalt Mixing Plant (AMP)

Harus mempunyai sertifikat "laik operasi" dan sertifikat kalibrasi dari


Metrologi untuk timbangan aspal, agregat dan bahan pengisi (filler),
yang masih berlaku.
Harus dilengkapi dust collector yaitu sistem pusaran kering (dry cyclone)
dan pusaran basah (wet cyclone).
Mempunyai pengaduk (pug mill) dengan kapasitas asli minimum 800 kg.
Untuk AC-Base AsbLawele, jumlah cold bin tidak kurang dari 5 buah dan
untuk jenis campuran beraspal lainnya minimal 4 cold bin.
Bahan bakar untuk memanaskan agregat haruslah minyak tanah atau
solar dengan berat jenis maksimum 860 kg/m3 atau gas Elpiji atau LNG
(Liquefied Natural Gas) atau gas yang diperoleh dari batu bara. Batu
bara yang digunakan dalam proses gasifikasi haruslah min. 5.500
K.Cal/kg.
Agregat yang diambil dari pemasok panas (hot bin) atau pengering
(dryer) tidak boleh mengandung jelaga dan atau sisa minyak yang tidak
habis terbakar.
Tangki Penyimpanan Aspal
Pemanasan di tangki harus dilakukan melalui kumparan uap (steam
coils), listrik, atau cara lainnya sehingga api tidak langsung memanasi
tangki aspal.
Selimut uap (steam jacket) atau perlengkapan isolasi lainnya diperlukan
untuk mempertahankan temperatur aspal dalam sistem sirkulasi.
Daya tampung tangki paling sedikit untuk kuantitas dua hari produksi,
dan harus disediakan dua tangki dengan kapasitas yang sama.
Pengendali temperatur termostatik harus mampu mempertahankan
temperatur sebesar 160 C.

Tangki Penyimpanan Aditif


Kapasitas penyimpanan, minimal untuk satu hari produksi, dilengkapi
dozing pump sehingga dapat memasok langsung aditif ke pugmil.

Rumah Timbangan
Rumah timbang harus disediakan untuk menimbang truk bermuatan
yang siap dikirim ke tempat penghamparan.
INSTALASI PEMASOK ASBUTON

Penakaran asbuton butir dengan sistem kecepatan belt conveyor


(bukaan konstan)
Belum ada timbangan khusus asbuton butir
Menggunakan sistem pencampuran basah (asbuton masuk ke
pugmill)
Penggumpalan diatasi dengan cara manual
Penakaran Asbuton Butir
dengan sistem Unit Bin
Timbangan (Menumpang di
Timbangan Agregat)
Menggunakan sistem
pencampuran kering (tidak
langsung ke Pugmill)
Penggumpalan diatasi dengan
cara manual
Penakaran Asbuton Butir dengan
sistem Unit Bin Timbangan
(Menumpang di Timbangan
Agregat)
Menggunakan sistem
pencampuran kering (tidak
langsung ke Pugmill)
Suplay asbuton ke conveyor
dengan cara manual
Penggumpalan diatasi dengan
cara manual
Instalasi Pemasok Asbuton

Hopper Bin

Timbangan Belt Conveyor


Cold Bin

Pugmill

Grinding mill
PENCAMPURAN ASBUTON BUTIR
UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS
CARA BASAH (WET MIXING)
PENCAMPURAN ASBUTON BUTIR
UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS
CARA KERING (DRY MIXING)
PERBANDINGAN SIFAT-SIFAT MARSHALL CAMP.
BERASPAL DENGAN ASBUTON LAWELE

AC-WC AsbLawele
ASBUTON BUTIR LAWELE 10 %
KADAR ASPAL OPTIMUM 6,3 %

Campuran Campuran
No. Uraian Sat. Basah Kering Spesifikasi
(Wet Mix) (Dry Mix)
1. Stabilitas Kg 1.800 1.372 Min. 800
2. VIM % 4.5 4.67 3.5 5.5
3. VMA % 20 18.39 Min 15
4. FVB % 79 71.54 Min 65
5. Flow Mm 3.2 4.18 Min 3
6. MQ Kg/mm 525 320 Min 250
PERBANDINGAN SIFAT-SIFAT MARSHALl CAMP.
BERASPAL DENGAN ASBUTON LAWELE

AC-BC AsbLawele
ASBUTON BUTIR LAWELE 10 %
KADAR ASPAL OPTIMUM 5,9%
Campuran Campuran
No. Uraian Sat. Basah Kering Spesifikasi
(Wet Mix) (Dry Mix)
1. Stabilitas Kg 1.880 1.506 Min. 800
2. VIM % 4.4 4.71 3.5 5.5
3. VMA % 18.50 18.19 Min 14
4. FVB % 77.00 70.90 Min 63
5. Flow Mm 3.10 4.07 Min 3
6. MQ Kg/mm 520 370 Min 250
6. PRODUKSI CAMPURAN BERASPAL
Pelaksanaan CBA ASb-Lawele pada dasarnya sama dengan
campuran aspal panas konvensional, yakni untuk pembuatan
formula campuran, pelaksanaan di AMP serta pelaksanaan di
lapangan.
Hal yang khusus dalam pelaksanaan CBA ASb-Lawele :
Asbuton Lawele Butir yang disiapkan harus dalam keadaan kering,
harus tersimpan ditempat yang terlindung dari cuaca dan air, dan
memiliki kualitas yang sama atau 1(satu) jenis atau Tipe yang sama
sesuai dengan yang disetujui Direksi Pekerjaan dan memenuhi
persyaratan.
Pada setiap hari sebelum proses pencampuran dimulai, Asbuton
Lawele Butir harus tersedia dan sudah siap untuk dialirkan ke alat
pencampur minimum cukup untuk produksi 1 hari atau dengan
persetujuan Direksi Pekerjaan.
6. PRODUKSI CAMPURAN BERASPAL
Temperatur pencampuran dan penghamparan :
6. PENGHAMPARAN
Pelaksanaan penghamparan CBA ASb-
Lawele pada dasarnya sama dengan
campuran aspal panas konvensional sesuai
ketentuan Spesifikasi Umum Bina Marga
2010 (Revisi-03).
PENGHAMPARAN CAMPURAN

Untuk menjamin sambungan memanjang vertikal maka harus ada


acuan tepi berupa besi profil siku dengan ukuran tinggi 5 mm lebih
kecil dari tebal rencana dan dipakukan pada perkerasan dibawahnya.
Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) alat penghampar
harus dipanaskan.
Mesin vibrasi pada screed alat penghampar harus dijalankan selama
penghamparan .
Hopper tidak boleh dikosongkan, sisa campuran harus dijaga tidak
kurang dari temperatur yang disyaratkan.
Kelandaian sepatu (screed) alat penghampar untuk menjamin
terpenuhinya lereng melintang dan super elevasi yang diperlukan .
Penghamparan harus dimu lai dari lajur yang lebih rendah menuju lajur
yang lebih tinggi bilamana pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu
lajur.
PEMADATAN CAMPURAN

Pemadatan campuran beraspal harus terdiri dari tiga operasi yang terpisah, yi :
Pemadatan Awal, Pemadatan Antara dan Pemadatan Akhir.
Pemadatan awal atau breakdown rolling dilaksanakan dengan alat
pemadat roda baja, minimal 2x lintasan.
Pemadatan kedua atau utama dilaksanakan dengan pemadat roda karet.
Pemadatan akhir atau penyelesaian dilaksanakan dengan alat pemadat
roda baja tanpa penggetar (vibrasi)
Pemadatan dimulai dari tempat sambungan memanjang dan kemudian
dari tepi luar. Selanjutnya, penggilasan dilakukan sejajar dengan sumbu
jalan berurutan menuju ke arah sumbu jalan , kecuali untuk superelevasi
pada tikungan harus dimulai dari tempat yang terendah dan bergerak
kearah yang lebih tinggi.
Roda alat pemadat harus dibasahi dengan cara pengabutan secara terus
menerus untuk mencegah pelekatan campuran pada roda alat pemadat,
tetapi air yang berlebihan tidak diperkenankan. Roda karet boleh sedikit
diminyaki untuk menghindari lengketnya campuran beraspal pada roda.
Setiap minyak bumi yang tumpah di atas perkerasan yang sedang
dikerjakan, harus dilakukannya pembongkaran dan perbaikan.
7. PENGENDALIAN MUTU
Pelaksanaan Pengendalian Mutu CBA ASb-
Lawele pada dasarnya sama dengan
campuran aspal panas konvensional sesuai
ketentuan Umum Bina Marga 2010.
PENGENDALIAN MUTU
Permukaan perkerasan harus diperiksa dengan mistar lurus sepanjang 3
m, dan harus dilaksanakan tegak lurus dan sejajar dengan sumbu jalan.
Kerataan permukaan lapis aus harus diperiksa dengan alat NAASRA-
Meter, dengan International Roughness Index (IRI) paling tidak 3 setiap
interval 100 m.
Kepadatan untuk Lataston (HRS) tidak boleh kurang dari 97 % Kepadatan
Standar Kerja (Job Standard Density) yang tertera dalam JMF dan untuk
semua campuran beraspal lainnya tidak boleh kurang dari 98 %.
Ketentuan Kepadatan :
Kepadatan yg Kepadatan Mini- Nilai minimum
Jumlah benda
disyaratkan mum Rata-rata setiap pengujian
uji per segmen
(% JSD) (% JSD) tunggal (% JSD)
3 -4 98,1 95
5 98,3 94,9
98
>6 98,5 94,8
3 -4 97,1 94
5 97,3 93,9
97
>6 97,5 93,8
FREKWENSI PENGENDALIAN MUTU

Bahan dan Pengujian Frekwensi Pengujian


Aspal :
Aspal bentuk drum 3dari setiap jumlah
drum
Aspal curah Setiap tangki aspal
Jenis pengujian aspal drum dan curah mencakup :
Penetrasi dan titik lembek
Asbuton butir/adiitif asbuton 3dari setiap jumlah
kemasan
- Kadar air
- Ekstraksi (kadar aspal)
- Ukuran butir maksimum
- Penetrasi aspal asbuton

Agregat :
- Abrasi dengan mesin Los Angeles Setiap 5.000 m3
- Gradasi agregat yang ditambahkan ketumpukan Setiap 1.000 m3
- Gradasi agregat dari penampung panas (hot Setiap 250 m3 (min.2
bin) pengujian per hari)
- Nilai setara pasir (sand equivalent) Setiap 250 m3
Campuran :
- Suhu di AMP dan suhu saat sampai dilapangan Setiap batch dan pengiriman
- Gradasi dan kadar aspal Setiap 200 ton (min. 2
pengujian per hari)
- Kepadatan, stabilitas, pelelehan, marshall quotient Setiap 200 ton (min. 2
(untuk non AC), rongga dalam campuran pada 75 pengujian per hari)
tumbukan dan stabilitas marshall sisa a tau Indirect
tensile Strength Ratio (ITSR)
- Rongga dalam campuran pd. Kepadatan marshall Setiap 3.000 ton
- Cam1puran rancangan (Mix Design) Marshall Setiap perubahan
agregat/rancangan

Lapisan yang dihampar :


- Benda uji inti (core) berdiameter 4 untuk partikel Benda uji inti paling sedikit
ukuran maksimum 1 dan 6 untuk partikel ukuran harus diambil dua titik
diatas 1, baik untuk pemeriksaan pema-datan pengujian per penampang
maupun tebal lapisan bukan perata melintang per lajur dengan
jarak memanjang antar
penampang melintang yang
diperiksa tidak lebih 100 m

Toleransi Pelaksanaan :
- Elevasi permukaan, untuk penampang melintang dari Paling sedikit 3 titik yang
setiap jalur lau lintas diukur melintang pada paling
sedikit setiap 12,5 meter
memanjang sepanjang jalan
tersebut
PENGENDALIAN MUTU HARIAN

Analisa saringan, paling sedikit dua contoh agregat per hari dari setiap
penampung panas.
Temperatur campuran saat pengambilan contoh di AMP maupun di lokasi
penghamparan (satu per jam).
Kepadatan hasil pemadatan di lapangan dan persentase kepadatan
lapangan terhadap JMD untuk setiap benda uji inti (core).
Kepadatan Marshall, Stabilitas, Flow , Marshall Quotient, Stabilitas
Marshall Sisa atau Indirect Tensile Strength Ratio (ITSR), paling sedikit
dua contoh per hari.
Kadar bitumen aspal keras maupun aspal modifikasi dalam campuran
dan gradasi agregat yang ditentukan dari hasil ekstraksi campuran paling
sedikit dua contoh per hari.
Untuk filler (added) dari Kapur, Semen atau Asbuton ditentukan dengan
mencatat kuantitas silo atau penampung sebelum dan setelah produksi.
Kadar anti stripping ditentukan dengan mencatat volume tangki sebelum
dan sesudah produksi dan juga diperiksa dengan pengujian Stabilitas
Marshall Sisa untuk setiap 200 ton produksi.
8. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

Untuk lapisan bukan perata AC-WC CBA-AsbLawele, AC-BC


CBA-AsbLawele, AC-Base CBA-AsbLawele) jumlah tonase
bersih dari campuran yang telah dihampar dan diterima, yang
dihitung sebagai hasil perkalian luas lokasi yang diterima dan
tebal yang diterima dengan kepadatan campuran yang
diperoleh dari pengujian benda uji inti (core). Tonase bersih
adalah selisih dari berat campuran dengan berat Asbuton
Lawele Butir, aspal, aditif anti pengelupasan (anti stripping
agent) dan bahan pengisi (filler) yang ditambahkan.
8. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
Untuk lapisan perata (AC-WC(L) CBA-AsbLawele, AC-BC(L) CBA-
AsbLawele, AC-Base(L) CBA-AsbLawele) jumlah tonase bersih dari
campuran yang telah dihampar dan diterima sesuai dengan ketentuan
pada Pasal SKh-5.6.3.8 (l)(c). Tonase bersih adalah selisih dari berat
campuran dengan berat Asbuton Lawele Butir, aspal, aditif anti
pengelupasan (anti stripping agent) dan bahan pengisi (filler) yang
ditambahkan.

Untuk aspal keras pen 60, Asbuton Lawele Butir, aditif anti
pengelupasan dan bahan pengisi (filler) yang ditambahkan haruslah
dalam jumlah ton untuk aspal keras pen 60 dan Asbuton Lawele Butir
dan dalam jumlah kilogram untuk aditif anti pengelupasan dan bahan
pengisi (filler) yang ditambahkan.
8. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
Bilamana Direksi Pekerjaan menerima setiap CBA-AsbLawele dengan kadar
aspal rata-rata yang lebih tinggi darikadar aspal optimum tetapi masih
masuk dalam rentang kadar aspal yang diperoleh dari kadar aspal yang
ditetapkan dalam JMF. Pembayaran aspal keras pen 60 yang digunakan pada
CBA-AsbLawele harus dihitung berdasarkan berat hamparan dikalikan
dengan kadar aspal optimum yang ditetapkan dalam JMF dikurangi berat
aspal yang terkandung dalam asbuton lawele. Bilamana Direksi Pekerjaan
menerima setiap CBA-AsbLawele dengan kadar aspal rata-rata yang lebih
rendah dari kadar aspal optimum tetapi masih masuk dalam rentang kadar
aspal yang diperoleh dari kadar aspal yang ditetapkan dalam JMF,
pembayaran aspal keras pen 60 yang digunakan pada CBA-AsbLawele harus
dihitung berdasarkan berat hamparan dikalikan dengan kadar aspal rata-rata
tersebut dikurangi berat aspal yang terkandung dalam asbuton lawele. Tidak
ada pembayaran yang dapat dilakukan untuk campuran yang kadar aspalnya
di luar dari rentang kadar aspal yang diperoleh dari kadar aspal yang
ditetapkan dalam JMF.
Menentukan Kadar Aspal Optimum
8. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

Kuantitas yang diukur untuk pembayaran


Asbuton Lawele Butir, Aditif Anti Pengelupasan
(anti stripping agent) dan bahan pengisi (filler)
yang digunakan pada CBA-AsbLawele harus
dihitung berdasarkan berat yang ditetapkan
dalam JMF.
8. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
Nomor Mata Uraian Satuan
Pembayaran Pengukuran

SKh-5.6.3.1.(la) CBA-AsbLawele Lapis Aus (AC-WC AsbLawele) Ton

SKh-5.6.3.1. (lb) CBA-AsbLawele Lapis Aus Perata (AC-WC Asb-Lawele-L) Ton

SKh-5.6.3.1.(2a) CBA-AsbLawele Lapis Antara (AC-BC AsbLawele) Ton

SKh-5.6.3.1.(2b) CBA-AsbLawele Lapis Antara Perata (AC-BC Asb-Lawele-L) Ton

SKh-5.6.3.1.(3a) CBA-AsbLawele Lapis Base (AC-Base AsbLawele) Ton

SKh-5.6.3.1.(3b) CBA-AsbLawele Lapis Lapis Base Antara (AC-Base Asb-Lawele-L) Ton

SKh-5.6.3.1.(4) Aspal Keras Ton

SKh-5.6.3.1.(5) Asbuton Lawele Butir Ton

SKh-5.6.3.1.(6) Aditif Anti Pengelupasan Kg

SKh-5.6.3.1.(7a) Bahan Pengisi (Filler) Tambahan Kapur Kg

SKh-5.6.3.1.(7b) Bahan Pengisi (Filler) Tambahan Semen Kg


52

Anda mungkin juga menyukai