Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS

AMELOBLASTOMA

Disusun untuk melengkapi tugas kegiatan Praktek Kerja Lapangan


Ilmu Kedokteran Klinik di RSUD Blambangan Banyuwangi

Pembimbing:
drg. M. Ilyas Erdiansyah

Disusun oleh :
Kelompok 2
Galuh Panji R. 1216111010103
Malun Nasrudin 12161110101094

ILMU KEDOKTERAN KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis Fraktur Tulang


2.1.1 Simple Fraktur
Simple fraktur terdiri dari satu garis fraktur yang tidak terhubung dengan jaringan
luar. Pada fraktur mandibula biasanya berupa fraktur pada ramus atau condylus
atau fraktur pada area edentulous tanpa kerusakan periosteum.
2.1.2 Coumpound Fraktur
Fraktur jenis ini terhubung dengan lingkungan eksternal, biasanya dengan ligamen
periodontal gigi, dan melibatkan semua fraktur bagian penahan gigi dari rahang.
Selain itu, jika ada kerusakan mukosa menyebabkan keterlibatan intraoral atau
laserasi kulit yaang terhubung dengan daerah fraktur, bagian edontulous
mandibula juga mungkin dapat terlibat.
2.1.3 Greenstick Fraktur
Fraktur jenis ini umum terjadi pada anak-anak dan melibatkan kerusakan tak
lengkap pada kontinuitas tulang (fraktur parsial). Biasanya salah satu cortex
fraktur dan yang lain bengkok. Tidak ada mobilitas antara fragmen distal dan
proksimal.
2.1.4 Comminuted Fraktur
Fraktur ini menunjukkan fragmentasi multiple (remuk) tulang pada satu daerah
fraktur. Biasanya diakibatkan suatu injuri tulang yang lebih besar dibandingkan
simple fraktur.
2.1.5 Kompleks atau complicated fraktur
Injuri jenis ini menunjukkan kerusakan pada struktur dekat tulang seperti
pembuluh darah mayor, nervus, atay struktur sendi. Injuri jenis ini biasanya terjadi
pada arteri alveolar inferior, vena, dan nervus dalam fraktur mandibula proksimal
dari foramen mentalis dan distal foramen mandibula.
2.1.6 Teleskop atau fraktur impaksi
Injuri jenis ini jarang terlihat pada mandibula. Ffraktur jenis dikarakteristikkan
dengan salah satu fragmen tulang yang terdorong masuk pada fragmen tulang lain,

2.1.7 Fraktur tidak langsung (indirek)


Fraktur direk tulang terjadi dekat pada sumber trauma sebaliknya fraktur indirek
terjadi pada daerah yang jauh dari sumber titik tempat terjadinya kontak trauma.
Sebagai contoh dari fraktur jenis ini adalah fraktur subkondilar disertai dengan
fraktur pada symphisis.
. 2.1.8 Fraktur Patologis
Fraktur jenis ini dihasilkan dari fungsi normal atau trauma minimal pada tulang
yang dilemahkan akibat adanya proses patologis. Daerah patologis yang terlibat
dapat terlokalisir pada daerah fraktur seperti pada kista atau metastatik tumor atau
bagian dari generalized skeletal disorder seperti osteopetrosis.
2.1.9 Displaced Fraktur
Fraktur jenis ini dapat berupa displaced (bergeser), deviasi, atau nondisplaced (tak
bergeser). Fraktur displaced terjadi ketika terjadi pergeseran fragmen fraktur
disebut juga dislokais fragmen tulang yang terbagi menjadi dislokasi searah
sumbu dan overlapping, dislokasi yang membentuk sudut (adaxim), dislokasi
dimana kedua fragmen tulang saling menjauhi (adlatus). Fraktur undislaced yaitu
fraktur dimana garis patahnya komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser,
periosteumnya masih utuh.
Gambar 1. Skematik jenis-jenis fraktur pada mandibula (Peterson)
Pilihan Perawatan
Terdapat dua cara penatalaksanaan fraktur mandibula yaitu reduksi tertutup
(konservatif) dan reduksi terbuka (pembedahan). Pada teknik reduksi tertutup
reduksi fraktur dan immobilisasi mandibula dicapai dengan jalan menempatkan
peralata fiksasi maksilo-madibula. Pada prosedur reduksi terbuka bagian yang
fraktur dibuka dengan pembedahan, dan segmen direduksi dan difiksasi secara
langsung dengan menggunakan kawat atau plat.

A.Reduksi tertutup
Merupakan metode yang paling sederhana untuk mencapai hasil yang optimal.
Sebagian besar fraktur mandibula berhasil ditangani dengan cara konservatif atau
reduksi tertutup yang lebih penting lagi penggunaan anastesi umum dapat
dihindari. Pasien dengan fraktur mandibula yang ditangani dengan reduksi
tertutup berhasil diobati sebagai pasien rawat jalan dengan menggunakan anastesi
lokal atau sedasi sadar. Terutama pada kasus dengan jenis fraktur cominuted
paling baik ditangani dengan reduksi tertutup, karena dengan menggunakan
reduksi terbuka akan membahayan suplai darah ke fragmen tulang kecil dan
meningkatkan kemungkinan infeksi. Pilihan perawatan reduksi tertutup memiliki
kemungkinan keberhasilan yang baik pada kasus anak dengan fraktur condylus.
Pada teknik reduksi tertutup untuk membangun hubungan oklusal yang
tepat dilakukan pemasangan kawat pada gigi yang disebut intermaxilary fixation
(IMF).
A.1 IMF pada pasien bergigi (Dentate patient) diantaranya penerapan arch
bar, Ivy loop wiring (Eyelet wiring), direct wiring.
1. Arch bar
Teknik yang paling umum dalam penggunaan arch bar fabricated yaitu arch bar
disesuaikan dengan lengkung gigi dan diikat dengan etsa asam selanjutkan
dilakukan wiring ke gigi.
Gambar 2 Arch bar

2. Eyelet Ivy Wiring


Pada metode ini kawat dipilinkan satu sama lain untuk membentuk loop. Kedua
ujung kawat dilewatkan ruang interproksimal, dengan loop tetap disebelah bukal.
Satu ujung dari kawat dilewatkan disebelah distal dari gigi dan dikembalikan
melalui loop sedangkan ujung yang lainnya ditelusupkan pada celah
interproksimal dari mesial gigi.
Akhirnya loop dikencangkan dengan jalan memilinnya.
Gambar 3 Eyelet Ivy Wiring
3. Direct wiring
Metode direct wiring yang sederhana adalah dengan menempatkan kawat
melingkari gigi-gigi didekatnya pada rahang yang berlawanan .
Gambar 4 direct wiring

A.2 IMF pada pasien edontulous dilakukan dengan teknik Gunnings


Splin. Teknik mengunakan gigi tiruan pasien untuk fiksasi maksilo-mandibular.
Salah satu caranya dengan membuat lubang pada basis akrilik di regio
interproksimal gigi dari gigi tiruan dan dilakukan pengawatan arch bar terhadap
basis protesa. Gigi tiruan yang digunakan sebagai splin diberikan conditioner
jaringan.

Gambar 5 Gunnings Splin


B. Reduksi Terbuka
Seiring dengan pengembangan sistem fiksasi yang lebih baik penggunaan
teknik IMF sudah mulai dikurangi atau tidak sama sekali digunakan. Ahli bedah
maupun pasien lebih nyaman dengan pilihan teknik reduksi terbuka. Indikasi
utama reduksi terbuka yaitu fraktur unfavorable atau fraktur tidak stabil,
perawatan fraktur yang tertunda lama dengan jaringan lunak interposisional,
fraktur fasial kompleks, pasien kompromis medis, fraktur condylus kambuhan
yang dihubungkan dengan fraktur ditempat lain pada mandibula, reduksi terbuka
untuk fraktur condylus.
Reduksi terbuka pada fraktur mandibula dapat dilakukan melalui kulit atau
oral. Secara teknik, setiap daerah pada mandibula dapat dicapai dan dirawat
efektif secara oral kecuali pada daerah subcondylar. Teknik ini memiliki
keberhasilan tinggi dengan rasa sakit dan komplikasi yang minimal.
A. Reduksi tulang peroral
Reduksi tulang peroral dari fraktur mandibula sering dilakukan untuk
mengembalikan fragmenedontulous proksimal yang bergeser pada gigi molar 3
yang impaksi. Tindakan dilakukan dengan anastesi lokal atau sedasi. Pertama,
Arch bar diikatkan pada tempatnya kemudian flap dibuat untuk jalan masuk ke
daerah molar ke-3.Setelah molar 3 dikeluarkan lubang dibuat pada dinding alvelar
sebelah bukal dari kedua fragmen kemudian sebuah kawat ditelusupkan
kedalamnya. Ujung kawat dipilin untuk mengancangkan segmen pada posisi
reduksi tersebut.
B. Reduksi terbuka pada simpisis
Fraktur parasimfisi dirawat dengan kawat transalveolar pada tepi atas, apabila
gigi didekat garis fraktur tidak ada. Pada situasi lain, fraktur parasimpsis yang
bergeser distabilisasi pada tepi bawah melalui jalan masuk yang diperoleh dengan
membuka simpisis.
C. Reduksi terbuka subkutan
Teknik ini diindikasikan apabila reduksi tertutup atau peroral tidak berhasil,
biasanya terjadi pada luka-luka terbuka atau apabila akan dilakukan bone graft.
Bagian yang mengalami fraktur dibuka dengan mempertahankan nervus
mandibularis kemudian lubang dibuat pada tepi anterior dari kedua fragmen dan
kawat baja ditelusupkan. Reduksi dilakukan dengan memilinkan kedua ujung
kawat transoseous satu sama lain.
D. Reduksi terbuka pada fraktur subcondylar
Pada kasus subcondylar bilateral baik degmen yang pergerserannya paling besar,
maupun fragmen yang lebih besar bisa direduksi sendiri-sendiri atau bersama-
sama. Insersi vertikal dibuat disebelah anterior dari kartilago telinga. Kemudian
dilakukan diseksi tumpul dan tajam untuk mencapai daerah yang mengalami
fraktur. Stabilisasi dilakukan dengan pengawatan transosseous atau pemasangan
plat.
E. Pemasangan plat ulang
Jika pasien mengalami gangguan mental, memiliki gangguan konvulsif yang
kurang terkontrol atau seorang pemabuk reduksi dan immobilisasi dengan plat
ulang akan sangat bermanfaat. Beberapa kasus plat ulang bisa dikombinasikan
dengan fiksasi maksilo-mandibular, splinting, atau skeletal eksternal.Pembedahan
dilakukan menggunakan anastesi umum. Bagian yang mengalami fraktur dibuka,
kemudian plat diinsersikan dan dikunci dengan memasukkan skrup, setelah
dilakuakn reduksi dan dilakukan oklusinya. Periosteum kemudian didekatkan satu
sama lain dan dilakukan penutupan.
BAB 3. PEMBAHASAN
BAB 4. KESIMPULAN

Perawatan ameloblastoma tergantung pada tipe ameloblastoma, usia


penderita, dan besanya lesi. Metoda dredging sangat tepat bila diterapkan pada
ameloblastoma tipe kistik mengingat tingkat keberhasilan yang telah dicapai pada
perawatan-perawatan yang dilakukan peneliti sebelumnya. Pemilihan metode ini
dikarenakan pada kasus ini merupakan ameloblastoma tipe unikistik, tulang masih
kompak dan cukup tebal, usia pasien masih muda, dan pasien cukup kooperatif.
Keberhasilan pada kasus ini dengan menggunakan metode dredging tetap harus
diobservasi sampai beberapa tahun kedepan, untuk mengetahui apakah terjadi
adanya rekurensi dari ameloblastoma.
DAFTAR PUSTAKA

Booth PW, Schendel SA, Hausamen JE. Maxillofacial Surgery 2nd Ed. Missouri:
Churhill Livingstone Elsevier, 2007:431
Gorlin RJ, Goldman HM. Thomas Oral Pathology 6th ed. Vol. 1. St. Louis: The
CV Mosby Co. 1970: p.481-9
Kawamura, M.A.. 1983. A Proposal for the Treatment of Ameloblastoma. Japan.
Oral Maxillofacial Surgery ; 299:765
Keith DA. Atlas of Oral and Maxillofacial Surgery. Philadelphia; W.B. Saunder
Company, 1992:243
Laskin DM.editor. Oral and Maxillofacial Surgery. Vol 2. St. Louis: The CV
Mosby Co. 1997:p. 625-36
Leider, A.S., dkk. 1985. Cystic Ameloblastoma: a Clynico Pathology Analysis.
Oral Surgery Oral Med Oral Pathol; 60:624-30.
Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouquout JE. Oral and Maxillofacial
Pathology 2nd Ed. Philadelphia: W.B. Saunders Co. 2002:p. 611-619.
Robinson, H.B.G. (1973). Ameloblastoma survey of 379 cases from literature.
Arch, Path. Vol. 23:031
Sapp JP, Eversole LR, Wysocki GP. 1997. Contemporary Oral and Maxillofacial
Pathology. 2nd Ed. Missouri Mosby
Shafer WG, Hine MK, Levy BM. (1983). A Text Book of Oral Pathology. 4th ed.
WB Saunders : Philadelphia
Sudiono Janti, dkk. 2001. Penentuan Praktikum Patologi Anatomi. EGC: Jakarta
Sudiono Janti, dkk. 2003. Ilmu Patologi. EGC: Jakarta
Syafriadi, Mei. 2008. Patologi mulut (Tumor Neoplastik dan Non Neoplastik
Rongga Mulut). Penerbit Andi: Jogja.
Thoma KH, Vanderveen JL. Oral Surgery 5th Ed. Saint Louis; The C.V. Mosby
Company, 1969;993

Anda mungkin juga menyukai