Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Analisis cairan tubuh merupakan sumber informasi untuk diagnosa medis saat ini, karena
dalam banyak kasus pasien yang didiagnosis dengan data dari tes ini, dengan darah dan urin yang
paling banyak digunakan.

Tes darah: manusia memiliki antara lima dan enam liter darah. Di dalamnya, ada jutaan sel
darah merah, sel darah putih, platelet dan sel-sel lain yang berjalan melalui jaringan km lebih dari
100.000 mencakup darah. Tujuan utama dari darah, cairan penting, adalah untuk mengangkut oksigen
ke sel-sel, membuktikan adanya cedera dan serangan agen-agen asing memunculkan ancaman
patogenik. Ketika darah laboratorium pengujian nilai-nilai yang diubah atau standar yang berbeda,
Anda dapat menjadi sumber infeksi, anemia, keracunan, reaksi alergi dan bahkan kanker.

Urin analisis: tubuh manusia mampu memproduksi sekitar 2 liter urin sehari. Ini metabolit urin
mengusir racun bagi tubuh disaring oleh ginjal, mineral dan puing-puing selular. Inilah sebabnya
mengapa tes urine diperlukan untuk pengamatan perubahan metabolik, terutama jika hati, ginjal dan
rute pipis bekerja dengan baik dan tidak mendapatkan infeksi, keracunan, atau patologi berat lainnya.

Analisis Air liur: Percaya atau tidak, menghasilkan satu sampai dua liter air liur hari melalui
kelenjar ludah. Saliva mengandung enzim, mineral, hormon dan bahkan sel-sel dari sistem kekebalan
tubuh. Tes air liur tidak sama dengan dahak. Untuk melakukan hal ini biasanya memerlukan permen
diadaptasi untuk mendeteksi infeksi bakteri di mulut, keracunan logam berat, status hormonal atau
kurangnya pertahanan. Dalam kedokteran gigi, digunakan untuk menentukan apakah pasien rentan
terhadap kerusakan gigi.

Analisis feses: Makanan sisa yang tidak dicerna, potongan mukosa usus dengan cairan usus
sel-sel mati dengan enzim, mineral dan hasil empedu pada tinja. Tes ini adalah standar untuk
mendiagnosis infeksi yang disebabkan oleh parasit, bakteri, virus dan jamur. Juga mendeteksi adanya
disfungsi organ akut, penyakit pencernaan dan kanker.

Analisis dahak: Tidak seperti air liur, dahak adalah untuk mengumpulkan sampel lendir dari
paru-paru. Batuk adalah mekanisme dengan mana kita dapat memperoleh sampel yang akan
dikumpulkan dalam wadah yang sesuai dan dianalisa untuk menentukan infeksi seperti bronkitis,
pneumonia atau tuberkulosis.

Jus analisis lambung: Mereka tidak ludah atau dahak saat mereka berasal langsung dari perut
dan mukosa adalah campuran asam, enzim, garam dan mineral terlarut yang berfungsi untuk
memecah makanan tertelan dan pada gilirannya menghilangkan bakteri dan patogen di dalamnya.
Mereka hanya dapat diperoleh melalui selang yang dimasukkan melalui mulut atau hidung dan masuk
langsung ke perut.

Semen Analisis: Digunakan untuk analisis kualitas sperma pada kasus infertilitas laki-laki dan
testis untuk deteksi Penyakit, prostat dan vesikula seminalis.

Cairan serebrospinal Analisis: Beberapa penyakit penting yang mempengaruhi saraf central
sistem hanya dapat didiagnosis melalui cairan. Sampel diperoleh melalui pungsi lumbal dengan jarum
dan Anda perlu protokol untuk total aseptis untuk pengadaan. Ini adalah cairan bening dan tidak
berwarna di sekitar otak seolah-olah tenggelam, dalam rangka untuk menyerap guncangan, getaran
dan melindunginya dari tekanan. Perubahan warna dalam cairan atau adanya protein, sel yang
terinfeksi bakteri, virus atau jamur, dan bahkan gula dapat membantu secara akurat mendiagnosis
penyakit pada sistem saraf.

Analisis Bone Marrow: Sel-sel darah merah dan trombosit berasal dari sumsum tulang. Analisis
ini dilakukan melalui anestesi lokal dan biopsi jarum di sternum. Mikroskop biasanya terlihat kemajuan
atau kematangan sel-sel yang diproduksi dan kuantitas yang dihasilkan. Hal ini dilakukan bila ada
kecurigaan keracunan, diubah sistem kanker, kekebalan tubuh atau obat yang mempengaruhi
produksi darah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PLASMA DAN SERUM

Plasma darah adalah cairan yang mengandung sel-sel darah. Di dalam plasma darah terlarut
berbagai macam zat antara lain zat makanan, protein, zat sekresi dan gas (O2, CO2, dan N2). Plasma
darah mengandung serum yang berfungsi sebagai tempat pembentukan antibodi. Selain darah, cairan
tubuh yang lain adalah limfe. Cairan limfe terbentuk dari air, glukosa, lemak, dan garam. Limfe
berfungsi sebagai alat pengangkut cairan dan protein, emulsi lemak, dan penghasil antibodi.
Komponen seluler limfe terdiri dari limfosit dan granulosit. 55% dari jumlah/volume darah merupakan
plasma darah. Volume plasma darah terdiri dari 90% berupa air dan 10% berupa larutan protein,
glukosa, faktor koagulasi, ion mineral, hormon dan karbon dioksida. Plasma darah juga merupakan
medium pada proses ekskresi.

Plasma darah merupakan bagian cair yang berwarna kekuningan, terdiri atas:

1) hampir 90% air yang di dalamnya terlarut berbagai macam zat, sari makanan, garam mineral,
hormon, enzim, protein, dan zat sisa metabolisme;

2) garam-garam mineral, misalnya NaCl, KCl dan garam-garam fosfat. Adanya garam menyebabkan
tekanan darah dalam pembuluh darah kapiler lebih besar daripada tekanan darah dalam jaringan
sehingga darah yang terdapat di dalam pembuluh kapiler dapat masuk dalam jaringan. Sebaliknya
tekanan darah dalam jaringan lebih besar daripada tekanan darah pada vena sehingga darah dari
jaringan dapat masuk ke vena. Hal ini menyebabkan adanya keseimbangan pada tekanan darah;

3) protein plasma. Protein tidak hanya terdapat pada sel-sel darah, tetapi juga pada plasma darah
yang terdiri atas:

globulin berfungsi untuk membentuk zat antibodi dan protrombin;

fibrinogen berfungsi dalam proses pembelahan

albumin berfungsi untuk menjaga tekanan osmotik darah, yaitu dengan adanya albumin didalam
plasma maka tekanan osmotik di dalam sel darah dengan plasma darah kira-kira sama sehingga cairan
plasma tidak dapat ke dalam sel darah

serum plasma darah yang tidak mengandung fibrinogen dan berisi antibodi,

antitoksin, berfungsi menetralkan racun,

opisimin berfungsi memacu sifat fagosit pada leukosit.

a. Albumin

Mempertahankan keseimbangan air pada darah dan jaringan; mengatur volume darah

b. Globulin (alfa, beta, gama)

Membantu transportasi lemak, vitamin, dan hormon; pertahanan tubuh (antibodi)


c. Protein penggumpal darah (fibrinogen dan protrombin)

Berperan dalam proses penggumpalan Darah

Garam-garam (ion-ion), seperti natrium, kalium, kalsium, magnesium, klorida, dan bikarbonat.

Penyeimbang tekanan osmosis, mempertahankan pH (buffer), fungsi saraf dan otot, dan mengatur
permeabilitas membran sel

Nutrien, seperti glukosa, asam amino, dan asam lemah

Digunakan oleh sel, makanan cadangan, atau diuraikan

Hormon

Memengaruhi aktivitas organ yang Dituju

Karbon dioksida

Hasil respirasi sel yang dibawa ke paru-paru untuk dibuang

Sampah nitrogen

Hasil metabolisme yang akan diekskresikan oleh ginjal ( Sumber: Human Body, 2002 )

Plasma darah dapat dipisahkan di dalam sebuah tuba berisi darah segar yang telah dibubuhi
zat anti-koagulan yang kemudian diputar sentrifugal sampai sel darah merah jatuh ke dasar tuba, sel
darah putih akan berada di atasnya dan membentuk lapisan buffy coat, plasma darah berada di atas
lapisan tersebut dengan kepadatan sekitar 1025 kg/m3, atau 1.025 kg/l.

Serum darah adalah plasma tanpa fibrinogen, sel dan faktor koagulasi lainnya. Fibrinogen menempati
4% alokasi protein dalam plasma dan merupakan faktor penting dalam proses pembekuan darah.
Plasmapheresis adalah jenis terapi medis yang menyuling (extraction) plasma darah keluar dari
kumpulan partikelnya untuk diolah lebih lanjut dan memasukkan kembali plasma darah tersebut pada
akhir terapi.

B. CAIRAN SEREBROSPINAL

Cairan serebrospinal adalah cairan yang berada diotak dan sterna serta ruang subrachnoid
yang mengelilingi otak dan medulla spinalis. Cairan serebrospinal mempunyai tekanan yang konstan,
dan seluruh ruangan berhubungan satu sama lain.

Letak cairan serebrospinal

Secara anatomis, cairan serebrospinal ditemukan dalam ruang-ruang otak (ventrikel otak), yaitu pada:

a. Ruang subarakhnoid

b. Ventrikel otak

c. Kanal sentralis medula spinalis.

Cairan ini dihasilkan oleh pleksus koroid yang terdapat pada atap ventrikel ketiga dan ke
empat dan pada dinding medial ventrikel lateral. Cairan serebrospinal dihasilkan secara aktif dan
dalam keadaan normal diimbangi oleh absorbsi kembali ke dalam darah.
Aliran cairan serebrospinal

Aliran cairan serebrospinal adalah sebagai berikut: dari ventrikel lateral cairan serebrospinal
mengalir ke ventrikel III dan disini jumlah cairan serebrospinal akan bertambah lebih banyak. Dari
ventrikel III cairan serebrospinal mengalir melalui akuaduktus Sylvia ke dalam ventrikel IV yang juga
menghasilkan cairan serebrospinal. Cairan serebrospinal kemudian keluar melalui foramen Magendie
dan Luschka masuk ke dalam ruang subarakhnoid. Di ruang subarakhnoid serebrospinal mengalir ke
dalam sinus venosus kranial melalui vili arakhnoidyang merupakan berkas pia arakhnoid yang
menembus duramater untuk kemudian terletak dalam sinus venosus kranial dan kebawah di sekitar
medula spinalis.

Apabila salah satu foramen ventrikel otak mengalami penyumbatan maka cairan serebro-
spinalnya akan terus bertambah, akibatnya ventrikel otak membesar karena tekanan cairan
serebrospinal. Pembesaran ventrikel otak akan menekan unsur-unsur saraf di sekitar ventrikel.
Akibatnya fungsi otak terganggu. Bila hal ini terjadi pada bayi baru lahir (neonatus), maka kepala bayi
tersebut menjadi sangat besar. Keadaaan patologis ini disebut hidrosefalus.

Fungsi cairan serebrospinal

Fungsi utama dari cairan serebrospinal ini adalah melindungi sistem saraf pusat dari trauma
(tekanan/benturan) dari luar dan mempertahankan lingkungan cairan sesuai untuk otak serta
memberi perlindungan terhadap benturan ringan dan luka mekanik lainnya (sebagai
bumper/penyangga).

Dalam penampakannya, cairan serebrospinal seperti mengapungkan otak dalam air, sehingga
menjadikan otak tetap stabil pada tempatnya walaupun ada benturan dari luar.

PEMERIKSAAN

Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan pada reaksi kimia dapat digunakan darah, urin
atau cairan tubuh lain. Terdapat banyak pemeriksaan kimia darah di dalam laboratorium klinik antara
lain uji fungsi hati, otot jantung, ginjal, lemak darah, gula darah, fungsi pankreas, elektrolit dan dapat
pula dipakai beberapa uji kimia.

a. Sampel plasma dan serum

Persiapan:

Sebelum sampel darah diambil pasien tidak boleh makan/minum apapun kecuali air putih. Sampel
darah yang akan diambil, tergantung jumlah/jenis pemeriksaan laboratorium yang akan dilakukan.
Untuk pemeriksaan medical check-up rutin, biasanya petugas akan mengambil maksimal 10 cc darah
pasien. Namun, jika pemeriksaan yang lebih sederhana, mungkin darah yang diambil, kurang dari
jumlah di atas.
Pengujian:

- serum glutamic oxaloacetate transaminase (SGOT)

Mekanisme: GOT akan mengkatalisis konversi bagian nitrogen asam amino menjadi energi. GOT
ditemukan dalam sitoplasma dan mitokondria sel hati, jantung, otot skelet, ginjal, pankreas, dan
eritrosit. Pada kerusakan sel-sel tersebut di atas, GOT dalam serum meninggi. Kadar normal: 6-30 /l.

- serum glutamic pyruvate transaminase (SGPT)

Mekansime: GPT mengkatalisis kelompok asam amino dalam siklus Krebs untuk menghasilkan energi
dijaringan. GPT terdapat di sitoplasma sel hati, jantung, dan otot skelet. Pada kerusakan sel hati GPT
meninggi di dalam serum hingga merupakan indikator kerusakan sel hati. Kadar normal: 7-32 /l.

- alkaline phosphatase (ALP)

ALP terdapat di hati, tulang, ginjal, usus, dan plasenta. Pada orang dewasa kadar tinggi terutama
dihati, tulang, usus, dan plasenta. Dan pada waktu trimester kehamilan. Kadar normal: < 240 /l.

Cairan Serebrospinal

Sampel diperoleh melalui pungsi lumbal dengan jarum dan Anda perlu protokol untuk total aseptis
untuk pengadaan.

Pengujian :

Warna

Cairan serebrospinal normal tidak berwarna. Adanya warna pada cairan ini biasanya menunjukkan hal
abnormal.

a. Xantokrom (kekuningan): perdarahan subarakhnoid, meningitis tuberkulosis, dan neonatus


normal.

b. Kuning: hiperbilirubinemia, hemolisis.

c. Oranye: hiperkarotenemia, hemolisis.

d. Merah muda: hemolisis.

e. Hijau: hiperbilirubinemia, meningitis bakterial.

f. Coklat: meningitis melanomatosis.

Hitung sel

Cairan serebrospinal normal hanya mengandung 0-5 leukosit/mm3.Pada pasien meningitis


purulen (bakterial), dapat ditemukan jumlah sel lebih dari 100-1000 leukosit/mm3. Jumlah sel lebih
dari normal, tapi kurang dari 100, dapat ditemukan pada meningitis viral. Penyebab jumlah sel di
cairan serebrospinal meningkat selain infeksi antara lain penyakit keganasan, perdarahan
intraserebral, dan setelah serangan kejang.

Dominasi sel netrofil atau sel polimorfonuklear (PMN) dapat ditemukan pada meningitis
bakterial stadium awal. Dominasi eosinofil cukup sering berkaitan dengan meningitis atau ensefalitis
oleh parasit. Sedangkan dominasi limfosit-monosit (mononuklear / MN) ditemukan pada meningitis
viral, tuberkulosis, atau fungal.

Protein

Protein pada cairan serebrospinal normal mengandung 18-58 mg/dL protein. Peningkatan
protein dapat terjadi akibat infeksi, perdarahan, multiple sklerosis, dan keganasan. Sedangkan protein
yang rendah mungkin ditemukan pada bayi atau anak berusia di bawah 2 tahun dan pada intoksikasi
air. Hipoproteinemia atau hipoalbuminemia tidak menyebabkan protein cairan serebrospinal
menurun.

Glukosa

Glukosa pada cairan serebrospinal biasanya sama dengan 2/3 kali glukosa darah orang yang
bersangkutan 2-4 jam sebelumnya. Satu-satunya penyebab peningkatan glukosa pada cairan
serebrospinal adalah diabetes melitus. Namun glukosa cairan dalam kasus ini tidak pernah melebihi
300 mg/dL.

Penurunan glukosa cairan serebrospinal biasanya disebabkan infeksi. Infeksi bakteri


menyebabkan glukosa turun sampai sangat rendah, namun infeksi virus yang hanya menyebabkan
glukosa turun sedikit. Pemeriksaan ini tidak selalu sensitif menyingkirkan infeksi karena 50% pasien
meningitis menunjukkan kadar glukosa cairan serebrospinal normal.

Kultur

Untuk menyingkirkan atau mengkonfirmasi diagnosis infeksi, baik ensefalitis maupun


meningitis, dapat dilakukan kultur cairan serebrospinal terhadap beberapa mikroorganisme.
Mikroorganisme yang dimaksud antara lain pneumococcus, meningococcus, Haemophilus influenza
(bakteri), Enterovirus (virus), Mycobacterium tuberculosis (tuberkulosis), dan Cryptococcus
neoformans (fungal). Dalam kasus tertentu mungkin juga perlu diperiksa kemungkinan
toksoplasmosis.

Selain pemeriksaan rutin di atas, kadang juga diperiksa uji aglutinasi lateks untuk Haemophilus
influenza dan PCR (polymerase chain reaction). Aglutinasi lateks merupakan uji antigen-antibodi yang
bermanfaat pada kasus meningitis Haemophilus yang sudah mendapat pengobatan sebagian; karena
pemeriksaan kultur pada kasus ini mungkin memberi hasil negatif. Sedangkan PCR merupakan
pemeriksaan paling sensitif untuk berbagai jenis penyebab infeksi sistem saraf pusat, namun biayanya
masih cukup tinggi dan belum tersedia di seluruh laboratorium.
BAB III

KESIMPULAN

Dalam melakukan pemeriksaan kilinik beberapa hal yang perlu diketahui seorang pasien
adalah tujuan melakukan pemeriksaan laboratorium, jenis pemeriksaan laboratorium apa yang akan
dilakukan, jenis sampel yang akan diperiksa (darah, urine, feses atau cairan tubuh yang lain), persiapan
yang harus dilakukan sebelum pengambilan sampel, waktu pengambilan sampel yang baik (pagi, siang,
malam) agar diperoleh hasil laboratorium yang valid.

Pemeriksaan satu jenis uji laboratorium tidak akan mampu mengetahui semua jenis penyakit.
Justru, satu jenis penyakit bisa memerlukan beberapa jenis pemeriksaan laboratorium, misalnya,
untuk penyakit hati/liver, pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan cukup banyak seperti :
albumin, SGOT, SGPT, ALP, gamma GT, HBsAg, Anti-HCV, bilirubin.
Daftar Pustaka

https://www.google.co.id-pramayudhapharmacy.blogspot.com/2013/04/kimia-klinik-
pemeriksaan-cairan-tubuh.

Anda mungkin juga menyukai