Anda di halaman 1dari 19

Nama : Horas Siagian

Nim : 140621401033
Prodi : Teeknik Mesin
Semester: VI

Setelah sekilas mengenal sistem-sistem yang menjadi penunjang (balance of plant BoP) pada
sebuah PLTMG, sekarang saatnya sedikit menelisik mengenai sistem utama (main system) dari
sebuah PLTMG. Sistem utama ini biasanya disuplai oleh pabrikan Mesin Gas (Gas Engine
manufacturer). Sistem utama ini meliputi gabungan antara pekerjaan makanikal-elektrikal-
instrumen dan kontrol.

Pekerjaan mekanikal dari sistem utama ini, bisa dikelompokkan menjadi beberapa bagian, antara
lain:

1. Sistem Bahan Bakar (Fuel System),

2. Sistem Pelumas (Lubrication System),

3. Sistem Pendingin (Cooling System),

4. Sistem Udara Mesin (Engine Air System),

5. Sistem Udara Terkompresi (Compressed Air System),

6. Sistem Pemipaan (Piping System), dan

7. Unit Mesin Gas (Gas Engine unit).

Pekerjaan elektrikal, dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Pekerjaan Instalasi Listrik dan Penerangan

2. Pekerjaan Elektrikal Sistem Bahan Bakar

3. Pekerjaan Eletrikal Sistem Pelumas,


4. Pekerjaan Elektrikal Sistem Pendingin,

5. Pekerjaan Elektrikal Sistem Udara Mesin,

6. Pekerjaan Elektrikal Sistem Udara Terkompresi,

7. Pekerjaan Elektrikal Sistem Perlindungan dari Kebakaran,

8. Unit Generator Black Start,

9. Unit Auxiliary Transformer (UAT) & Generator Transformer (GT),

10. Unit Generator Engine,

11. Sistem Pentanahan dan Penyalur Petir (Grounding & Lightning Protection System),

12. Sistem DC (DC System), dan

13. Sistem Proteksi.

Pekerjaan instrumentasi-kontrol adalah pekerjaan penunjang dari pekerjaan mekanikal dan


elektrikal dengan bantuan alat-alat ukur dan kontroler, sehingga unit PLTMG bisa berfungsi
dengan baik dan lebih mudah dalam pengoperasiannya. Adapun jika dikelompokkan, pekerjaan
instrumentasi-kontrol adalah sebagai berikut:

1. Pekerjaan Instalasi Intrumen Lapangan dan Komunikasi Data (Field Instrument & Data
Communication System),

2. Pekerjaan Instrumen Sistem Bahan Bakar

3. Pekerjaan Instrumen Sistem Pelumas,

4. Pekerjaan Instrumen Sistem Pendingin,

5. Pekerjaan Instrumen Sistem Udara Mesin,


6. Pekerjaan Instrumen Sistem Udara Terkompresi,

7. Pekerjaan Instrumen Sistem Kelistrikan,

8. Pekerjaan Pendeteksi Kebakaran (Fire & Gas Detection and Alarm System),

9. Pekerjaan Closed Circuit Tele Vision (CCTV),

10. Pekerjaan Sistem Telepon Internal (Plant Internal Telephone System PABX)

11. Pekerjaan Instrumentasi-Kontrol Unit Mesin Gas (Gas Engine Intrument & Control
System), dan

12. Sistem Kontrol (Control System),

Pekerjaan Mekanikal

1. Sistem Bahan Bakar (Fuel System)

PLTMG di Indonesia umumnya menggunakan mesin dengan dua bahan bakar, baik dengan
konfigurasi dual-fuel, ataupun bi-fuel. Karena umumnya mesin yang dipakai menggunakan dua
(2) bahan bakar, oleh karena itu sistem bahan bakarnya juga harus bisa mengakomodir kedua
bahan bakar tersebut. Bahan bakar yang umumnya digunakan adalah gas alam (natural gas) dan
minyak diesel (HSD/MFO).

Bahan bakar gas umumnya didapatkan dari stasiun gas terdekat. Sebelum masuk ke area
pembangkit, gas dari sumber ini dilewatkan area pembersih terlebih dahulu, atau yang lebih
sering kita kenal dengan istilah Scrubber. Pada area ini, gas umumnya dipersiapkan baik dari sisi
kebersihan, kadar air, ataupun tekannya, agar dapat/siap jika diumpankan langsung ke unit mesin
gas.

Sebelum diumpankan langsung ke dalam mesin, gas disaring lagi menggunakan sebuah filter.
Umumnya posisi filter ini akan duduk bersama beberapa instrumen lapangan (field instrument)
yang tergabung dalam sebuah modul gas (gas module), yang tugas utamanya adalah untuk
pengaturan volume, keamanan sistem dan untuk memastikan bahwa gas siap diumpankan ke
mesin.

Bahan bakar minyak diesel biasanya digunakan untuk dua (2) fungsi, yaitu untuk bahan bakar
awalan (pilot fuel) dan bahan bakar utama (main fuel). Fungsi bahan bakar utama (main
fuel) digunakan jika dan hanya jika mesin gas dioperasikan menggunakan bahan bakar minyak
solar sebagai bahan bakar utamanya, atau pada kondisi mesin sebelum switch-over bahan bakar
ke sistem gas. Sedangkan fungsi sebagai bahan bakar awalan (pilot fuel) akan selalu digunakan
pada setiap upaya operasi mesin (starting & operation engine).

Sebelum diumpankan ke dalam mesin, bahan bakar minyak akan disaring terlebih dahulu
menggunakan sebuah filter. Posisi filter bisa berada sebelum mesin, ataupun digabung dalam
sebuah modul pada posisi dekat dengan pompa pengumpan (feed pump).

Bahan bakar solar yang ada saat ini umumnya sudah baik, sehingga tidak diperlukan pengolahan
lebih lanjut menggunakan fasilitas pengolahan bahan bakar minyak (advance fuel oil treatment
plant).

Gambar 1. Skematik sistem bahan bakar pada PLTMG

2. Sistem Pelumas (Lubrication System)

Pelumas sangat penting bagi sebuah mesin. Dengan adanya pelumas, gesekan bisa dikurangi
dengan cukup signifikan. Selama operasi, jumlah pelumas dalam mesin mengalami sedikit
pengurangan dan bekerja dalam siklus tertutup.

Karena melindungi bagian mesin dari gesekan secara lagsung, pelumas memiliki temperatur
yang cukup tinggi. Untuk mengembalikan temperaturnya ke keadaan normal, digunakan bantuan
alat penukar panas (heat exchanger), yang menukar panas dari pelumas ke air pendingin.
Selanjutnya air pendingin yang telah naik temeraturnya ini, didinginkan kembali dengan
bantuan radiator.

Pada saat mesin mengalami perawatan (maintenance), pelumas yang masih baik kondisinya
dapat dipompa dan dikumpulkan ke dalam tangki pelumas servis (service lube oil tank).
Harapannya, pelumas ini bisa dipergunakan kembali setelah mesin melakukan perawatan.

Pelumas-pelumas yang tertumpah di ruang mesin utama (engine hall) dan ceceran bahan bakar
minyak (HSD/MFO/LFO) akan dikumpulkan pada bak penampung (drain pan) yang ada di
masing-masing modul dan selanjutnya dipompa untuk ditampung dalam tangki bahan limbah
(sludge tank). Sisa-sisa pelumas dan minyak yang ditampung dalam tangki bahan limbah
selanjutnya akan dikirim ke tempat penampungan dan pengolahan bahan limbah berbahaya
terdekat, dengan menggunakan mobil truk pengangkut.

Sebelumnya diumpankan ke dalam mesin dan turbocharger, pelumas akan disaring terlebih
dahulu menggunakan sebuah filter. Umumnya posisi filter ini akan duduk bersama beberapa
instrumen lapangan (field instrument) yang tergabung dalam sebuah modul pelumas (lube oil
module).

Gambar 2. Skematik sistem pelumas pada PLTMG

3. Sistem Pendingin (Cooling System)


Sistem pendingin utama pada sebuah Pusat Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) biasanya berupa
instalasi tower pendingin (cooling tower) ataupun beruparadiator. Kedua peralatan tersebut
berfungsi untuk menurunkan temperatur air pendingin (cooling water) yang dipergunakan untuk
mendinginkan bagian mesin gas, pelumas dan turbocharger.

Baik tower pendingin ataupun radiator, untuk proses pendinginannya, umumnya menggunakan
metode penggerak paksa (forced draft), yang dapat berupa kipas pendingin (cooling fan). Pilihan
ini cukup masuk akal dalam rangka memperkecil biaya investasi awal, yaitu dengan cara
mengurangi luas lahan dan biaya konstruksi, bila dibandingkan dengan menggunakan alat serupa
dengan metode penggerak alami (natural forced).

Sumber air untuk sebuah PLTMG dapat berupa air baku yang bisa berasal dari laut, sungai dan
sumur dalam (deep well) yang sebelumnya diolah melalui sebuaah sistem pengolahan air,
ataupun berupa air olahan yang berasal dari perusahaan pengelola air setempat.

Walaupun air dalam sistem pendingin ini bekerja dalam siklus tertutup, akan tetapi selama
operasi tetap ada sebagian kecil air yang menguap. Untuk itu tetap diperlukan penambahan air,
untuk menjaga agar unjuk kerja sistem dapat tetap dijaga.

Untuk meningkatkan unjuk kerja dan umur dari peralatan, lebih disarankan jika dalam periode
operasional, digunakan air olahan dengan kualitas yang baik, sedikit penambahan inhibitor kimia
untuk mencegah lumut dan karat, serta perawatan yang teratur.

Gambar 3. Skematik sistem pendingin pada PLTMG

4. Sistem Udara Mesin (Engine Air System)


Sistem udara untuk mesin gas, secara kasar dapat dikelompokkan menjadi dua (2) bagian, yaitu :
sistem udara pembakaran (charge air) dan sistem udara sisa pembakaran (exhaust air).

Sistem udara pembakaran (charge air) adalah sistem yang mengatur banyaknya udara yang
dibutuhkan oleh mesin, termasuk menyesuaikan spesifikasinya agar sesuai dengan kebutuhan
mesin.

Sebelum masuk kedalam mesin, dilakukan penyaringan (filtration) terhadap debu dan kotoran
dan reduksi level kebisingan (noise level). Selanjutnya, untuk meningkatkan efisiensi mesin,
udara sebelum memasuki ruang bakar akan ditingkatkan tekananan dan temperaturnya agar
sedekat mungkin kepada tekanan dan temperatur bakarnya. Untuk itu, digunakan alat bantu yang
bernama turbocharger.

Pada proses pembakaran yang melibatkan udara, tentunya akan dihasilkan udara sisa
pembakaran (exhaust air) yang juga harus diolah dan disalurkan dengan bijak. Karena terjadi
sebagai hasil dari sebuah proses pembakaran, umumnya udara sisa pembakaran ini memiliki
temperatur yang cukup tinggi. Oleh karena itu, umumnya saluran untuk udara tipe ini selalu
dilapisi dengan isolasi penahan panas dan dilengkapi dengan sambungan mampu ekspansi
(expantion joint) dan katup pelepas kelebihan tekanan (rupture disk).

Udara sisa pembakaran ini juga digunakan lebih lanjut sebagai tenaga pemutar turbin yang
dikopel dengan compressor pada turbocharger. Udasa sisa pembakaraan ini selanjutnya dilepas
ke atmosfer pada ketinggian tertentu merujuk kepada peraturan yang berlaku. Khusus untuk
mesin dengan kapasitas unit lebih besar atau sama dengan 25 MW, diwajibkan untuk
menggunakan sistem monitor emisi gas buang (continuous emission monitoring system
CEMS), sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 21 Tahun 2008,
mengenai Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan atau Kegiatan Pembangkit
Tenaga Listrik Termal.

Semakin besar kapasitas sebuah mesin, tentunya jumlah udara pembakaran (charge air) dan/atau
udara sisa pembakaran (exhaust air) yang dibutuhkan dan/atau dihasilkan akan semakin banyak.
Hal ini akan mempengaruhi kepada besarnya ukuran penyaring (filter), saluran (ducting) dan
pereduksi kebisingan (silencer) yang akan digunakan.
Gambar 4. Skematik sistem udara mesin pada PLTMG

5. Sistem Udara Terkompresi (Compressed Air System)

Sistem udara terkompresi (compressed air) adalah sistem pembantu dalam bagian utama pusat
listrik. Udara terkompresi ini dimanfaatkan setidaknya untuk beberapa fungsi, antara lain : untuk
menghidupkan mesin (starting engine), untuk keperluan penggerak instrumen (instrument air),
dan untuk keperluan servis (service/working air).

Untuk mengurangi jam operasi dari unit compressor, digunakan bantuan tabung udara
terkompresi (air bottle) untuk menampung udara bertekanan dalam jumlah dan tekanan tertentu.

Khusus untuk udara penggerak instrumen (instrument air), udara terkompresi perlu diberi
perlakuan tambahan, yaitu dengan penambahan pengering udara (air drier). Harapannya, udara
yang digunakan untuk penggerak instrument, semisal katup kontrol (control valve), sudah cukup
kering dan terbebas dari uap air, yang dapat merusak peralatan kontrol, semisal pengarah bukaan
katup (valve positioner).

Gambar 5. Skematik sistem udara terkompresi pada PLTMG

6. Pemipaan (Piping)
Pipa-pipa digunakan sebagai media perantara antar fluida sehingga bisa saling menunjang
operasi dari sebuah mesin gas. Pipa-pipa didesain dan diatur sedemikian rupa, harapannya dapat
menyalurkan fluida kerja kepada tujuannya dengan jumlah dan tekanan yang tepat.

Jenis pipa dan sambungan pipa akan sangat bergantung kepada penggunaan dari fluida yang
bersangkutan. Semisal untuk fluida gas, pipa yang digunakan harus memenuhi standar API 5L,
dilas dengan mengikuti standar API 1104 dan AWS, serta dilakukan pengetesan seperti yang
dipersyaratkan oleh pemberi kerja.

7. Unit Mesin Gas (Gas Engine Unit)

Unit mesin gas yang akan digunakan disesuaikan dengan kapasitas yang dibutuhkan. Perencana
(desain engineer) yang menentukan konfigurasi dan spesifikasi mesin yang akan digunakan,
dengan dukungan data-data terkait dari pemberi kerja. Kriteria itu antara lain mengatur mengenai
berapa unit mesin yang akan digunakan, berapa kapasitas masing-masing unit mesin,
penggunaannya untuk beban dasar (base load) atau untuk beban puncak (peak load), serta bahan
bakar utama yang akan digunakan.

Mengenai desain mesin dan hal-hal lain yang cukup spesifik terhadap mesin, umumnya sangat
bergantung pada produsen dari mesin yang bersangkutan (engine manufacturer). Pihak pabrikan
dianggap lebih mengetahui mengenai detail dari mesin yang bersangkutan, karena merekalah
yang mengadakan proses riset dan pengembangan terhadap mesin tersebut.

unduh tulisan

Permalink 1 Komentar
Januari 31, 2013
Pusat Pembangkitan Tenaga Listrik
Posted in Catatan Seorang Engineer pada 10:03 pm oleh syofuan

Setelah sekian lama vakum dalam kegiatan menulis, terinspirasi dari istri tercinta yang mulai
menggalakkan lagi kebiasaan menulis, mulai hari ini akan kembali kucoba mengungkapkan
kembali hasil pengolahan data, pengamatan, pemikiran dan pengalaman aktual dilapangan
dalam sebuah bentuk tulisandari satu sisi di timur pulau Sumatera, di tepian sungai Mandau,
Bengkalis, Riau..31 Januari 2013

Ada banyak jenis dari Pusat Pembangkitan Tenaga Listrik yang beroperasi di Indonesia. Secara
garis besar, dapat dikelompokkan menjadi dua (2) kelompok besar, yaitu Pusat Pembangkitan
Listrik Termal, dan Pusat Pembangkitan Non-Termal.

Pusat Listrik Termal adalah pusat pembangkitan tenaga listrik yang melibatkan proses panas
(thermal) dalam pembangkitan tenaga listriknya, umumnya tipe pembangkitan ini membutuhkan
bahan bakar yang berasal dari bahan bakar fosil. Pusat listrik tipe ini dapat dibagi lagi menjadi
beberapa jenis, yaitu :

1. Pusat Listrik Tenaga Uap Batubara / Coal Fired Power Plant (PLTU Batubara /
CFPP),

2. Pusat Listrik Tenaga Diesel / Diesel Engine Power Plant (PLTD / DEPP),

3. Pusat Listrik Tenaga Gas / Gas Turbine Power Plant (PTLG / GTPP),

4. Pusat Listrik Tenaga Mesin Gas / Gas Engine Power Plant (PLTMG / GEPP),

5. Pusat Listrik Tenaga Gas Uap / Combined Cycle Power Plant (PLTGU / CCPP),

6. Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi / Geothermal Power Plant (PLTPB / GPP), dan

7. Pusat Listrik Tenaga Gasifikasi Batu Bara / Coal Gasification Power Plant(PLTGB /
CGPP).

Selain Pusat Pembangkitan Listrik Termal, masih ada juga pusat pembangkitan lainnya, yaitu
Pusat Pembangkitan Listrik Non-Termal, dimana dalam proses pembangkitan tenaga listrik,
menggunakan sumber energi lain (alternatif) selain bahan bakar fosil, sehingga tidak melibatkan
proses panas (thermal) didalamnya. Adapun pusat listrik yang termasuk dalam jenis ini antara
lain :
1. Pusat Listrik Tenaga Air / Hydro Power Plant (PLTA / HPP),

2. Pusat Listrik Tenaga Surya / Solar Cell Power Plant (PLTS / SCPP), dan

3. Pusat Listrik Tenaga Angin (Bayu) / Wind Turbine Power Plant (PLTB / WTPP).

Pusat Listrik Tenaga Mesin Gas / Gas Engine Power Plant (PLTMG / GEPP)

Dari sekian banyak jenis pusat pembangkitan listrik, salah satu jenis yang masih cukup banyak
dioperasikan dan dibangun di Indonesia adalah Pusat Listrik Tenaga Mesin Gas / Gas Engine
Power Plant (PLTMG / GEPP). Pilihan jatuh pada PLTMG dikarenakan beberapa alasan, antara
lain:

Ketersediaan bahan bakar gas alam (natural gas), yang dari segi ekonomis lebih baik jika
dibandingkan dengan bahan bakar minyak (HSD/MFO/LFO).

Kapasitas unit pembangkitan yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan,

Pengerjaan, pengoperasian dan pemeliharaan yang relatif sederhana,

Bisa digunakan untuk pemasok daya pada saat beban puncak (peaker).

Pada sebuah PLTMG, sistemnya tidak terlalu rumit. Terdiri dari satu bagian utama (main
equipment), yang berupa mesin dan pelengkap (engines and auxiliary), dan sistem pendukung
(balance of plant BoP).

Bagian utama PLTMG umumnya adalah paket mesin dan pelengkapnya. Bagian mesin yang
dikopel dengan generator, dibantu sistem pelengkap yang mengatur pendingin (pelumas/lube oil,
air pendingin/cooling water dan alat penukar panas/radiator-cooling tower-heat exchanger),
sistem udara pembakaran (charge air), sistem udara terkompresi untuk menghidupkan mesin dan
kebutuhan instrumen (starting & instrument air), sistem udara sisa pembakaran (exhaust air),
sistem pemipaan-instrumen (piping and instrument system), sistem listrik (electrical system) dan
sistem instrumentasi-kontrol (instrumentation-control system).
Selain terdiri atas sistem utama, unit PLTMG juga dilengkapi dengan sistem pendukung, yang
terdiri atas sistem bahan bakar (fuel system gas/HSD/MFO/LFO), sistem air baku (water
treatment system), dan sistem proteksi terhadap kebakaran (fire protection system).

Sistem utama pada PLTMG umumnya disuplai oleh sebuah pemasok utama (main vendor) yang
biasanya adalah produsen/pabrikan dari mesin gas (Ex.Wartsila, Roll-Royce, Kawasaki Heavy
Industries, GE Jenbachner, Caterpillar, Perkins, etc). Sisanya, semua pekerjaan sipil dan sistem
pendukung, dikerjakan oleh kontraktor pelaksana.

Sistem Bahan Bakar

Sistem bahan bakar untuk sebuah PLTMG didesain berdasarkan jenis mesin yang dipakai,
apakah mesin hanya satu (1) bahan bakar atau mesin dengan dua (2) bahan bakar (bi-fuel / dual
fuel).

Untuk Indonesia, umumnya mesin-mesin yang diplih adalah mesin dengan dua (2) sumber bahan
bakar, bisa gas alam (natural gas) ataupun minyak (HSD/MFO/LFO), baik dengan konfigurasi
kedua bahan bakar masuk bergantian (dual fuel) ataupun masuk serempak (bi-fuel). Secara
umum, perlakuan terhadap kedua bahan bakar ini tidak bisa disamakan. Oleh karena itu, sistem
bahan bakar sendiri biasanya akan terdiri atas sistem bahan bakar gas (fuel gas system) dan
sistem bahan bakar minyak (fuel oil system).

Sistem Bahan Bakar Gas (Fuel Gas System)

Untuk sistem bahan bakar gas (fuel gas system), biasanya akan dimulai semenjak titik sambung
bahan bakar gas (fuel gas tapping station). Pada tempat penyambungan gas (gas tapping station),
perlu dilihat skope pekerjaan yang ada, apakah hanya sebatas penyambungan (tapping) dari
katup (valve) yang sudah disediakan, ataukah meliputi semua pekerjaan stasiun penyambungan
gas (gas tapping station) termasuk pipa pengumpul utama (main header pipe) dan unit
pengukuran (metering station).

Hal-hal yang perlu diingat dalam perancangan/desain sistem bahan bakar gas adalah sistem
pengaman (protection) dan pengukuran (metering). Jika merujuk kepada National Fire
Protection Asosiation (NFPA), peralatan yang digunakan untuk pengaman (protection) dan
pengukuran (metering) haruslah instrumen yang berbeda.

Penekanan seberapa penting sebuah besaran untuk diamati akan sangat bergantung kepada skala
besar dan pentingnya suatu proses. Oleh karena itu, sudah menjadi sebuah aturan dalam proses
desain, gambar yang terbit pertama-tama adalah gambar proses. Seorang enjinir proses (process
engineer) biasanya akan menggambarkan proses dalam sistem kedalam Diagam Alir Proses
(Process Flow Diagram PFD).

Diagram alir proses ini selanjutnya akan diinterpretasikan lebih lanjut oleh seorang enjinir
instrumen-kontrol (Instrument-Control Engineer) kedalam Diagram Pemipaan dan Instrumen
(Piping & Instrumentation Diagram P&ID). Gambar 1 menyajikan salah satu contoh P&ID
untuk sebuah sistem bahan bakar gas pada sebuah Pusat Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG).

Gambar 1. P&ID sistem bahan bakar gas pada PLTMG

Dari Gambar 1, dapat diketahui sebagai contoh kasus, bahwa sistem bahan bakar gas dari tempat
penyambungan (tapping point) menuju ke gedung mesin pembangkit (engine hall) melalui
beberapa tahapan.

Perlengkapan pengukuran yang diperlukan pada sistem ini antara lain adalah sistem pengaman
jika keadaan darurat dimana suplai gas harus segera dihentikan (shut-off valve), sistem pengaman
terhadap ketinggian level air didalam scrubber, sistem pengaman tekanan dalam scrubber, serta
sistem pengaman atas level air dalam tangki kondensat.
Pada sistem gas, selain sistem untuk pengaman, diperlukan juga pengamatan atas beberapa
besaran, antara lain : tekanan dan temperatur gas masuk ke sistem, tekanan dan level
dalam scrubber, serta level pada tangki kondensat.

Besaran-besaran tersebut ada yang cukup dimonitor di lapangan (field mounted) dan ada juga
yang perlu dipantau hingga ke ruang kontrol utama (central control room CCR). Semua
symbol yang ada

pada sebuah P&ID sudah selayaknya adalah simbol-simbol standar. Acuan yang sering
digunakan adalah standar ANSI/ISA-S5.1-1984 (R 1992), Instrumentation Symbols and
Identification.

Sistem Bahan Bakar Minyak (Fuel Oil System)

Berbeda dengan sistem bahan bakar gas pada PLTMG yang umumnya mengalir langsung (pass
through), sistem bahan bakar minyak umumnya membutuhkan tempat penampungan (storage
tank).

Di Indonesia, bahan bakar minyak seringnya didistribusikan melalui jalaur darat, dengan bantuan
mobil truk pengangkut. Oleh karena itu, sistem bahan bakar minyak yang ada di PLTMG-pun
umumnya disesuaikan dengan kondisi tersebut.

Untuk tahapan bongkar minyak dari tangki, digunakan bantuan gaya gravitasi, dimana bahan
bakar dari truk pengangkut akan dikumpulkan terlebih dahulu pada sebuah tangki bawah tanah
(underground fuel tank). Minyak dari tangki bawah tanah ini kemudian dipompakan ke tangki
penampungan utama (main storage tank), dengan bantuan pompa (un-loading pump).

Dari tangki penampungan utama, bahan bakar minyak didistribusikan ke tangki harian (daily
tank), menggunakan bantuan pompa transfer (transfer pump). Dari tangki harian, dengan bantuan
pompa pengumpan (feed pump), bahan bakar minyak akan diumpankan ke mesin. Gambar 2,
menyanjikan salah satu contoh P&ID untuk sistem bahan bakar minyak pada sebuah PLTMG.
Gambar 2. P&ID sistem bahan bakar minyak pada PLTMG

Pengukuran (monitoring), pengontrolan (control) dan pengaman (protection) terhadap sistem


tetap dilakukan. Pengukuran dilakukan dimulai pada saat pertama kali bahan bakar minyak
masuk kedalam sistem. Harapannya akan didapatkan data aktual bahan bakar yang masuk ke
sistem.

Karena banyak melibatkan bahan yang mudah terbakar, menyebabkan proses pengukuran dan
perlindungan akan menjadi perhatian. Terlebih lagi sistem ini fungsinya cukup strategis yaitu
memastikan mesin mendapat pasokan bahan bakar yang cukup, sehingga bisa beroperasi.
Akibatnya, ketersediannya harus senantiasa termonitor. Fungsi-fungsi pengaman dalam bentuk
sinyal alarm, pengamatan akan besaran level terhadap fluida minyak, serta monitoring
operasional pompa-pompa, akan diperlukan.

Sentuhan kontrol otomatis berbasis relay-kontaktor ataupun PLC yang dibenamkan pada sistem
kontrol pompa-pompa yang ada, harapannya dapat meningkatkan keandalan sistem. Operator
bahan bakar yang sebelumnya harus disediakan khusus untuk pekerjaan ini, sudah bisa
dioptimalkan jam kerjanya untuk menangani urusan lain yang lebih penting.

Sistem Air Baku (Water Treatment System)

Air dengan kualitas dan jumlah yang memadai akan sangat berperan dalam menunjang operasi
sebuah PLTMG. Bagaimana tidak, kebutuhan untuk pendinginan sistem tetap bergantung pada
ketersediaan air. Bahkan, karena perannya yang cukup krusial, sistem air baku terkadang
memprasyaratkan banyak hal. Oleh karena itu, untuk sebagain produsen mesin-gas (gas engine
manufacturer), sistem air baku ini langsung mereka tangani dan terintegrasi dalam peralatan
utama (main equipment).

Pada dasarnya, air pada sebuah PLTMG digunakan untuk pendinginan selimut mesin-gas (gas
engine jacket) dan minyak pelumas (lubrication/lube oil). Sebagai media pendingin, biasanya
digunakan bantuan alat pemindah panas (heat exchanger) baik yang
berupa radiator ataupun cooling tower.

Sumber air dapat berasal dari laut, sungai, danau ataupun dari sumur dalam (deep well). Air
diolah hingga mempunyai spesifikasi tertentu. Pengolahan air menjadi air baku dapat dilakukan
melalui beberapa cara, antara lain : Multi-stage Flash Distillation (MSF), Multi-effect
Distillation (MED), ataupun dengan sistem Reverse Osmosis (RO). Masing-masing metode
mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri.

Gambar 3. Multi-stage Flash Distillation (MSF)

Gambar 4. Multi-effect Distillation (MED)


Gambar 5. Reverse Osmosis (RO)

Karena prinsip operasinya yang sangat sederhana, kebanyakan PLTMG menggunakan


sistem Reverse Osmosis (RO) sebagai metode pengolahan air bakunya.

Sistem Proteksi Terhadap Kebakaran (Fire Protection System)

Sistem proteksi terhadap kebakaran adalah salah satu penunjang utama pada sebuah fasilitas
pusat listrik, termasuk pusat listrik tenaga mesin gas (PLTMG). Tanpa dilengkapi dengan sistem
pengaman terhadap bahaya kebakaran, sebuah pusat listrik bisa dipastikan tidak akan
memperoleh izin untuk beroperasi.

Analogi sederhananya adalah sebagai berikut, sebuah pusat listrik adalah sebuah fasilitas vital
yang berkaitan dengan bahan bakar, panas, listrik tegangan tinggi, tekanan yang besar, dll, yang
mempunyai potensi bahaya terbakar cukup tinggi. Oleh karena itu, fasilitas perlindungan
pertama terhadap potensi tersebut adalah sebuah keharusan.

Sistem proteksi terhadap bahaya kebakaran pada pusat listrik umumnya bisa dikelompokkan
menjadi dua (2) kelompok besar, yaitu sistem pemadam kebakaran (firefighting system FF) dan
sistem pendeteksi kebakaran (fire alarm system FA).

Sistem Pemadam Kebakaran (Firefighting System)

Sistem pemadam kebakaran pada pusat listrik hampir sama dengan sistem pemadam kebakaran
pada kebanyakan fasilitas lainnya, seperti pabrik dan bangunan gedung. Sistem utamannya
adalah instalasi pemipaan yang siap dengan air bertekanan tertentu, yang sewaktu-waktu dapat
dipergunakan untuk memadamkan api jika terjadi kebakaran.
Sistem didukung oleh pompa-pompa pemadam kebakaran dengan kapasitas (flowrate) dan
tekanan (head pressure) tertentu. Konfigurasi pompa-pompa adalah terdiri atas Pompa Pemadam
Listrik, Pompa Pemadam Diesel, serta Pompa Jockey. Masing-masing pompa, penggerak
(motor listrik dan diesel engine), serta panel listriknya harus terstandar National Fire Protection
Asosiation(NFPA), Underwriters Laboratories Inc. (UL) dan Factory Mutual (FM).

Untuk bagian-bagian tertentu dari sebuah pusat listrik, semisal PLTMG, ada beberapa tambahan
untuk sistem pemadam kebakarannya, antara lain : alat pemadam api ringan / APAR (fire
extinguisher) dan sistem cairan busa (foam system).

Alat pemadam api ringan (APAR) umumnya ditempatkan pada tempat-tempat tertentu yang
dikhawatirkan jika pemadaman menggunakan air, dapat merusak peralatan, semisal pada ruang
panel (switchgear room). Sedangkan untuk sistem cairan busa biasanya ditempatkan pada tangki-
tangki bahan bakar.

Gambar 6. Gambar layout instalasi pemadam kebakaran pada sebuah PLTMG

Sistem Pendeteksi Kebakaran (Fire Alarm System)

Sistem pendeteksi kebakaran pada sebuah pusat listrik semacam PLTMG akan memfokuskan
pendeteksiannya pada daerah gedung mesin pembangkit, ruang panel (switchgear room), ruang
kontrol utama (central control room), gedung administrasi, serta untuk unit generator
transformer.
Pendeteksian kebakaran difokuskan kepada pendeteksian panas (heat detection), pendeteksian
asap (smoke detection), serta pendeteksian gas (gas detection), khususnya pada area gedung
mesin pembangkit.

Anda mungkin juga menyukai