TUJUAN
Menentukan kemampuan baja/kuningan menyerap energi yang dihasilkan oleh
pembebanan kejut, serta mengetahui temperatur transisi pada saat baja berubah dari
ulet menjadi getas.
Pengujian impak yang ideal diasumsikan bahwa semua energi yang muncul akibat
beban impak akan diserap seluruhnya oleh spesimen. Namun pada kenyataannya
kondisi ideal tidak pernah terwujud, sebagian kecil energi akan hilang sebagai akibat
dari gesekan dan getaran mesin. Bentuk spesimen juga memegang peranan dalam
menentukan besarnya energi yang diserap.
Spesimen yang digunakan baik pada pengujian dengan metode Izod maupun
Charpy mempunyai bentuk batang dengan dimensi permukaan 10 mm x 10 mm, notch
(takik) berbentuk V dengan sudut 45 dan kedalaman 2mm
Gambar 3. Ukuran Spesimen Standar Uji Impak ASTM 23 [1]
Oleh karena spesimen impak memiliki takik berbentuk V maka pengjian ini
sering disebut sebagai The Notched Bar Test atau pada metode Charpy dikenal Charpy
V Notched Test. Pengujian dilakukan dengan cara memberikan beban impak dalam
bentuk palu pendulum dari ketinggian tertentu, h0. Pada saat palu pendulum diayunkan
akan menumbuk spesimen, selanjutnya spesimen akan patah di daerah takikan yang
berfungsi sebagai konsentrasi tegangan. Palu pendulum akan terus terayun sampai
ketinggian maksimum, h1, yang tentu saja lebih rendah dari h.
Gambar 4. Skema peralatan impak dengan arah ayunan palu pendulum [1]
Besarnya penyerapan energi untuk mematahkan spesimen dihitung berdasarkan
perbedaan ketinggian antar h0 dan h1, seperti skema pada Gambar 2 dan mengikuti
persamaan sebagai berikut [2]:
U = mg (h0-h1)
Tombol Layar
No Uraian Langkah
Manual Sentuh
1 Naikan pendulum ke posisi tertinggi Rising Rise
2 Melepaskan pin pengaman Pin off Dowell
3 Ayunkan pendulum Impact Impact
Kembalikan pendulum ke posisi
4 Release Fall
terendah
5 Ambil patahan spesimen
*)Catatan tambahan:
i. Dalam menggunakan tombol manual, saat menurunkan pendulum
harus ditekan terus hingga ke posisi terendah sampai mengeluarkan
suara klik baru dapat dilepas, bila tidak maka pendulum akan
cenderung untuk kembali ke posisi tertinggi. Dalam penggunaan layar
sentuh hal tersebut tidak perlu dilakukan.
g.Amati besarnya nilai yang ditunjukkan oleh 2 indikator besaran energi yang terserap,
baik melalui layar ataupun manual (analog).
h. Amati juga bentuk permukaan patahan dengan mengambil gambar permukaan patahan
yang terjadi dengan stereo microscope.
i. Ambil spesimen selanjutnya yang sudah dipanaskan dari tungku dan lakukan kembali
tahap e hingga h (ikuti petunjuk asisten).
j. Demikian halnya pada spesimen dengan suhu rendah lakukan tahap e hingga h (ikuti
petunjuk asisten).
V. TUGAS DAN PERTANYAAN
1. Dari data yang diperoleh berikan analisis terhadap kekuatan impak pada
temperatur yang berbeda!
Jawab :
Spesimen uji impak pada percobaan ini adalah baja. Uji impak pada baja ini
dilakukan pada tiga suhu yang berbeda, yaitu suhu ruangan, suhu tinggi, dan suhu
rendah. Dari data yang diperoleh harga impak tertinggi dimiliki oleh specimen
yang diuji pada suhu ruangan dan yang terendah adalah specimen yang
o
didinginkan terlebih dahulu sehinggan memiliki suhu -4,5 C. Namun data ini
tidak sesuai dengan teori yang ada, seharusnya harga impak tertinggi dimiliki
oleh specimen yang diuji pada suhu tinggi, karena semakin tinggi suhu nya maka
material baja akan semakin ulet dan semakin kuat, seharusnya kekuatan
impaknya pun semakin tinggi. Ketidaksesuaian ini mungkin terjadi karena
kesalahan pada alat pengukuran suhu saat mengukur suhu specimen. Ataupun
juga specimen yang sudah dipanaskan terlalu lama terbuka di suhu ruangan dan
suhunya tidak diukur sesegera mungkin sehingga suhunya menjadi turun. Sumbu
y (HI), sumbu x (T)
2
1.8
1.6
1.4
1.2
1
Harga Impak
0.8
0.6
0.4
0.2
0
-4.5 23 23 51
2
1.8
1.6
1.4
1.2
1 Harga Impak terhadap
0.8 suhu
0.6
0.4
0.2
0
-4.5 23 23 51
Keterangan :
2
HI : Harga Impak (J/mm )
E : Energi (J)
A : Luas patahan (mm2)
Spesimen 1
130,6
2
= = = 2,422 /
2
53,93
Spesimen 2
146,4
2
= = = 2,590 /
2
56,52
Spesimen 3
12
2
= = = 0,12 /
2
99,93
Spesimen 4
129,5
2
= = = 2,252 /
2
57,2
Pada percobaan kali ini praktikan melakukan uji impak untuk mengetahui
ketangguhan suatu material. Ketangguhan itu sendiri merupakan kemampuan suatu
material untuk menyerap energi yang dihasilkan dari beban kejut. Material yang
digunakan dalam percobaan ini adalah baja. Percobaan ini juga dilakukan di tiga suhu
yang berbeda, yaitu suhu ruangan, suhu rendah (didinginkan dengan nitrogen), dan
suhu tinggi (dipanaskan dalam tungku).
Metode yang digunakan adalah metode Charpy V notch. Metode Charpy ini
memiliki kelebihan dari metode Izod karena metode Charpy dapat dilakukan di suhu
yang berbeda-beda. Oleh karena itu, melalui metode ini kita dapat mengetahui grafik
DBTT yaitu grafik yang dapat menunjukan temperatur transisi dari patah getas ke
patah ulet suatu baja. Temperatur transisi ini perlu kita ketahui karena pada kenyataan
nya baja digunakan tidak hanya pada suhu kamar tetapi juga di berbagai suhu. Selain
itu specimen baja yang kita gunakan juga mempunyai takik (notch). Takik ini penting
karena dapat digunakan untuk menambah konsentrasi tegangan, sehingga patahan yang
terjadi tepat pada takik tersebut.
Dari data yang diperoleh harga impak tertinggi dimiliki oleh specimen yang
diuji pada suhu ruangan dan yang terendah adalah specimen yang didinginkan
o
terlebih dahulu sehinggan memiliki suhu -4,5 C. Namun data ini tidak sesuai dengan
teori yang ada, seharusnya harga impak tertinggi dimiliki oleh specimen yang diuji
pada suhu tinggi, karena semakin tinggi suhu nya maka material baja akan semakin
ulet dan semakin kuat, seharusnya kekuatan impaknya pun semakin tinggi.
Ketidaksesuaian ini mungkin terjadi karena kesalahan pada alat pengukuran suhu saat
mengukur suhu specimen. Ataupun juga specimen yang sudah dipanaskan terlalu
lama terbuka di suhu ruangan dan suhunya tidak diukur sesegera mungkin sehingga
suhunya menjadi turun.
Selain itu, terdapat juga perbedaan nilai Harga Impak yang didapat dari hasil
percobaan dengan hasil perhitungan. Hal ini disebabkan karena nilai dari hasil
percobaan didapat langsung secara otomatis dari mesin uji impak, sedangkan untuk
menghitung nilai harga impak secara manual kita harus menghitung luas permukaan
nya terlebih dahulu. Mungkin terjadi kesalahan praktikan saat menentukan luas
patahan yang akan dihitung, sehingga terjadi perbedaan nilai harga impak.
VII. SIMPULAN
1. Spesimen dengan nilai harga impak terendah adalah specimen 3 pada suhu
rendah dan yang tertinggi adalah specimen 2 pada suhu ruangan.
2. Suhu, energi, dan luas patahan mempengaruhi nilai harga impak.
3. Baja memiliki suhu transisi dari patah getas ke patah ulet.
[3] ---------, (1991): Annual Book of ASTM Standards, Section 3: Metal Test
Methods and Analytical Procedure, Philadelphia.
[5] Davis, H.E., et al., (1964): The Testing and Inspection of Engineering
Materials, McGraw Hill Book Co., London.
IX. LAMPIRAN