Mekanika Battuan
Mekanika Battuan
Menurut Talobre
Mekanika batuan adalah sebuah teknik dan juga sains yang tujuannya adalah mempelajari perilaku
(behaviour) batuan di tempat asalnya untuk dapat mengendalikan pekerjaan - pekerjaan yang dibuat
pada batuan tersebut (seperti penggalian dibawah tanah dan lainnya).
Untuk mencapai tujuan tersebut Mekanika Batuan merupakan gabungan dari :
sehingga mekanika batuan tidak sama dengan ilmu geologi yang didefinisikan oleh Talobre sebagai
sains deskriptif yang mengidentifikasi batuan dan mempelajari sejarah dari batuan.
Demikian juga mekanika batuan tidak sama dengan ilmu geologi terapan. Ilmu geologi terapan
banyak mengemukakan problem-problem yang paling sering dihadapi oleh para geologiwan di
proyek-proyek seperti proyek bendungan, terowongan. Dengan mencari analogi-analogi, terutama
dari proyek-proyek yang sudah dikerjakan dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi
pada proyek yang sedang dikerjakan. Meskipun penyelesaian ini masih secara empiris dan kualitatif.
2.BELUM
3. Diskontinu, artinya massa batuan selalu mengandung unsur struktur geologi yang
mengakibatkannya tidak kontinu seperti karena kekar, sesar, retakan, fissure, bidang perlapisan.
Struktur geologi ini cenderung memperlemah kondisi massa bantuan.
4BELUM
BAHAN JAWABAN NO 5
Gambar 1. Deformasi homogeneous dan inhomogeneous, (a) dan (b) adalah homogeneous, (c) dan (d) adalah
inhomogeneous.
Ada tiga cara pendekatan untuk memecahkan permasalahan dalam mengkuantifikasi strain. Metoda yang
pertama untuk menentukan masing-2 strain ellipsoid dengan menggunakan variasi bentuk-bentuk khusus strain
yang dapat dikenali atau strain markers yang kemudian hasilnya dijumlahkan untuk seluruh area yang dicari.
Yang kedua mengestimasi total shortening dan elongation dengan mengevaluasi geometri dari perlipatan dan
sesar, akan tetapi metoda ini sukar diterapkan dalam tiga dimensi. Yang ketiga mengasumsikan bahwa strain
untuk area yang besar secara statistik adalah homogenous, sehingga semua elemen struktur planar dan linear
dari seluruh daerah teratur secara statistik dan merefleksikan orientasi dan besaran total finite strain. Cara ini
dianggapkan paling effektif terutama untuk menentukan strain dari daerah yang terdeformasi kuat (Twiss and
Moore, 1992; Park, 1989).
II. Kontinu dan Tidak Kontinu
Suatu batuan di alam tidak kontinu (diskontinu) karena adanya bidang-bidang lemah (crack, joint, fault) yang
diakibatkan oleh proses deformasi (struktur geologi/tektonik) di mana lapisan, perluasan dan orientasi dari
bidang-bidang lemah tersebut tidak kontinu (Gambar 2). Sedangkan bila suatu batuan tidak mengalami
deformasi maka, batuan tersebut akan memiliki bidang yang kontinu.